Anda di halaman 1dari 5

RESUME JURNAL ILMIAH MATA KULIAH PEMULIAAN TANAMAN TOLERAN LINGKUNGAN RAWAN

ULAS BALIK Regulasi Osmosis Pada Tumbuhan Tinggi (Osmotic Adjustment In Higher Plants)

Oleh: Reziana Apelia Priambodo A1L009111

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2012

Peralihan habitat tumbuhan dari lingkungan akuatik ke lingkungan darat berpengaruh terhadap komposisi berkas pengangkutannya. Komposisi jaringan pengangkut yang berperan dalma transport air (hara) pada tumbuhan akuatik masih bersifat sederhana karena sarana tersebut hampir tidak diperlukan. Sedangkan proses terpenting dalam transport air adalah terbawanya unsur hara bagi tanaman. Berkas pengangkutan pada tumbuhan darat lebih kompleks sebagai hasil antisipasi terhadap proses transport air dan hara yang lebih kompleks pula. Air berperan dalam proses pertumbuhan tumbuhan. Diantaranya membantu dalam proses metabolisme. Sebagai pelarut, air berperan dalam absorpsi dan transpor solut baik bahan dasar maupun produk lanjut dan akhir dalam metabolisme sel. Air bereperan pula dalam proses fotosintesis yaitu berlangsungnya evolusi oksigen dari air. Kekeringan merupakan kondisi kekurangan air. Kekeringan berpengaruh dalam semua fase pertumbuhan tumbuhan. Pertumbuhan sel merupakan proses yag sensitif terhadap cekaman air yang ringan sekalipun. Bila cekaman air terus berkembang, akan berpengaruh lanjut terhadap sintesis dinding sel, pembentukan protein, protoklorofil, membuka/mentupnya stomata, asimilasi CO2 (Hsiao et al, 1976). A. Regulasi Osmosis Kondisi cekaman lingkungan seperti kekeringan dan salinitas merupakan fenomena yang sering terjadi paa tumbuhan tingkat tinggi. Untuk beradaptasi dalam kondisi seperti ini, tumbuhan telah mampu melakukan dan mengembangkan mekanisme mengatasi hal tersebut. Inilah yang dikenal dengan regulasi osmosis. Regulasi osmosis juga dikenal dengan osmoregulation (Hellebust, 1976; Morgan, 1984), turgor regulation (Zimmermann, 1978), osmotic adaptation (Turner dan Jones, 1980). Konsep regulasi osmosis ini mencakup tingkah laku dan kemampuan sel atau jaringan tumbuhan dalam proses adaptasi terhadap lingkungan buruk, terutama cekaman air dan garam. Definisi regulasi osmosis secara umum yaitu penurunan secara luar biasa potensi osmosis cairan sel ke tingkat yag lebih negatif sebagai

akibat dari akumulasi konstituen aktif osmosis (osmotic constituen) dalam protoplasma (Muuns, 1988). Proses penurunan ini untuk mengatur potensi osmosis sel atau jaringan mengikuti turunnya potensi air karena cekaman air atau garam. Mekanisme regulasi osmosis. Di alam, jika dua sistem yang mengandung air aling berhubungan, air cenderung mengalir dari sistem yang potensi airnya lebih tinggi (kurang negatif, energi bebasnya lebih tinggi) ke sistem yang potensial airnya lebih rendah (lebih negatif, energi bebasnya lebih rendah) hingga tercapai keseimbangan energi bebas. Tumbuhan yang mengalami kondisi ketidakseimbangan air antara sistem sel dan media tumbuh karena kekurangan air maupun salinitas.Ketidakseimbangan ini menimbulkan perbedaan potensial air antara kedua sistem ini, sehingga protoplasma kehilangan air. Jika kehilangan air terus menerus maka akan mencapai titik nol dan mengakibatkan kelayuan. Upaya yang dilakukan agar tidak mencapai titik nol dan kelayuan, tanaman mempunyai cara sendiri yang dikenal dengan komponen potensi air. Komponen potensi air terdiri dari potensi osmosis, potensi turgor serta potensi matrik, namum potensi matrik sering diabaikan karena dianggap kecil. Potensi air biasanya dijadikan sebagai indikator tingkat cekaman pada tumbuhan. Nilai osmosis ditentukan oleh kualitas dan kuantitas solut yang terdapat alam sel, yaitu sejumlah komponen organik maupun anorganik yang disintesis dan atau diakumulasi dalam sel bila tumbuhan mengalami cekaman air atau garam. Semakin banyak solut tertentu disintesis oleh sel, semakin besar daya osmosis yang diturunkannya. Nilai turor dipandang sebagai kemampuan tumbuhan mengatasi cekaman , diturunkan dari interaksi antara komponen potensi air. Interaksi ini menyebabkan adanya tekanan dinding sel. Kemampuan suatu spesies atau varietas tumbuhan melakukan adaptasi terhadap kondisi yang ekstrim, ditentukan oleh kemampuan selulernya mempertahankasejumlah volume air tertentu dalam sel agar nilai turgor tetap dipertahankan di atas nol. Nilai turgor positif maka menjamin tetap berlangsungnya proses metabolisme. Sedangakan nilai turgor nol maka akan menghambat proses metabolisme tumbuhan. Oleh karena itu, regulasi osmosis dikembangkan oleh

