Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AGROKLIMATOLOGI

KLASIFIKASI IKLIM

Oleh :

Aldhi Medika Azwir 2110211035

Dosen Pengajar :
Dr. Armansyah, SP., MP.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1

B. TUJUAN ................................................................................................. 2

BAB II METODOLOGI ................................................................................. 3

A. DESAIN PENELITIAN .......................................................................... 3

B. CARA PENGUMPULAN DATA............................................................ 3

BAB III. PEMBAHASAN .............................................................................. 4

A. KLASIFIKASI IKLIM ............................................................................ 5

B. PENGARUH IKLIM ............................................................................... 6

C. METODE KLASIFIKASI IKLIM ........................................................... 7

D. STUDI KASUS ....................................................................................... 13

BAB IV. PENUTUP ....................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

ii6 | P a g e
DAFTAR ISI

Tabel 1. Tipe Utama Metode Koppen ................................................................... 7

Tabel 2. Pengaruh Hujan Metode Koppen ....................................................... 8

Tabel 3. Pengelompokkan Sifat Hujan Berdasarkan Metode Oldeman ............ 9

Tabel 4. Tipe iklim Schmidt-Ferguson ............................................................ 9

Tabel 5. Pengelompokkan Sifat Hujan Metode Schmidt-Ferguson .................. 10

Tabel 6. Pengelompokkan Tipe Iklim Berdasarkan Schmidt-Ferguson ............ 11

Tabel 7. Interpretasi Agroklimat Metode Schmidt-Ferguson ........................... 11

Tabel 8. Kesesuaian Klasifikasi Iklim dengan Hasil Produktivitas ................... 13

iii6 | P a g e
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan
yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Makalah Agroklimatologi penuh
kemudahan sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW.

Semua ini bisa diselesaikan tidak terlepas dari dukungan segala pihak.
Dalam penyusunan laporan ini saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. Adapun
pihak-pihak antara lain:

1. Dr. Armansyah,. SP. MP selaku dosen pengampu mata kuliah Agroklimatologi


2. Orang tua, teman, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.

Saya tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu saya
dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Padang, 12 Mei 2023

Penulis

iv6 | P a g e
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iklim adalah keadaan rata – rata cuaca disuatu daerah dalam jangka lama dan
tetap. Definisi lain, iklim merupakan karakter kecuacaan suatu tempat atau daerah, dan
bukan hanya merupakan cuaca rata – rata. Iklim merupakan peluang statistik berbagai
keadaan atmosfer antara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban yang terjadi di suatu
daerah selama kurun waktu yang panjang dengan penyelidikan dalam waktu yang lama
minimalnya 30 tahun dan meliputi wilayah yang luas. Iklim adalah kelanjutan dari hasil
pencatatan unsur cuaca dari hari ke hari dalam waktu yang lama, sehingga disebut
sebagai rata-rata dari unsur cuaca secara umum. Iklim bersifat stabil bila dibandingkan
dengan cuaca. Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang
untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Iklim juga disebut sebagai keadaan cuaca
rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang
lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas (Yudani Alamsyah, 2015).
Perubahan iklim berlangsung dalam periode yang lama dan meliputi area yang
sangat luas. Matahari merupakan kendali utama sistem iklim. Iklim yaitu rata-rata
cuaca dalam waktu yang lama (dalam kurun waktu 25-30 tahun) dan dalam tempat
yang relatif luas. Sedangkan cuaca merupakan segala fenomena yang terjadi di lapisan
troposfer dalam waktu singkat dan tempat yang sempit. Ilmu yang mempeajari tentang
iklim disebut klimatologi dan cuaca disebut meteorology. Badan resmi yang mengurus
informasi iklim dan cuaca adalah BMKG (Badan Metorologi Klimatologi dan
Geofisika).
Iklim dan tanaman mempunyai hubungan yang erat, hubungan antara pola
iklim dengan distribusi tanaman banyak digunakan sebagai dasar dalam klasifikasi
iklim. Hasil suatu jenis tanaman bergantung pada interaksi antara faktor genetik dan
faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan pola iklim dan teknologi,
dalam buku yang sama dia juga mengatakan bahwa cuaca dan iklim merupakan salah
satu faktor peubah dalam produksi pangan yang sukar dikendalikan. Mengetahui
informasi iklim dari sekarang dan proyeksi iklim kedepannya merupakan bentuk
mitigasi terhadap risiko kegagalan panen akibat perubahan iklim (Suryadi et al, 2017)

