Anda di halaman 1dari 23

ASISTEN: JUMAWITA, S.

Si

PRAKTIKUM VI

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP ENZIM

DISUSUN OLEH:

NAMA : PUTRI APRINA SIREGAR

NIM : 2084205038

KELOMPOK : 1 (SATU)

ANGGOTA : RAMADHAN WIRANDI 2084205031

AKBAR ISNAN 2084205033

PUTRI FAJAR ROBI 2084205022

LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN VOKASI

UNIVERSITAS LANCANG KUNING


PEKANBARU

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2 Osmosis merupakan suatu


proses difusi air melalui
selaput permeable secara
3 diferensial dari suatu
tempat yang berkonsentrasi
tinggi ke tempat yang
berkonsentrasi
4 rendah. Perbedaan
kepekatan menyebabkan
terjadinya proses ini.
Konsentrasi yang
5 dimaksudkan adalah
konsentrasi pelarutnya
yaitu air. Pertukaran air
antara sel dan
6 lingkungannya adalah suatu
faktor yang begitu penting
sehingga memerlukan
penanaman
7 khusus yaitu osmosis.
Dengan adanya suatu proses
osmosis, suatu osmosis dapat
dikatakan
8 permeabel apabila semua
jenis impermeabel. Suatu
selaput dapat dikatakan
permeabel
9 apabila semua jenis
molekul dalam cairan
yang ada di sekelilingnya
dapat merembes
10 melewati selaput atau
plasma tersebut. Apabila
dalam beberaa jenis molekul
dalam cairan
11 yang ada di
sekelilingnya yang dapat
melewatinya, selaput ini
dikatakan selaput
12 semipermeabel.
Sedangkan yang dimaksud
dengan selaput impermeabel
adalah sel;aput yang
13 tidak bisa dilewati oleh
jenis molekul apapun
14 Osmosis merupakan
suatu proses difusi air
melalui selaput permeable
secara
15 diferensial dari suatu
tempat yang berkonsentrasi
tinggi ke tempat yang
berkonsentrasi
16 rendah. Perbedaan
kepekatan menyebabkan
terjadinya proses ini.
Konsentrasi yang
17 dimaksudkan adalah
konsentrasi pelarutnya
yaitu air. Pertukaran air
antara sel dan
18 lingkungannya adalah
suatu faktor yang begitu
penting sehingga memerlukan
penanaman
19 khusus yaitu osmosis.
Dengan adanya suatu proses
osmosis, suatu osmosis dapat
dikatakan
20 permeabel apabila
semua jenis impermeabel.
Suatu selaput dapat
dikatakan permeabel
21 apabila semua jenis
molekul dalam cairan
yang ada di sekelilingnya
dapat merembes
22 melewati selaput atau
plasma tersebut. Apabila
dalam beberaa jenis molekul
dalam cairan
23 yang ada di
sekelilingnya yang dapat
melewatinya, selaput ini
dikatakan selaput
24 semipermeabel.
Sedangkan yang dimaksud
dengan selaput impermeabel
adalah sel;aput yang
25 tidak bisa dilewati oleh
jenis molekul apapun
26 Osmosis merupakan
suatu proses difusi air
melalui selaput permeable
secara
27 diferensial dari suatu
tempat yang berkonsentrasi
tinggi ke tempat yang
berkonsentrasi
28 rendah. Perbedaan
kepekatan menyebabkan
terjadinya proses ini.
Konsentrasi yang
29 dimaksudkan adalah
konsentrasi pelarutnya
yaitu air. Pertukaran air
antara sel dan
30 lingkungannya adalah
suatu faktor yang begitu
penting sehingga memerlukan
penanaman
31 khusus yaitu osmosis.
Dengan adanya suatu proses
osmosis, suatu osmosis dapat
