Anda di halaman 1dari 82

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/356459807

Mengenal Air Minum Isi Ulang

Book · November 2021

CITATION READS

1 7,666

4 authors, including:

Azyyati Ridha Alfian Putri Nilam Sari


Universitas Andalas Universitas Andalas
22 PUBLICATIONS   10 CITATIONS    40 PUBLICATIONS   54 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Air Polution Climate Change and Covid View project

Climate change water and sanitation View project

All content following this page was uploaded by Azyyati Ridha Alfian on 23 November 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MENGENAL AIR
MINUM ISI ULANG

TIM PENYUSUN :

AZYYATI RIDHA ALFIAN,SKM.,MKM.


FEA FIRDANI,SKM.,MKM.
PUTRI NILAM SARI,SKM.,M.KES.
ROSYA TRIANA DINATA,SKM.

Program Studi S1 Kesehatan


i Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Andalas
MENGENAL AIR MINUM ISI ULANG

Penulis :
Azyyati Ridha Alfian
Fea Firdani
Putri Nilam Sari
Rosya Triana Dinata

ISBN : 978-623-345-559-6

Penerbit :
LPPM – Universitas Andalas
Gedung Rektorat Lantai 2 Kampus Unand Limau Manis Kampus Unand Limau Manis
Kota Padang Sumatera Barat Indonesia

Web: www. lppm.unand.ac.id


Telp. 0751-72645
Email: lppm.unand@gmail.com

Hak Cipta dilindungi Undang Undang.

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun tanpa ijin
MENGENAL AIR MINUM ISI ULANG

Penulis :
Azyyati Ridha Alfian
Fea Firdani
Putri Nilam Sari
Rosya Triana Dinata

diterbitkan oleh:
LPPM Universitas Andalas
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha
Suci lagi Maha Tinggi, karena atas berkat rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan buku dengan judul “Mengenal Air Minum Isi Ulang“ Buku ini
diperuntukan untuk membantu dan mempermudah dalam mengenal dan
mempelajari tentang air minum Isi Ulang.
Dalam penulisan ini, saya telah banyak mendapatkan bantuan baik moril
maupun materill dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih. Sebagai manusia, penulis tentunya tidak luput
dari kesalahan dan kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf kepada
pembaca apabila terdapat kesalahan baik dari segi penulisan, sumber, maupun isi
yang sekiranya kurang berkenan dihati para pembaca. Saran-saran untuk perbaikan
Buku ini sangat diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga penulis
ini dapat bermanfaat bagi kita semua Aamiin.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................iv
AIR MINUM DAN KEBUTUHAN................................................................................. 1
AIR MINUM ISI ULANG ........................................................................................... 23
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DAMIU DARI MASA KE MASA ....................... 26
PERATURAN-PERATURAN MENGENAI DAM/DAMIU DAN PERATURAN
TENTANG HYGIENE SANITASINYA ...................................................................... 31
TEKNIK PENGOLAHAN AIR MINUM DI DAMIU ..................................................... 35
PRINSIP HYGIENE SANITASINYA ......................................................................... 42
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIGIENE SANITASI DAMIU............................ 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 71

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pemakaian Air Domestik Berdasarkan SNI tahun 1997 ............................... 3


Tabel 2. Rata-Rata Kebutuhan Air Bagi Rumah Tangga di Indonesia ....................... 4
Tabel 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi In-aktivitas Mikroba dengan Desinfeksi
Matahari .................................................................................................... 13
Tabel 4. Keuntungan dan kerugian Sistem Pengolahan Tenaga Surya ................... 13
Tabel 5. Keuntungan dan Kerugian Sedimentasi untuk ........................................... 15
Tabel 6. Filter dan Media Filtrasi untuk Perawatan Air Rumah Tangga : Karakteristik,
Keuntungan dan Kerugian ......................................................................... 18
Tabel 7. Jenis, Karakteristik Kinerja, Keuntungan dan Kerugian serta Biaya Filter
Alternatif untuk Pengolahan Air Rumah Tangga ....................................... 19
Tabel 10. Penukar Ion : Kelebihannya dan Kerugian untuk ..................................... 20
Tabel 8. Koagulan Kimia untuk Pengolahan Air, Keuntungan, ................................. 21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Alur Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang Pada Depot Air Minum ..... 38

