Anda di halaman 1dari 3

Karbondioksida (CO2) merupakan senyawa yang sangat penting untuk proses fotosintesis.

Fotosintesis
merupakan proses dimana tanaman mengambil karbondioksida (CO2) dan air (H2O) dengan
menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk membentuk gula (karbohidrat) dan
oksigen. Jika peningkatan konsentrasi CO2 di udara terjadi tanpa berasosiasi dengan peningkatan unsur
iklim yang lain, maka peningkatan konsentrasi CO2 akan sangat menguntungkan bagi tanaman
budidaya. Parry (1990) menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi CO2 dua kali lipat dapat
meningkatkan laju fotosintesis 30-100% tergantung pada kondisi lingkungan seperti suhu dan
kelembaban udara. June (2008) menyatakan bahwa konsentrasi CO2 di atmosfir saat ini belum optimal,
sehingga penambahan CO2 kepada tanaman di dalam industri pertanian di dalam rumah kaca
merupakan kegiatan normal untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tomat, selada, timun
dan bunga potong.

Organ utama tumbuhan tempat berlangsungnya proses fotosintesis adalah daun. Tumbuhan
menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil yang memberi warna hijau pada
tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas, dimana fotosintesis berlangsung
tepatnya pada bagian stroma. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau
mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Pada dasarnya, rangkaian
reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu reaksi terang karena memerlukan
cahaya dan reaksi gelap tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida. Terdapat
perbedaan morfologi daun yang berhubungan dengan proses fotosintesis: ketebalan daun, kloroplas,
anatomi daun, dan enzim siklus Calvin. Perubahan ini di respon tumbuhan dengan laju fotosintesis
turun, berfotosintesis dengan laju tinggi walaupun dengan cahaya rendah, titik kompensasi cahayanya
sangat rendah sehingga pertumbuhannya sangat lambat (Salisbury dan Rose, 1995).

Daun biasanya memiliki area permukaan yang luas dan rasio permukaan terhadap volume yang tinggi.
Area permukaan yang luas berfungsi untuk meningkatkan absorpsi cahaya saat fotosintesis. Rasio
permukaan terhadap volume yang tinggi membantu absorpsi CO2 selama proses fotosintesis serta
pelepasan O2 sebagai produk sampingan fotosintesis. Sewaktu berdifusi melalui stomata, CO2
memasuki rongga-rongga udara yang terbentuk oleh sel-sel mesofil berongga. Karena bentuk sel-sel ini
tidak teratur maka permukaan internal daun mungkin 10 hingga 30 kali lebih besar daripada area
pemukaan internal mesofil. Adapun morfologi daun yang mempengaruhi laju fotosintesis terjadi dengan
4 cara yaitu intersepsi cahaya, pengaturan temperatur, keseimbangan air dan difusi CO2 (Sopandie,
2001).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis ada dua macam yaitu, faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi:

a. Berat tumbuhan. Semakin berat suatu tumbuhan maka CO2 yang dihasilkan akan semakin sedikit
sehingga akibatnya piringan daun tidak cepat naik ke permukaan sedangkan jika berat tumbuhan yang
dipakai ringan maka CO2 yang dihasilkan juga akan semakin banyak sehingga laju fotosintesis akan cepat
terjadi,
b. Kandungan klorofil. Semakin banyak kandungan klorofil di dalam kloroplas maka menyebabkan
semakin tinggi kecepatan pembentukan oksigen dan penyerapan CO2. Hal ini dapat mempercepat laju
fotosintesis apabila klorofil daun tersedia dengan jumlah banyak. Jika kadar klorofil berkurang, maka
daun akan menguning. Hal ini akan menurunkan laju fotosintesis,

c. Penimbunan hasil fotosintesis (fotosintat). Dimana semakin tinggi penimbunan hasil fotosintesis,
proses fotosintesis akan semakin rendah atau berkurang karena suplai energi sel telah terpenuhi,
dengan rendahnya proses fotosintesis menyebabkan penyerapan CO2 akan berkurang, oksigen dan gula
yang terbentuk juga sedikit. Penimbunan hasil fotosintesis pada sel yang mengandung klorofil
menghalangi pengikatan energi cahaya,

d. Umur daun. Apabila daun yang digunakan memiliki umur yang masih muda maka beratnya akan
ringan dan dapat mempercepat penyerapan CO2 dan laju fotosintesis juga akan cepat namun sebaliknya
jika daun yang dipakai lebih tua maka akan menghambat laju fotosintesis dikarenakan daun tua
mengalami perombakan klorofil dan terjadi penurunan fungsi kloroplas,

e. Luas permukaan daun, besar kecilnya daun, serta tebal tipisnya daun. Ketiga faktor ini secara
bersamaan akan berpengaruh terhadap laju fotosintesis dimana semakin luas permukaan daun maka
penyerapan CO2 juga semakin banyak dan laju fotosintesis akan cepat. Sedangkan besar kecilnya daun
dan tebal tipisnya daun maka semakin besar daun dan tipis maka laju fotosintesis akan semakin.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi laju fotosintesis, yaitu:

a. Intensitas cahaya matahari. Semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin tinggi pula penyerapan
CO2 di udara untuk berlangsungnya proses fotosintesis. Cahaya pengaruhnya lewat intensitas, panjang
gelombang, kualitas lama penyinaran, dan besarnya pantulan. Secara tidak langsung mempengaruhi
membuka dan menutupnya stomata sehingga mempengaruhi difusi CO2 untuk fotosintesis,

b. Konsentrasi CO2. Dimana semakin tinggi konsentrasi CO2 maka semakin tinggi pula proses
fotosintesis, namun perlu diketahui juga bahwa kadar CO2 tidak boleh diberikan dalam jumlah yang
sangat besar, hal ini dikarenakan akan menyebabkan kecepatan fotosintesis berkurang karena kadar
CO2 yang tinggi juga akan menurunkan pH cairan sel sehingga stomata bisa menutup dan laju
fotosintesis menjadi lambat,

c. Kadar O2 di udara. Oksigen merupakan hasil tambahan fotosintesis dan berada dalam jumlah yang
banyak akan menghambat fotosintesis terutama lewat proses fotorespirasi,

d. Suhu atau temperatur. Semakin tinggi suhu akan mempercepat fotosintesis, sedangkan semakin
rendah suhu bisa memperlambat fotosintesis. Enzim-enzim yang bekerja dalam fotosintesis hanya dapat
bekerja pada suhu optimalnya. Umumya laju fotosintesis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
hingga batas toleransi enzim,

e. Kelembapan udara. Jika kelembapan udara di sekitar tanaman tinggi justru terjadi perlambatan
laju transpirasi dan fotosintesis sedangkan semakin rendah kelembapan akan mendukung laju
fotosintesis untuk bergerak cepat,
f. Kecepatan Angin. Mempunyai peran ganda yang cenderung bertentangan dengan laju transpirasi.
Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin akan menurunkan kelembapan udara diatas
stomata sehingga laju fotosintesis berlangsung cepat. Namun, jika angin menyapu daun akan
berpengaruh pada suhu daun, suhu daun akan menurun dan laju fotosintesis menjadi lambat,

g. Kandungan air tanah. Jika kandungan air tanah banyak maka potensial air tanah akan lebih tinggi
dibandingkan sel-sel xilem sehingga laju transpirasi maupun fotosintesis juga berlangsung cepat.
Sebaliknya, kekurangan air akan berakibat stomata menutup dan menghambat penyerapan CO2
sehingga mengurangi laju fotosintesis (Lakitan, 2004).

Ai, Nio Song. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains.

Vol.12, No.1.

Campbell, Neil A, dkk. 2010. Biologi Edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Handoko, Pabib. 2013. Pengaruh Spektrum Cahaya Tampak Terhadap Laju

Fotosintesis Tanaman Air Hydrilla verticillata.Jurnal FKIP Kediri.2013.

Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar- Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB.

Sopandie, Didy. 2001. Fisiologi Adaptasi Tanaman. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Zulkifli, Hilda. 2014. Kerusakan Struktur, Morfologi dan Biokimia Tanaman Sebagai Bioindikator
Penurunan Kualitas Udara. Jurnal Majalah Ilmiah

Sriwijaya. Vol. 18, No. 11. ISSN : 0126-4680. Universitas Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai