Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

TRANSPIRASI

Disusun Oleh:
Kelas Pendidikan Sains A 2021
Dien Aulia Bansu (21308251007)
Gus Rijal Mujahidin (21308251028)
Imesta Zulfanida Ernest (21308251006)
Rilo Pangastuti (21308251004)

JURUSAN PENDIDIKAN SAINS PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2022
A. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara banyaknya stomata dengan kecepatan
transpirasi.

B. Dasar Teori
Transpirasi adalah penguapan air dari tanaman ke udara. Utamanya penguapan
terjadi pada stomata. Teori kohesi-ketegangan menjelaskan bagaimana air bergerak
melalui tanaman: transpirasi menarik air ke atas dengan menciptakan tekanan negatif
secara terus menerus (ketegangan) di dalam xilem dari daun ke akar. Ikatan hidrogen
di antara molekul air menjaga kolom cairan terus menerus di dalam pembuluh sempit.
Transpirational Pull Stomata pada permukaan daun menyebabkan labirin
ruang udara internal yang mengekspos sel mesofil ke CO 2 yang dibutuhkan tumbuhan
untuk fotosintesis. Kebanyakan, udara di luar daun lebih kering; artinya, udara luar
memiliki potensi air yang lebih rendah daripada udara di dalam daun. Oleh karena itu,
uap air di ruang udara daun berdifusi ke gradien potensial airnya dan keluar dari daun
melalui stomata. Hilangnya uap air oleh difusi dan penguapan inilah yang disebut
transpirasi.
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun
luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin
atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata dan faktor luar antara lain:
1. Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju
transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam
rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
2. Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan
air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor
daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
3. Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan
yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-
tutupnya stomata.
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin
menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan
kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi
suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat
transpirasi.
5. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air
di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada
penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun
sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika
kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk
meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut.
6. Pengaruh cahaya
Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya. Semakin besar
intensitas cahaya semakin tinggi laju transpirasi. Cahaya mempengaruhi laju
transpirasi melalui dua cara yaitu sebagai berikut :
a. Sehelai daun yang dikenai cahaya matahari lansung akan mengabsorbsi energi
radiasi. Hanya sebagian kecil energi tersebut yang digunakan dalam
fotosintesis, selebihnya diubah menjadi energi panas. Sebagian dari energi
panas tersebut dilepaskan ke lingkungan, dan selebihnya meningkatkan suhu
daun lebih tinggi daripada suhu udara disekitarnya. Pemanasan tersebut
meningkatkan transpirasi, karena suhu daun biasanya merupakan faktor
terpenting yang mempengaruhi laju proses tersebut. Fakta yang menunjukkan
bahwa daun yang kena cahaya matahari mempunyai suhu yang lebih tinggi
daripada suhu udara memungkinkan laju transpirasi yang cepat, bahkan dalam
udara yang jenuh.
b. Cahaya dalam bentuk yang tidak lanGsung dapat pula mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka tutupnya stomata. Pada siang
hari, Ketika ada cahaya matahari, stomata membuka karena meningkatnya
pencahayaan, dan cahaya meningkatkan suhu daun sehungga air menguap
lebih cepat. Naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih banyak
kelembaban, maka transpirasi meningkat dan barangkali bukaan stomata pun
terpengaruh. Angin membawa lebih banyak CO2 dan mengusir uap air. Hal ini
menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2 meningkat, tapi agak kurang
dari yang diduga, karena meningkatnya CO2 menyebabkan stomata menutup
sebagian. Bila daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas yang
melabihi suhu udara, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya, transpirasi
menurun. Cahaya mempunyai hubungan langsung dengan proses fotosintesis
dalam menghasilkan karbohidrat, untuk digunakan dalam proses respirasi
sampai dihasilkan energi dalam bentuk ATP.

