Anda di halaman 1dari 13

Dosen Pengampu: Sri Wahyuni, M.Si, S.

Si

EVAPORASI, TRANSPIRASI, DAN GUTASI

Disusun Oleh:

Kelompok II

Kurnia Sadyanti 2084205025

Gina Fitria Ningrum 2084205026

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN VOKASI

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PEKANBARU

2022
A. Evaporasi

Air di dalam tanah ialah satu-satunya sumber yang pokok, dari mana akar-akar
tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain
yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat
bagian-bagian itu tiada seberapa2 kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.

Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju
transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil
terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak

Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari
akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada
penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam
hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah.
Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.

Tersedianya air tanah tergantung pada evaporasi yang terjadi. Evaporasi merupakan
proses penguapan air yang berasal dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat
yang mengandung air (Lakitan, 1994). Sedangkan menurut Manan dan Suhardianto
(1999) evaporasi (penguapan) adalah perubahan air menjadi uap air. Air yang ada di bumi
bila terjadi proses evaporasi akan hilang ke atmosfer menjadi uap air.

Evaporasi dapat terjadi dari permukaan air bebas seperti bejana berisi air, kolam,
waduk, sungai ataupun laut. Proses evaporasi dapat terjadi pada benda yang mengandung
air, lahan yang gundul atau pasir yang basah. Pada lahan yang basah, evaporasi
mengakibatkan tanah menjadi kering dan dapat mempengaruhi tanaman yang berada di
tanah itu. Mengetahui banyaknya air yang dievaporasi dari tanah adalah penting dalam
usaha mencegah tanaman mengalami kekeringan dengan mengembalikan sejumlah air
yang hilang karena evaporasi. Pemakaian mulsa di permukaan tanah dapat memperkecil
terjadinya evaporasi (Manan dan Suhardianto, 1999).

Faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi: radiasi matahari, suhu udara,


kelembaban udara dan angin. Tempat-tempat dengan radiasi matahari tinggi
mengakibatkan evaporasi tinggi, karena evaporasi memerlukan energi. Umumnya radiasi
matahari tinggi diikuti suhu udara tinggi dan kelembaban udara rendah. Kedua hal ini
dapat memacu terjadinya evaporasi. Angin yang kencang membuat kelembaban udara
rendah, hal inipun memacu evaporasi (Manan dan Suhardianto, 1999).

Laju evaporasi sangat tergantung pada masukan energi yang diterima. Semakin besar
jumlah energi yang diterima, maka akan semakin banyak molekul air yang diuapkan.
Sumber energi utama untuk evaporasi adalah radiasi matahari. Oleh sebab itu, laju
evaporasi yang tinggi tercapai pada waktu sekitar tengah hari (solar noon). Selain
masukan energi, laju evaporasi juga dipengaruhi oleh kelembaban udara di atasnya. Laju
evaporasi akan semakin terpacu jika udara diatasnya kering (kelembaban rendah),
sebaliknya akan terhambat jika kelembaban udaranya tinggi (Lakitan, 1994).

B. Transpirasi

Transpirasi merupakan penguapan air yang berasal dari jaringan tumbuhan melalui
stomata (Lakitan, 1994). Sedangkan menurut Manan dan Suhardianto (1999) transpirasi
adalah proses hilangnya air ke atmosfer melalui mulut daun (stomata).

Dengan keterlibatan tumbuhan maka air pada lapisan tanah yang lebih dalam dapat
diuapkan stelah terlebih dahulu diserap oleh sistem perakaran tumbuhan tersebut. Tanpa
peranan tumbuhan, hanya air pada permukaan saja yang dapat diuapkan. Pada kondisi
tanah yang berkecukupan air, sebagian besar air (dapat mencapai 95%) yang diserap akar
akan diuapkan ke atmosfer melalui proses transpirasi.

Pada Proses transpirasi uap air akan keluar lewat stomata. Saat stomata terbuka, air
(H2O) dan oksigen (O2) akan keluar, sementara karbon dioksida (CO 2) akan masuk ke
dalam daun untuk fotosintesis. Akibat dari air yang keluar, uap air yang dibutuhkan oleh
tumbuhan berkurang. Namun, masih ada sumber air yang bisa diambil dari meniscus.
jadi, air yang hilang masih bisa digantikan oleh uap air yang ada di rongga-rongga udara
dan meniskus.

Namun, lama-kelamaan, air di meniskus akan berkurang karena terus digunakan


untuk proses fotosintesis. Akibatnya, lapisan ini menjadi cekung dan meningkatkan
tegangan negatif yang bisa menarik air dari xilem. Air dari xilem kemudian akan ditarik
masuk ke rongga-rongga udara untuk menggantikan air yang hilang  terjadilah proses
menarik air yang kemudian membawanya sampai ke bagian daun paling atas. Daya tarik
atau daya angkut yang disebabkan oleh transpirasi ini disebut dengan daya isap daun.

Laju transpirasi ditentukan selain oleh masukan energi yang diterima tumbuhan dan
perbedaan potensi air antara rongga sub-stomatal dengan udara di sekitar daun, juga akan
ditentukan oleh daya hantar stomata. Daya hantar stomata merupakan ukuran kemudahan
bagi uap air untuk melalui celah stomata. Daya hantar stomata ini akan ditentukan oleh
besar-kecilnya bukaan celah stomata (Lakitan, 1994).

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut
sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam
perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan
pada air yang hilang melalui stomata. Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan
itu adalah hilangnya uap air dari bagian tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama
pada daun tetapi juga di batang, bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan
bukaan yang secara kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka
lebih banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman
dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa
air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas
dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan
osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem.

Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari
permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomata, pada daun. Stomata
untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung
juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau
terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari
jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap
melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju
transpirasi.

Hanya 1-2% dari seluruh air yang ada dalam tubuh tumbuhan digunakan dalam
fotosintesis atau dalam kegiatan metabolik sel-sel daunnya. Sisanya menguap dari daun
dalam proses transpirasi. Bila stomata terbuka, uap air ke luar dari daun. Jika daun itu
harus terus berfungsi dengan baik maka air segar harus disediakan kepada daun untuk
menggantikan yang hilang pada waktu transpirasi.

Proses transpirasi akan menyebabkan potensial air daun lebih rendah dibandingkan
batang ataupun akar. Akibatnya, daun seolah-olah menghisap air dari akar.

Untuk menguapkan air, tumbuhan butuh energy baru atau berubah energy menjadi
panas. Dengan demikian, transpirasi menimbulkan pengaruh pendinginan pada daun.
Kebutuhan panas untuk menguapkan air berasal dari sinar matahari yang disalurkan
melalui cahaya langsung, radiasi dan konveksi. Air merupakan bagian terbesar dari
jaringan tumbuhan, semua proses tumbuh dan berkembang terjadi karena adanya air.

a) Ada tiga jenis transpirasi, yaitu :


1. Transpirasi Kutikula adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui
kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada
sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10%. Oleh
karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata.
2. Transpirasi Stomata. Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-
sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel
mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-
ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang
antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat
ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke
athmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.
3. Transpirasi Lentisel yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air yang
hilang melalui jaringan ini adalah 0,1%
b) Proses transpirasi

Uap air akan keluar lewat stomata. Saat stomata terbuka, air (H 2O) dan oksigen (O2)
akan keluar, sementara karbon dioksida (CO2) akan masuk ke dalam daun untuk
fotosintesis. Akibat dari air yang keluar, uap air yang dibutuhkan oleh tumbuhan
berkurang. Namun, masih ada sumber air yang bisa diambil dari meniscus. jadi, air yang
hilang masih bisa digantikan oleh uap air yang ada di rongga-rongga udara dan meniskus.

Namun, lama-kelamaan, air di meniskus akan berkurang karena terus digunakan


untuk proses fotosintesis. Akibatnya, lapisan ini menjadi cekung dan meningkatkan
tegangan negatif yang bisa menarik air dari xilem. Air dari xilem kemudian akan ditarik
masuk ke rongga-rongga udara untuk menggantikan air yang hilang  terjadilah proses
menarik air yang kemudian membawanya sampai ke bagian daun paling atas. Daya tarik
atau daya angkut yang disebabkan oleh transpirasi ini disebut dengan daya isap daun.

c) Mekanisme Kontrol Transpirasi

Mekanisme transpirasi dimulai ketika air diserap ke dalam akar secara osmosis
melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui
xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar
menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas.
Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian
ke atas melalui arus transportasi.

Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran
udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini memengaruhi perilaku
stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel
penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma
terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam
atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer.

Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika
berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.

Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun
dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka
stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.
Gambar: Buka Tutup Stomata

Ada cara lain untuk membuka dan menutup stomata, yaitu dengan memperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang menyebabkan membuka dan menutupnya
stomata di antaranya:

 cahaya matahari, bisa meningkatkan akumulasi K+ pada sel penjaga.


 circadian rhythm, stomata membuka dan menutup diatur oleh jam biologisnya
(terbuka di siang hari dan tertutup di malam hari).
 hormon asam absisat, dihasilkan pada mesofil daun sebagai respon kekurangan air
sehingga stomata tertutup.
 suhu tinggi, menyebabkan transpirasi berlebih sehingga stomata tertutup sementara
pada siang hari.

Semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak jumlah stomata, sehingga
semakin besar transpirasinya (Gardner1991). Luas daun pada tumbuhan berpengaruh
terhadap laju transpirasi. Hal ini karenakan daun yang luas memiliki jumlah stomata yang
banyak, sehingga mengakibatkan tingginyalaju transpirasi (Loveless 1991). Jumlah
stomata bagian abaksial (bawah) lebih banyak dibanding dengan bagianadaksial (atas).
Pada bagian adaksial (atas), terdapat lapisan kutikula yang tebal danmenutupi stomata
sehingga menghalangi terjadinya proses transpirasi. Hal ini mengakibatkan kerapatan
stomata pada bagian abaksial lebih besar dari kerapatan stomata pada bagian adaksial
(Muhuria 2007).

Tumbuhan A memiliki laju transpirasi lebih lambat dibanding dengan tumbuhan


B.Hal ini disebabkan tumbuhan B (Hijau) memiliki jumlah stomata yang lebih banyak
daripada tumbuhan A (Ungu), baik pada bagian abaksial maupun bagian adaksialnya.
Padapercobaan perhitungan jumlah stomata, pada bagian abaksial (bawah) baik pada
tumbuhan A maupun tumbuhan B ditemukan jumlah stomata yang lebih banyak daripada
bagian ada ksialnya (atas). Hal ini dikarenakan pada bagian abaksial (bawah) tidak
terkenacahaya matahari secara langsung sehingga tidak banyak stomata yang rusak
akibatpenyinaran yang terlalu kuat. Selain itu, pada bagian abaksial (bawah), lapisan
kutikula yang melapisi epidermis lebih tipis atau bahkan tidak dilapisi oleh kutikula,
sehingga tidak ada atau hanya sedikit penghalang untuk berlangsungnya proses transpirasi
melaluistomata. Pada bagian adaksial (atas), sinar matahari akan langsung mengenai
lapisan permukaan daun dan akan merusak stomata jika penyinaran terlalu kuat (Muharia
2007).

Laju transpirasi sangat ditentukan oleh proses membuka dan menutupnya stomata,
karena sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata. Beberapa teori berusaha
menjelaskan mekanisme buka – tutupnya stomata, di antaranya adalah teori “gerakan atau
pompa ion K”. Masuknya ion K terjadi secara difusi melalui pertukaranion dengan Cl-
dan H+. Telah diketahui bahwa K+ terlibat dalam metabolisme karbohidrat, karena
perananya mendukung aktivitas enzim fosforilase. Enzim ini berperan dalam konversi
amilum menjadi glukosa. Bila ion K meningkat pada sel penutup, aktivitas pengubahan
amilum menjadi glukosa juga meningkat. Dengan bertambahnya konsentrasi glukosa sel
penutup maka akan meningkatkan potensial osmotik selnya. Dengan demikian akan
menggerakkan air sel-sel sekitarnya berosmosis menuju sel penutup. Akibatnya, tekanan
turgor sel penutup meningkat dan stoma membuka.

Terbentuknya celah mulut karena ada dua faktor struktural sel penutup yang
mendukung.

a. kedua ujung dari dua sel penutup saling menempel/ berdekatan satu sama
lain, sehingga pada saat turgor meningkat, sel penutupnya akan
melengkung dan membentuk celah yang dibatasi oleh kedua dinding sel
penutup.
b. Adanya benang-benang mikrofibril selulosa yang terorientasi secara radial
(miselasi radial). Hal ini memungkinkan sel tumbuh memanjang dan
bukan tumbuh membesar ke arah samping. Dengan demikian bila turgor
ke dua sel penutup memanjang, sementara bagian ujung-ujungnya saling
bertautan di tempatnya, maka akan tumbuh melengkung dan membentuk
celah mulut. Selain stomata, alat bantu bernafas lain adalah akar nafas atau
akar udara. Bagi tumbuhan bakau (Mangrove) seperti Avicennia
germinans, dan Rhizophora, akar nafas (pneumatofor) mencuat ke atas
hingga di atas permukaan air (geotropik negatif). Akar ini digunakan untuk
membantu memperoleh udara bagi jaringan air yang hidup pada tanah
terendam air laut yang aerasinya buruk.