16 | P a g e
Iklim merupakan salah satu faktor (selain tanah) yang akan mempengaruhi
distribusi tanaman. Wilayah dengan kondisi iklim tertentu akan didominasi iklim
tertentu akan didominasi pula oleh spesies tumbuhan tertentu, yakni tumbuhan yang
dapat beradaptasi secara baiki pada kondisi iklim tersebut. Berdasarkan keterkaitan
yang erat antara kondisi iklim dengan spesies tumbuhan yang dominan pada suatu
wilayah, beberapa ahli mengkasifikasikan iklim berdasarkan jenis tumbuhan yang
dapat beradaptasi baik pada wilayah tersebut Perubahan tipe iklim menyebabkan
terjadinya kenaikan suhu permukaan bumi, perubahan pola hujan, dan pergeseran
musim (Boer, 2015).

B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui ap aitu iklim
2. Mengetahui apa saja klasifikasi iklim
3. Mengetahui kriteria iklim

26 | P a g e
BAB II. METODOLOGI

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi
kepustakaan atau literatur review. Literatur review merupakan ikhtisar
komprehensif tentang penelitian yang sudah dilakukan mengenai topik yang
spesifik untuk menunjukkan kepada pembaca apa yang sudah diketahui tentang
topik tersebut dan apa yang belum diketahui, untuk mencari rasional dari
penelitian yang sudah dilakukan atau untuk ide penelitian selanjutnya (Denney
& Tewksbury, 2013).

B. Cara Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil-hasil penelitian
yang sudah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal online nasional.

36 | P a g e
BAB III. PEMBAHASAN

Iklim disuatu tempat dipengaruhi oleh letak lintang, lereng, ketinggian,


serta seberapa jauh jarak tempat tersebut dari perairan dan juga keadaan arus
lautanya. Contoh sederhana jika kita merujuk pada dunia, maka wilayah yang
berada didekat garis ekuator bumi (derajat berlintang rendah atau nol) disebut
wilayah beriklim tropis, sementara itu, wilayah dilintang menengah dan tinggi
dikenal sebagai daerah beriklim subtropis dan iklim kutub. Setiap daerah
memiliki iklim yang berbeda, perbedaan iklim tersebut karena bumi berbentuk
bundar sehingga sinar matahari tidak dapat diterima serba sama oleh setiap
permukaan bumi. Selain itu, permukaan bumi yang beraneka ragam baik jenis
maupun bentuk topografinya, tidak sama dalam merespon radiasi matahari yang
diterimanya.
Sistem iklim dikatakan seimbang apabila neraca energi yang ada dibumi
dalam keadaan seimbang. Sumber energi utama bumi berasal dari radiasi
matahari. Keseimbangan energi ini terkait dengan keseimbangan radiasi matahari
yang masuk kebumi dan radiasi gelombang panjang yang dipancarkan balik dari
bumi. (Winarno, et al., 2019).

Jika bumi kelebihan energi karena terhambatnya radiasi infra merah keluar
atmosfer. Hal ini terjadi karena sistem atmosfer bersifat tertutup. Kelebihan
energi tersebut dapat berubah menjadi bentuk energi lainnya sesuai dengan
hukum kekebalan energi. Artinya, energi tidak bisa hilang namun berubah dalam
berbagai bentuk energi lainnya. Energi atmosfer misalnya, dapat berubah
menjadi energi kalor, kinetik dan potensial. Energi kalor berupa panas
permukaan bumi. Energi kinetik bisa dalam bentuk peningkatan kecepatan angin.
Sedangkan energi potensial berupa peningkatan intensitas hujan. Keseluruhan
perubahan bentuk energi ersebut merupakan parameter iklim. Proses inilah yang
menyebabkan terjadinya perubahan iklim akibat dari fenomena pemanasan
global.

46 | P a g e
Naiknya suhu permukaan bumi menyebabkan terjadinya kekacauan pola
musim, khususnya di Indonesia. Di mana cuaca yang tidak menentu membuat
para petani sulit dalam memperkirakan waktu untuk mengelola lahan dan
memanen. Akibat perubahan iklim (climate change) ini, Indonesia memiliki
fenomena musim hujan cenderung lebih pendek. Di sisi lain, musim kemarau
yang lebih panjang telah meningkatkan berbagai ancaman bencana bagi sektor
pertanian. Ancaman bencana yang paling sering menghantui para petani adalah
hidrometeorologi (banjir, kekeringan dan angin puting beliung). Hal ini akan
memiliki dampak serius terhadap lingkungan, produktivitas pertanian dan
ketahanan pangan nasional (Rosmini Maru, 2015).
A. Klasifikasi Iklim

Klasifikasi iklim merupakan pengelompokkan yang didasarkan pada


persamaansifat dari satu atau lebih unsur iklim. Berdasarkan sifat dari satu
atau lebih unsur iklim maka terbentuklah tipe iklim. Perubahan tipe iklim
menyebabkan terjadinya kenaikan suhu permukaan bumi, perubahan pola
hujan dan pergeseran musim (Boer, 2015). Perubahan iklim bukan hanya
diakibatkan oleh manusia, namun juga disebabkan oleh aktivitas alam seperti
fenomena El-nino dan La-nina. Fenomena ini menyebabkan penurunan dan
peningkatan curah hujan dibeberapa daerah di Indonesia (Sasminto, 2014).
Maka dari itu untuk mengurangi dampak negatif dari perubahan tipe iklim
maka dilakukan klasifikasi iklim.

Klasifikasi iklim merupakan pengelompokkan yang didasarkan pada


persamaansifat dari satu atau lebih unsur iklim. Berdasarkan sifat dari satu
atau lebih unsur iklim maka terbentuklah tipe iklim. Perubahan tipe iklim
menyebabkan terjadinya kenaikan suhu permukaan bumi, perubahan pola
hujan dan pergeseran musim (Boer, 2015). Perubahan iklim bukan hanya
diakibatkan oleh manusia, namun juga disebabkan oleh aktivitas alam seperti
fenomena El-nino dan La-nina. Fenomena ini menyebabkan penurunan dan
peningkatan curah hujan dibeberapa daerah di Indonesia (Sasminto, 2014).

56 | P a g e
Maka dari itu untuk mengurangi dampak negatif dari perubahan tipe iklim
maka dilakukan klasifikasi iklim.

Menurut Barry dan Chorley klasifikasi iklim terdiri dari dua yaitu, secara
genetik dan empirik. Klasifikasi iklim secara genetik berdasarkan faktor
penentu iklim yaitu berdasarkan penerimaan radiasi matahari, letak topografi,
aliran massa udara dan arah angin. Klasifikasi berdasarkan radiasi matahari
terbagi menjadi empat yaitu, iklim tropis, iklim subtropis, iklim sedang, dan
iklim kutub. Klasifikasi berdasarkan letak topografi terbagi menjadi empat
yaitu, iklim gunung, iklim darat, iklim laut dan iklim musim. Klasifikasi iklim
berdasarkan massaudara dan arah angin yaitu klasifikasi iklim Fohn (Ariffin,
2019).
B. Pengaruh Iklim
Klasifikasi iklim dapat digunakan di bidang pertanian, penerbangan dan
kelautan. Pada bidang pertanian biasanya menggunakan unsur hujan untuk
perencanaan alokasi penggunaan lahan pertanian, perluasan areal tanam,
rekomendasipola tanam dan pengaturan jadwal tanam. Pengaturan pola tanam
berkaitan dengan kebutuhan air, terutama didaerah non irigasi yang menjadikan
curah hujan sebagai unsur utama dalam budidaya bidang pertanian. Pada bidang
penerbangan biasanya menggunakan unsur angin, awan dan hujan. Faktor
tersebut harus dipertimbangkan dalam pengaturan jadwal penerbangan untuk
meningkatkan keselamatan penumpang. Pada bidang kelautan menggunakan
unsur angin dan suhu. Angin digunakan untuk mengetahui besarnya ombak yang
terbentuk saat pelayaran dan suhu digunakan untuk mempengaruhi jumlah
tangkapan ikan. Sektor pertanian merupakan sumber mata pencarian sebagian
besar penduduk diIndonesia. Maka dari itu klasifikasi iklim lebih ditekankan
untuk pemanfaatan budidaya pertanian. Salah satu dampak perubahan iklim di
sektor pertanian yaitu petani gagal panen akibat iklim esktrim (Boer, 2015).

66 | P a g e
C. Metode Klasifikasi Iklim
1. Metode Koppen

Klasifikasi ini berdasarkan hubungan iklim dan pertumbuhan vegetasi.


Sistem klasifikasi ini paling dikenal dan digunakan secara internasional sejak
publikasi pertamanya 1901. Dasar klasifikasi ini adalah suhu dan hujan rata-
rata maupun tahunan dan vegetasi alami berdasarkan peta vegetasi De
Candolle. Menurut Koppen vegetasi yang hidup secara alami menggambarkan
iklim tempat tumbuhnya. Vegetasi tersebut berkembang sesuai dengan
keseimbangan antara hujan, suhu dan evapotranspirasi. Jumlah hujan yang
sama akan berbeda kegunaannya bila jatuh pada musim yang berbeda. Oleh
karena itu batas klasifikasi koppen berkaitan dengan bataspenyebaran vegetasi.
Klasifikasi iklim koppen disusun berdasarkan simbol tipe iklim yang
menyatakan sifat dan corak masing-masing tipe hanya dengan tanda yang
terdiri dari kombinasi huruf yaitu :
a. Huruf pertama (huruf besar) menyatakan tipe utama

b. Huruf kedua (huruf kecil) menyatakan pengaruh hujan

c. Huruf ketiga (huruf kecil) menyatakan suhu udara

d. Huruf keempat (huruf kecil) menyataakan sifat-sifat hujan khusus.


Pada umumnya, dalam menentukan tipe iklim menurut Koppen bila
perumusannya sampai pada kombinasi dua huruf telah dianggap cukup untuk
mencirikan suatu iklim disuatu daerah.

Tabel 1. Tipe Utama Metode Koppen

Huruf
Iklim Arti
Pertama
A Iklim hujan tropis Suhu bulan terdingin > 180C
B Iklim hujan evaporasi > presipitasi

76 | P a g e
C Iklim sedang hujan Suhu bulan terdingin berkisar
−30C –180Cdan suhu terpanas 10 0C
D Iklim hujan dingin Suhu bulan terdingin <−3 0C dan
suhu bulanterpanas > 10 0C
E Iklim kutub Suhu bulan terpanas < 10 0C
(Sumber : Kartasapoetra, 2012)

Tabel 2. Pengaruh Hujan Metode Koppen

Huruf
Arti
Kedua
F Selalu basah, hujan setiap bulan > 60 mm
S Bulan-bulan kering jatuh pada musim panas
S Stepa atau padang rumput
W Bulan-bulan kering jatuh pada musim dingin
W Padang pasir
F Daerah tertutup es
(Sumber : Kartasapoetra, 2012)
2. Metode Oldeman

Klasifikasi iklim ini digunakan untuk keperluan pertanian di Indonesia.


Oldeman mengklasifikasikan iklim berdasarkan kebutuhan air untuk
persawahan dan palawija. Dasar yang digunakan yaitu rata-rata curah hujan
bulanan selama 10 dan 30 tahun. Ada beberapa tahapan dalam penentuan
Metode Oldeman:
a. Pengelompokkan Sifat Hujan Berdasarkan Metode Oldeman

Pengelompokkan sifat hujan menggunakan bulan basah, bulan lembab


dan bulan kering.
b. Pengelompokkan Tipe Iklim Berdasarkan Metode Oldeman

86 | P a g e
Pengelompokkan tipe iklim menggunakan data pengelompokkan sifat
hujanyaitu bulan basah dan bulan kering.
c. Interpretasi Agroklimat Berdasarkan Metode Oldeman

Interpretasi agroklimat dilakukan untuk menafsirkan tipe iklim metode


Oldeman di bidang pertanian terutama padi.

