Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AIR SEBAGAI KOMPONEN TUMBUHAN

Disusun oleh Kelompok 1 :


R. Tasya Nur Ichwany 2084205021
Putri Fajar Robi 2084205022

Mata kuliah : Fisiologi Tumbuhan


Dosen Pengampu : Sri Wahyuni, M.Si.

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN VOKASI

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PEKANBARU
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah senantiasa bersyukur kepada allah karen berkatnya kita masih


diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Air Sebagai
Komponen Tumbuhan” tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang dibimbing oleh ibu
Sri Wahyuni, M.Si. Kemudian, makalah yang telah disusun ini juga bertujuan untuk
memperluas wawasan mengenai materi-materi yang bersangkutan dengan Air Sebagai
Komponen Tumbuhan.

Tentunya proses penyusunan makalah tidak lepas dari campur tangan berbagai
pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dan aktif dalam memberikan dukungan baik secara moril maupun
materil.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu
mendatang.

Pekanbaru, 13 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.2.1. Apa saja fungsi dari sifat air dalam tumbuhan?.........................................................1
1.2.2. Bagaimana proses difusi, osmosis, imbibisi, dan plasmolisis?...................................1
1.2.3. Bagaimana proses masuknya air ke dalam akar?.......................................................1
1.2.4. Bagaimana proses pengangkutan zat pada tumbuhan?...............................................1
1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................................................1
1.3.1. Memahami fungsi dan sifat air dalam tumbuhan.......................................................1
1.3.2. Memahami proses difusi, osmosis, imbibisi, dan plasmolisis....................................1
1.3.3. Memahami proses masuknya air ke dalam akar.........................................................1
1.3.4. Memahami proses pengangkutan zat pada tumbuhan................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................2
2.1. Fungsi dan Sifat Air Dalam Tumbuhan.............................................................................2
2.1.1. Fungsi Air Dalam Tubuh Tumbuhan.........................................................................2
2.1.2. Sifat-sifat Air.............................................................................................................4
2.2. Proses Difusi, Osmosis, Imbibisi, dan Plasmolisis............................................................6
2.2.1. Proses Difusi..............................................................................................................6
2.2.2. Proses Osmosis..........................................................................................................7
2.2.3. Proses Imbibisi..........................................................................................................9
2.2.4. Proses Plasmolisis......................................................................................................9
2.3. Proses Masuknya Air Ke Dalam Akar.............................................................................10
2.4. Proses Pengangkutan Zat Pada Tumbuhan......................................................................11
2.4.1. Pengangkutan Ekstravaskuler..................................................................................11
2.4.2. Pengangkutan Intravaskuler.....................................................................................12
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan bagian yang penting dari sel dan jaringan tumbuhan. Sebagian besar
dari jaringan tumbuhan terdiri dari air. Secara umum jaringan tumbuhan mengandung air
dengan kisaran 60 hingga 85%. Bahkan jaringan/organ tertentu dapat mengandung air lebih
dari 85%, seperti buah tomat mengandung hingga 95% air, demikian juga sayur-sayuran.
Jaringan transpor memiliki kisaran kadar air mulai dari 35-75%. Jaringan pembuluh tanaman
herba tentunya memiliki kandungan air yang tinggi dibandingkan dengan jaringan pembuluh
tanaman berkayu.
Walaupun demikian ada bagian-bagian tumbuhan yang hanya mengandung air dalam
jumlah yang rendah. Biji tumbuhan bisa tetap hidup walaupun hanya memiliki kadar air 5-
15%. Bahkan penurunan kadar air merupakan salah satu karakteristik perkembangan biji,
sejalan dengan pertumbuhan bahan kering/cadangan makanan biji. Setelah cadangan
makanan cukup maka kadar air biji akan menurun hingga terjadi pematangan biji. Selain itu,
pada biji jenis ortodoks (tahan disimpan pada kadar air rendah), seperti biji sengon, padi, dan
kedelai, kadar air yang rendah dapat meningkatkan daya simpan biji sehingga walaupun telah
disimpan lama, biji tetap memiliki viabilitas yang tinggi. Hal ini karena kadar air biji yang
rendah dapat menekan respirasi biji sehingga biji tidak kehilangan energi dan terkuras
cadangan makanannya.
Tingginya kadar air pada jaringan tumbuhan akan memancing pertanyaan kita
mengapa tumbuhan harus memiliki kadar air yang begitu tinggi? Mengapa biji dapat tetap
bertahan walaupun kadar airnya sangat rendah? Adakah seluruh air yang ada di dalam sel dan
jaringan tumbuhan berperan aktif dalam seluruh proses fisiologis, ataukah hanya sekadar
media bagi proses-proses tersebut? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang ingin kita jawab dalam
membahas tentang peran air bagi tumbuhan.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa saja fungsi dari sifat air dalam tumbuhan?
1.2.2. Bagaimana proses difusi, osmosis, imbibisi, dan plasmolisis?
1.2.3. Bagaimana proses masuknya air ke dalam akar?
1.2.4. Bagaimana proses pengangkutan zat pada tumbuhan?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Memahami fungsi dan sifat air dalam tumbuhan
1.3.2. Memahami proses difusi, osmosis, imbibisi, dan plasmolisis
1.3.3. Memahami proses masuknya air ke dalam akar
1.3.4. Memahami proses pengangkutan zat pada tumbuhan
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Fungsi dan Sifat Air Dalam Tumbuhan