Beberapa adaptasi memungkinkan tanaman untuk hidup di mana air langka


atau tersedia secara sporadis. Misalnya, lapisan tipis dan tahan air yang disebut
kutikula mencegah kehilangan air dengan penguapan dari bagian tanaman di atas
tanah. Namun, kutikula juga mencegah gas masuk dan keluar dari tanaman dengan
menyebar melalui sel-sel di permukaan daun dan batang. Meskipun adaptasi daun
seperti kutikula, sekitar 99% air yang diserap tanaman dari tanah hilang oleh
penguapan daun dan batang. Hilangnya uap air oleh penguapan dari bagian tanaman
disebut transpirasi.
Daun adalah pabrik fotosintesis yang mengandung mesofil dan bundel
vaskular (vena) antara epidermis atas dan bawahnya. Ruang udara di sekitar sel
mesofil memungkinkan pertukaran gas. Uap air dan gas melintasi epidermis yang
tertutup kutikula di stomata. Pada sebagian besar tumbuhan berpembuluh, daun
merupakan organ fotosintesis utama. Selain mencegat cahaya, daun juga bertukar gas
dengan atmosfer, menghilangkan panas, dan mempertahankan diri dari herbivora dan
patogen. Karena tuntutan dan pertukaran yang saling bertentangan, bentuk daun
sangat bervariasi. Namun, secara umum, daun terdiri dari bilah yang rata dan tangkai,
tangkai daun, yang menghubungkan daun dengan batang pada sebuah buku. Rumput
dan banyak monokotil lainnya tidak memiliki tangkai daun; sebaliknya, pangkal daun
membentuk selubung yang menyelubungi batang. Monokotil dan eudikotil berbeda
dalam susunan vena, jaringan pembuluh darah daun. Kebanyakan tumbuhan
monokotil memiliki urat utama sejajar dengan diameter yang sama yang membentang
sepanjang bilah. Eudikotil umumnya memiliki jaringan vena bercabang yang muncul
dari vena utama (pelepah) yang mengalir di tengah bilah. Epidermis daun ditutupi
oleh kutikula lilin kecuali di mana ia terganggu oleh stomata, yang memungkinkan
pertukaran CO2 dan O2 antara udara di sekitarnya dan sel fotosintesis di dalam daun.
Selain mengatur penyerapan CO2 untuk fotosintesis, stomata adalah jalan utama
kehilangan air evaporatif.
Stomata adalah pori-pori yang dapat disesuaikan yang biasanya terbuka pada
siang hari ketika CO2 diperlukan untuk fotosintesis dan ditutup pada malam hari
ketika fotosintesis dihentikan. Pembukaan dan penutupan stomata dikendalikan oleh
perubahan bentuk dua sel penjaga yang mengelilingi setiap pori. Bentuk sel penjaga
ditentukan oleh kekakuannya. Ketika air bergerak ke sel penjaga dari sel-sel nonguard
sekitarnya, sel-sel penjaga menjadi turgid (bengkak) dan menekuk, menghasilkan
pori-pori. Ketika air meninggalkan sel-sel penjaga, mereka menjadi lembek (lemas)
dan runtuh terhadap satu sama lain, menutup pori-pori.

Gambar 1. Stoma terbuka dan tertutup

Biasanya, sebagian besar stomata daun terjadi pada permukaan bawahnya.


Sel-sel penjaga di kedua sisi setiap stoma adalah satu-satunya sel fotosintesis di
epidermis daun. Perubahan bentuk sel penjaga menutup stomata untuk mencegah
kehilangan air, atau membuka stomata untuk memungkinkan gas melintasi epidermis.

1. Permukaan daun atas adalah epidermis dengan lapisan kutikula yang


disekresikan.
2. Permukaan daun bagian bawah juga ditutupi dengan kutikula. Pertukaran gas
antara udara di dalam dan di luar daun terjadi pada stomata di epidermis daun
bawah.
3. Sebagian besar daun adalah mesophyll, sejenis parenkim fotosintesis. Dalam
banyak daun, mesofil terjadi dalam dua bentuk yang berbeda: mesofil palisade
memanjang yang melekat pada epidermis atas, dengan mesofil spons di
bawahnya.
4. Bundel vaskular xilem (biru) dan floem (merah muda) membentuk pembuluh
darah daun.