tumbuhan untuk mempertahankan volume air tertentu agar nilai turgor berada pada nilai positif. Akumulasi osmotik. Dalam mekanisme tumbuhan adanya solut osmosis yaitu proses akumulasi komponen kimia dan proses sintesis. Solut osmosis ini disintesis maupun diakumulasi dalam sel jika tumbuhan mengalami cekaman fisiologi. Oleh karena itu, besarnya akumulasi harus diukur dengan membandingkan konsentrasi solut dengan kondisi cekaman dan tidak dalam kondisi cekaman. Sintesis dan akumulasi ini berlangsung untuk dua tujuan utama. Pertama, berperan dalam mengatur dan menyeimbangkan nilai osmosis kompartemen sel: vakuola, sitoplasma dan organel agar nilai osmosisnya senantiasa mengikuti fluktuasi potensi air. Kedua, berperan sebagai solut kompatibel organik yang mengambil bagian dalam proteksi enzim-enzim selama cekaman (fisiologi) berlangsung. Komponen ini bersifat kompatibel dengan fungsi-fungsi metabolisme karena tidak mengganggu kerja enzim dan tidak meracuni. Nonregulasi Osmosis. Perubahan niali potensi osmosis yang disebabkan oleh sintesis solut baru dan diakumulasi oleh sel harus dibedakan dari perubahan karena efek konsentrasi pasif akibat berkurangnya air. Dalam kondisi ini tidak terjadi proses sintesis dan akumulasi solut kompatibel sehingga volume awal sel sama dengan volume akhir. Dengan demikian tidak terjadi pula regulasi osmosis. Sel atau jaringan yang tidak mampu melakukan regulasi osmosis berkelakuan layaknya sebuah osmometer saja. Signifikasi Fisio-Ekologi Regulasi Osmosis. Tumbuhan yang mampu mempertahankan hidupnya dengan menghindari kelayuan akan mendapat manfaat juga dari tetap membuka dan menutupnya stomata karena regulasi osmosis juga berlangsung pada sel penjaga sehingga tingkap sel-sel ini tetap membuka dengan besaran tertentu. Dalam kondisi ini pertukaran gas masih tetap berlangsung. Jika dalam keadaan tidak seimbang (cekaman) ini berlangsung relatif lama selama satu siklus hidup, produktivitas tanaman pengembang regulasi osmosis lebih tinggi daripada spesies bukan pengembang regulasi osmosis. B. Keragaman Genetika

Keragaman genetika dlam regulasi osmosis telah ditemukan dalam bergam spesies (interspesifik) dan varietas (intraspesifik), biak tanaman budidaya maupun tanaman liar. Keragaman sifat ini dinilai dari perbedaan yang signifikan dalam mengembangakan nilai osmosis dan besaran nilai turgor yang dipertahankan jika tumbuhan diperlakukan dengan kondisi cekaman. Keragaman ini terletak dari kemepuan mensintesis solut. Evaluasi dan penelusuran bakat turunan sebagai regulator osmosis di Indonesia. Keragaman kawasan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan pengembangan pertaniannya. Kebutuhan benih unggul terhdap kawasan yang tercekam dengan kemampuan meregulasi nilai osmosisnya menjadi mutlak. Maka masih terbuka lebar peluang untuk mengembangkan komoditas pangan, sandang, hortikultura, dll di lahan bermasalah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai