Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN

TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL


DAN POTENSIAL AIR

Nama Ayu Wulandari


Nim F1071151004
Kelas Kelas.B Reg A
Kelompok 5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
ABSTRAK

Air penting bagi tumbuhan. Air berperan dalam pelaksanaan reaksi biokimia.
Air dapat memberikan tekanan hidrolik pada sel sehingga menimbulkan turgor pada
sel-sel tumbuhan, memberikan sokongan dan kekuatan pada jaringan jaringan
tumbuhan yang tidak memiliki sokongan struktur. Kelangsungan hidup sel tumbuhan
bergantung pada kemampuannya untuk menyeimbangkan pengambilan dan
pengeluaran air. Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat
pelarut, dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang
konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel
atau semi permeabel. Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan
yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan
melalui membran semi permeabel (proses osmosis). Osmosis sangat ditentukan
oleh potensial kimia air atau potensial air. Potensial air merupakan alat diagnosis
yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau
jaringan tumbuhan. Untuk mengukur tekanan osmosis dan potensial air
digunakanlah alat seperti mikroskop, pisau, silet, pinset, petri dish, gelas kimia,
penggaris, neraca digital, tissue, objek glass dan cover glass. Bahan yang
digunakan yaitu daun Rhoe discolor, larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,14M ;
0,16M ; 0,18M ; 0,22M ; 0,26M. Sedangkan pada percobaan penetapan potensial air
jaringan tumbuhan, bahan yang digunakan yaitu kentang, akuades, larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0,1M ; 0,3M ; 0,4M ; 0,6M. Tujuan praktikum ini yaitu
Berdasarkan hasil praktikum osmosis yang dilakukan diketahui bahwa semakin
tinggi nilai molaritas larutan gula, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Dan
pada praktikum potensial air mengatakan bahwa air bergerak dari potensial air
tinggi ke potensial air yang rendah. Perpindahan atau pergerakan molekul air dari
potensial air yang tinggi kepotensial air yang rendah disebut dengan osmosis.

Kata kunci : Difusi, Osmosis, Plasmolisis, Potensial air, Rhoe discolor, Solanum
tuberosum L
ABSTRACT

Water is essential for the plant. Water plays a role in the implementation of
biochemical reactions. Water can provide hydraulic pressure to the cell, causing
turgor in plant cells, provides support and strength to the network -Network plants
that do not have a support structure. Plant cell survival depends on its ability to
balance the decision and water. Osmosis is a process of displacement or movement
of solvent molecules, from a solution of high concentration of the solvent to the
solution of the concentration of low pelarutya through membranes or membrane
selectively permeable or semi-permeable. Osmotic pressure is the pressure exerted
on a solution to stop the movement of solvent molecules into the solution through a
semi-permeable membrane (osmosis). Osmosis is largely determined by the
chemical potential of water or water potential. Water potential is a diagnostic tool
that enables precise determination of the status of water in cells or tissues of plants.
To measure the osmotic pressure and water potential is used tools such as
microscopes, knife, razor, tweezers, petri dish, beaker, a ruler, a digital balance,
tissue, glass objects and glass cover. Materials used are the leaves
Rhoediscolor,sucrose solution with a concentration 0,14M; 0,16M; 0,18M; 0,22M;
0,26M. While on trial determination of tissue water potential of plants, materials
used, namely potatoes, distilled water, sucrose solution with a concentration of 0.1M;
0.3M; 0.4 m; 0,6M. The purpose of this lab is Based on lab results osmosis is known
that the higher the value molarity sugar solution, then the cells will be more quickly
terplasmolisis. And the lab said that the water potential of moving water from high
water potential to lower water potential. Displacement or movement of water
molecules from potential high water to low water kepotensial called by osmosis.

Keywords: Diffusion, Osmosis, plasmolysis, Potential water, Rhoe discolor, Solanum


tuberosum L
PENDAHULUAN

Air adalah kebutuhan pokok makhluk hidup salah satunya tumbuhan.


Kelangsungan hidup sel tumbuhan bergantung pada kemampuannya
untuk menyeimbangkan pengambilan dan pengeluaran air.

Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari
larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat
pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi
permeable.

Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air.
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat
keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Karena proses ini sangat
penting bagi tumbuhan, oleh sebab itu dilakukannya praktikum ini untuk mengetahui
tekanan osmosis dari sel tumbuhan dan konsentrasi larutan yang dapat membuat
sel mengalami plasmolisis.

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menghitung tekanan osmosis cairan sel
dan mengukur nilai potensial jaringan umbi kentang.

Ada beberapa permasalahan pada praktikum ini yaitu pada percobaan


tekanan osmosis apa yang terjadi dengan daun Rhoe discolor, apa itu plamolisis
insipien, dari kesemua sampel uji manakah yang mengalami plasmolisis insipien.
Mengapa sampel harus direndam dalam larutan sukrosa, apakah tingkatan
konsentrasi mempengaruhi plasmolisis dan pada percobaan penetapan potensial air
jaringan tumbuhan apa yang terjadi dengan kentang.

Air merupakan 85-98% berat tumbuhan herba yang hidup di air. Dalam sel,
air diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk
mengangkutnya; selain itu air diperlukan juga sebagai substrat atau reaktan untuk
berbagai reaksi kimia misalnya fotosintesis; dan air dapat menyebabkan
terbentuknya enzim dalam tiga dimensi sehingga dapat digunakan untuk aktivitas
katalisnya. Tanaman yang kekurangan air akan menjadi layu, dan apabila tidak
diberikan air secepatnya akan terjadi layu permanen yang dapat menyebabkan
kematian (Syarif, 2009).

Air penting bagi tumbuhan. Air berperan dalam pelaksanaan reaksi biokimia.
Air dapat memberikan tekanan hidrolik pada sel sehingga menimbulkanturgor pada
sel-sel tumbuhan, memberikan sokongan dan kekuatan pada jaringan- jaringan
tumbuhan yang tidak memiliki sokongan struktur. Struktur tumbuhanyang penting
dalam perlalulalangan zat adalah dinding sel dan membran sel. Pada membran sel
terjadi peristiwa osmosis (Sasmitamihardja, 1996).

Kelangsungan hidup sel tumbuhan bergantung pada kemampuannya untuk


menyeimbangkan pengambilan dan pengeluaran air . pengambilan atau
pengeluaran netto air oleh suatu sel terjadi melalui osmosis, yaitu traspor pasif air
melewati suatu membran. Dalam hal ini membran sel tumbuhan (Campbell, 2004).
Komponen-komponen potensial air tumbuhan terutama terdiri dari potensial
osmotik (PO) dan potensial turgor (tekanan, PT). oleh karena potensial osmotik
cairan sel, air murni cenderung memasuki sel, sedangkan potensial turgor di dalam
sel mengakibatkan kecenderungan yang berlawanan, yaitu air meninggalkan sel
(Ismail, 2011).
Salah satu ciri yang membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah
adanya dinding sel. Dinding sel terdiri atas dinding primer dan dinding sekunder,
antara dinding primer dari suatu sel dengan dinding primer dari sel tetangganya
terdapat lamella tengah. Lamella tengah merupakan perekat yang mengikat sel
secara bersama-sama untuk membentuk jaringan (Adnan, 2008).
Sel tumbuhan yang terbungkus oleh selaput tipis yang disebut membran
plasma.Selaput ini tersusun atas dua lapis membran yang mampu mengatur secara
selektif,aliran cairan dari lingkungan suatu sel(keluar masuknya cairan). Membran
plasma akan terlepas dari dinding sel,bila konsentrasi cairan diluar sel lebih tinggi
(PA rendah) daripada konsentrasi cairan didalam sel (PA tinggi) maka,akan terjadi
gerakan molekul kearah yang lebih pekat (PA rendah).Untuk melawan agar pelarut
tidak masuk kedalam larutan dibutuhkan tenaga yang disebut tekanan osmosis
(TO).Yang dapat diartikan PA=PO (Morigan,2011).
Cell growth, photosynthesis an crop productivity are all strongly influenced by
water potential and its components. Like the body temperature of humans, water
potential is a good overall indicator of plant health. Plant sciencests have thus
expanded considerable effort in ivising accurate and reliable methods for evaluating
the water status of plants.

(Bueckert,2013).

Osmosis adalah bergeraknya molekul air melalui membran semipermeabel


(selektif permeabel) dari larutan berkadar rendah menuju larutan berkadar tinggi
hingga kadarnya sama.(Anthara.2011). Membran dikatakan permeabel apabila
semua jenis molekul dalam cairan dapat melewati membran, sedangkan suatu
membran dikatakan semi permeabel jika hanya dapat dilewati oleh molekul-molekul
tertentu saja (Annur,2008).