Tabel 3. Pengelompokkan Sifat Hujan Berdasarkan Metode


Oldeman
No Curah Hujan Sifat Hujan
.
1. > 200 mm Bulan Basah (BB)
2. 100-200 mm Bulan Lembab
(BL)
3. < 100 mm Bulan Kering
(BK)
(Sumber : Lakitan, 2002)
Tipe pengklasifikasian iklim Oldeman ini terbagi menjadi 5 macam,
sementara sub divisinya dibagi menjadi 4 macam, diantaranya:

Tabel 4. Tipe iklim Schmidt-Ferguson (Winarno et al., 2019)

96 | P a g e
3. Metode Schmidt-Ferguson

Sistem ini dikembangkan tahun 1950. Schmidt adalah seorang guru besar
dan pejabat direktur lembaga metologi dan geofisika di Jakarta, sedangkan
Fergusonadalah guru besar pengelolaan hutan fakultas pertanian Universitas
Indonesia. Dasar untuk pengelompokkan iklim dengan menentukan nilai Q
dari perbandingan rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan
basah selama 10 atau 30 tahun. Ada beberapa tahapan dalam penentuan
Metode Schmidt-Ferguson yaitu :
a. Pengelompokkan Sifat Hujan Metode Schmidt-Ferguson

Pengelompokkan sifat hujan menggunakan bulan basah, bulan lembab


dan bulan kering.
b. Pengelompokkan Tipe Iklim Berdasarkan Metode Schmidt-Ferguson

Pengelompokkan Tipe Iklim menggunakan data pengelompokkan sifat


hujan yaitu bulan basah dan bulan kering. Pengelompokkan tipe iklim dengan
menghitung perbandingan rata-rata jumlah bulan kering dan bulan basah.
Perbandingan rata-rata jumlah bulan kering dan bulan basah untuk menentukan
nilai Q. Pada metode ini Bulan lembab tidak dipakai saat menghitung nilai Q.
c. Interpretasi Agroklimat Metode Schmidt-Ferguson

Interpretasi agroklimat dilakukan untuk menafsirkan tipe iklim pada


metode Schmidt-Ferguson. Metode Schmidt-Ferguson biasanya digunakan
pada bidang perkebunan dan kehutanan. Interpretasi agroklimat ini didapatkan
dari pengelompokkan tipe iklim berdasarkan Tabel 2.10.

Tabel 5. Pengelompokkan Sifat Hujan Metode Schmidt-Ferguson

No. Curah Hujan Sifat Hujan


1. > 100 mm Bulan Basah
(BB)
2. 60−100 mm Bulan Lembab

106 | P a g e
(BL)
3. < 60 mm Bulan Kering
(BK)
(Sumber : Lakitan, 2002)
Tabel 6. Pengelompokkan Tipe Iklim Berdasarkan Schmidt-
Ferguson

Tipe Iklim Kriteria


a. Sangat basah 0 < Q < 0,143
b. Basah 0,143 < Q < 0,333
c. Agak basah 0,333 < Q < 0,600
d. Sedang 0,600 < Q < 1,000
e. Agak kering 1,000 < Q < 1,670
f. Kering 1,670 < Q < 3,000
g. Luar biasa kering 7,000 < Q
(Sumber : Kartasapoetra, 2012)

Tabel 7. Interpretasi Agroklimat Metode Schmidt-Ferguson

Tipe Iklim Vegetasi


a. Sangat basah Hutan hujan tropika
b. Basah Hutan hujan tropika
c. Agak basah Hutan rimba
d. Sedang Hutan musim
e. Kering Hutan sabana
f. Sangat kering Padang ilalang

116 | P a g e
g. Luar biasa kering Padang ilalang
(Sumber : Lakitan, 2002)
4. Pembagian Iklim Junghuhn

Junghuhn mengklasifikasikan iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian


suatu tempat dan jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik di
tempat tersebut. Menurut Junghuhn iklim dapat dibedakan menjadi empat, yaitu
panas, sedang, sejuk, dan dingin.