dikatakan
32 permeabel apabila
semua jenis impermeabel.
Suatu selaput dapat
dikatakan permeabel
33 apabila semua jenis
molekul dalam cairan
yang ada di sekelilingnya
dapat merembes
34 melewati selaput atau
plasma tersebut. Apabila
dalam beberaa jenis molekul
dalam cairan
35 yang ada di
sekelilingnya yang dapat
melewatinya, selaput ini
dikatakan selaput
36 semipermeabel.
Sedangkan yang dimaksud
dengan selaput impermeabel
adalah sel;aput yang
37 tidak bisa dilewati oleh
jenis molekul apapun
38 Osmosis merupakan
suatu proses difusi air
melalui selaput permeable
secara
39 diferensial dari suatu
tempat yang berkonsentrasi
tinggi ke tempat yang
berkonsentrasi
40 rendah. Perbedaan
kepekatan menyebabkan
terjadinya proses ini.
Konsentrasi yang
41 dimaksudkan adalah
konsentrasi pelarutnya
yaitu air. Pertukaran air
antara sel dan
42 lingkungannya adalah
suatu faktor yang begitu
penting sehingga memerlukan
penanaman
43 khusus yaitu osmosis.
Dengan adanya suatu proses
osmosis, suatu osmosis dapat
dikatakan
44 permeabel apabila
semua jenis impermeabel.
Suatu selaput dapat
dikatakan permeabel
45 apabila semua jenis
molekul dalam cairan
yang ada di sekelilingnya
dapat merembes
46 melewati selaput atau
plasma tersebut. Apabila
dalam beberaa jenis molekul
dalam cairan
47 yang ada di
sekelilingnya yang dapat
melewatinya, selaput ini
dikatakan selaput
48 semipermeabel.
Sedangkan yang dimaksud
dengan selaput impermeabel
adalah sel;aput yang
49 tidak bisa dilewati oleh
jenis molekul Enzim adalah sekelompok protein yang
berperan sebagai pengkatalisdalam reaksi-reaksi biologis. Enzim atau biokatalisator adalah
katalisator organikyang dihasilkan oleh sel yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam
jaringantersebut. Suatu enzim dapat bekerja
Enzim merupakan katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengurangi dampak
pencemaran lingkungan dan pemborosan energi karena reaksinya tidak membutuhkan energi,
bersifat spesifik dan tidak beracun. Enzim telah dimanfaatkan secara luas pada berbagai
industri produk pertanian, kimia dan industri obat-obatan. Tiga sifat utama dari biokatalisator
adalah menaikkan kecepatan reaksi, mempunyai kekhususan dalam reaksi dan produk serta
kontrol kinetik (Akhdiya, 2003). Enzim memegang peranan penting dalam proses pencernaan
makanan maupun proses metabolisme zat-zat makanan dalam tubuh. Fungsi enzim adalah
mengurangi energi aktivasi, yaitu energi yang diperlukan untuk mencapai status transisi (suatu
bentuk dengan tingkat energi tertinggi) dalam suatu reaksi kimiawi. Suatu reaksi yang di
katalisis oleh enzim mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah, dengan demikian
membutuhkan lebih sedikit energi untuk berlangsungnya reaksi tersebut. Enzim mempercepat
reaksi kimiawi secara spesifik tanpa pembentukan hasil samping dan bekerja pada larutan
dengan keadaan suhu dan pH tertentu. Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu dan pH (Pelczar dan Chan, 2005).

