Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI
“RUMUS EMPIRIS DALAM PERKIRAAN ANASIR IKLIM”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Agroklimatologi

Disusun oleh :
Nama : Ahmad Fauzi
NIM : 4442230111
Kelas :ID

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum yang berjudul “Rumus Empiris Dalam Perkiraan Anasir Iklim” ini.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
praktikum pada mata kuliah agroklimatologi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Ritawati, S.TP., M.Sc.,
Bapak kiki Roidelindho, S.TP., M.Sc., Ibu Endang Sulistyorini, S.P., M.Si., selaku
dosen pengampu mata kuliah Agroklimatologi serta kepada Saudari Amanda Mei
selaku Asisten Praktikum Agroklimatologi kelas I D yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan.
Dalam penyusunan hasil praktikum ini , penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Harapan
penulis semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang Rumus
Empiris Dalam Perkiraan Anasir Iklim.

Serang, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................iii
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anasir Iklim .......................................................................................... 2
2.2 Macam-Macam Anasir Iklim ................................................................. 3
2.3 Rumus Empiris Anasir Iklim ................................................................. 5
BAB III METODODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 7
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................... 7
3.3 Cara Kerja .............................................................................................. 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ........................................................................................................ 8
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 11
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 14
5.2 Saran ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Hasil Persentase Penyinaran Perhitungan…………………………… 8


Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Energi Radiasi Matahari…………………………. 9
Tabel 3. Data Hasil Perhitungan RH dan Tekanan Uap…………………………….. 10

iii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Persentase Lama Penyinaran Hujan……………………………………… 8


Grafik 2. Tekanan Uap………………………………………………………………11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Iklim merupakan karakteristik cuaca pada suatu wilayah yang didasarkan atas
data yang terkumpul selama kurun waktu yang lama (sekitar 30 tahun). Klimatologi
adalah IImu yang mempelajari tentang iklim. Menelaah tentang karakteristik iklim
antar wilayah. Kajiannya ditekankan pada aras rata-rata dari unsur-unsur iklim yarg
menjadi cin dari suatu wilayah. Sedangakan cuaca adalah kondisi atmosfer yang
dinamis, dan dapat berubah-ubah dalam waktu yang singkat (dalam hari/jam).
Klimatologi pada dasarnya mempelajari peranan unsur-unsur cuaca atau iklim baik
skala global, regional maupun lokal atau setempat dalam kegiatan pertanian.
Batasan secara klasik menyatakan bahwa iklim adalah keadaan rata-rata ekstrim
(maksimun dan minimum), frekuensi terjadinya nilai tertentu dari unsur cuaca
ataupun frekuensi dari tipe iklim (Guslim, 2015).

Iklim mengkaji dan membahas tentang pola tingkah laku cuaca pada suatu
tempat atau wilayah berulang selama waktu periode waktu yang panjang. Sebagai
suatu sistem, wilayah iklim cakupannya sangat luas mulai dari skala planiter sampai
pada skala lokal atau setempat merupakan kisaran atmosfer secara bersambung.
Kajiannya menyangkut berbagai aspke proses pembentukan iklim (Sabaruddin,
2014).

Berdasarkan keterangan diatas, dilakukan praktikum Rumus Empiris Dalam


Perkiraan Anasir Iklim.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk memperkirakan salah satu data
anasir iklim berdasarkan data meteorologi yang tersedia.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anasir Iklim


Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang panjang. Studi
tentang iklim dipelajari dalam meteorologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh
posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang
ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai
iklim tropis, lintang menengah, dan lintang tinggi. Ilmu yang mempelajari tentang
iklim adalah klimatologi.

Klimatologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang iklim. Menelaah tentang


karakteristik iklim antar wilayah. Kajiannya ditekankan pada aras rata-rata dari
unsur-unsur iklim yang menjadi ciri dari suatu wilayah. Cuaca pada dasarnya
merupakan kondisi atmosfer yang dinamis yang kapan saja bisa mengalami
perubahan. (Lakitan, 2017)

