Anda di halaman 1dari 4

2.

4 Nilai Uang Dari Waktu Yang Berbeda

Time value of money adalah gagasan bahwa nilai uang dipengaruhi oleh waktu. Konsep ini
memperhitungkan nilai uang berdasarkan waktu karena nilai uang yang dimiliki saat ini akan
berbeda dengan nilai uang di masa depan. Salah satu faktor utama yang menyebabkan perubahan
nilai uang adalah inflasi yang menyebabkan kenaikan harga sehingga menurunkan nilai uang yang
dimiliki. Inflasi adalah peningkatan pada tingkat rata-rata harga, dan harga merupakan nilai
pertukaran antara uang dan barang atau jasa. Konsep ini menunjukkan bahwa uang dengan jumlah
yang sama akan lebih bernilai saat ini dibandingkan dengan di masa mendatang. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi inflasi atau nilai uang secara umum di masa yang akan datang, yaitu
sebagai berikut.

1. Tingkat Suku Bunga


Tingkat suku bunga dapat berpengaruh terhadap inflasi karena suku bunga dapat
mempengaruhi tingkat pengeluaran konsumen dan investasi. Ketika suku bunga naik, biaya
pinjaman bagi konsumen dan perusahaan meningkat, yang dapat mengurangi pengeluaran
dan investasi. Akibatnya, permintaan terhadap barang dan jasa dapat menurun, yang pada
akhirnya dapat menurunkan harga. Namun, jika suku bunga rendah, konsumen dan
perusahaan akan lebih mampu mengambil pinjaman dan melakukan investasi, yang dapat
meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga meningkatkan harga. Selain
itu, perubahan suku bunga juga dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi impor dan ekspor serta harga barang-barang yang
diperdagangkan. Oleh karena itu, tingkat suku bunga adalah salah satu faktor penting yang
diperhatikan oleh bank sentral dalam menentukan kebijakan moneter untuk mempengaruhi
inflasi dan perekonomian secara keseluruhan.
2. Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang yang beredar dapat mempengaruhi inflasi karena jumlah uang yang
tersedia untuk dibelanjakan oleh konsumen dan perusahaan mempengaruhi permintaan
terhadap barang dan jasa. Jika jumlah uang yang beredar meningkat tanpa peningkatan yang
sesuai dalam produksi barang dan jasa, permintaan akan meningkat lebih cepat daripada
pasokan, yang pada gilirannya akan meningkatkan harga. Hal ini dikarenakan terdapat
terlalu banyak uang yang mengejar terlalu sedikit barang dan jasa yang tersedia. Dalam hal
ini, konsumen dan perusahaan akan bersaing untuk mendapatkan barang dan jasa, dan
produsen akan meningkatkan harga untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Sebaliknya, jika jumlah uang yang beredar berkurang, maka permintaan juga akan turun, dan
pada akhirnya harga barang dan jasa akan menurun. Oleh karena itu, bank sentral
bertanggung jawab untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar melalui kebijakan
moneter seperti suku bunga dan cadangan bank, dengan tujuan mengendalikan inflasi dan
menjaga stabilitas perekonomian secara keseluruhan.
3. Nilai Tukar Barang/Jasa
Nilai tukar barang dan jasa dapat mempengaruhi inflasi karena nilai tukar dapat
memengaruhi harga barang dan jasa yang diperdagangkan antara negara. Ketika nilai tukar
suatu mata uang melemah terhadap mata uang lain, maka barang dan jasa yang diekspor
akan menjadi lebih murah bagi pembeli asing, sementara barang dan jasa yang diimpor akan
menjadi lebih mahal bagi konsumen dalam negeri. Akibatnya, impor akan menurun karena
lebih mahal, sementara ekspor akan meningkat karena lebih murah, sehingga meningkatkan
permintaan terhadap produk dalam negeri. Hal ini dapat menyebabkan naiknya harga
barang dan jasa di dalam negeri karena permintaan meningkat. Sebaliknya, jika nilai tukar
suatu mata uang menguat terhadap mata uang lain, maka barang dan jasa yang diimpor
akan menjadi lebih murah, sementara barang dan jasa yang diekspor akan menjadi lebih
mahal. Akibatnya, impor akan meningkat karena lebih murah, sedangkan ekspor akan
menurun karena lebih mahal. Hal ini dapat menurunkan permintaan terhadap produk dalam
negeri, dan pada akhirnya dapat menurunkan harga barang dan jasa. Oleh karena itu, nilai
tukar mata uang dapat mempengaruhi inflasi dengan mempengaruhi harga barang dan jasa
yang diperdagangkan.
4. Konsumsi Rumah Tanga
Konsumsi rumah tangga dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
inflasi dalam perekonomian. Ini karena konsumsi rumah tangga merupakan salah satu faktor
utama dalam permintaan agregat atau total permintaan di pasar. Jika tingkat konsumsi
rumah tangga meningkat secara signifikan, maka permintaan agregat di pasar juga akan
meningkat, yang dapat menyebabkan naiknya harga barang dan jasa.
Selain itu, konsumsi rumah tangga juga dapat mempengaruhi tingkat inflasi melalui
mekanisme transmisi yang disebut "domino effect" atau efek domino. Jika harga barang dan
jasa meningkat, maka konsumen mungkin akan merasa sulit untuk membeli barang-barang
yang biasanya mereka beli. Hal ini kemudian dapat menyebabkan penurunan konsumsi
rumah tangga, yang dapat mengurangi permintaan agregat dan akhirnya menekan harga
barang dan jasa. Namun, jika inflasi berlanjut, maka ini juga dapat memicu kenaikan upah,
biaya produksi, dan harga jual, yang pada akhirnya dapat meningkatkan inflasi lagi.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan bank sentral untuk memantau konsumsi
rumah tangga dan memastikan bahwa inflasi tetap dalam batas yang dapat diterima.
Mereka dapat menggunakan kebijakan moneter seperti menaikkan suku bunga atau
memperketat persyaratan kredit untuk mengurangi permintaan agregat dan menekan
inflasi. Selain itu, pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal seperti pengurangan
pajak atau kenaikan belanja publik untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga dan
mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi harus diimbangi dengan menjaga keseimbangan
antara inflasi dan stabilitas ekonomi.

Tujuan dari melakukan perhitungan tingkat harga keseluruhan dalam suatu perekonomian adalah
untuk memudahkan kita memperbandingkan nilai uang di berbagai waktu. Setelah kita mengetahui
bagaimana ineks harga dihitung, kita perlu melihat bagaimana menggunakan indeks tersebut untuk
membandingkan nilai uang dari masa lalu terhadap nilai uang masa kini. Sebuah indeks harga seperti
halnya indeks harga konsumenn akan mengukur tingkat harga sehigga menentukan besaran koreksi
inflasi.

Rumus yang digunakan untuk mengubah nilai uang dari tahun T menjadi tahun saat ini adalah
sebagai berikut.

Tingkat harga hariini


Jumlah mata uang hari ini = jumlah mata uang tahun T x
Tingkat hargatahun T
Misalnya, kita ingin mengetahui, apakah gaji sebesar $80.000 pada tahun 1931 bagi pemain
baseball di Amerika Serikat, lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan gaji pemain baseball
saat ini? Statistik pemerintah menunjukan sebuah indeks harga konsumen sebesar 15,2 pada tahun
1931 dan 229,5 pada tahun 2012.Kita dapat menggunakan angka ini untuk menghitung gaji pemain
tersebut dalam hitungan tahun 2012 sebagai berikut.

229 ,5
Jumlah dolar tahun 2012 = Gaji tahun 1931 x =$ 1.207 .894
15 ,2
Dari tingkatan uang tersebut, kita dapat mengetahui bahwa gaji pemain baseball Amerika Serikat
pada tahun 1931, ekuivalen dengan gaji tahun 2012 sebesar lebih dari $1,2 juta. Nilai ini
menunjukkan adanya peningkatan pendapatan beserta dengan kenaikan inflasi yang ada.

Jumlah uang yang tersedia di dalam suatu perekonomian disebut sebagai pasokan uang (money
supply). Pada sistem uang komoditas, pasokan uang adalah jumlah dari komoditas tersebut. Pada
perekonomian yang menggunakan uang fiat, seperti pada kebanyakan perekonomian saat ini,
pemerintah mengontrol pasokan uang dengan adanya pembatasan-pembatasan hukum yang
memberikan monopoli kepada pemerintah untuk mencetak uang. Sama halnya dengan tingkat
perpajakan dan tingkat pembelian pemerintah, jumlah uang merupakan instrumen kebijakan
pemerintah. Pengendalian pemerintah terhadap pasokan uang disebut kebijakan moneter.
Kebijakan moneter didelegasikan kepada institusi yang sebagian independen yang disebut bank
sentral. Bank sentral merupakan pelaku utama dalam pengendalian pasokan uang, dikarenakan
mereka memiliki kewenangan dalam pencetakan uang dan apabila bank sentral menstabilkan
pasokan uang, maka tingkatan harga akan stabil. Namun, bila bank sentral meningkatkan pasokan
harga, maka tingkatan harga juga akan turut meningkat atau fenomena tersebut juga bisa dikatakan
sebagai inflasi.

2.5 Menetapkan Indeks Guna Mengoreksi Dampak Inflasi

Indeks harga adalah alat ukur yang digunakan untuk menghitung perubahan harga barang dan
jasa di pasar. Dalam konteks mengoreksi dampak inflasi, indeks harga sangat berguna untuk
menghitung tingkat inflasi dalam suatu perekonomian. Dengan mengetahui Indeks Harga Konsumen,
Laju Inflasi pada suatu negara dapat kita ketahui dan digunakan sebagai suatu bahan pengambilan
keputusan, seperti kebijakan moneter ataupun fiskal.

Dengan menggunakan indeks harga, pemerintah dan bank sentral dapat memonitor perubahan
harga secara berkala dan mengidentifikasi apakah inflasi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ini
membantu pemerintah dan bank sentral untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga
inflasi dalam batas yang dapat diterima dan mencegah dampak negatif dari inflasi pada
perekonomian.

Selain itu, indeks harga juga berguna dalam menghitung pertumbuhan ekonomi riil, yaitu
pertumbuhan ekonomi yang disesuaikan dengan inflasi. Dalam hal ini, indeks harga digunakan untuk
menyesuaikan nilai nominal dari produk domestik bruto (PDB) dengan inflasi. Ini membantu untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya tanpa adanya efek inflasi yang mungkin
memutarbalikkan hasil.

Dalam bisnis dan investasi, indeks harga juga dapat digunakan untuk membandingkan harga aset
dan investasi seiring waktu, serta memprediksi tren harga di masa depan. Ini membantu investor
dan perusahaan untuk mengambil keputusan yang lebih cerdas dan meminimalkan risiko dalam
lingkungan yang berkembang dan bergejolak.

2.6 Tingkat Bunga Riil dan Nominal

Suku bunga adalah biaya yang dibebankan oleh pemberi pinjaman kepada peminjam untuk
menggunakan uang mereka. Ada dua jenis suku bunga yang umumnya digunakan dalam keuangan,
yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tingkatan suku
bunga dapat berpengaruh terhadap inflasi karena suku bunga dapat mempengaruhi tingkat
pengeluaran konsumen dan investasi. Ketika suku bunga naik, biaya pinjaman bagi konsumen dan
perusahaan meningkat, yang dapat mengurangi pengeluaran dan investasi. Misalnya Anda menyetor
tabungan Anda ke dalam akun bank yang membayar bunga 8 persen setiap tahun. Tahun depan,
Anda menarik tabungan Anda dan bunga yang terakumulasi. Tentunya, Anda memiliki 8 persen lebih
banyak uang daripada sebelumnya. Namun, jika harga telah naik, setiap dolar membeli lebih sedikit,
dan daya beli Anda tidak meningkat sebesar 8 persen. Jika tingkat inflasi adalah 5 persen selama
setahun, maka jumlah barang yang dapat Anda beli hanya meningkat sebesar 3 persen. Dan jika
tingkat inflasi adalah 10 persen, maka daya beli Anda telah turun sebesar 2 persen.

Bunga nominal adalah suku bunga yang dinyatakan secara eksplisit dalam kontrak pinjaman atau
investasi. Ini merupakan biaya tetap yang harus dibayar oleh peminjam atau investor atas pinjaman
atau investasi mereka. Sementara itu, suku bunga riil adalah suku bunga yang dihitung dengan
memperhitungkan inflasi. Dalam suku bunga riil, nilai inflasi dikurangkan dari suku bunga nominal
untuk menghasilkan suku bunga riil yang sebenarnya. Bunga nominal dinyatakan dalam persentase
per tahun dan biasanya tidak memperhitungkan inflasi atau biaya-biaya lainnya. Irving Fisher (1867–
1947) mengembangkan suatu formula atau persamaan untuk mengetahui tingkatan suku bunga
nominal, yakni sebagai berikut.

i=r + π
i = suku bunga nominal

r = suku bunga riil

π = laju inflasi
Misalnya, laju inflasi di suatu negara sebesar 5% dan tingkat bunga nominalnya sebesar 9%.
Tentukan tingkat bunga riil.

i=r + π
r =i−π
r = 9% - 5%
= 4%
Dikarenakan tingkatan suku bunga riil merupakan hasil dari pengurangan suku bunga nominal
dengan laju inflasi, maka tingkat suku bunga riil, yaitu sebesar 4% pada negara tersebut.

Persamaan Fisher memberi tahu kita bagaimana pertumbuhan uang memengaruhi suku bunga
nominal. Menurut persamaan Fisher, kenaikan inflasi sebesar 1 persen pada gilirannya
menyebabkan kenaikan suku bunga nominal sebesar 1 persen. Hubungan satu lawan satu antara
tingkat inflasi dan suku bunga nominal disebut efek Fisher.

Anda mungkin juga menyukai