Gambar 2. Stomata pada daun

Kutikula dan stomata membantu tanaman menghemat air. Stomata tertutup


menghentikan kehilangan air tetapi juga menghentikan pertukaran gas. Sebagian besar
air yang diambil tanaman hilang oleh penguapan. Stomata sangat banyak di epidermis
bawah daun berorientasi horizontal (rata-rata sekitar 100 stomata per milimeter
persegi) dan di banyak spesies hanya terletak di permukaan bawah. Epidermis bawah
daun apel (Malus sylvestris) misalnya, memiliki hampir 400 stomata per milimeter
persegi, sedangkan epidermis atas tidak ada. Adaptasi ini mengurangi kehilangan air
karena stomata pada epidermis bawah terlindung dari sinar matahari langsung dan
karena epidermis permukaan bawah lebih dingin daripada epidermis atas. Sebaliknya,
daun floating tanaman air, seperti bunga lili air, memiliki stomata hanya pada
epidermis atas.
C. Tempat dan Waktu
1. Tempat : Taman Biologi dan Laboratorium Biologi FMIPA UNY
2. Waktu : Senin, 14 Februari 2022

D. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
1 Klip/Penjepit (1 buah) Kertas Kobalt Klorida
2 Gelas obyek (1 buah) Daun
3 Gelas penutup (1 buah) Korektor sheet/lem altico
4 Stopwatch (1 buah) Lilin
5 Mikroskop (1 buah)

E. Prosedur Kerja
1. Mengambil kertas kobalt khlorida, perhatikan warnanya (mula-mula)
2. Kertas kobalt khlorida dikeringkan di atas lilin
3. Mengamati dan mencatat warna yang terjadi
4. Meletakkan kertas kobalt khlorida tersebut pada permukaan atas daun dan dijepit
dengan klip. Bersamaan dengan menjepit kertas kobalt khlorida tersebut, stop
watch dihidupkan.
5. Menghentikan segera stop watch setelah kertas kobalt khlorida tersebut kembali
berwarna semula.
6. Setelah selesai mengulang, dioleskan korektor sheet/lem altico pada permukaan
atas daun dan bawah daun dimana kertas kobalt khlorida diletakkan. Olesan tipis
merata pada sebagian permukaan saja dan dibiarkan kering.
7. Setelah kering, dipetik daun tersebut dan dilepaskan olesan korektor sheet/lem
altico tadi. Hasil olesan tersebut akan menjadi cetakan daun sampelnya.
8. Melihat olesan kering (cetakan) tersebut di bawah mikroskop. Dihitung berapa
banyak stomatanya
9. Dilakukan dengan cara yang sama untuk permukaan bawah daun.
F. Hasil Pengamatan

No Daun Hasil Pengamatan Mikroskop

5
G. Pembahasan

H. Kesimpulan
I. Daftar Pustaka

Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. (2017). Biology eleventh edition.


California: Pearson Education Inc.

Loveless, A.R. 1987. Prinsip – prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik.
Jakarta:PT Gramedia.

Salisbury, F. B. dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.Bandung: Penerbit:
ITB.

Solomon, Berg, & Martin. (2008). Biology 8th Edition. Belmont: Thompson Higher
Education.

Starr C, Christine A. Evers, Lisa Starr. (2011). Biology: Concepts and Applications
Eighth Edition. Belmont: Life Sciences: Yolanda Cossio.
J. Lampiran
1. Dokumentasi

Mengambil kertas kobalt khlorida Kertas kobalt dikeringkan diatas lilin

Meletakkan kertas kobalt khlorida pada dioleskan korektor sheet/lem altico pada
permukaan atas daun dan dijepit dengan klip. permukaan daun

Setelah kering, dipetik daun tersebut dan Melihat olesan kering (cetakan) tersebut di
dilepaskan olesan korektor sheet/lem altico. bawah mikroskop.
2. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai