Anda di halaman 1dari 23

“Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara

terus menerus selama peride tertentu”.(Nopirin)

“kenaikan harga secara umum”. (samuelson)


Pengertian

“penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasa


secara umum”

Kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum


dan terus menerus.(boediono)

Suatu proses kenaikan harga-harga yg berlaku dlm suatu


perekonomian (sadono sukirno)
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama dan Mandala
(2001:203)
1. Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih
tinggi darpada harga periode sebelumnya.
2. Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan
inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga
secara umum naik.
3. Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan
memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu
perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu
minimal bulanan
1. Kenaikan permintaan (Demand Pull
Inflation)
2. Kelangkaan Barang dipasaran
3. Biaya produksi (Cos Pull Inflation)
4. Jumlah uang yang beredar bertambah
Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

1. Inflasi ringan : Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu
mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini dapat dengan mudah
dikendalikan. Harga-harga yang naik secara umum, namun belum
menimbulkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan berada di bawah
10% per tahun.
2. Inflasi sedang : Inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi
inflasi ini bisa menurunkan kesejahteraan orang-orang berpenghasilan
tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.
3. Inflasi berat : Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada
inflasi berat ini, biasanya orang cenderung menyimpan barang. Dan pada
umumnya orang mengurungkan niatnya untuk menabung, karena bunga
pada tabungan lebih rendah daripada laju inflasi. Inflasi berat berkisar
antara 30%-100% per tahun.
4. Inflasi sangat berat (Hyperinflation) : Inflasi jenis ini sudah mengacaukan
kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi yang sangat berat berada
pada 100% keatas setiap tahun.
Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya

1. Inflasi yang bersumber dari luar negeri : Inflasi ini terjadi karena ada
kenaikan harga di luar negeri. Pada perdagangan bebas, banyak
negara yang saling berhubungan dalam perdagangan. Bila suatu
negara mengimpor barang pada negara yang mengalami inflasi,
maka otomatis kenaikan harga tersebut (inflasi) akan memengaruhi
harga-harga dalam negerinya sehingga menimbulkan inflasi.
Contoh, Indonesia banyak mengimpor barang-barang modal dari
negara lain. Jika di negara itu harga barang-barang modal naik,
maka kenaikannya itu akan turut berpengaruh di Indonesia sehingga
menimbulkan inflasi.

2. Inflasi yang bersumber dari dalam negeri : Inflasi yang bersumber


dari dalam negeri dapat terjadi karena pencetakan uang baru oleh
pemerintah atau penerapan anggaran defisit. Inflasi yang bersumber
dari dalam negeri juga dapat terjadi karena kegagalan panen.
Kegagalan panen menyebabkan penawaran pada suatu jenis barang
berkurang, sedangkan permintaan tetap, sehingga harga-harga akan
naik.
Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

1. Kenaikan permintaan
2. Kelangkaan Barang dipasaran
3. Kenaikan biaya produksi
4. Bertambahnya jumlah uang yang beredar
Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Cakupanya

1. kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan


satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut
inflasi tertutup (Closed Inflation).

2. kenaikan harga terjadi pada semua barang secara


umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi
terbuka (Open Inflation)
Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan
sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu
1. Merayap {Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan
harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta
dalam jangka waktu yang relatif lama.
2. Inflasi menengah {Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan
kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga
minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan
seterusnya.
3. Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan
harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan
tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja.
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase
perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah
Indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu
tertentu. IHK merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur
tingkat inflasi. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan
tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan
jasa.
Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari
barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses
produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa
depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi,
yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditas-komoditas tertentu.
Indeks harga barang-barang modal
Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang
baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Tahun Dasar 2014 Tahun 2015
Barang
Bobot (Q) Harga (P) P.Q Harga (P) P.Q
Beras 30 8.000 240.000 10.000 300.000
Jagung 5 3.000 15.000 4.500 22.500
Obat 5 2.000 10.000 2.500 12.500
BBM 15 3.500 52.500 4.500 67.500
Olah Raga 5 2.000 10.000 3.000 15.000
Pakaian 20 7.000 140.000 9.000 180.000
Rumah 20 15.000 300.000 18.500 370.000
Jumlah 100 767.500 967.500
1. Dampak Inflasi terhadap Pendapatan : Inflasi dapat mengubah
pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat
menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi
inflasi lunak), inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi.
Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas
produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan kerja
baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun,
bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap inflasi akan
menyebabkan mereka rugi karena penghasilan yang tetap itu jika
ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.