Enzim dapat diperoleh dari sel-sel hidup dan dapat bekerja baik untuk reaksi-reaksi
yang terjadi di dalam sel maupun di luar sel. Pemanfaatan enzim untuk reaksi-reaksi yang
terjadi di luar sel banyak diaplikasikan dalam dunia industri seperti industri makanan, deterjen,
penyamakan kulit, kosmetik, dll (Moon dan Parulekar, 1993). Pemanfaatan enzim dapat
dilakukan secara langsung menggunakan enzim hasil isolasi maupun dengan cara pemanfaatan
mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim yang diinginkan. Enzim dapat diperoleh dari
makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Beberapa contoh enzim
protease yang bersumber dari tumbuhan yaitu bromelin dari nanas, papain dari pepaya, lisozim
dari putih telur. Meskipun banyak sumber dapat menghasilkan enzim yang berasal dari hewan
dan tumbuhan, namun pemanfaatan mikroorganisme sebagai sumber enzim lebih banyak
diminati, karena enzim dari mikroorganisme dapat dihasilkan dalam waktu yang sangat
singkat, mudah diproduksi dalam skala besar, proses produksi bisa dikontrol, kemungkinan
terkontaminasi oleh senyawa-senyawa lain lebih kecil, dan dapat diproduksi secara
berkesinambungan dengan biaya yang relatif rendah (Thomas, 1989).

Enzim sebagai suatu senyawa yang berstruktur protein baik murni maupun protein yang
terikat pada gugus non protein, memiliki sifat yang sama dengan protein lain yaitu : a. dapat
terdenaturasikan oleh panas, b. terpresipitasikan atau terendapkan oleh senyawa-senyawa
organik cair seperti etanol dan aseton juga oleh garam-garam organik berkonsentrasi tinggi
seperti ammonium sulfat, memiliki bobot molekul yang relatif besar sehingga tidak dapat
melewati membran semi permeabel atau tidak dapat terdialisis (Poedjiadi, 1994).

Enzim yang diisolasi dari sumber alamnya dapat dipakai secara in vitro untuk penelitian
secara rinci reaksi-reaksi yang dikatalisis. Laju reaksi dapat diubah dengan mengubah
parameter-parameternya seperti pH, suhu dan dengan mengubah secara kualitatif maupun
kuantitatif komposisi ion dari medianya atau dengan mengubah ligand selain substrat atau
koenzim (Poedjiadi, 1994). Molekul-molekul enzim merupakan katalis yang sangat efisien
dalam mempercepat pengubahan substrat menjadi produk-produk akhir. Satu molekul enzim
tunggal dapat melakukan perubahan sebanyak seribu molekul substrat per detik. Kenyataan ini
sekaligus menjelaskan bahwa molekul enzim tidak dikonsumsi ataupun mengalami perubahan
selama proses reaksi berlangsung. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
bahwa enzim tidak stabil aktivitasnya dan dapat berkurang atau bahkan menghilang oleh
berbagai pengaruh baik kondisi fisik maupun kimia seperti suhu, pH, dan lain sebagainya
(Pelczar dan Chan, 2005).

1.2 Tujuan Praktikum


 Dapat menyimpulkan bahwa enzim sangat dipengaruhi oleh PH
 Dapat menyimpulkan bahwa enzim dipengaruhi oleh suhu
II

LANDASAN TEORI

enzim yang berperan dalam reaksi pemecahan protein. Enzim ini akan mengkatalisis
reaksi-reaksi hidrolisis, yaitu reaksi yang melibatkan unsur air pada ikatan spesifik substrat.
Berdasarkan cara hidrolisisnya, protease dibedakan menjadi proteinase dan peptidase.
Proteinase menghidrolisis molekul protein menjadi polipeptida, sedangkan peptidase
menghidrolisis fragmen polipeptida menjadi asam amino (Rao et al, 1998). Protease
merupakan enzim penting dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena aplikasinya yang
sangat luas. Industri pengguna protease diantaranya ialah industri deterjen, kulit, tekstil,
makanan, hidrolisat protein, pengolahan susu, farmasi, bir, dan limbah (Moon dan Parulekar,
1993). Protease merupakan enzim yang sangat kompleks, mempunyai sifat fisikokimia dan
sifat-sifat katalitik yang sangat bervariasi. Enzim ini dihasilkan secara ekstraseluler oleh
mikroorganisme, serta mempunyai peranan yang penting dalam metabolisme sel dan
keteraturan proses dalam sel (Akhdiya, 2003).

Enzim protease dapat dihasilkan oleh tanaman, hewan dan mikroorganisme. Enzim
protease yang digunakan dalam bidang industri umumnya dihasilkan oleh mikroorganisme.
Penggunaan tumbuhan sebagai sumber protease dibatasi oleh tersedianya tanah untuk
penanaman dan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan. Disamping itu proses produksi
protease dari tumbuhan sangat memakan waktu. Protease tumbuhan yang dikenal antara lain
papain, bromealin, keratinase. Protease hewan yang paling dikenal adalah tripsin, kimotripsin,
pepsin dan rennin. Enzim-enzim ini dapat diperoleh dalam keadaan murni dengan jumlah
besar (Susanti, 2002). Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis protein
disebut enzim proteolitik atau protease.

Enzim merupakan biokatalisator yang efektif, efisien dan selektif yang akan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata (Lehninger, 1995). Enzim
mengkatalisis reaksi tanpa produk samping dan ramah lingkungan sehingga enzim dapat
dimanfaatkan untuk tujuan reaksi atau jenis produk yang diharapkan. Saat ini enzim yang
banyak digunakan untuk diaplikasikan secara komersial dalam proses industri adalah
kelompok enzim hidrolase. Enzim hidrolase adalah enzim-enzim yang bekerja atau
menguraikan suatu substrat dengan menggunakan molekul air. Berdasarkan substratnya,
enzim hidrolase terbagi atas karbohidrase, esterase dan proteinase atau protein. Beberapa
enzim hidrolase yang banyak digunakan dalam proses industri adalah enzim selulase, amilase,
lipase dan protease. Dalam proses industri enzim memiliki peranan penting, seperti enzim
selulase yang berperan dalam proses pembuatan zat kimia, pulp dan kertas, dan farmasi.
Amilase yang berperan dalam industri makanan, lipase yang berperan dalam industri obat-
obatan, pereaksi klinis, bahan tambahan makanan, sintesan biopolimer, kosmetik dan berperan
dalam produksi bioetanol serta protease yang berperan dalam pengolahan pangan (Pastor et.
al, 2001), penenunan (Helmann, 1995), penyamakan kulit, deterjen, textil dan pengolahan
limbah cair. Pada tahun 2000, penjualan enzim merupakan peringkat yang tinggi dalam bidang
bioteknologi dan diperkirakan mencapai US$ 1,6 milyar (Pawiroharsono, 2008; Sharma, 2001;
Moon dan Parulekur, 1993). Enzim dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya enzim
dari mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan sumber untuk menghasilkan enzim.yang
potensial karena mampu berkembang dengan cepat, mempunyai berbagai jenis aktivitas enzim
dan hidup pada kondisi-kondisi ekstrim seperti pada sedimen dan perairan laut (Gray dan
Elliott, 2009). Sedimen laut diketahui memiliki peranan yang besar sebagai sumber bahan
organik bagi berbagai kehidupan vegetasi laut, seperti, rumput laut, dan padang lamun.
Rochelle et al. (1994) menyatakan bahwa sedimen laut memiliki peranan penting dalam siklus
karbon dan nutrien bagi kehidupan di laut. Berdasarkan penelitian Hong et al. (2009), sedimen
laut mengandung berbagai macam unsur bahan organik yang tinggi dan kompleks dengan
kandungan mencapai 0,5–20 %. Ruyitno (2004) melaporkan bahwa berbagai organisme dapat
hidup pada sedimen dan air laut, organisme tersebut antara lain diatom, khamir, dan berbagai
jenis bakteri.
III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

a. Waktu
Praktikum dilakukan pada tanggal senin 05 Desember 2022 Pukul 14.00 WIB.
b. Tempat
Laboratorium Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan dan Vokasi Universitas
Lancang Kuning

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain:

1. 2 buah tabung rekasi


2. Penjepit
3. Pipet tetes
4. Termometer
5. Stipwatch
6. Kompor
7. Menangas air

3.3 bahan-bahan

1.putih telur

2.aquades
3. alkohol 95 %
3.4. Cara Kerja

1. siapkanlah 2 buah tabung reaksi kemudian isilah dengan putih telur kurang lebih 5
ml
2. tambahkan alkohol 95 % sebnayak 5 tetes amati yang terjadi
3. kemudian tambahkan 1 ml aquades , kocok amati apa yang terjadi
4. siapkanlah penangas air yang ber suhu 100 ° ( air mendidih)
5. isilah 2 tabung reaksi dengan putih telur masing-masing 5 ml, kemudian
masukan termometer kedalam tabung reaksi usahakan thermometer tidak
mengenai dinding tabung rekasi
6. gunakanlah penjepit tabung masukan tabung yang teah berisi putih telur tadi
kedalam penangas air yang sedamg mendidih
7. gunakanlah stopwatch untuk mengamati saat mula terjadi koagulas dan amati
pada temperatur atau suhu putih telor mulai mengalami koagulas
8. matikanlah stopwatch pada waktu putih telur mengalami koagulas sempurna,
catat waktu ketika kondisi koagulas sempurna, catat pula suhunya.
IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Perlakuan Waktu
Ethanol dan putih telur 15 menit
Aquades dan putih telur 1 menit 25 detik

Ethanol 5 tetes dan putih telor 5 ml Aquades 1 ml dan putih telur 5 ml

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan , diketahui pada tabung 1 yang
berisikan putih telor sebanyak 5 ml dicampurkan dengan ethanol sebanyak 5 tetes mengalami
flokulasi waktu yang didapatkan adalah 15 detik, kemudia pada tabung ke 2 yang berisikan
putih telor sebanyak 5 ml dicampurkan dengan aquades sebanyak 1 ml mengalami koagulasi
waktu yang didapatkan 1 menit 25 detik.

V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Enzim sebagai suatu senyawa yang berstruktur protein baik murni maupun protein yang terikat
pada gugus non protein, memiliki sifat yang sama dengan protein lain yaitu :a. dapat
terdenaturasikan oleh panas, b. terpresipitasikan atau terendapkan oleh senyawa-senyawa
organik cair seperti etanol dan aseton juga oleh garam-garam organik berkonsentrasi tinggi
seperti ammonium sulfat, memiliki bobot molekul yang relatif besar sehingga tidak dapat
melewati membran semi permeabel atau tidak dapat terdialisis

5.2. Saran

Praktikum selanjutnya diharapkan agar semua praktikan dapat mengikuti semua


pengamatan yang dilakukan saat praktikum. Sehingga praktikan dapat mengerti materi yang
dipraktikum
VI

DAFTAR PUSTAKA
Akhdiya, A. 2003. Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil. Buletin
Plasma Nutfah 9: 98-102.

Astrini, Dwie. (2013). Aktivitas Antibakteri Madu Pahit Terhadap Bakteri Gram Negatif dan
Gram Positif serta Potensinya Dibandingkan Terhadap Terhadap Antibiotik Kloramfenikol,
Oksitetrasiklin dan Gentamisin [Tesis]. Bandung : Fakultas Kimia Institut Teknologi
Bandung.

Brander, G.C., D.M. Pugh., R.J. Bywater., R.J, dan W.L. Jenkins. 1991. Veterinary Applied
Pharmacology and Therapeutics. 5th Ed. ELBS, Bailliere Tindall.

Bogdanov, S. (2011). The Honey Book :Honey Composition. Bee Product Science, www.bee-
hexagon.net. Diakses pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 21.40 WB.

Moon, S.H. and S.J. Parulekar., 1993, Some Observation on Protease Producing in Continuous
Suspention Cultures of Bacillus firmus, Biotech, Bioeng, 41:43-54.

Anda mungkin juga menyukai