d) Manfaat Transpirasi
Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru
yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat
di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang
membahayakan dapat dicegah karena sebagian dari sinar matahari yang memancar itu
digunakan untuk penguapan air (Dwijoseputro, 1980).
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas,
penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel turun, Ψp
menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi
di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap –
kapasitas lapangan (Salisburi,1992). Transpirasi ini memiliki manfaat yang
menguntungkan antara lain:
 Pengangkutan mineral
memang transpirasi bukanlah salah satu cara untuk pengangkutan mineral.
Tapi transpirasi membantu mineral yang diserap akar untuk bergerak ke atas
tumbuhan melalui xylem.
 Mempertahankan turgiditas optimum
Sel mempunyai Turgiditas atau potensial air yang optimum bagi sel. Oleh
sebab itu sel dapat berfungsi dengan baik ketika dalam keadaan sedikit
kekurangan air. Memang hanya sedikit yang membuktikan hipotesis ini namun
yang terpenting adalah pertumbuhan sel sangat bergantung pada penyerapan air
oleh sel. Kondisi “rawan air” tentunya akan menurunkan hasil karena proses-
proses penting seperti fotosintesis sangat buruk jika dalam kondisi rawan air.
 Menurunkan suhu daun
Suhu permukaan daun akan meningkat bila terpapar sinar matahri oleh sebab
itu tumbuhan melakukan proses transpirasi untuk mendinginkan suhu daun
tersebut. Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas,
penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, tanaman layu, layu
permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu
irigasi.

Jika tanah cukup mengandung air, laju transpirasi yang tinggi, dalam jangka waktu
yang pendek, tidak akan menimbulkan kerusakan yang berarti pada tumbuhan. Tetapi jika
kehilangan air berlangsung terus melalui absorpsi, pengaruh traspirasi yang merugikan
akan kelihtan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor. Tingkat kelayuan dan
kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan pada tumbuhan sangat
beragam. Daun tipis yang umumnya terdiri dari sel parenkima yang berdinding tipis akan
layu dengan cepat.

Kelayuan tumbuhan di atas tanah digolongkan sebagai layu sementara atau layu
permanen. Layu sementara terjadi jika tanah masih mengandung air yang tersedia bagi
tumbuhan. Kelayuan tersebut terjadi akibat kelebihan transpirasi dari absorpsi yang
bersifat sementara. Tumbuhan biasanya menjadi segar Kembali setelah laju transpirasi
menurun. Daun yang layu pada siang hari akan segar kembali pada malam hari atau pagi
berikutnya. Daun dapat juga meningkat turgornya pada siang hari jika transpirasi menurun
akibat adanya awan, penurun suhu atau hujan kecil walaupun air tersebut tidak sampai
menembus ke akar. Sebaliknya, layu tetap diakibatkan oleh terjadinya kekurangan air yang
berat dalam tanah. Akar tidak dapat mengabsorpsi air, maka tumbuhan akan mati kecuali
jika persediaan air dalam tanah dapat ditingkatkan kembali.

Layu sementara yang terjadi berulang-ulang akan menimbulkan pengaruh yang


merugikan pada metabolisme tumbuhan dan tumbuhan yang sering mengalami kelayuan
akan tertekan pertumbuhannya. Penyebab utamanya adalah kekurangan air akan
menghambat laju pertumbuhan jaringan muda, khususnya proses pembelahan dan
pembesaran sel. Penghambatan laju pertumbuhan ini menyebabkan menurunnya
penggunaan makanan oleh jaringan yang sedang tumbuh, dan pada umumnya kekurangan
air selalu diikuti oleh penimbunan karbohidrat. Tingkat karbohidrat yang tinggi yang
berlanjut dapat menimbulkan perubahan struktural dan perubahan fisologis permanen yang
berkaitan dengan pertumbuhan yang tertekan.
e) Perbedaan Evaporasi dan transpirasi

Evaporasi Transpirasi
1. Proses fisiologis murni 1. Proses fisiologis yang termodifikasi

2. Tidak diatur bukaan stomata 2. Diatur bukaan stomata

3. Tidak diatur oleh tekanan 3. Diatur beberapa macam tekanan

4. Tidak terbatas pada jaringan hidup 4. Terjadi di jaringan hidup

5. Permukaan yang menjalankannya 5. Permukaan sel basah


menjadi kering.

C. GUTASI

Gutasi adalah proses pelepasan air dalam bentuk cair dari jaringan daun. Istilah gutasi
pertama kali dipakai oleh Burgerstein. Gutasi terjadi saat kondisi tanah sesuai sehingga
penyerapan air tinggi namun laju penguapan/transpirasi rendah maupun ketika penguapan air
sulit terjadi karena tingginya kelembaban udara. Proses gutasi terjadi pada struktur daun
mirip stomata yang bernama hidatoda. Gutasi dapat diamati dengan munculnya tetes-tetes air
di tepi daun yang tersusun teratur.
Tingkat terjadinya gutasi sangat rendah dibandingkan dengan transpirasi. Gutasi juga
lebih jarang diobservasi daripada transpirasi. Titik-titik air di tepi daun yang terjadi akibat
gutasi di pagi hari sering disalahartikan sebagai embun Pengeluaran air melalui proses gutasi
terjadi akibat adanya tekanan positif akar. Meskipun ketika laju transpirasi rendah, akar terus
menyerap air dan mineral sehingga air yang masuk ke jaringan lebih banyak daripada yang
dilepaskan keluar. Kondisi yang tidak mendukung terjadinya tekanan akar seperti suhu dingin
dan tanah yang kering menghambat terjadinya gutasi. Kekurangan mineral juga diketahui
memengaruhi proses gutasi.
Bila transpirasi terjadi pada stomata, maka gutasi terjadi pada struktur khusus bernama
hidatoda. Hidatoda seringkali disebut sebagai stomata air. Hidatoda terletak di ujung dan
sepanjang tepi daun. Oleh karena itulah, titik-titik air akan terlihat di ujung dan tepi daun.
Gutasi biasanya terjadi pada malam hari, namun terjadi juga pada pagi hari. Laju gutasi
paling tinggi ditemukan pada tumbuhan Colocasia nymphefolia. Gutasi paling banyak terjadi
pada tumbuhan air, herba, dan rumput-rumputan.

Faktor Pembeda Gutasi Transpirasi


Pelepasan cairan dari jaringan
Wujud cairan yang Pelepasan cairan dari jaringan tumbuhan
tumbuhan dalam wujud titik-titik
dilepaskan dalam wujud uap cairan
cairan (cair)

Kualitas cairan yang Cairan mengandung senyawa-


Cairan murni
dilepaskan senyawa terlarut dan garam mineral

Cairan dilepaskan melalui struktur


Cairan dilepaskan melalui stomata, kutikula,
Mekanisme hidatoda menuju ujung pembuluh
dan/atau lentisel
daun

Pembukaan hidatoda tidak mampu Transpirasi melalui stomata diatur oleh sel
Regulasi cara
diregulasi penjaga

Pada saat mempunyai sinar matahari (melalui


Waktu terjadi Pada malam atau pagi hari stomata) dan sepanjang hari (melalui kutikula
atau lentisel)
DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Puput Saputro (2021, 3 September) Evaporasi Adalah Penguapan Air Menjadi Gas, Ketahui
Faktor Penyebab dan Prosesnya dalam Siklus Hujan. Diakses Pada 23 September
2022, dari, https://plus.kapanlagi.com/evaporasi-adalah-penguapan-air-menjadi-gas-
ketahui-faktor-faktor-penyebab-dan-prosesnya-dalam-siklus-hujan-4ae02d.html

Papuangan, N., dkk. (2014). Jumlah dan Distribusi Stomata pada Tanaman Penghijauan
diakses pada 23 september 2022, dari
https://media.neliti.com/media/publications/89578-ID-jumlah-dan-distribusi-
stomata-pada-tanam.pdf

Salisbury, F.B. and C.W.Ross. 1992. Plant Physiology. Third Edition.Wadsworth Publishing
Co. Belmount. California

https://p2k.unkris.ac.id/en1/3073-2962/Gutasi_23242_p2k-unkris.html Diakses pada


Tanggal 23 September 2022 pukul 12.50 WIB

Wikipedia. 2013. Gutasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Gutasi. Diakses pada 23 September


2022 pukul 14.12 WIB.

Wikipedia. 2013. Transpirasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Transpirasi. Diakses pada 23


September 2022 pukul 14.12 WIB.

Wikipedia. 2013. Penguapan. http://id.wikipedia.org/wiki/Penguapan. Diakses pada 23


September 2022 pukul 14.12 WIB.

Hubungan Tumbuhan dengan Lingkungan http://repository.ut.ac.id/4513/1/BIOL4449-


M1.pdf Diakses pada 23 September 2022 pukul 14.18 WIB.

Anda mungkin juga menyukai