Pengukuran suatu anasir iklim akan menghasilkan suatu data. Data hasil
pengukuran ini menggambarkan kondisi suatu anasir iklim pada waktu
dilakukannya pengukuran. Akan tetapi, data hasil pengukuran ini belum dapat
dimanfaatkan secara luas. Dalam pengamatan data iklim, perlu diperhatikan tentang
macam dan kondisi alat, cara pencatatan, waktu pengamatan, dan tata letak atau lay
out alat-alat yang digunakan, sehingga dapat mewakili kondisi fisik lingkungan.
Dalam agroklimatologi terdapat beberapa peralatan yang digunakan dalam proses
mengetahui unsure-unsur iklim. Metode statistik dan persamaan matematika dapat
juga dimanfaatkan dalam agroklimatologi untuk mempermudah dalam menelaah
sifat-sifat iklim yang kompleks. Dengan analisis statistik dan matematik data dapat
disederhanakan, ciri-ciri unsur iklim dapat dipelajari dan dianalisis sehingga
mempermudah penelaahan informasi yang terkandung dalam data.

Setiap masalah dalam meteorologi dan klimatologi dapat dianalisis dengan


menggunakan suatu model dapat berupa konsepsi mental, hubungan empirik atau
kumpulan pernyataan-pernyataan matematik statistik. Model-model dalam

2
meteorologi umumnya dapat dikelompokkan dalam model-model deterministik,
parametrik, stokastik atau kombinasinya. (Guslim, 2015)

Pembagian menjadi kelompok-kelompok tersebut tidak selalu dapat dilakukan


dengan tegas , kita dapat membayangkan model-model sebagai tersusun dari
berbagai komponen yang masing-masing seolah-olah merupakan sebuah titik
dalam suatu spectrum kontinu tipe yang satu hingga stokastik murni pada ujung
lain. (Suroso, 2021)

Salah satu hal yang penting untuk memperkirakan unsur cuaca pada satu
wilayah yang mempunyai data terbatas adalah dengan menggunakan rumus
empiris. Rumus empiris ini biasanya digunakan pada satu wilayah belum bisa
mengelola data meteorologi yang mungkin dan bahkan terjadi di lingkungan
Kabupaten atau Kecamatan. (Lakitan, 2017)

Oleh karena itu semua hubungan antar unsur cuaca yang satu dengan yang
lainnya adalah data yang sangat penting untuk memperkirakan salah satu data
meteorologi apabila data tersebut belum diamati.

2.2 Macam-Macam Anasir Iklim


Ada beberapa macam anasir iklim yaitu sebagai berikut:

a) Radiasi Matahari

Radiasi yang dipancarkan matahari walaupun hanya sebagian kecil yang


diterima permukaan bumi merupakan sumber energi utama untuk proses-proses
fisika atmosfer. Proses-proses fisika atmosfer tersebut menentukan keadaan cuaca
dan iklim. Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi.
Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Pertama sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan
bumi dengan arah datangnya sinar matahari.

Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima
oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus. Kedua lama waktu
penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang

3
diterima bumi.Ketiga keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat
menerima panas dan cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan
dari sifat daratan.Keempat banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi
panas yang diterima bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit
panas yang diterima bumi.

b) Suhu Udara

Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam
atmosfer. Secara fisis suhu didefinisikan sebagai tingkat gerakan yang berasal dari
molekul benda, makin cepat gerakan molekulnya, makin tinggi suhunya. Suhu
dapat pula didefinisikan sebagai tingkat panas suatu benda.Suhu di permukaan bumi
makin rendah dengan bertambahnya lintang dan juga makin rendah dengan
bertambahnya ketinggian. Selain itu variasi menurut tempat juga dipengaruhi oleh
posisi daerah terhadap daratan dan lautan serta keadaan unsur iklim. Di daerah
tropika fluktuasi rata-rata suhu harian relatif kecil sepanjang tahun. (Sabaruddin,
2014).

c) Tekanan Udara

Udara di atmosfer terdiri dari sejumlah gas. Gas-gas ini menekan ke bawah
di permukaan bumi, memberikan kekuatan yang kita sebut tekanan atmosfer atau
tekanan udara. Tekanan udara bervariasi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat. Makin tinggi suatu tempat, makin rendah tekanan udaranya. Udara dingin
lebih berat dari pada udara hangat. (Sabaruddin, 2014).

Pada saat tekanan udara tinggi cuaca biasanya kering dan cerah. Sebaliknya,
saat udara naik menyebabkan terjadi daerah tekanan rendah, cuaca biasanya basah
dan berawan.Perubahan tekanan udara membuat angin bertiup membawa massa
udara. Udara biasanya bergerak dari daerah bertekanan tinggi kedaerah bertekanan
rendah, dan ini menghasilkan angin. (Sabaruddin, 2014).

d) Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga
karena adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya. Angin bergerak dari tempat
bertekanan udara tinggi ke tempat bertekanan udara rendah.Angin diberi nama dari

4
mana ia bertiup, misalnya angin timur artinya angin yang bertiup dari timur, angin
selatan adalah angin yang bertiup dari selatan. (Sabaruddin, 2014).

e) Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah kandungan uap air di udara yang terdiri dari
kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif), maupun defisit tekanan uap air.
Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air persatuan volume, kelembaban
relatif adalah membandungkan kandungan tekanan uap air aktual dengan keadaan
jenuhnya. Kelembaban udara umumnya lebih tinggi pada malam hari. Kelembaban
rata-rata harian atau bulanan di daerah tropika basah seperti Indonesia relatif tetap
umumnya RH > 60 persen. (Sabaruddin, 2014).

2.3 Rumus Empiris Anasir Iklim


Salah satu hal yang penting untuk memperkirakan unsur cuaca dari suatu
wilayah yang mempunyai data terbatas adalah menggunakan rumus empiris, karena
biasanya wilayah belum dikelola atau bahkan di Kabupaten atau Kecamatan, data
meteorologinya sangat kurang atau belum ada. Oleh karena itu semua hubungan
antar unsur cuaca yang satu dengan yang lainnya adalah penting untuk
memperkirakan salah satu data meteorologi apabila data tersebut belum diamati.
Beberapa rumus empiris sebagai berikut :

1. Rumus empiris prosentase lama penyinaran bulanan berdasarkan jumlah hari


hujan bulanan
S = ( - 2,25 hari hujan + 90) %

dimana :

S = prosentase lama penyinaran bulanan

2. Rumus empiris untuk menentukan energi radiasi matahari

Banyak stasiun meteorologi hanya mencatat panjang penyinaran matahari dan


radiasi serta jumlah penyinaran matabari. Angstrom menyatakan hubungan kedua
variable tersebut sebagai berikut :

I / Io = a + b. n / N

5
dimana:

I = energi radiasi matahari yang sampi di bumi (cal/cm²)


Io = energi radiasi matahari pada puncak atmosfir (cal/cm²)
n = jumlah jam penyinaran matahari aktual (jam)
N = panjang penyinaran matahari (jam)
a dan b : konstanta, untuk daerah Tropis a = 0,23 dan b = 0,48 dan akan berubah
sesuai dengan latitude dan massa udara daerah tersebut.

3. Rumus empiris untuk menentukan tekanan uap air berdasarkan wet bulb dan
dry bulb.
ed = es – 0,000660.p. (Ta-Tw) . (1+ 0,00115.Tw)

dimana :

ed = tekanan uap dari udara (mbar)


es = tekanan uap jenuh pada wet bulb temperatur (mbar)
p = tekanan udara (mbar)
Ta = dry bulb temperatur (°C)

Tw= wet bulb temperatur (°C)

6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Agroklimatologi yang berjudul Rumus Empiris Dalam Perkiraan
Anasir Iklim dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Oktober 2023 pada pukul 13.00 –
14.40 WIB, bertempatan di Laboratorium Sindangsari.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu kalkulator dan alat tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kertas A4 yang berisi data bulanan
penyinaran matahari, serta data dry bulb dan wet bulb.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum Rumus Empiris Dalam Perkiraan Anasir Iklim
yaitu:

1. Disiapkannya alat tulis dan kalkulator

2. Dijelaskan oleh asisten laboratorium mengenairumus empiris perkiraan


anasir iklim.
3. Dicatat apa yang dijelaskan oleh asisten laboratorium.