Hubungan antara potensial air adalah dengan melakukan peristiwa osmosis


karena osmosis merupakan peristiwa difusi dimana antara dua tempat tersedianya
difusi dipisahkan oleh membrane atau selaput. Maka dapat diartikan bahwa dinding
sel atau membrane protoplasma adalah membrane pembatas antara zat yang
berdifusi karena pada umumnya sel tumbuh-tumbuhan tinggi mempunyai dinding sel
maka sebagian besar proses fitokimia dalam tumbuh-tumbuhan adalah merupakan
proses osmosis (Heddy, 1987).
Pada fisiologi tanaman hal biasa untuk menunjukkan energy bebas yang
dikandung di dalam air adalah dalam bentuk potensial air (). Definisi dari potensial
air adalah energy per unit volume air, potensial air berbanding lurus dengan suhunya
(Filter, A.h., 1981).
Potensial osmotic merupakan potensial kimia yang disebabkan adanya materi
yang terlarut. Potensial osmotic selalu memiliki nilai negative, hal ini disebabkan
karena cenderung bergerak menyeberangi membrane semi permeable dari air murni
menuju air yang mengandung zat terlarut (Lambers, dkk, 1998).
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oleh 4 macam
komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic, dan tekanan. Potensial
gravitasi bergantung pada air di dalam daerah gravitasi, potensial matriks
bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotic
bergantung pada hidrostatik atau tekanan angina dalam air (Deragon, 2005).
Potensial air merupakan ukuran dari energy bebas air yang dipengaruhi oleh zat
terlarut, tekananm dan partikel matriks. Kontribusi dari potensial air oleh solute
terlarut disebut dengan potensial osmotic, yang selalu bernilai negative. Di lain
pihak, zat terlarut menurunkan potensial air. Potensial tekanan air dapat bernilai
positif, negative, bahkan nol. Tetapi secara umum nilai potensial tekanan ini berarti
bernilai positif, karena setiap sel tumbuhan memiliki tekanan turgor. (Heddy, S,
1982).
Komponen-komponen potensial air atau jaringan adalah sebagai berikut :

w = s + p + m

(PA = PO + PT + PM)

Dimana w = potensial air suatu tumbuhan

s = potensial osmotik

p = potensial tekanan atau turgor

m = potensial matriks (Ismail, 2011)

Menurut Ismail 2011, potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh
zat-zat terlarut. Tandanya selalui negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang
disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel. Nilainya ditandai
dengan bilangan positif, nol, atau dapat juga negatif. Penambahan tekanan
(terbentuknya tekanan turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih positif.
Potensial matriks disebabkan oleh ikatan air pada koloid protoplasma dan
permukaan (dinding sel). Potensial matriks bertanda negatif, tetapi pada umumnya
pada sel-sel bervakuola, nilainya dapat diabaikan. Oleh karena itu, persamaan
diatas dapat disederhanakan menjadi :

w = s + p (PA = PO + PT)

Potensial air jaringan ditentukan dengan cara merendam potongan jaringan


dalam suatu seri larutan sukrosa atau manmitol (non-elektrolit) yang diketahui
konsentrasinya (Ismail, 2011).

Analisis kuantitatif potensial air. Pengaruh gabungan dari tekanan dan


konsentrasi zat terlarut ini terhadap potensial air ditulis dalam persamaan berikut ini :

= p + s

dimana p adalah potensial tekanan (tekanan fisik suatu larutan) dan s adalah
potensial zat-zat terlarut, yang sebanding dengan konsentrasi zat-zat terlarut dari
suatu larutan. (s juga disebut potensial osmotik.) Tekanan pada suatu larutan (p)
bisa berupa suatu bilangan yang positif atau negatif (tegangan, suatu tekanan
negatif). Sebaliknya, potensial zat-terlarut dari suatu larutan (s) selalu negatif, dan
semakin besar konsentrasi zat-zat terlarut, semakin tinggi nilai s (Campbell, 2004).

Dehidrasi osmosis dilakukan dengan merendam pangan di dalam larutan


dengan tekanan osmosis lebih tinggi daripada tekanan osmosis intraselular bahan
pangan tersebut. Akibatnya, air dalam bahan akan keluar melintas membran sel
menuju larutan perendam itu (Wirawan, 2006).

Potensial osmotic merupakan potensial kimia yang disebabkan adanya materi


yang terlarut. Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oleh empat
macam komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic, dan tekanan (Fiter,
1989).
Tanaman yang kekurangan air akan menjadi layu dan apabila tidak diberikan air
secepatnya akan terjadi layu permanen yang dapat menyebabkan kematian.
Terdapat lima mekanisme utama yang dapat menggerakkan air dari suatu tempat ke
tempat lain melalui proses:
a. Difusi adalah pergerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas medium.
Gas berdifusi lebih cepat daripada air.
b. Osmosis adalah difusi melalui membrane semi permeable. Masuknya larutan
ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh
organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa.
Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel bermembran.
c. Tekanan kapiler, apabila pipa kapiler dicelupkan ke dalam bak yang berisi air,
maka permukaan air di dalam pipa kapiler akan naik sampai terjadi
keseimbangan antara tegangan yang menarik air tersebut dengan beratnya.
d. Tekanan hidrostatik, masuknya air ke dalam sel akan menyebabkan tekanan
terhadap dinding sel sehingga dinding sel menegang. Hal ini akan
menyebabkan timbulnya tekanan hidrostatik untuk melawan aliran tersebut.
e. Gravitasi, air juga bergerak untuk merespon gaya gravitasi bumi, sehingga
perlu tekanan untuk menarik ke atas. Pada tumbuhan herba, pengaruh gravitasi
dapat diabaikan karena perbedaan tinggian pada bagian tanaman tersebut
relative kecil. Pada tumbuhan yang tinggi, pengaruh gravitasi sangat nyata.
Untuk menggerakkan air ke atas pada pohon yang tingginya 100 meter
diperlukan tekanan sekitar 20 atm (Yudi, 2009).
Pada potensial kimia, energi bebas per mol substansi di dalam suatu system
kimia. Oleh karena itu potensi kimia suatu senyawa di bawah kondisi tekanan dan
temperature konstan tergantung kepada jumlah mol substansi yang ada (Lakitan,
1996).
Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang
menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.Benang-benang tersebut dikenal
dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul
tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah. Keadaan volume
vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar tetap menempel pada dinding sel
sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari
dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis
insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlah selnya mengalami plasmolisis.
Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. Potensial osmotik larutan
penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah
keseimbangan dengan larutan tercapai (Liu, 2012).
Untuk mengukur potensial air, dapat digunakan metode volume-jaringan.
Sampel jaringan yang diinginkan dimasukkan ke dalam seri larutan dalam ragam
konsentrasi yang diketahui. Linarut yang terbaik untuk pengukuran semacam ini
adalah yang tidak mudah melintasi membran atau tidak merusak jaringan.
Tujuannya ialah untuk mendapatkan larutan yang tidak mengubah volume
jaringan. Artinya, tidak ada air yang masuk atau yang hilang. Hal ini menunjukkan
bahwa jaringan dan larutan sudah sejak awal berada dalam kesetimbangan.
Potensial air jaringan sudah sama dengan potensial air dalam larutan pada tekanan
atmosfer, saat P = 0, maka potensial air sama dengan potensial osmotik (Salisbury
dan ross, 1995).
Ada beberapa cara untuk mengetahui perubahan volume. Salah satu caranya
adalah dengan mengukur volume jaringan sebelum jaringan dimasukkan ke dalam
larutan (biasanya juga digunakan volume baku), dan mengukur volume (atau
mengukur panjangnya) setelah jaringan direndam dalam waktu tertentu. Perubahan
volume dapat diartikan sebagai fungsi dari konsentrasi larutan yang menunjukkan
penambahan volume pada larutan yang encer dan pengurangan volume pada
larutan yang pekat (Salisbury dan ross, 1995).
Kekurangan air atau kekeringan pada tanaman dapat dibagi ke dalam 3
kelompok, yaitu :
a) Cekaman ringan; jika potensial air daun menurun 0,1 MPa atau kandungan
air nisbi menurun 8-10 %
b) Cekaman sedang ; jika potensial air daun menurun 1,2 s/d 1,5 MPa atau
kandungan air nisbi menurun 10-12 %
c) Cekaman berat ; jika potensial air daun menurun >1,5 MPa atau kandungan
air nisbi menurun > 20%
Tanaman dikatakan mengalami kekeringan jika kehilangan lebih dari 50% air
dari jaringannya (Cheeta dalam Song Ai, 2011).
METODOLOGI

Praktikum tekanan osmosis cairan sel dan potensial air, dilaksanakan pada
tanggal 21 Maret 2017 di Laboratorium atas Pendidikan Biologi, FKIP Untan pukul
13.00 WIB selesai. Adapun alat yang digunakan berupa mikroskop, pisau, silet,
pinset, petri dish, gelas kimia, penggaris, neraca digital, tissue, objek glass dan
cover glass. Sedangkan bahan yang digunakan berupa daun Rhoe discolor yang
masih segar, larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,14M ; 0,16M ; 0,18M ; 0,22M ;
0,26M. Solanum tuberosum L, akuades dan larutan sukrosa 0,1M ; 0,3M ; 0,4M ;
0,6M.

Langkah kerja pada praktikum ini sebagai berikut : Cara kerja tekanan osmosis
pada Rhoe discolor yaitu yang pertama cawan petri disiapkan sebanyak 5 buah dan
kemudian diisi larutan sukrosa ke dalam gelas kira-kira 1/3 bagian, 1 cawan petri
untuk 1 konsentrasi. Lapisan tipis epidermis berwarna ungu daun Rhoe discolor
disayat menggunakan pisau silet. Diusahakan menyayat hanya selapis saja.
Sayatan tersebut diperiksa dengan menggunakan mikroskop. Dihitung jumlah sel-sel
pada lapisan epidermis sebagai jumlah sel sebelum dimasukkan ke dalam larutan
sukrosa. Kemudian sayatan tadi dimasukkan kedalam 5 buah cawan petri dengan
konsentrasi larutan sukrosa yang berbeda dan dicatat waktu mulai perendaman.
Sayatan dibiarkan dalam larutan selama 30 menit. Setelah 30 menit sayatan
epidermis tadi diperiksa dari berbagai konsentrasi sukrosa dengan mikroskop.
Dihitung kembali jumlah selnya sebagai jumlah sel yang tidak mengalami plasmolisis
setelah dimasukkan kedalam larutan sukrosa 30 M. Dicari larutan sukrosa dimana
50% dari jumlah sell epidermis tadi telah terplasmolisis yang keadaan ini disebut
insipient plasmolisis. Sel pada keadaan insipient plasmolisis memiliki potensial
osmotic sama dengan potensial osmotik larutan yang digunakan. Potensial osmotik
sel pada insipient plasmolisis ditentukan.

Cara kerja potensial air pada Solanum tuberosum L yaitu yang pertama dua
gelas piala atau gelas beaker disiapkan dengan masing-masing tabung diisi dengan
100 ml larutan berikut ini: akuades, sukrosa dengan konsentrasi 0,1M ; 0,3M ; 0,4M ;
0,6M.. Tahap-tahap berkut ini harus dilakukan dengan cepat. Umbi kentang dibuat
12 silinder dengan bor yang bergaris tengah 1 cm, dengan panjang 4 cm. Bagian
luar kulitnya dihilangkan. Sebaiknya semua silinder umbi kentang dibuat dari satu
umbi saja dan diletakkan di sebuah wadah tertutup. Silinder kentang dipotong
dengan pisau silet menjadi irisan-irisan tipis dengan tebal 1-2 mm. Irisan kentang
dibilas dengan akuades dengan cepat dikeringkan dengan kertas hisap dan
ditimbang. Selanjutnya di masukkan ke dalam salah satu larutan sukrosa yang telah
disiapkan. Hal ini dilakukan pada setiap silinder kentang untuk masing-masing
larutan berikutnya. Tepat 15 menit setelah direndam, irisan-irisan tersebut
dikeluarkan dari masing-masing tabung. Lalu dikeringkan dengan kertas handuk
atau hisap, semua hal ini dilakukan untuk semua contoh percobaan. Untuk
menghitung perubahan berat digunakan rumus berikut:

x 100 %

Kemudian dibuat grafik dan diplotkan persen perubahan berat pada ordinat
dan konsentrasi larutan sukrosa ( dalam molar ) pada absis. Potensial air jaringan
dapat diperoleh setelah dihitung potensial osmotik ( s ) untuk masing-masing
konsentrasi larutan sukrosa dan digunakan rumus berikut:

-s = C.i.R.T

Dimana : -s = Potensial air

I = Konstanta ionisasi sukrosa = 1

R= Konstanta gram (0,0831 bar/derajat mol)

T= Suhu absolut (0C + 273)

Rumus diatas cukup digunakan untuk menghitung potensial osmotik suatu


larutan sukrosa ( -s ), selanjutnya potensial dari larutan-larutan lainnya dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus berikut ini :
Kemudian tentukan konsentrasi sukrosa yang tidak menghasilkan perubahan
berat dengan menginterpolasikandari grafik. Dan dihitung s dari larutan ini. Nilai s
tersebut sebanding dengan potensial air ( w ) jaringan.
HASIL PENGAMATAN

a) Tekanan osmosis cairan sel Rhoe discolor

Konsentrasi Jumlah sel Jumlah sel yang Selisih perubahan


Sukrosa sebelum tidak mengalami jumlah
dimasukkan plasmolisis setelah (%)
kedalam larutan dimasukkan
sukrosa kedalam larutan
sukrosa (30 menit)
0,14 M 237 sel 216 sel 8,86
0,16 M 24 sel 7 sel 70,83
0,18 M 171 sel 96 sel 43,86
0,22 M 75 sel 49 sel 34,67
0,26 M 71 sel 31 sel 56,34

Jumlah selisih (%) =

b) Potensial air
Jenis larutan Konsentrasi Berat awal Berat akhir Perubahan
(M) (gr) (gr) (%)

Sukrosa 0,1 23,67 26,00

Sukrosa 0,3 21,65 24,42

Sukrosa 0,4 20,37 22,49

Sukrosa 0,6 21,49 24,47

Akuades _ 23,67 25,20

% perubahan =

PEMBAHASAN
Percobaan pertama yang dilakukan praktikan adalah mengenai tekanan
osmosis cairan sel. Osmosis adalah bergeraknya molekul air melalui membran
semipermeabel (selektif permeabel) dari larutan berkadar rendah menuju larutan
berkadar tinggi hingga kadarnya sama.(Anthara.2011). Pada percobaan ini,
praktikan menggunakan alat dan bahan seperti daun Rhoe discolor, larutran sukrosa
(0,14M ; 0,16M ; 0,18M ; 0,22M ; 0,26M), mikroskop,pisau silet, pinset, akuades,
petri dish, cover glass dan objek glass.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,pada konsentrasi sukrosa 0,26M


memiliki 50% sel yang terplasmolisis yang disebut plasmolisis insipien. Pada
konsentrasi tersebut, protoplasma dalam keadaan menahan volume vakuola agar
tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan
berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini
disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh
jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel
= 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan
potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai
(Salisbury and Ross, 1992).
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosisJika sel tumbuhan diletakkan
di larutan berkonsentrasi tinggi (hipertonik) seperi larutan gula (sukrosa) sel
tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan
lemah.Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini akan layu. Kehilangan air
lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis. Tekanan terus berkurang
sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel,
menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran.Akhirnya mengalami
cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel yang dapat terjadi. Tidak ada mekanisme
di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga
mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel
diletakkan di larutan hipotonik.

Pada proses plasmolisis daun Rhoe discolor sebelum di rendam terdapat sel
berwarna ungu dinding selnya masih rapat itu menandakan bahwa belum terjadi
proses plasmolisis, sedangkan pada daun Rhoe discolor setelah direndam selama
30 menit ke dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi berbeda-beda terjadi
perubahan sel yaitu selnya berwarna ungu keputih-putihan dan susunan selnya
mulai mengecil, membran sudah mulai terlepas dari dinding sel itu menandakan
bawah terjadi proses plasmolisis.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi nilai


molaritas larutan sukrosa, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Hal ini
terbukti dengan keberadaan senyawa antosianin berwarna keunguan yang
terkandung dalam daun Rhoeo discolor semakin turun kadarnya jika dimasukkan
secara bertahap kedalam larutan sukrosa yang berbeda-beda tingkat atau nilai
molaritasnya. Sel akan lebih cepat mengalami plasmolisis saat diberi larutan sukrosa
0,26M. Akibatnya, akan semakin banyak sel yang keriput.
Larutan sukrosa berfungsi sebagai bahan penguji untuk mengetahui besarnya
potensial air dan dapat dilihat dari perbedaan panjang silinder. Konsentrasi sukrosa
yang berbeda-beda bertujuan agar praktikan mengetahui apakah konsentrasi yang
besar atau kecil mempengaruhi banyak nya sel yang berkurang pada daun Rhoe
discolor.

Jika konsentrasi sukrosa yang digunakan tinggi, maka sel tumbuhan akan
lebih cepat mengalami plasmolisis. Sebaliknya, jika konsentrasi yang digunakan
rendah maka sel tumbuhan akan lebih lambat mengalami plasmolisis.Tekanan yang
mendorong terjadinya difusi ini dinamakan tekanan osmosis atau osmotic pressure.
Tekanan yang menjadi penentuan dalam pencarian suatu larutan dengan tekanan
osmosis yang sama dengan cairannya disebut dengan tekanan difusi. Karena
konsentrasi larutan gula berperan dalam plasmolisis sel, maka dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak sel yang terplasmolisis. Proses plasmolisis dapat diketahui
dengan membran protoplasma dan sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel
terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Hal tersebut
dapat kita lihat dengan adanya suatu bintik atau titik yang berada di tengah-tengah
sel tanaman tersebut.Menurut Salisbury dan Ross (1995),larutan yang di dalamnya
terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis
disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan
tanpa tekanan. Ketika Rhoeo discolor direndam pada larutan hipotonik maka lebih
banyak sel yang terdapat pada tumbuhan tersebut. Setelah direndam dalam larutan
hipertonik (sukrosa) maka sel yang jumlah nya lebih banyak akan menjadi lebih
sedikit dan mengkerut. Hal ini diketahui dengan semakin sedikit nya jumlah sel pada
Rhoeo discolor ketika diberi larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbea beda.

Percobaan kedua yang dilakukan adalah mengenai potensial air. Alat dan
bahan yang digunakan diantaranya kentang, akuades, larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,1M ; 0,3M ; 0,4M ; 0,6M, pisau, cork borer, penggaris, gelas kimia,
neraca digital dan tissue. Dengan proses yaitu dengan melakukan perendaman
terhadap kentang (Solanum tuberosum L ) yang sudah terpotong-potong sesuai
prosedur kerja dan dimasukan kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi serta
dalam aquades sebagai variabel konntrol masing-masing selama 2 jam.

Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan laporan sementara, aquades,


memiliki perubahan berat 6,64%. Nilai positif ini diperoleh dari berat akhir kentang
yang lebih besar dari berat awal kentang, akibat terjadinya penambahan berat
jaringan oleh air dari larutan sukrosa.Pergerakan air dari larutan sukrosa menuju sel
kentang menunjukkan bahwa konsentrasi air dalam larutan sukrosa lebih tinggi
daripada dalam sel kentang. Larutan sukrosa 0,1M, 0,3M, 0,4M, 0,6M disebut
larutan hipertonis (larutan dengan kandungan solute yang lebih tinggi dari larutan
lain). Sedangkan pada konsentrasi 0,60M perubahan berat kentang bernilai negatif.
Menurut Listiana (2010), pada percobaan potensial air, berat akhir kentang yang
lebih kecil dari berat awal kentang, akibat terjadi penyusutan berat jaringan karena
air keluar dari sel menuju larutan sukrosa sehingga dapat disimpulkan merupakan
larutan hipertonis (kandungan solutenya lebih tinggi daripada sekelilingnya)
menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air tinggi ke potensial air yang
rendah. Perpindahan atau pergerakan molekul air dari potensial air yang tinggi
kepotensial air yang rendah disebut dengan osmosis. Tetapi pada data hasil
pengamatan yang ada, meskipun diberi larutan sukrosa dengan konsentrasi yang
berrbeda didapat hasil yag positi tidak ada yang negatif (berat akhir kentang lebih
besar dibanding berat mula-mula). Hal ini mungkin terjadi karena larutan sukrosa
yang telah tercampur dengan larutan lain sehingga konsentrasi nya menjadi rendah.
Jika hasil berat akhir lebih tinggi dari berat mula-mula maka Solanum tuberosum L
tidak mengalami plasmolisis. Sebaliknya, jika hasil berat akhir lebih rendah dari berat
mula-mula, maka Solanum tuberosum L mengalami plasmolisis.
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka
arah gerak air murni ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan
nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke
dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya
sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Potensial air murni
pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan
nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif.

Pada Solanum tuberosum L akan mengalami proses perubahan potensial air


pada dinding-dinding sel nya. Perubahan berat kentang tersebut menunjukkan
bahwa air pada larutan sukrosa mengalir masuk ke dalam jaringan yang
menandakan bahwa potensial air pada larutan sukrosa lebih tinggi dibandingkan
dengan potensial air pada kentang. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa air pada
kentang keluar menuju larutan sukrosa karena konsentrasi larutan sukrosa lebih
pekat.

KESIMPULAN
Plasmolisis merupakan peristiwa lepasnya protoplasma dari dinding sel karena
keluarnya sebagian air dari vakuola.Larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan
sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis disebut plasmolisis
insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa
tekanan.Semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka semakin cepat sel
terplasmolis.Senyawa yang terkandung dalam daun Rhoeo discolor adalah senyawa
antosianin yang berwarna keunguan.Sel epidermis daun Rhoeo discolor pada
praktikum yang mengalami plasmolisis insipien adalah pada perlakuan 0,26M.

Osmosis merupakan difusi air, hal ini karena terdapat ruang terpisah satu
sama lain oleh membran selektif permeabel. Apabila konsentrasi larutan tinggi dari
jaringan, maka air keluar jaringan sehingga berat jaringan berkurang, disebut
jaringan dalam kondisi hipertonis.begitu pula sebaliknya (kondisi hipotonik).

Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila
potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan
kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan
bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi
seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2008. Biologi Sel. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Makassar.

Annur, H dan H.H, Santosa. 2008. Jurnal Ilmiah GIGA, Analisa Temperatur Pada
Proses Difusi Obat Dalam Membran Dengan Metode Diferensial Parabolik
Untuk Mendeteksi Sinyal Fotoakustik, Vol. 11, No. 3, Hal: 45-56.

Anthara, I Made Suma dan Suartha, I Nyoman. 2011. Homeostasis Cairan Tubuh
pada Anjing dan Kucing [Buletin Veteriner Udayana]. Vol.3 No. 1. Halaman: 23-
37

Bueckert RA. 2013. General Principles of Plant Water Relations. Vol 6. Saskatoon:
Departement of Plant Sciences.

Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G Mitchel. 2004. Biologi Edisi ke 5
jilid II. Jakarta : Erlangga.

Deragon. 2005. Water Potential. (Online). (http://www.deragon.com.), diakses pada


25 Maret 2017.

Filter, W.G. 1989. Fisiologi Lingkungan Tumbuhan. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta

Heddy, S. 1982. Biologi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang

Ismail dan Abd Muis. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi
Universitas Negeri Makassar, Makassar.

Lakitan, B. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Graffindo Persada: Jakarta

Lambers, H.F.S. Chapia dan T.L. Pons. 1998. Physiology. Ecology Spinger. Newyork
hal 150

Listiana, Desti. 2010. Struktur Anatomi Organ Tumbuhan.Jurnal Tugas Akhir


Universitas Muhammadiyah Metro. Vol.2 hal: 9-13.
Morigan, Benny. 2011.Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel.(online)
http://bennymorigan.blogspot.com/2008/03/penentuan-tekanan-osmosis-
cairan-sel.html Diakses tanggal 25 Maret 2017.

Salisbury dan Ross C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 Edisi IV Alihan Luqman
R.R. dan Sumaryono. Penerbit ITB: Bandung

Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan


Biologi .ITB : Bandung.

Song Ai N & Banyo Y. 2011. Konsentrasi Kloforil Daun Sebagai Indikator


Kekurangan Air pada Tanaman, Vol. 11 No 2. Manado: FMIPA Universitas
SamRatulangi.

Syarif, Hidayat A. 2009. Laporan Pengukuran Potensial Air Jaringan Tumbuhan.


Universitas Negeri Makassar: Makassar

Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung : Penerbit Angkasa.

Wirawan. 2006. Studi Transfer Massa pada Proses Dehidrasi Osmosis Kentang
(Solanum tuberosum L ), jurnal biologi Vol.30 Hal.12. diakses tanggal 9 April
2014. www.chuibar.comnolaporan percobaan osmosis pada kentang.html.

Yudi, S. 2009. Laporan Praktikum Fisisologi Tumbuhan.(Online). ( http://ekaboy-


master.blogspot.com.), diakses pada 25 Maret 2017.
LAMPIRAN

Perhitungan
c) Tekanan osmosis cairan sel Rhoe discolor

Jumlah selisih (%) =

1) Konsentrasi 0,14 M

4) Konsentrasi 0,22 M
2) Konsentrasi 0,16 M

5) Konsentrasi 0,26 M
3) Konsentrasi 0,18 M

d) Potensial air

% perubahan =
1) Sukrosa 0,1 M

2) Sukrosa 0,3 M

3) Sukrosa 0,4 M

4) Sukrosa 0,6 M

5) Akuades

Anda mungkin juga menyukai