2. Dampak Inflasi Terhadap Ekspor : Pada keadaan inflasi, daya saing


untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi
karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat
menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami
kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang
mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang
diperoleh juga semakin kecil.
1. Dampak Inflasi Terhadap Minat Orang untuk Menabung : Pada
masa inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena
jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang
karena laju inflasi. Misalnya, bulan januria tahun 2006 seseorang
menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito satu tahun.
Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15%
per tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang januari 2006-januari
2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari uang
yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk menabung
akan berkurang.

2. Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi Harga Pokok : Keadaan inflasi


menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok dapat
terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari
inflasi tidak teratur, kita tidak dapat memastikan berapa persen
inflasi untuk masa tertentu. Akibatnya, penetapan harga pokok
dan harga jual sering tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat
mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan penetapan persediaan kas : menetapkan persediaan uang yang beredar
dengan jalan menetapkan persediaan uang kas pada bank-bank. Dengan
mewajibkan bank-bank umum dapat diedarkan oleh bank-bank umum menjadi
sedikit. Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.
Kebijakan diskonto : meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar
masyarakat terdorong untuk menabung. Dengan demikian, diharapkan jumlah uang
yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
Kebijakan operasi pasar terbuka : menjual surat-surat berharga, misalnya Surat
Utang Negara (SUN). Semakin banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual,
jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi.

2. Kebijakan Fiskal
Menghemat pengeluaran pemerintah : Pemerintah dapat menekan inflasi dengan
cara mengurangi pengeluaran, sehingga permintaan akan barang dan jasa berkurang
yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.
Menaikkan tarif pajak : Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif
pajak. Naiknya tarif pajak untuk rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi
tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat konsumsi dapat mengurangi permintaan
barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.
3. Kebijakan Lain di Luar Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Meningkatkan produksi dan menambah jumlah barang di pasar :
Untuk menambah produksi, pemerintah dapat mengeluarkan
produksi. Hal itu dapat ditempuh, misalnya, dengan memberi
premi atau subsidi pada perusahaan yang dapat memenuhi target
tertentu. Selain itu, untuk menambah jumlah barang yang
beredar, pemerintah juga dapat melonggarkan keran impor.
Misalnya, dengan menurunkan bea masuk barang impor.

Menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang :


Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada
sehingga inflasi dapat dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus
realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis, dapat berakibat
terjadi pasar gelap (black market).
Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingakatnya akan menghambat perkembangan ekonomi.
Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak
menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan
uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan
tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak
pengangguran akan terwujud.
Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula ke atas
perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang Negara itu tidak
dapat bersaing di pasaran internasional, selanjutnya ekspor akan menurun.
Sebaliknya, harga-harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai
akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih
banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti oleh impor
yang bertambah menyebabkan ke tidak seimbangan dalam aliran mata uang
asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.

Inflasi dan Kemakmuran Rakyat


Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi Negara inflasi
juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.
Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan
tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka
inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap.
Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.

Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.


Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di
bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi
berlaku

Memperburuk pembagian kekayaan


Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi
kemorosotan dalam nilai riil pandapatnya, dan pemilik kekayaan bersifat
keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Juga sebagian
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan
demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan
berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.
Teori Kuantitas : Sebagaimana diungkapkan sebelumnya,
kaum klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan
oleh jumlah uang yang beredar. Harga akan naik jika ada
penambahan uang yang beredar. Jika jumlah barang yang
ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah menjadi
dua kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik
menjadi dua kali lipat.

Teori Struktural : Teori ini menyorot penyebab inflasi dari segi


struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat
mengantisipasi cepat kenaikan permintaan yang disebabkan
oleh pertambahan penduduk. Permintaan sulit dipenuhi ketika
ada kenaikan jumlah penduduk.
.
Teori Keynes : Keynes melihat bahwa inflasi terjadi karena
nafsu berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin
memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia.

Karena keinginan memenuhi kebutuhan secara berlebihan,


permintaan bertambah, sedangkan penawaran tetap, yang
akan terjadi adalah harga akan naik.

pemerintah dapat membeli barang dan jasa dengan cara


mencetak uang

inflasi juga dapat terjadi karena keberhasilan pengusaha


memperoleh kredit. Kredit yang diperoleh ini digunakan untuk
membeli barang dan jasa sehingga permintaan agregat
meningkat, sedangkan penawaran agregat tetap. Kondisi ini
berakibat pada kenaikan harga-harga.

Anda mungkin juga menyukai