2.1.1. Fungsi Air Dalam Tubuh Tumbuhan
Air adalah senyawa kehidupan yang sangat penting. Demikian juga bagi tumbuhan,
air merupakan bagian yang penting dari sel dan jaringan. Sebagian besar dari jaringan
tumbuhan terdiri dari air. Secara umum, jaringan tumbuhan mengandung air dengan kisaran
60 hingga 85%. Bahkan jaringan/organ tertentu dapat mengandung air lebih dari 85%, seperti
buah tomat mengandung hingga 95% air, demikian juga sayur-sayuran. Jaringan transpor
memiliki kisaran kadar air mulai dari 35-75%. Jaringan pembuluh tanaman herba tentunya
memiliki kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan pembuluh tanaman
berkayu.
Walaupun demikian, ada bagian-bagian tumbuhan yang hanya mengandung air dalam
jumlah yang rendah. Biji tumbuhan bisa tetap hidup walaupun hanya memiliki kadar air 5-
15%. Bahkan penurunan kadar air merupakan salah satu karakteristik perkembangan biji,
sejalan dengan akumulasi bahan kering/cadangan makanan biji. Setelah cadangan makanan
cukup maka kadar air biji akan menurun hingga terjadi pematangan biji. Selain itu, pada biji
jenis ortodoks, yaitu biji yang tahan disimpan pada kadar air rendah, seperti biji sengon, padi,
dan kedelai, kadar air yang rendah dapat meningkatkan daya simpan biji sehingga walaupun
telah disimpan lama, biji tetap memiliki viabilitas yang tinggi. Hal ini karena kadar air biji
yang rendah dapat menekan respirasi biji sehingga biji tidak kehilangan energi dan terkuras
cadangan makanannya selama penyimpanan.
Tingginya kadar air pada jaringan tumbuhan akan memancing pertanyaan kita
mengapa tumbuhan harus memiliki kadar air yang begitu tinggi? Mengapa biji dapat tetap
bertahan walaupun kadar airnya sangat rendah? Adakah air yang ada di dalam sel dan
jaringan tumbuhan berperan aktif dalam seluruh proses fisiologis ataukah hanya sekadar
media bagi proses-proses tersebut? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang ingin kita jawab dalam
membahas tentang peran air bagi tumbuhan.
1. Air Memiliki Kapasitas Termal yang Unik dalam Menunjang Proses Fisiologi
Air memiliki kapasitas panas dan panas penguapan yang tinggi. Kapasitas panas
adalah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1oC. Air memiliki kapasitas panas
4184 J/g untuk penurunan 1oC. Hal ini menjadikan air sebagai penjaga stabilitas suhu
tumbuhan yang sangat baik sehingga dapat menunjang proses-proses fisiologi di dalam tubuh
tumbuhan.
Air juga memiliki panas penguapan yang tinggi, yaitu hampir dua kali lebih tinggi
dari senyawa sejenis (amonia) bahkan melebihi metanol dan etanol yang memiliki bobot
molekul yang jauh lebih tinggi. Panas penguapan adalah besarnya energi yang diperlukan
untuk menguapkan 1 gram air (Joule/g). Artinya, untuk memutuskan ikatan hidrogen dari
molekulmolekul air sehingga berubah dari bentuk cair menjadi bentuk gas diperlukan energi
yang besar (2452 J/g air). Semakin besar panas penguapan maka semakin besar energi yang
diperlukan. Ini berarti bahwa air di dalam tumbuhan dapat membuang energi panas lebih
banyak. Hal ini penting mengingat tumbuhan tidak dapat bergerak dan pindah tempat,
berbeda dengan hewan yang dapat pindah jika kepanasan. Dengan demikian, jika tumbuhan
diterpa panas yang terik maka panas tersebut akan dibuang dengan jalan menguapkan air
sehingga suhu tumbuhan tetap stabil.
Air juga memiliki titik didih yang tinggi (100oC), sementara metanol dan etanol
dengan bobot molekul yang jauh lebih tinggi hanya memiliki titik didih masing-masing 65 oC
dan 78oC. Adanya titik didih yang tinggi memungkinkan air tetap memiliki molekul yang
stabil walaupun suhu lingkungan naik melebihi suhu fisiologis. Selain itu, kesetimbangan
antara bentuk cairan dan uap dicapai pada suhu yang tinggi pula. Berbeda dengan amonia,
senyawa yang bobot molekulnya hampir sama dengan air hanya memiliki titik didih –33 oC
sehingga dalam suhu ruangan senyawa tersebut sudah dalam bentuk uap.
2. Air sebagai Penyusun Protoplasma
Protoplasma merupakan cairan utama penyusun sel, baik yang terdapat di dalam
sitoplasma maupun vakuola sel. Dalam kultur jaringan juga dikenal istilah kultur protoplas,
yaitu apabila sel yang telah dihilangkan dinding selnya (tinggal membran plasma dan seluruh
komponen di dalamnya meliputi sitoplasma beserta semua organel, inti sel, dan vakuola)
ditumbuhkan di dalam media kultur jaringan. Dengan demikian, jelaslah betapa penting air
bagi organisme, termasuk tumbuhan, yaitu karena organisme tersusun oleh sel-sel dan
jaringan, sementara komponen utama dari sel itu sendiri adalah air. Adapun perbedaan kadar
air dari masing-masing jaringan dan organ tumbuhan, seperti tersebut di bagian sebelumnya
adalah karena perbedaan dari sel-sel penyusunnya. Selsel penyusun buah yang memiliki
vakuola besar yang berisi cadangan makanan akan banyak mengandung air, sementara sel-sel
biji yang kering memiliki karakteristik yang berbeda, sel-selnya kecil dan telah mengalami
dehidrasi sehingga kadar airnya rendah.
3. Air sebagai Pelarut
Air juga berfungsi sebagai pelarut hara mineral yang dibutuhkan bagi tumbuhan. Hal
ini tidak terlepas dari karakteristik air yang unik sehingga dapat menjadi pelarut bagi
berbagai senyawa dan unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan. Secara umum, hara mineral
merupakan ion bermuatan positif (seperti K+ , Ca++, NH4 + ) maupun negatif (NO3 - , SO3
= , HPO4 = ) yang terlarut di dalam air. Ion-ion tersebut bisa berasal dari bahan mineral
tanah, dari hasil dekomposisi bahan organik atau mungkin berasal dari pupuk yang kita
berikan. Air berperan penting dalam melarutkan ion-ion tersebut dari sumbernya sehingga
bisa diserap oleh tumbuhan dan masuk ke dalam jaringan tumbuhan. Selain itu, adanya air
yang cukup juga menjadi sarana yang baik bagi ion dan pupuk untuk berdifusi atau bergerak
melalui aliran masa sehingga menjadi dekat dan tersedia bagi tumbuhan. Itulah sebabnya,
kekurangan air seringkali juga menyebabkan kekurangan hara pada tumbuhan karena
kelarutan hara di dalam tanah menjadi sangat rendah.
4. Air sebagai Medium Reaksi Biokimia
Dalam proses biokimia tumbuhan, air juga berfungsi penting sebagai medium reaksi
maupun bahan bagi reaksi-reaksi metabolisme dalam tumbuhan. Banyak sekali reaksi-reaksi
kimia di dalam sel tumbuhan memerlukan media air. Adanya kekurangan air menyebabkan
terhambatnya banyak reaksi-reaksi metabolisme sehingga menghambat pertumbuhan
tanaman. Dalam proses hidrolisis pati misalnya, pemecahan pati menjadi glukosa diperlukan
air. Demikian juga reaksi-reaksi hidrolisis lainnya.
5. Air sebagai Sumber Elektron dalam Reaksi Terang Fotosintesis
Air juga mempunyai peran penting dalam proses reaksi terang fotosintesis. Dalam
proses tersebut, air merupakan sumber elektron, yaitu ketika molekul air dipecah untuk
menghasilkan O2, H+, dan elektron. Walaupun proporsi kebutuhan air dalam reaksi sangat
kecil dibandingkan dengan kebutuhan pada reaksi-reaksi biokimia lainnya, namun perannya
cukup penting.
6. Air Berperan dalam Turgiditas Sel serta Pertumbuhan Sel dan Jaringan
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah fungsi air dalam mempertahankan
turgiditas sel, pertumbuhan sel, dan pergerakan struktur tertentu dari tumbuhan. Turgiditas sel
atau dikenal dengan istilah sel turgor adalah tekanan sel akibat masuknya air ke dalam sel.
Ketika sel tanaman mengalami banyak kehilangan air sehingga menjadi layu maka pada saat
tersebut sel mempunyai nilai tekanan turgor yang sama dengan nol. Ketika air masuk ke
dalam sel maka tekanan turgor akan meningkat (positif) dan sel akan mengembang sehingga
sel mencapai ukuran yang maksimum. Ketika ini terjadi maka sel tumbuhan berada dalam
keadaan turgor penuh. Pada pagi hari ketika air tanah atau media tanam cukup, biasanya sel-
sel tumbuhan ada dalam keadaan turgor penuh. Pada tengah hari, saat matahari terik dan
tumbuhan telah kehilangan banyak air akibat penguapan mungkin tumbuhan akan mengalami
kehilangan tekanan turgor atau bahkan sampai mencapai nol (layu). Turgiditas sel pula yang
menjadikan tumbuhan yang tidak berkayu termasuk kecambah yang baru tumbuh dapat tegak
berdiri. Namun, jika tumbuhan tersebut kehilangan air maka akan terkulai layu tidak bisa
tegak.
Itulah peran air dalam hubungannya dengan turgiditas sel-sel tumbuhan. Peran air
yang demikian itu juga sangat penting secara fisiologis karena tekanan turgor biasanya
berhubungan erat dengan tingkat metabolisme tumbuhan. Ketika tumbuhan memiliki tekanan
turgor yang tinggi (penuh) maka kemampuan metabolismenya juga tinggi, sebaliknya ketika
tumbuhan kehilangan tekanan turgor (misalnya saat layu) maka kemampuan metabolismenya,
seperti fotosintesis dan respirasi juga rendah. Agar dapat memenuhi kebutuhan CO2 dari
udara misalnya, stomata harus dalam keadaan membuka dan ini ditentukan oleh turgiditas
sel-sel daun. Jika turgor menurun maka stomata akan menutup dan CO2 yang masuk ke sisi
aktif fotosintesis juga akan mengalami penurunan. Dengan demikian, upaya mempertahankan
turgor merupakan hal yang penting bagi tumbuhan.

2.1.2. Sifat-sifat Air


Air memiliki sifat-sifat yang khas dan penting bagi kehidupan tumbuhan, sehingga
memungkinkannya menjadi pelarut dan mudah ditransportasikan ke seluruh tubuh tumbuhan.
Sifat-sifat air tersebut diantaranya adalah:
1. Berbentuk cair pada suhu kamar
Air merupakan molekul sederhana yang terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom
oksigen. Kedua jenis atom ini saling terikat dengan ikatan kovalen, yaitu suatu ikatan yang
saling menyumbangkan elektron terluarnya untuk membentuk pasangan sehingga digunakan
secara bersama. Atom oksigen memiliki jumlah elektron terluar sebanyak enam buah,
sehingga ada dua elektron yang bisa membentuk ikatan kovalen dengan atom lain. Atom H
hanya memiliki satu elektron, sehingga dua atom hidrogen dapat berikatan dengan satu atom
O membentuk air (H2O). Hal ini mengakibatkan atom oksigen memiliki kelebihan pasangan
elektron, yang disebut sebagai "pasangan elektron bebas". Adanya elektron bebas yang
bersifat sangat negatif menjauhkan kedudukannya dari dua atom hidrogen sehingga ikatan
H₂O membengkok sebesar 105° (Gambar 2.1).
Keadaan alamiah atom oksigen yang bersifat negatif dan atom hidrogen yang bersifat
positif menimbulkan pengkutuban atau perbedaan muatan. Kedua keadaan itulah yang
menjadikan molekul air bersifat polar, artinya molekul air memiliki perbedaan muatan yakni
negatif pada sisi pasangan elektron bebas dan positif pada sisi atom hidrogen. Sifat polar dari
air ini sangat besar manfaatnya, yaitu dapat melarutkan berbagai macam zat misalnya protein,
vitamin, garam-garam mineral, dan lain-lain.
Perbedaan muatan yang dimiliki air, menjadikan ikatan antar molekul air sendiri
cukup kuat sehingga pada suhu kamar air berbentuk cair. Aksi tarik menarik antara atom
hidrogen di satu molekul air dengan pasangan elektron bebas pada molekul air yang lain
disebut ikatan hidrogen, oleh karena itu diperlukan suhu 100° C untuk mengubah keadaan
cair menjadi uap.
2. Panas jenis air relatif besar
Panas jenis adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu satuan
massa bahan sebesar 1° C. Untuk menaikkan suhu 1 g air murni sebesar 1°C, diperlukan
energi 1 kalori. Ketika suhu air naik, molekul-molekul bergetar lebih cepat dan dengan
amplitudo yang lebih besar. Penambahan energi ke dalam sistem dapat memutuskan ikatan
hidrogen antar molekul air. Oleh karena itu, energi harus ditambahkan ke dalam sistem untuk
memutuskan ikatan hidrogen antar molekul air. Dibandingkan zat cair lainnya, air
memerlukan energi relatif lebih besar untuk menaikkan suhunya. Panas jenis 1 kalori untuk
menaikkan suhu 1 g air sebesar 1ºC merupakan jumlah yang cukup besar, namun penting
agar air menyerap sejumlah energi tanpa banyak menaikkan suhu, sehingga suhu tubuh
organisme lebih stabil demikian juga dengan metabolismenya.
3. Panas laten penguapan yang tinggi
Panas laten penguapan adalah energi yang dibutuhkan untuk memisahkan molekul-
molekul dari bentuk cair ke bentuk gas pada suhu tetap. Jika 1 g air berubah menjadi uap air
pada suhu 20°C diperlukan energi sebesar 586 kalori. Energi ini disebut dengan panas laten
penguapan. Nilai ini paling besar untuk semua jenis zat cair yang dikenal. Energi ini
dibutuhkan untuk memutuskan ikatan hidrogen antar molekul air, karena air yang berada
dalam wujud cair mempunyai ikatan hidrogen sangat rapuh.
Semakin besar panas laten penguapan maka semakin besar energy yang diperlukan,
artinya air di dalam tumbuhan dapat membuang energi panas lebih banyak. Hal ini penting
mengingat tumbuhan tidak dapat bergerak dan pindah tempat. Dengan demikian jika
tumbuhan diterpa panas yang terik maka panas tersebut akan dibuang dengan jalan
menguapkan air sehingga suhu tumbuhan tetap stabil. Tingginya panas laten penguapan air
memungkinkan tumbuhan untuk mendinginkan tubuhnya dengan cara menguapkan air
melalui permukaan daun. Tumbuhan cukup mengeluarkan air dari tubuhnya sebanyak 1 g
untuk menghilangkan panas dari tubuhnya sebesar 586 kalori.
4. Adesi dan kohesi
Sifat polar yang dimiliki air mengakibatkan air dapat tertarik ke bahan lainnya, seperti
pati dan selulosa yang membentuk ikatan hidrogen dengan molekul bahan tersebut, sehingga
air membasahkan bahan itu. Tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis disebut dengan
adesi. Sifat ini sangat membantu dalam proses transpor air ke xilem.
Selain sifat adesi, air juga memiliki sifat kohesi. Kohesi adalah kemampuan molekul
air berikatan antar sesamanya. Molekul-molekul air bersatu sebagai akibat adanya ikatan
hidrogen. Pada saat air berada dalam wujud cair, ikatan hidrogennya sangat lemah. Ikatan
ikatan tersebut terbentuk, terpisah dan terbentuk kembali dengan sangat cepat. Tiap ikatan
hidrogen hanya mampu bertahan beberapa saat, tetapi molekul-molekulnya secara terus-
menerus membentuk ikatan baru dengan pasangan penggantinya. Namun air memiliki kohesi
yang kuat, sehingga masa air dapat menyambung menjadi satu masa yang menyatu. Kohesi
pada tumbuhan berperan pada transpor air yang melawan gravitasi.
5. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan adalah sebuah perilaku permukaan bebas dari zat cair untuk
menyerupai kulit elastis di bawah pengaruh tegangan. Perilaku ini disebabkan oleh gaya tarik
antara molekul molekul dalam permukaan zat cair. Molekul air pada batas air-udara lebih
kuat tertarik oleh molekul air yang berada di dekatnya daripada oleh air dalam bentuk gas di
atasnya. Hal ini mengakibatkan permukaan air menjadi cekung. Tegangan permukaan tidak
hanya berperan pada bentuk permukaan, namun juga dapat menciptakan tekanan pada bagian
cairannya.
Tegangan permukaan air jauh lebih tinggi daripada tegangan permukaan zat cair lain.
Beberapa konsekuensi biologis dari sifat ini sangat penting dan tampak jelas terutama pada
tumbuhan. Tegangan permukaan pada bidang penguapan di daun akan menghasilkan tenaga
fisik yang mampu menarik air melalui sistem pembuluh tumbuhan. Kohesi, adesi, maupun
tegangan permukaan menghasilkan fenomena kapilaritas, yaitu pergerakan air di sepanjang
tabung kapiler seperti xilem.
6. Viskositas (kekentalan)
Zat cair yang berbeda memiliki tingkat viskositas yang berbeda, misalnya viskositas
gliserin berbeda dengan minyak zaitun ataupun asam sulfat. Hal ini akan lebih jelas jika kita
bandingkan zat-zat cair tersebut dengan air. Air memiliki tingkat viskositas yang sangat
rendah, sehingga dapat dengan mudah dan cepat mengalir. Zat-zat yang memiliki tingkat
viskositas yang lebih tinggi akan lebih sulit mengalir.
Jika terjadi viskositas yang tinggi di dalam sel, maka gerak organel-organel sel akan
terganggu, demikian juga dengan proses proses pembelahan sel. Perkembangan organisme
yang lebih tinggi, yang secara kritis bergantung pada kemampuan sel melakukan proses
dalam fase embriogenesesis pasti tidak mungkin terjadi jika viskositas air sedikit saja lebih
tinggi dari normalnya. Viskositas air yang rendah tidak hanya penting untuk gerak seluler,
namun juga untuk sistem sirkulasi.

2.2. Proses Difusi, Osmosis, Imbibisi, dan Plasmolisis


2.2.1. Proses Difusi
Proses difusi merupakan perpindahan molekul larutan berkonsentrasi tinggi menuju
larutan berkonsentrasi rendah tanpa melalui selaput membran. Contoh sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lama kelamaan cairan akan terasa manis. Contoh lain
adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara, dimana pada masing-masing zat,
kecepatan difusi berbeda-beda.
Difusi merupakan salah satu prinsip yang menggerakkan partikel zat seperti CO2, O2
dan H2O masuk ke dalam jaringan. Gerak partikel zat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
penting, meliputi (Pratiwi, D. 2007) :
1) Beda suhu .
Setiap zat cenderung dalam keadaan bergerak. Tenaga gerak semakin besar pada suhu
yang semakin tinggi, sehingga gerak zat akan semakin cepat. Coba perhatikan saat kita
memanaskan air. Molekul air akan bergerak semakin cepat bikla akan semakin panas.
Adanya gerakan zat ini dapat menjadi salah satu pendorong masuknya zat ke dalam akar.
2) Beda konsentrasi.
Dengan kata lain, perbedaan konsentrasi zat membangkitkan tenaga gerak suatu zat.
3) Beda tekanan.
Pergerakan zat juga terjadi karenaadanya beda tekanan antara dua daerah. Misalnya,
antara daerah di sekitar akar (rizhosfir) dengan keadaan di dalam sel / jaringan (Latunra.
2007).
4) Zat-zat adsorptif (permukaannya mudah mengikat zat).
Adanya daya ikat permukaan partikel zat menyebabkan gerak zat dihambat. Suatu zat
juga akan bergerak menyebar karena adanya perbedaan (gradien) tekanan atau suhu. Angin
merupakan udara yang bergerak. Udara bergerak dari daerah bertekanan kuat ke daerah
bertekanan lemah, dari daerah dingin ke daerah yang lebih panas. Suatu zat juga akan
bergerak menyebar dari daerah berkonsentrasi lebih besar (lebih pekat) ke daerah yang
konsentrasinya lebih rendah. Jadi, pada dasarnya setiap zat akan bergerak bila terjadi
perbedaan suhu, tekanan atau konsentrasi.
Cara penyerapan zat :
1) Difusi sederhana, terjadi pada penyerapan gas-gas dan air
2) Difusi terfasilitasi, terjadi pada penyerapan molekul-molekul besar seperti glukosa,
sukrosa. Salah satu proses difusi yang dikenal yaitu difusi terbantu, dimana proses
difusi terbantu difasilitasi oleh suatu protein. Difusi terbantu sangat tergantung pada
suatu mekanisme transport dari membran sel. Difusi terbantu dapat ditemukan pada
kehidupan sehari-hari, misalnya pada bakteri Escheria coli yang diletakkan pada
media laktosa. Membran bakteri tersebut bersifat impermeabel sehingga tidak dapat
dilalui oleh laktosa. Setelah beberapa menit kemudian bakteri akan membentuk enzim
dari dalam sel yang disebut permease, yang merupakan suatu protein sel. Enzim
permease inilah yang akan membuatkan jalan bagi laktosa sehingga laktosa ini dapat
masuk melalui membran sel (Yuwono, I. T. 2002).
3) Transpor aktif, pada penyerapan bermacam-macam ion. Walaupun ion berukuran
kecil, tetapi paling sulit melewati membran Permeabilitasnya membran terhadap ion-
ion adalah laing rendah. rendah). Karena itu untuk menyerapnya dibutuhkan tenaga
(aktif) (Mangunwiyoto, W. 2004).

2.2.2. Proses Osmosis


Osmosis adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah
(hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis), proses ini biasa melalui
membran selektif permeabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
Osmosis adalah difusi air melalui membran semi‐permeabel, dari larutan yang banyak air ke
larutan yang sedikit air. Definisi paling sederhananya adalah difusi air melalui membran
semipermeabel (permeabel hanya kepada pelarut, tidak kepada terlarut). Osmosis melepaskan
energi, dan bias melakukan kerja, sebagaimana akar pohon yang bias membelah batu. Pelarut
(dalam banyak kasus adalah air) bergerak dari larutan berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik)
ke larutan berkonsentrasi lebih tinggai (hipertonik) yang bertujuan menyamakan konsentrasi
kedua larutan. Efek ini dapat dilihat dari bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik relatif
terhadap larutan hipotonik. Sehingga tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang
diperlukan untuk menjaga kesetimbangan, dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan
osmotik merupakan properti koligatif, yaitu properti yang gayut terhadap konsentrasi molar
zat terlarut dan bukan terhadap jenis zatnya (Lakitan, B. 2008).
Osmosis merupakan fenomena yang penting di dalam sistem biologis karena
kebanyakan membran biologis bersifat semipermeabel. Secara umum, membran-membran
tersebut tidak permeable terhadap bahan organik dengan molekul besar, seperti polisakarida,
akan tetapi permeabel terhadap air dan zat‐zat kecil dan tidak bermuatan. Permeabilitas juga
gayut terhadap properti kelarutan, muatan atau sifat kimiawi serta ukuran zat terlarut.
Molekul air, misalnya, dapat bergerak melewati dinding sel, tonoplast (vakuola) atau
protoplast dengan dua cara, yaitu dengan berdifusi melalui lapisan ganda fosfolipida secara
langsung, atau melalui aquaporin (protein transmembran kecil yang memfasilitasi difusi dan
membentuk kanal ion) (Pujiyanto, S. 2008). Osmosis memberikan cara yang mudah bagi
transpor air keluar atau masuk sel. Tekanan turgor sel dijaga dengan osmosis pada membran
sel, antara bagian dalam sel dan lingkungannluarnya yang relative lebih hipotonik (Lakitan,
B. 2008).
Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat
terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada
bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk
mencegah mengalirnya pelarut melalui membran selektif permeabel dan masuk ke larutan
dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik
merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat
terlarut dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Osmosis juga merupakan suatu topik
yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menejelaskan mengapa air dapat
ditransportasi ke dalam dan ke luar sel (Kusnadi. 2007).
Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis
merupakan sebuah fenomena alam dalam sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air)
akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran
semipermeabel. Membran semipermeabel ini menunjuk ke membran sel atau membran
apapun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari
“solvent” belanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membran.
Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah solvent dari sebuah daerah
konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah membran ke sebuah daerah “solute” rendah
dengan menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik.
Pelarut atau solvent (dalam banyak kasus adalah air) bergerak dari larutan
berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih tinggi (hipertonik)
yang bertujuan menyamakan konsentrasi kedua larutan (Al Barry, D. Y. 2001). Efek ini dapat
dilihat dari bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik relatif terhadap larutan hipotonik.
Sehingga tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk menjaga
kesetimbangan, dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan properti
koligatif, yaitu properti yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut (solute) dan bukan
terhadap jenis zatnya (Jati, W. 2007 ).

2.2.3. Proses Imbibisi


Imbibisi adalah peristiwa masuknya air ke dalam suatu zat melalui pori-pori.Air yang
masuk ke dalam biji membuat biji mengalami perubahan, baik bentuk, warna, tekstur,
maupun berat biji. Proses imbibisi berguna untuk mematahkan dormansi dan memicu
perkecambahan biji.

Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau
agak padat (semi solid) karena benda-benda itu mempunyai zat penyusun dari bahan yang
berupa koloid (Suradinata, 1993).Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air
yang terjadi pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar
tanaman. Namun, penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji kering.
Banyak benda-benda kering atau benda setengah padat dapat menyerap air (absorpsi) karena
benda-benda tersebut mengandung materi koloid yang hidrofil. Hidrofil artinya menarik air.
Contoh pada tumbuhan misalnya biji yang kering (Suradinata, 1993).
Penyerapan air dipengaruhi oleh faktor dalam (disebut pula faktor tumbuhan) dan
faktor luar atau faktor lingkungan (Soedirokoesoemo, 1993).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Imbibisi. Di dalam batas tertentu, makin rendah
kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam
penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan
menyebabkan naiknya aktifitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan
cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkecambahan cendawan patogen
di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan
menyebabkan kerusakan pada embrio. (Sutopo, 1995).
Semakin tinggi suatu konsentrasi larutan maka kemampuan biji untuk menyerap suatu
larutan akan semakin besar, sehingga air akan semakin cepat bergerak kedalam biji
dikarenakan konsentrasi potensial air larutan dalam biji rendah dibandingkan dengan
potensial air larutan tersebut sehingga berat biji menjadi bertambah (Anwar, 2008)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air : (1) permeabilitas
kulit /membran biji, (2) konsentrasi air (3) suhu air, (4) tekanan hidrostatik, (5) permukaan
biji yang kontak dengan air, (6) daya intermolekuler, (7) spesies dan varietas, (8) tingkat
kemasukan, (9) komposisi kimia, (10) umur (elisa, 2008).

2.2.4. Proses Plasmolisis


Plasmolisis adalah suatu fenomena pada sel berdinding, dimana sitoplasma
mengkerut dan membran plasma tertarik menjauhi dinding sel ketika sel melepaskan airnya
ke lingkungan hipertonik. (Neil A. Campbell, dkk., 2003: 620) Peristiwa plasmolisis
merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan dilarutan garam
terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor,
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti layu.
Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus
berkurang sampai di suatu titik dimana sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya
jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya runtuhnya seluruh dinding sel, menyebabkan
adanya jarak antara dinding sel dan membran. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan
untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan,
tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama pada
sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi.
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya
terjadi sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau
larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau
sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat di amati dengan
jelas.
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel sebagai
dampak dari hipertonisnya larutan di luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar
dan sel akibat tekanan turgor sel menjadi 0. Efek selanjutnya yang ditimbulkan adalah karena
potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel, maka air diluar sel bergerak kedalam dinding
sel mendesak membran sel yang menyebabkan membran sel terlepas dari dinding sel. Larutan
tersebut tidak dapat menembus membran karena memiliki ukuran yang lebih besar dari
molekul air. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Didik Indradewi dan Eko Tarwaga J.P
(2009) yaitu pergerakan air terjadi dan potensial air tinggi ke potensial air lebih rendah dari
larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi lebih tinggi dan dari larutan encer ke
larutan lebih kental. Tanda yang terlihat di dalam sel yang mengalami plasmolisis ini adalah
menghilangnya warna yang ada di dalam sel dan mengerutnya pinggiran membran sel ke arah
dalam. (Fiktor Ferdinand P. dan Moekti Ariwibowo, 2002: 11).

2.3. Proses Masuknya Air Ke Dalam Akar


Secara umum, air bergerak di dalam jaringan karena adanya perbedaan (gradien)
tekanan, baik gradien potensial air, gradien tekanan hidrostatik, maupun karena gradien
tekanan uap. Gradien potensial air biasanya terjadi apabila air melewati membran sel, seperti
dari tanah/media ke dalam sel akar atau dari sel-sel yang satu ke sel-sel lainnya. Gradien
tekanan hidrostatik terjadi manakala air bergerak tanpa melalui membran sel, misalnya di
dalam pembuluh xilem, yaitu dari xilem akar ke xilem batang dan kemudian ke xylem daun.
Adapun gradien tekanan uap biasa terjadi di stomata daun di mana air berubah dari bentuk
cairan menjadi uap. Dengan demikian, dalam sistem tumbuhan yang utuh ketiga jenis gradien
ini terjadi dan saling sambung-menyambung.
Di dalam sel-sel akar, air harus masuk mulai dari sel-sel epidermis akar, melewati
korteks akar hingga ke jaringan pembuluh (xilem akar). Gambar penampang melintang akar
menunjukkan bahwa dari luar hingga ke dalam, jaringan akar terdiri dari epidemis, korteks,
endodermis, dan silinder pusat. Silinder pusat terdiri dari jaringan xilem dan floem dalam
posisi yang berselang dengan pusatnya adalah jaringan pengangkut xilem (Pada Gambar).
Dengan demikian, air yang masuk ke dalam akar tumbuhan harus melewati epidermis,
korteks, dan endodermis akar sehingga dapat mencapai xilem.

Pergerakan air dari tanah ke dalam akar bisa terjadi melalui dua mekanisme, yaitu (1)
air masuk melalui ruang-ruang antarsel atau dikenal dengan lintasan apoplas dan (2) air
masuk ke dalam sel epidermis akar, kemudian bergerak dari sel ke sel di dalam jaringan
korteks melalui benangbenang plasmodesmata; mekanisme ini dikenal dengan lintasan
simplas (Pada Gambar). Kedua mekanisme ini bisa sama-sama terjadi selama masih dalam
jaringan korteks akar. Namun, ketika sampai pada jaringan endodermis, air dan garam
mineral tidak lagi dapat melewati ruang-ruang antarsel (lintasan apoplas) karena pada
jaringan endodermis terdapat jalur kaspari (Pada Gambar). Jalur kaspari atau yang juga
disebut pita kaspari (casparian strip) adalah penebalan dinding sel yang mengandung suberin
pada endodermis pada posisi radial. Adanya garis kaspari menyebabkan air dan mineral yang
masuk melalui jalur apoplas menjadi terputus. Dengan demikian, ketika sampai pada jaringan
endodermis, air hanya bergerak melalui lintasan simplas, yaitu masuk ke dalam sel dan bukan
lagi melalui ruang-ruang antarsel. Adanya jaringan yang bersuberin ini, terutama pada
jaringan endodermis akar yang sudah tidak mengalami pertumbuhan (daerah diferensiasi),
sedangkan pada jaringan endodermis akar yang masih muda (beberapa mm di dekat ujung
akar) belum terbentuk suberin.
Setelah melewati endodermis, air dan mineral akan sampai di jaringan pembuluh
xilem akar. Xilem adalah jaringan yang tersusun oleh sel-sel yang mati yang berperan, seperti
pipa-pipa kapiler yang banyak. Melalui jaringan xilem inilah air akan diangkut ke bagian atas
tumbuhan, yaitu ke batang dan daun. Inilah salah satu kelebihan dari tumbuh-tumbuhan
tinggi berpembuluh yang mampu mengantarkan air dari dalam tanah melalui jaringan
pembuluh yang ada di akar hingga ke daun. Sistem pembuluh ini relatif sama antara
tumbuhan yang kecil (tumbuhan herba) hingga tumbuhan berkayu yang ada di hutan. Yang
membedakan hanyalah letak penyebaran pembuluh yang lebih spesifik antara tumbuhan
dikotil dan monokotil.

2.4. Proses Pengangkutan Zat Pada Tumbuhan


Pengankutan air dan garam mineral pada tumbuhan dilakukan melalui 2 cara, yaitu:
2.4.1. Pengangkutan Ekstravaskuler
Tumbuhan dapat menyerap air dari tanah ke dalam tubuh melewati satu sel ke sel lain
secara horizontal. Pengangkutan dimulai dengan penyerapan oleh bulu akar kemudian ke
epidermis, stele. Dari korteks, air kemudian didistribusikan menuju sel-sel untuk
metabolisme.
Pengangkutan ekstravaskuler dilakukan melalui 2 cara, yaitu:
1) Simplas
Yaitu sistem pengangkutan air dan zat terlarut melalui bagain hidup dari suatu sel
seperti sitoplasma dan vakuola ke sel lain melewati plasmodesmata, yaitu saluran
yang menghubungkan suatu sel dengan protoplasma sel lain.
2) Aploplas
Yaitu sistem pengangkutan air dan garam mineral melalui bagian yang tidak
hidup, misalnya dinding sel dan ruang antar sel.

Akan tetapi, air dan garam mineral yang masuk ke endodermis hanya dilakukan
melalui simplas. Hal tersebut disebabkan adanya pita Kaspar pada sel endodermis, yaitu pita
yang terbuat dari suberin, suatu bahan lilin. Oleh karena hal tersebut, endodermis kedap
terhadap air dan garam mineral.

2.4.2. Pengangkutan Intravaskuler


Yaitu pengangkutan air dan zat terlarut yang terjadi di dalam berkas pembuluh xilem
dan floem secara vertikal.
Pengangkutan air dan zat terlarut:
Penyerapan zat melalui rambut akar kemudian mengalir menuju epidermis kemudian
xilem aar, xilem batang, xilem daun. Di dalam xilem daun, zat-zat yang berguna masuk ke
parenkim mesofil daun sebagai bahan proses fotosintesis.
Glukosa hasil otosintesis kemudian diedarkan melalui floem ke seluruh jaringan
tubuh, sedangkan oksigen dikeluarkan lewat stomata, dan air dikeluarkan melalui proses
transpirasi.
Kecepatan pengangkutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
 Kelembaban
 Suhu
 Cahaya
 Angin
 Kandungan air tanah
Kelembaban udara berbanding terbalik dengan kecepatan pengangkutan, sedangkan
suhu, angin, cahaya, dan kandungan air tanah berbanding lurus dengan kecepatan penguapan.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa air memiliki peran yang sentral dalam tubuh tumbuhan,
baik secara fisik maupun secara kimiawi. Selain sebagai penyusun protoplasma tumbuhan, air
merupakan pelarut yang baik bagi hara mineral sehingga sangat membantu penyerapan hara
tanaman. Selain itu, air juga berperan langsung dalam metabolisme tumbuhan atau sebagai
medium reaksi reaksi metabolisme tumbuhan. Yang tidak kalah pentingnya, air merupakan
bahan yang penting dalam pembesaran dan pemanjangan sel serta proses pergerakan struktur
tumbuhan, seperti membuka dan menutupnya stomata, pergerakan daun, pembukaan bunga,
dan sebagainya.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis makalah ini menyarankan kepada para pembaca agar
memberikan kritik dan sarannya terhadap makalah ini, supanya kedepannya kami bisa
memperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Dan kami juga minta maaf atas
kekurangan dari makalah ini, karena kami bersifat khilaf dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA

Advinda, L. (2018). Dasar–dasar fisiologi tumbuhan. Deepublish.

Ahmad, R. (2012). Sistem Jaringan dan Proses Pengangkutan Zat pada Tumbuhan.
https://sciencebooth.com/2014/02/01/sistem-jaringan-dan-proses-pengangkutan-zat-
pada-tumbuhan/ Diakses pada 15 September 2022.

Diana, F. (2013). Osmosis, Difusi dan Imbibisi.


http://dianafatihatul.blogspot.com/2013/02/osmosis-difusi-dan-imbibisi.html?m=1
Diakses pada 14 September 2022.

Hamim, Ir. "Fungsi Air dan Perannya pada Tingkat Selular dan Tumbuhan secara Utuh."

Hamim, Ir. "Peranan dan Fungsi Air sebagai Penyusun Tubuh Tumbuhan."

Luqman. (2012). Makalah Difusi Osmosis Fisiologi Tumbuhan.


http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/07/makalah-difusi-osmosis-fisiologi.html?
m=1 Diakses pada 14 September 2022.

Sinau Online. (2010). Plasmolisis.


https://ayosinauonline.blogspot.com/2010/06/plasmolisis.html Diakses pada 14
September 2022.

Anda mungkin juga menyukai