4. Dihitung prosentase lama penyinaran bulanan berdasarkan jumlah hari


hujan bulanan masing-masing bulan dengan menggunakan rumus
empirisnya.
5. Dihitung besarnya energi radiasi matahari pada masing-masing hari setiap
bulannya dengan menggunakan rumus empirisnya.
6. Dihitung tekanan uap air berdasarkan wet bulb dan dry bulb pada masing-
masing hari setiap bulannya dengan menggunakan rumus empirisnya.
7. Dicatat hasil perhitungan masing-masing dan dibuat hasil dalam bentuk
laporan.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Data Hasil Persentase Penyinaran Perhitungan
Bulan Jumlah Hari % Penyinaran Hasil % Penyinaran
Hujan Pengamatan Perhitungan
Januari 25 45,9 33,75
Februari 19 43,1 47,25
Maret 18 59,5 49,5
April 11 60,0 65,25
Mei 4 63,9 81
Juni 2 61,9 85,5
Juli 1 64,4 87,75
Agustus 5 88,1 78,75
September 0 72,3 90
Oktober 14 46,9 58,5
November 18 15,3 49,5
Desember 19 57,8 47,25

Grafik 1. Persentase Lama Penyinaran Hujan

Hujan
100
80
60
40
20
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Jumlah Hari Hujan % Penyinaran Hasil Pengamatan


% Penyinaran Perhitungan

8
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Energi Radiasi Matahari

Tgl / Februari Io a b n/N I (Kal/cm2/hari)

1 922,6 0,23 0,48 0,98 646,18


2 922,6 0,23 0,48 0,95 632,90
3 922,6 0,23 0,48 1,00 655,04
4 922,6 0,23 0,48 0,76 548,76
5 922,6 0,23 0,48 0,50 433,62
6 922,6 0,23 0,48 0,50 433,62
7 922,6 0,23 0,48 0,90 610,76
8 922,6 0,23 0,48 0,75 544,33
9 922,6 0,23 0,48 0,80 566,47
10 922,6 0,23 0,48 0,90 610,76
11 922,6 0,23 0,48 1,00 655,04
12 922,6 0,23 0,48 0,90 610,76
13 922,6 0,23 0,48 0,90 610,76
14 922,6 0,23 0,48 0,75 544,33
15 922,6 0,23 0,48 0,20 300,76
16 922,6 0,23 0,48 0,70 522,19
17 922,6 0,23 0,48 0,85 588,61
18 922,6 0,23 0,48 0,70 522,19
19 922,6 0,23 0,48 0,90 610,76
20 922,6 0,23 0,48 0,70 522,19
21 922,6 0,23 0,48 0,90 610,76
22 922,6 0,23 0,48 0,70 522,19
23 922,6 0,23 0,48 0,75 544,33
24 922,6 0,23 0,48 1,00 655,04
25 922,6 0,23 0,48 1,00 655,04
26 922,6 0,23 0,48 0,85 588,61
27 922,6 0,23 0,48 1,00 655,04
28 922,6 0,23 0,48 1,00 655,04

9
29 922,6 0,23 0,48 0,80 566,47

Tabel 3. Data Hasil Perhitungan RH dan Tekanan Uap

Tgl / Ta (drj Tw (drj P Es Ed RH (%) RH *


Februari Celsius) Celsius) (mbar) (mbar) (mbar)
1 25.300 21.200 1.012.38 29,75 26,94 90,55% 78
2 25.300 21.000 1.012.38 30,07 27,12 90,18% 78
3 25.400 21.100 1.012.38 29,91 26,96 90,13% 74
4 25.400 24.200 1.012.38 24,95 24,12 96,67% 80
5 26.600 23.800 1.012.38 25,59 23,66 92,45% 84
6 27.500 23.800 1.012.38 25,59 23,05 90,07% 80
7 27.600 25.000 1.012.38 23,67 21,88 92,43% 79
8 27.800 25.600 1.012.38 22,71 21,19 93,30% 81
9 28.400 25.000 1.012.38 23,67 21,33 94,76% 82
10 27.500 23.200 1.012.38 26,55 23,60 88,80% 86
11 26.800 23.400 1.012.38 26,23 23,89 91,07% 80
12 26.800 24.000 1.012.38 25,27 23,34 92,36% 82
13 27.500 25.200 1.012.38 23,35 21,76 93,19% 82
14 27.900 24.800 1.012.38 23,99 21,85 91,07% 80
15 26.800 23.000 1.012.38 26,87 24,26 90,28% 84
16 26.500 22.400 1.012.38 27,83 25,01 89,86% 82
17 25.900 20.800 1.012.38 30,39 26,90 88,51% 78
18 25.100 21.000 1.012.38 30,07 27,26 90,65% 78
19 25.700 22.000 1.012.38 28,47 25,93 97,07% 75
20 26.800 21.600 1.012.38 29,11 25,54 87,73% 76
21 26.500 24.200 1.012.38 24,95 23,37 93,66% 75
22 27.500 24.200 1.012.38 24,95 22,68 90,90% 79
23 27.600 23.000 1.012.38 26,37 23,71 88,23% 74
24 26.800 23.600 1.012.38 25,91 23,71 91,50% 75
25 27.300 24.400 1.012.38 24,63 22,63 91,87% 75

10
26 27.400 23.800 1.012.38 25,59 23,11 90,30% 75
27 27.000 23.800 1.012.38 25,59 23,39 91,40% 79
28 27.300 24.600 1.012.38 24,31 22,45 92,34% 79
29 27.600 24.000 1.012.38 25,27 22,79 90,18% 76

Grafik 2. Tekanan Uap

Tekanan Uap
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Ta Tw P(mbar) Es(mbar) Ed(mbar) RH(%) RH*

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang sudah dilakuakn, praktikan jadi mengetahui
kegunaan rumus empiris dalam dunia klimatologi maupun dalam agroklimatologi.
Rumus empiris merupakan salah satu hal yang penting yang digunakan untuk
memperkirakan unsur cuaca dari suatu wilayah yang dimana wilayah tersebut tidak
mempunyai alat-alat kliamtologi maupun agroklimatologi.

Kegunaan rumus empiris ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mendapatkan data anasir iklim berdasarkan data meteorologi yang sudah tersedia.
Oleh karena itu hubungan antara cuaca yang satu dengan cuaca yang lainnya sangat
penting untuk memperkirakan salah satu data meteorologi apabila data tersebut
belum diamati.

Selain itu, menggunakan rumus empiris dapat mempermudahkan bagi para


pengguna data meteorologi yang tidak memiliki alat-alat klimatologi secara
lengkap. Data meteorologi yang didapatkan dari cara perhitungan menggunakan

11
rumus empiris merupakan data yang penting bagi para pengguana data meteorologi
yang tidak tersedia alat klimatologi yang lengkap.

Ada beberapa rumus empiris yang digunakan dalam kegiatan perkiraan anasir
data, diantaranya rumus empiris prosentase lama penyinaran bulanan berdasarkan
jumlah hujan bulanan. Rumus empiris ini digunakan untuk mengetahui penyinaran
bulanan berdasarkan jumlah hujan bulanan. Dengan rumus tersebut, kita jadi dapat
mengtahui lamanya penyinaran dalam satuan persen (%). Hasil lama penyinaran
kita dapatkan dengan cara menggunakan rumus S = ( - 2,25 HH + 90) % . Dimana
S adalah prosentase lama penyinaran bulanan, dan HH adalah hari hujan.

Dengan menggunakan rumus tersebut, kita dapat mengtahui berapa jumlah


prosentase lama penyinaran perhitungan matahari. Hasil yang didapatkan berbeda
prosentase penyinaran yang berdasarkan pengamatan. Perbedaan ini terjadi karena
kita hanya menggunakan acuan rumus sebagai penduga bahawa prosentase lama
penyinaran, sedangkan hasil pengamatan terbukti karena dilalukan langsung
dengan pengamatan dilapangan. Selian itu, faktor yang mempengaruhi prosentase
penyinaran perhitungan bisa dikarekan berbedanya jumlah hari hujan pada
masingmasing bulan.

Selain rumus empiris prosentase lama penyinaran bulanan, ada pula rumus
empiris yang digunakan yaitu, rumus empiris untuk menentukan energi radiasi
matahari. Rumus empiris ini digunakan untuk menentukan energi radiasi matahari.
Banyak stasiun meteorologi yang hanya mencatat panjang penyinaran metahari dan
radiasi serta jumlah penyinaran mataharinya saja. Angstrom menyatakan hubungan
kedua variabel tersebut dengan I = (a + b. n / N). Io

Dimana I adalah energi radiasi matahari yang samapai kebumi (cal/cm²), Io


adalah energi matahari yang sampai puncak atmosfer (cal/cm²), n adalah jumlah
jam penyinaran matahari aktual (jam), N adalah panjang penyinaran matahari (jam),
sedangkan a dan b merupakan sebuah konstanta bagi daerah Tropis a = 0,23 dan
Tropis b = 0,48. Nilai konstanta ini dapat berubah sesuai dengan latitude dan massa
udara daerah tersebut. Dalam menggunakan rumus empiris ini, kita terlebih dahulu
mencari nilai Io yang sesuai dengan tanggal dan bulan yang sudah ditentukan. Jika

12
nilai Io sudah ditemukan akan mudah bagi kita mengtahui nila I (energi radiasi
matahari yang sampai ke bumi).

Data hasil yang didapatkan berbeda-beda karena dipengarahi oleh faktor


berbedanya nilai yang jumlah jam penyinaran matahari aktula dan panjang
penyinaran matahari pada tiap harinya. Ini jelas membuat hasil yang didapatkan
berbeda. Selain itu faktor yang mempengaruhi juga ada suhu udara. Jika suhu udara
berbeda dipermukaan berbeda maka akan membuat jam penyinaran dan jumlah
penyinaran semakin besar. Selian itu kelembaban juga dapat mempengaruhi energi
radiasi matahari.

Bukan hanya faktor yang sudah disebutkan diatas hasil perhitungan dan hasil
pengamatan berbeda, faktor lain yang mempengaruhi adalah data yang kami
gunakan dalam rumus empiris ini merupakan data yang digunakan sebagai penduga
untuk mengtahui hasilnya dengan menggunakan rumus empiris tanpa melakukan
pengamatan dilapangan. Sedangkan data yang dihasilkan dari hasil pengamatan
merupakan data yang benar-benar diperoleh dari pengamatan dilapangan sehingga
membuat hasil dari perhitungan dan pengamatan berbeda.

Rumus empiris untuk mementukan tekanan uap air berdasarkan wet bulb dan
dry bulb juga digunakan dalam perkiraan anasir iklim. Dengan rumus ini kita dapat
mengetahui tekana uap dalam perkiraan anasir iklim. Bisa dikatakan jumlah wet
bulb dan dry bulb salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pada tekanan uap
air. Penggunaan rumus empiris yang dilakukan pada saat praktikum kami hanya
digunakan sebagai penduga atau perhitungan saja sedangkan data hasil pengamatan
merupakan merupakan data yang didapatkan sesuai dengan yang terjadi dilapangan.

Satuan pada wet bulb dan dry bulb yaitu °C. selain itu hasil pengamatan
berbeda juga dipengaruhi nilai yang dihasilkan dari tekakan udara, tekakan uap
jenuh, dan tekanan uap air diudara.

13
BAB V
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum rumus empiris dalam perkiraan anasir iklim yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

• Iklim merupakan karakteristik cuaca pada suatu wilayah yang didasarkan atas
data yang terkumpul selama kurun waktu yang lama (sekitar 30 tahun).
• Klimatologi adalah IImu yang mempelajari tentang iklim. Menelaah tentang
karakteristik iklim antar wilayah.
• Pengukuran suatu anasir iklim akan menghasilkan suatu data. Data hasil
pengukuran ini menggambarkan kondisi suatu anasir iklim pada waktu
dilakukannya pengukuran.
• Salah satu hal yang penting untuk memperkirakan unsur cuaca dari suatu
wilayah yang mempunyai data terbatas adalah menggunakan rumus empiris.

7.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum disarankan mahasiswa lebih aktif dalam menggali
informasi tentang bagaimana cara menghitung data dengan lebih baik dan benar.
Praktikan juga diharapkan bekerja dengan teliti. Ketika percobaan berlangsung
praktikan harus memperhatikan dan tidak boleh bercanda serta mengobrol ketika
praktikum sedang berlangsung agar praktikum berjalan aman dan lancar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Guslim. (2015). Agroklimatologi. Medan: USU Press.

Suroso. (2021). Analisis Curah Hujan untuk Membuat Kurva Intensity-


DurationFrequency (IDF) di Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Banyumas
. Jurnal Teknik Sipil. Vol 3 (1).

Lakitan, B. (2017). Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sabaruddin. (2014). Agroklimatologi Aspek-Aspek Klimatik untuk Sistem Budidaya


Tanaman. Bandung: Alfa Beta.

15
16

Anda mungkin juga menyukai