Gambar 1. Klasifikasi iklim Junghuhn (Kasse, 2018)

a.Iklim Panas
Iklim panas terdapat pada daerah yang mempunyai ketinggian 0 meter –
650 meter. Tumbuh-tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik yaitu padi,
jagung, karet, tebu, dan kelapa.
b. Iklim Sedang
Iklim sedang terdapat pada daerah yang mempunyai ketinggian antara 650
meter – 1.500 meter. Tumbuh-tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik yaitu
tembakau, kopi, dan coklat.
c. Iklim Sejuk
Iklim sejuk terdapat pada daerah yang mempunyai ketinggian 1.500 meter
– 2.500 meter. Tumbuh-tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik yaitu the,
kopi, kina, dan sayuran.

126 | P a g e
d. Iklim Dingin
Iklim dingin terdapat pada daerah yang mempunyai ketinggian di atas
2.500 meter. Tidak terdapat tumbuh-tumbuhan kecuali lumut dan semacamnya.

D. Studi Kasus
Judul : Analisis Zona Klasifikasi Iklim Oldeman untuk Kesesuaian
Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Kabupaten Lampung Timur (Agustin et al.,
2022)
1. Kesesuaian Klasifikasi Iklim Oldeman dengan Hasil Produksi Padi

Tabel 8. Kesesuaian Klasifikasi Iklim dengan Hasil Produktivitas


Hasil produksi padi dibagi menjadi 3 kategori yaitu Rendah, Sedang, dan
Tinggi. Hasil produksi dengan nilai 44081,49 ton adalah kategori tinggi, dan
diantara keduanya adalah kategori sedang. Perhitungan kategori ini dapat dilihat
pada lampiran Tabel 9. Tipe iklim A dan B berdasarkan klasifikasi oldeman
artinya tipe dapat A tanam padi terus menerus dan B tanam padi 2 kali dalam
setahun maka produksi yang dihasilkan akan tinggi. Tipe iklim C dan D
berdasarkan klasifikasi oldeman artinya hanya dapat tanam padi sekali dalam
setahun. Tipe iklim E berdasarkan klasifikasi oldeman artinya daerah tidak

136 | P a g e
dapat ditanami padi karena terlalu kering maka hasil produksi padi yang
dihasilkan akan rendah. Wilayah yang memiliki kategori hasil produksinya
tinggi dan bertipe iklim A dan B artinya hubungan antara iklim diwilayah
tersebut dan produksi yang dihasilkan sesuai, dan wilayah yang memiliki
kategori hasil produksinya sedang dan bertipe iklim C dan D artinya hubungan
antara iklim diwilayah tersebut dan produksi yang dihasilkan sesuai, serta
wilayah yang memiliki kategori rendah pada hasil produksinya dan bertipe
iklim E artinya sesuai.

Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa ada 4 kecamatan


yang tidak sesuai antara hasil produksi dan klasifikasi iklimnya dan 13
kecamatan lainnya sesuai. Dari 4 kecamatan yang tidak sesuai ada 2 kecamatan
yang sebenarnya masih dapat dilakukan upaya agar mendapatkan hasil yang
sesuai yaitu Kecamatan Metro Kibang dan Kecamatan Bumi Agung keduanya
memiliki klasifikasi iklim D3 namun hasil produksinya rendah.
2. Kesesuaian Lahan Berdasarkan Iklim Oldeman
Berdasarkan Peraturan Kementrian Pertanian Nomor 79 Tahun 2013
kesesuain lahan yang dihubungkan dengan iklim oldeman Kabupaten Lampung
Timur memiliki 2 macam yaitu sangat sesuai dan sesuai marginal. Kecamatan
yang memiliki lahan sangat sesuai adalah kecamatan yang beriklim C2, C3,D2,
dan D3. Sedangkan kecamatan yang memiliki iklim C1 dan E3 artinya lahan di
kecamatantersebut sesuai marginal. Lahan yang sangat sesuai ditanami padi di
Kabupaten Lampung Timur adalah seluruh kecamatan dengan total luas yaitu
388.992 ha atau setara dengan 98,82% dari wilayah seluruhnya. Kecamatan
yang lahannya sesuai marginal untuk ditanami padi adalah sebagian wilayah di
Kecamatan Labuhan Ratu, Marga Tiga, Purbolinggo, Sekampung Udik,
Sukadana, dan Way Jepara. Lahan ini memiliki luas 4.659 ha atau setara dengan
1,18% wilayah seluruhnya.

146 | P a g e
BAB IV. PENUTUP

Pengklasifikasian iklim dapat dikelompokkan menjadi beberapa iklim


sesuai dengan beberapa kriteria seperti matahari, garis lintang, dan berdasarkan
pendapat para ahli. Berdasarkan garis lintang, bumi dikelompokkan menjadi 4
iklim yaitu iklim tropis, iklim subtropis, iklim sedang, dan iklim dingin.
Sedangkan menurut para ahli, ada beberapa pendapat seperti pembagian ilim
Oldeman, pembagian ilim Schmidt-Ferguson, pembagian iklim Kopen, dan
pembagian iklim Junghuhn dengan masing masing cara pengelompokannya.

Dari klasifikasi iklim tersebut, dapat ditentukan tanaman apa yang cocok
untuk dibudidayakan di suatu tempat. Seperti penggunaan cara pembagian iklim
Schmidt-Ferguson yang cocok digunakan untuk menentukan tanaman
perkebunan dan tanaman hutan apa yang cocok dibudidayakan di suatu wilayah.
Begitu pula penggunaan klasifikasi iklim Oldeman yang cocok digunakan untuk
memperkirakan tanaman semusim apa yang cocok ditanam seperti padi dan
palawija yang dihitung berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering suatu
wilayah.

156 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah,Y.H. (2015). Pengertian, Unsur dan Klasifikasi Iklim. Universitas


Muhammadyah Yogyakarta.

Ariffin. Metode Klasifikasi Iklim di Indonesia. 2019. (Malang: UB Press).

Boer, R, Perdinan, Faqih, A, dan Amanah, SA, (2015). Kerentanan dan


Pengelolaan Risiko Iklim Pada sektor Pertanian, Sumberdaya Air &
Sumber Kehidupan Masyarakat Nusa Tenggara Timur, UNDP-SPARC
Project. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutan. Jakarta.

Kasse, Olarita. 2018. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Lahan Kering.
Universitas Timor. Kefamenanu.
Maru, S. Ramli, U. Hariyanto. Nur, A.S.T. Rasyid, R. (2015). Klasifikasi Iklim
Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan Menurut Scmidth Fergusson.
Prosiding Seminar Nasional. Hal. 729-734.

Rosmini Maru, Ramli Umar, Harianto, dan Nur Anny Suryaningsih Taufieq. 2015.
Klasifikasi Iklim Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan Menurut
Scmidth Fergusson. Seminar Nasional 2015 Lembaga Penelitian UNM.
Makassar.

Sasminto, Retno Ayu dkk. 2014. Jurnal Sumberdaya Alam Dan Lingkungan:
Analisis Spasial Penentuan Iklim Menurut Schmidt-Ferguson Dan Oldeman
Di Kabupaten Ponorogo. Ponorogo: Universitas Brawijaya

Suryadi, Yadi, Denny Nugroho Sugianto, and Hadiyanto Hadiyanto.2017.


"Identifikasi Perubahan Suhu dan Curah Hujan serta Proyeksinya di Kota
Semarang." Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science,
Enviromental, and Learning. Vol. 14. No. 1.

Winarno, G. D., Sugeng P HHarianto, dan Rio Santoso. 2019. Klimatologi


Pertanian. Pusaka Media. Bandar Lampung.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai