Anda di halaman 1dari 6

NAMA : LISA PUTRI ARYANI

NPM : 2104020046

HUBUNGAN ANTARA NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA

1. Inflasi
Bodie Kane Marcus (2014:141) inflasi adalah tingkat kenaikan harga secara umum.
Tingkat inflasi yang tinggi sering diasosiasikan dengan ekonomi yang “terlalu panas”, yaitu
ekonomi dimana permintaan barang dan jasa lebih tinggi dari kapasitas produksi, sehingga
terjadi kenaikan harga – harga.
Menurut Sukirno (2013:339), faktor – faktor yang menjadi pemicu inflasi adalah :
a) Demand pull Inflation, terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani
permintaan masyarakat terhadap barang berwujud didalam pasar. Masalah kekurangan
barang akan berlaku dan ini akan mendorong kepada kenaikan harga – harga. Inflasi karena
permintaan biasanya akan berlaku ketika perekonomian berjalan dengan pesat.
b) Cost push Inflation, adalah masalah kenaikan harga – harga dalam perekonomian yang
diakibatkan oleh kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi akan mendorong
perusahaan-perusahaan menaikkan harga, walaupun harus mengambil resiko akan
mengahadapi pengurangan dalam permintaan barang-barang yang diproduksinya.

2. Nilai Tukar
Pendapat yang dikemukan oleh Mankiw-Quah Wilson (2014:32), nilai tukar dibagi
menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal diartikan sebagai nilai yang digunakan seseornag saat
menukar mata uang suatu Negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai tukar riil
diartikan sebagai nilai yang digunakan oleh seseorang saat menukarkan barang dan jasa dari
suatu Negara dengan barang dan jasa dari Negara lain.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurs menurut Sukirno (2013) sebagai berikut:
a) Perubahan dalam cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsinya atas barang-
barang yang di produksi di dalam maupun luar negeri. Perbaikan kualitas barang-barang
dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan juga dapat menaikkan
ekspor.
b) Perubahan harga barang ekspor dan impor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual
dengan harga relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor
akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor dan
kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan harga
barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam permintaan dan penawaran
valuta asing.
c) Kenaikan harga umum (inflasi). Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran
valuta asing. Inflasi pada umumnya cenderung menurunkan nilai valuta asing.
d) Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi. Suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri
mengalir keluar negeri sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi
akan menyebabkan modal luar negeri akan masuk ke dalam negeri.
e) Pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Efek yang akan ditimbulkan oleh suatu kemajuan
ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung pada pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Apabila kemajuan ekonomi diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas
mata uang asing akan bertambah lebih cepat dari penawarannya sehingga mata uang tersebut
akan naik.

3. Suku Bunga
Menurut Kasmir (2014:114) bunga bank dapat diartikan balas jasa yang diberikan oleh
bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga juga bisa diartikan harga yang harus dibayar kepada nasabah dengan yang
harus dibayar oleh nasabah kepada bank.
Kasmir (2014:115) mengatakan faktor – faktor yang mempengaruhi naik turunnya suku
bunga diantaranya :
a) Kebutuhan Dana Bank. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank tersebut agar cepat terpenuhi adalah dengan
meningkatkan suku bunga pinjaman. Namun peningkatan suku bunga simpanna juga akan
meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan di
bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit maka bunga simpanan akan turun.
b) Target laba yang diinginkan sesuai dengan target para investor, jika laba yang diinginkan
besar, maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
c) Kualitas Jaminan juga diperuntukkan untuk bunga. Semakin likuid jaminan (mudah
dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan demikian
sebaliknya.
d) Kebijaksanaan Pemerintah. Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman
kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
e) Jangka Waktu Simpanan. Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka
waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, semakin tinggi
bunganya. Begitupun sebaliknya. Hal ini disebabkan besar kecilnyanya resiko macet dimasa
yang akan dating. Akan tetapi untuk bunga simpanan berlaku sebaliknya, semakin panjang
jangka waktu maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya.

Hubungan Antara Nilai Tukar, Inflasi Dan Suku Bunga


Nilai tukar, inflasi, dan suku bunga merupakan tiga variabel makroekonomi yang saling
terkait. Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Inflasi adalah
kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu perekonomian. Suku bunga adalah
biaya untuk meminjam uang.
Pemahaman tentang hubungan antara ketiga variabel tersebut penting bagi pemerintah,
bank sentral, dan pelaku ekonomi. Pemerintah dan bank sentral perlu memahami hubungan
tersebut agar dapat menyusun kebijakan yang tepat untuk mencapai tujuan ekonomi yang
diinginkan. Pelaku ekonomi juga perlu memahami hubungan tersebut agar dapat mengambil
keputusan yang tepat dalam kegiatan ekonominya.
Hubungan antara Nilai Tukar dan Inflasi
Nilai tukar dan inflasi memiliki hubungan negatif. Jika inflasi suatu negara meningkat,
maka nilai tukar mata uangnya akan cenderung melemah. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan harga barang dan jasa akan menyebabkan
penurunan daya beli mata uang tersebut.
2. Penurunan permintaan mata uang. Investor akan cenderung mengurangi permintaan
terhadap mata uang tersebut karena keuntungan yang diperoleh dari investasi di
negara tersebut akan berkurang.

Hubungan antara Nilai Tukar dan Suku Bunga


Nilai tukar dan suku bunga memiliki hubungan positif. Jika suku bunga suatu negara
meningkat, maka nilai tukar mata uangnya akan cenderung menguat. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga akan membuat mata uang tersebut lebih
menarik bagi investor.
2. Penurunan aliran modal keluar. Investor akan cenderung mengurangi aliran modal keluar
dari negara tersebut untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi.

Hubungan antara Inflasi dan Suku Bunga


Berdasarkan data empiris, tingkat inflasi selalu lebih tinggi dari suku bunga, akibatnya
daya beli dari uang penabung atau deposan mengalami penurunan meskipun secara absolut
jumlah uangnya sudah bertambah dengan adanya tambahan dari bunga yang diterimanya.
Berdasarkan fakta ini, maka jelas bunga tidak membuat orang lebih kaya jika uangnya
ditabungkan atau didepositokan, tetapi malah sebaliknya.
Sekarang timbul pertanyaan, mengapa inflasi atau suku bunga membuat orang lebih
miskin? Jawabnya yaitu bahwa, inflasi menimbulkan biaya. Jika inflasi menimbulkan biaya,
maka bunga juga menimbulkan biaya. Biaya uang yaitu suku bunga (interest) yang ditimbulkan
oleh inflasi (Mankiw. 2007) yaitu;
1) Biaya pulang pergi ke bank untuk mengambil uang (shoeleather cost),
2) Biaya perusahaan untuk merubah harga karena inflasi (menu cost),
3) Biaya ketidak nyamanan hidup dengan selalu berubahnya harga,
4) Pajak yang dibebankan pada keuntungan (sebab pajak selalu menenetukan besarnya pajak
dari keuntungan nominal bukan dari keuntungan riil, padahal dengan adanya inflasi,
maka keuntungang riil lebih kecil sedangkan pajak yang dibayarkan lebih besar).
Dalam teori klasik, bahwa “bunga” merupakan harga kapital (price of capital), dimana
apabila permintaan modal (uang) naik maka bunga akan naik pula, tetapi orang meminta uang
atau meminjam uang bukan semata-mata untuk investasi tetapi juga untuk transaksi (konsumsi)
dan spekulasi. Meskipun demikian peminjam tetap dikenakan bunga. Itulah sebabnya dalam
ekonomi kapitalis, kegiatan transaksi ekonomi lebih banyak di sektor keuangan ini dibandingkan
dengan sektor riil. Selanjutnya diketahui pula bahwa, tingkat bunga mempunyai hubungan
dengan tingkat inflasi. Hubungan tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil dengan inflasi
dapat ditulis sebagai berikut:

i=r+π
Persamaan di atas merupakan persamaan Irving Fisher (Fisher equation). Dari persamaan
tersebut ditunjukkan bahwa, tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan (Makiw. 2007) yaitu;
1) Karena tingkat bunga riil berubah dan
2) Karena tingkat inflasi berubah

Inflasi dan suku bunga memiliki hubungan positif. Jika inflasi suatu negara meningkat,
maka suku bunga akan cenderung meningkat pula. Hal ini dilakukan oleh bank sentral untuk
mengendalikan inflasi.

Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Bank Sentral terhadap Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku
Bunga
Pemerintah dan bank sentral dapat menggunakan kebijakan moneter dan fiskal untuk
mempengaruhi nilai tukar, inflasi, dan suku bunga.
1. Kebijakan moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar di perekonomian. Kebijakan moneter yang dapat
mempengaruhi nilai tukar, inflasi, dan suku bunga antara lain:
a. Kenaikan suku bunga, Kenaikan suku bunga akan menyebabkan nilai tukar menguat,
inflasi menurun, dan permintaan kredit menurun.
b. Penurunan suku bunga, Penurunan suku bunga akan menyebabkan nilai tukar melemah,
inflasi meningkat, dan permintaan kredit meningkat.
2. Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mempengaruhi
pengeluaran dan pendapatan pemerintah. Kebijakan fiskal yang dapat mempengaruhi nilai tukar,
inflasi, dan suku bunga antara lain:
a. Peningkatan defisit anggaran akan menyebabkan nilai tukar melemah, inflasi meningkat,
dan suku bunga meningkat.
b. Penurunan defisit anggaran akan menyebabkan nilai tukar menguat, inflasi menurun, dan
suku bunga menurun.
Dengan memahami hubungan antara nilai tukar, inflasi, dan suku bunga, maka
pemerintah dan bank sentral dapat menyusun kebijakan yang tepat untuk mencapai tujuan
ekonomi yang diinginkan.

Contoh Kasus
Pada tahun 2023, inflasi di Indonesia meningkat menjadi 6%. Hal ini menyebabkan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS melemah menjadi Rp15.000 per dolar AS. Untuk mengendalikan
inflasi, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,25%.
Kenaikan suku bunga tersebut menyebabkan nilai tukar rupiah menguat menjadi Rp14.500 per
dolar AS.

Anda mungkin juga menyukai