Anda di halaman 1dari 4

No1

Kebutuhan tanaman terhadap penyerapan air untuk melangsungkan kehidupannya sangat


besar, Tumbuhan dapat mengabsorbsi air karena adanya perbedaan potensial air di akar dan
diluar akar. Besarnya potensial air ini dipengaruhi oleh potensial osmotik. Potensial osmotik
disebabkan adanya bahan terlarut seperti garam didalam air sehingga dapat menurunkan energi
bebas air karena molekul bahan terlarut seperti garam menarik dan mengikat molekul air.
Berdasarkan hasil praktikum dapat dilihat pengaruh konsentrasi garam (osmotik) terhadap
kemampuan tanaman untuk mengabsorbsi air yang merupakan pelarut dari garam tersebut.
Keberadaan garam-garam terlarut dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada toples percobaan
dapat mempengaruhi pertumbuhan kecambah. Empat batang kecambah Phaseolus radiatus yang
diletakkan di dalam toples pada garam dengan konsentrasi 10%, 30%, 50%, 70% dan 100%
mengalami kematian pada hari ke-2 setelah perlakuan sedangan kecambah pada konsentrasi
garam 0% (hanya air mineral) mengalami kematian pada hari ke-6 setelah perlakuan. Kematian
pada Kecambah terjadi karena garam-garam yang terlarut di dalam air dapat menekan potensial
air atau dengan kata lain konsentrasi garam terlarut dapat menurunkan konsentrasi air didalam
toples sehingga potensial atau konsentrasi air di toples menjadi lebih rendah dari pada potensial
atau konsentrasi air didalam tubuh tumbuhan. Sehingga meskipun kecambah diletakkan pada
toples yang berisi larutan, kecambah tersebut tidak dapat menyerap air. Mekanisme yang terjadi
justru sebaliknya, potensial osmotik menyebabkan air didalam tubuh tumbuhan cenderung untuk
keluar karena air bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Hal ini menyebabkan
kecambah mengalami kekeringan fisiologis yang diawali dengan layunya tanaman dan diakhiri
dengan kematian. Sedangkan Kecambah pada konsentrasi 0% Nampak segar hingga hari ke-4
dan mulai mengalami kematian pada hari ke-6 hal ini disebabkan karena kecambah kekurangan
unsur hara lainnya yang juga dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhannya.
Garam memiliki sifat higroskopik atau memiliki kemampuan menyerap air
disekelilingnya. Semakin tinggi konsentrasi garam yang dilarutkan dalam air maka semakin
rendah konsentrasi air sehingga semakin cepat memicu terjadinya stress garam hingga
kekeringan fisiologis pada kecambah.
  
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan :
1.      Perbedaan konsentrasi garam mempengaruhi kemampuan tanaman dalam mengasorbsi air
karena garam menarik dan mengikat molekul air
2.      Semakin tinggi konsentrasi garam menyebabkan terjadinya potensial osmotik semakin tinggi
sehingga memicu pada kekeringan fisiologis.

Kalau seingat saya sich tanaman tidak butuh glukosa dari tanah..karena mereka bisa membuat
sendiri glukosa melalui proses fotosintesis..Ingat kan? kalau tanaman menyerap air dari tanah
melalui proses osmosis (perpindahan cairan dari larutan berkonsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi).Biasanya kepekatan air tanah lebih rendah dibandingkan dengan kepekatan pada akar
tumbuhan, sehingga osmosis dapat terjadi denagn lancar.Penambahan glukosa justru
membahayakan proses pertumbuhan karena kadar glukosa yang tinggi bisa meningkatkan
tekanan osmotik di cairan tanah.Gradien osmotikpun berkurang dan menyebabkan absorbsi air
ke akar tanaman berkurang.Jika kadar glukosa tanah membuat kepekatan air tanah melebihi
kepekatan di akar tanaman,hal ini akan berakibat air dari akar akan tersedot ke tanah.tanaman
akan kekurangan cairan dan mati.

 7 bulan lalu

No 2

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses


kehilangan air pada tumbuhan ini disebuttranspirasi. Pada transpirasi, hal yang penting
adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun.
Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam
daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk,
dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak
faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan
dipengaruhi olh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah
daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan
angin).

Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam
fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal
banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang
memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis
yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air.
Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar
melalui stomata.

Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien
konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah,
dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu,
transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin
membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan
mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan
angin.

Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan


lapis pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun
cenderung meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang
tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek
penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari
pada udara dingin. Oleh karena itu, pada saat panan volume udara akan memberikan
sedikit uapa air dengan kelembaban relatif yang lebih rendah daripada saat dingin. Untuk
alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada
udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban
relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini menimbulkan
kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun.

Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma.
Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi
tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh
karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini
dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam
memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan
yang efisien akan menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk
struktur tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien
dalam memanfaatkan air.
Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti bahwa tanaman tersebut
harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Akan
tetapi, tanaman berhasil melakukan hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman ini menggunakan
tekanan akar, tenaga kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang
sangat tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika
air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel
ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini
pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom
berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke
daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses
penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu,
pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama
akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus
dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanaman

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga
dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak
akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi,
terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu,
melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk
melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.

Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat
dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair.
Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil.
Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses
fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini
akan menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di
dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar masuk
melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di
alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat disbanding dengan proses difusi.

Anda mungkin juga menyukai