iv
AIR MINUM DAN KEBUTUHAN

A. Air Minum
Air minum adalah air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan, melalui
proses pengolahan ataupun tidak melalui proses pengolahan tetapi dapat
langsung diminum oleh masyarakat (Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/
2010). Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan dan
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang
Persyaratan Teknis Depot Air Minum Dan Perdagangannya, yang dimaksud
dengan air minum adalah sumber air baku yang telah diproses terlebih dahulu
dan aman untuk diminum oleh masyarakat.
Air minum sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia setiap harinya, volume
rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter /35-
40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,
standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Berdasarkan WHO pada
negara- negara maju, setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari,
sedangkan pada negara berkembang tiap orang memerlukan air antara 30-60
liter per hari (Mubarak, 2009).

B. Manfaat Air Minum


Air sangatlah penting bagi kehidupan manusia, sekitar 65-70 % berat total
tubuh manusia terdiri atas air dan merupakan media tempat berlangsungnya
hampir setiap proses tubuh. Kehilangan 1-2% air menyebabkan rasa haus,
apabila kehilangan 5% air dapat menyebabkan halusinasi, dan apabila kita
kehilangan 10-15% air dalam tubuh dapat berakibat fatal. Meskipun manusia
dapat hidup beberapa bulan tanpa makanan, bertahan di bawah teriknya panas,
ataupun dalam kondisi kering, namun manusia hanya bisa bertahan hidup hanya
satu atau dua hari tanpa air. Kekurangan air dalam tubuh dapat mengakibatkan
kematian (Moeller, 2005).
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya,
dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang. Beberapa
organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain: otak 74,5%,
dan tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah 83%. Di dalam tubuh
1
manusia air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan
tubuh, Oksigen juga dilarutkan sebelum dapat memasuki pembuluh-pembuluh
darah yang ada di sekitar alveoli. Air juga ikut mempertahankan suhu tubuh
dengan cara penguapan keringat pada tubuh manusia. Disamping itu juga
transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan
dengan pelarut air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air sangat memengang
peranan penting dalam setiap aktivitas manusia (Mulia, 2005).
Air diperlukan oleh tubuh seperti halnya udara, tanpa air manusia dapat
dipastikan tak bisa bertahan hidup, demikian makhluk lainnya seperti hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Air adalah kebutuha semua makhluk hidup, hidup tanpa air
akan membahayakan makhluk itu sendiri, bahkan hidup tanpa air makhluk hidup
akan binasa. Air diperlukan oleh manusia, ditubuh manusia 60% nya adalah air,
kegunaan air bagi tubuh manusia adalah (Depkes, 2006):
1. Menjaga keseimbangan fisiologi tubuh, tubuh setiap saat mengeluarkan
cairan berupa keringat, air mata, air seni, tinja dan uap pernafasan.
2. Sebagai zat pelarut bahkan makanan, tanpa air bahan makan sulit dicerna.
3. Bahan pembentuk sel sebagaian besar sel terdiri dari air, jika kekurangan air
sel akan mengecil dan tidak dapat berfungsi atau bergerak.
4. Pembawa bahan-bahan buangan tubuh (tinja, urin, keringar) atau bahan
makanan.

C. Kebutuhan Air Minum dan Air Bersih


Air adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan
manusia dan dalam sistem tata lingkungan, air adalah unsur lingkungan.
Kebutuhan manusia akan kebutuhan air selalu meningkat dari waktu ke waktu,
bukan saja karena meningkatnya jumlah manusia yang memerlukan air tersebut,
melainkan juga karena meningkatnya intensitas dan ragam dari kebutuhan akan
air. Kebutuhan air adalah banyaknya jumlah air yang dibutuhkan untuk
keperluan rumah tangga, industri, penggelontoran kota dan lain-lain. Prioritas
kebutuhan air meliputi kebutuhan air domestik, industri, pelayanan umum dan
kebutuhan air untuk mengganti kebocoran. Kebutuhan akan air dikategorikan
dalam kebutuhan air domestik dan non domestik. Kebutuhan air domestik
adalah kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk
keperluan minum, masak, mandi, mencuci pakaian serta keperluan lainnya,

2
sedangkan kebutuhan air non domestik digunakan untuk kantor, tempat ibadah,
niaga dan lain-lain
a) Kebutuhan Domestik
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan
kegiatan sehari-hari atau rumah tangga seperti untuk minum, memasak,
kesehatan individu (mandi, cuci dan sebagainya), menyiram tanaman,
halaman, pengangkutan air buangan (buangan dapur dan toilet).
Tabel 1. Pemakaian Air Domestik Berdasarkan SNI tahun 1997

Kategori Kota berdasarkan Jumlah Penduduk


(jiwa)
No Uraian
500.000- 100.000- 20.000-
>1.000.000 <20.00
1.000.00 500.000 100.000
0
0
Metro Besar Sedang Kecil Desa
1. Konumsi Unit 190 170 15 130 30
Sambungan Rumah (SR) 0
L/oh
2. Komsumsi Unit Hidran 30 30 30 30 30
Umum (HU) L/oh
3. Konsumsi Unit Non 20-30 20-30 20-30 20- 20-10
Domestik (%) 30
4. Kehilangan Air (%) 20-30 20-30 20-30 20- 20
30
5. Faktor Maksimum Day 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
6. Faktor Peak-Hour 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
7. Jumlah Jiwa per SR 5 5 6 6 10
8. Jumlah Jiwa per HU 100 100 10 100- 200
0 200
9. Sisa Tekan di Jaringan 10 10 10 10 10
Distribusi (mka)
10. Jam Operasi 24 24 24 24 24
11. Volume Reservoir (%) 20 20 20 20 20
(MaxDemand)
12. SR:HU 50-50 s/d 50-50 80:20 70:30 70:30
80:20 s/d
80:20
13. Cakupan Pelayanan 90 90 90 90 90
Sumber : SNI tahun 1997

3
b) Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air baku yang digunakan
untuk beberapa kegiatan seperti:
 Kebutuhan institusional,
 Kebutuhan komersial dan industri,
 Kebutuhan fasilitas umum seperti kegiatan tempat-tempat ibadah,
rekreasi dan terminal.
Untuk menghitung kebutuhan air non domestik, digunakan standar yang
telah ditetapkan oleh Dirjen Cipta Karya 1997. Namun karena
keterbatasan data jumlah fasilitas-fasilitas umum yang diperoleh, maka
perhitungan kebutuhan air sektor non domestik menggunakan
pendekatan perhitungan yang dikemukakan oleh Arisribowo (2007)
dimana untuk perhitungan kebutuhan air non domestik ini ditetapkan
sebesar 10% dari kebutuhan sektor domestik.
Penelitian di 8 kota Indonesia memperlihatkan rata-rata kebutuhan air bagi
rumah tangga adalah : 138,5 lt/orang/hari, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2. Rata-Rata Kebutuhan Air Bagi Rumah Tangga di Indonesia

No Keperluan Liter/Orang/Hari
1. Mandi 12
2. Minum 2
3. Masak 10,7
4. Cuci pakaian 31,4
5. Kebersihan rumah 11,8
6. Taman 21,2
7. Cuci kendaraan 16,2
8. Wudhu 21,7
9. Dan lain-lain 1,6
Sumber : Modul Elektronik Penyediaan Air Bersih dan
Penyehatan Lingkungan, 2020

Berapa Takaran Normal Kenutuhan Air Minum agar tidak kekurangan cairan ?
Kebutuhan cairan tiap orang berbeda-beda. Pada orang dewasa, konsumsi air
putih yang disarankan yaitu sekitar delapan gelas berukuran 230 ml per hari atau

4
total 2 liter. Selain dari minuman, makanan juga dapat memberikan asupan cairan
pada tubuh yaitu sekitar 20%. Cairan dari makanan terutama diperoleh dari buah
dan sayur, misalnya bayam dan semangka yang mengandung 90% air.

D. Sumber Air Minum


Menurut Chandra (2006), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia
harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air
yang bersih dan aman tersebut antara lain :
a) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c) Tidak berasa dan tidak berbau.
d) Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga
e) Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan.
Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang
dilayani oleh sistem perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan (AMDK)
maupun depot air minum. Selain itu, air tanah dangkal dari sumur-sumur gali
atau pompa serta air hujan diolah oleh penduduk menjadi air minum setelah
dimasak terlebih dahulu. Di negara-negara maju, air PAM aman untuk langsung
diminum, sedang sumber air minum lainnya harus lebih dahulu disaring, atau
melakukan flluoridasi dengan flour. Seiring berkembangnya zaman, untuk
memenuhi kebutuhan akan air minum kebanyakan masyarakat beralih pada air
minum isi ulang. Harganya yang murah dan sifatnya yang praktis karena tanpa
harus dimasak lagi, membuat air minum isi ulang telah banyak diminati
masyarakat (Depkes RI, 2006).
Sumber air minum harus dijaga agar tidak tercemar kotoran manusia yang
merupakan sumber patogen penyebab penyakit. Karena itu sebelum ditetapkan
sebagai air minum, air harus memenuhi persyaratan sebagai air minum, dan
harus diketahui asal sumber airnya, dan cara pengolahan yang sudah dilakukan
terhadap air baku berasal dari sumber air tersebut (Soedarto,2013).

5
Mikrobiologis Air Minum
A. Eschericia Coli
Adanya mikroba dalam air selalu dikaitkan dengan konsumsi air minum yang
terkontaminasi oleh kotoran manusia dan hewan. Penyakit infeksi yang
disebabkan oleh patogen seperti virus, bakteri, dan parasit merupakan risiko
kesehatan yang paling umum ditemui terkait dengan konsumsi air minum.
Kontaminasi E.coli menjadi perhatian yang penting dalam setiap uji sampel air
minum karena bakteri ini digunakan sebagai bakteri indikator sanitasi
(Dewanti, 2005).
B. Total Bakteri Coliform
Bakteri coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya
berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat
mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu,
bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi dari pada patogen serta
lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan. Bakteri coliform fekal adalah bakteri
indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal
menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi
positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform
jauh lebih murah, cepat dan sederhana dari pada mendeteksi bakteri
patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan
Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin
sedikit kandungan coliform artinya kualitas air semakin baik (Dewanti, 2005).
Peranan Air Dalam Mempengaruhi Kesehatan Mengingat pentingnya
air bagi kehidupan, maka air harus dikelola dengan sangat hati-hati karena air
dapat berperan mengganggu kesehatan atau disebut Waterborne Diseases,
yaitu sebagai (Depkes, 2006) :
a. Media penyebaran penyakit secara langsung kepada manusia.
b. Media perkembangan penyakit.
c. Penyebab penyakit pada manusia. Penyakit-penyakit akut ( penyakit
timbul dalam beberapa jam sampai dua hari ) yang ditularkan melalui
air dan penyebabnya biasanya bakter/virus/kuman, seperti contoh
berikut ini (Depkes, 2006) :

6
1) Kolera, penyebabnya vibrio kolera Penyakit kolera merupakan
penyakit gastroenteritis pada manusia yang disebabkan makanan
dan minuman tercemar oleh vibrio. Penyakit kolera sangat jarang di
Negara maju karena masalah hygienitas yang tinggi terutama
proses pengolahan dan pembunuhan bakteri pathogen dan
pemberian desinfektan pada pengolahan air minum.
2) Typhus perut, penyebabnya Salmonella Typhi A, B, C, D
Pencemaran air minum oleh bakteri Salmonella dapat
menimbulkan penyakit gastroenteritis dan typhoid. Sumber
penularan ini dapat terjadi karena tinja manusia atau hewan.
Typhoid disebabkan oleh bakteri salmonella merupakan bakteri
gram negatif.
3) Dysentri
Penyakit dysentri disebabkan oleh Entamoeba hystolittica dan
Shigella dysentriae, termasuk jenis amoeba dan cara penularannya
yaitu melalui tinja yang dihinggapi lalat, kemudian menempel pada
makanan atau minuman dan dikonsumsi oleh manusia.
4) Diare
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. Diare atau
pada umumnya disebut mencret disebabkan karena bermacam-
macam bakteri seperti Shigella, Salmonella, Eschericia coli, virus
dan sebagainya.
5) Hepatitis, disebabkan oleh semacam virus hepatitis. Penyakit-
penyakit kronis (cemaran baru dapat menimbulkan penyakit
setelah beberapa tahun menumpuk dalam tubuh) yang dibawa oleh
air, biasanya disebabkan adanya kandungan senyawa/zat kimia
organic dan atau An-organik di dalam air. Kandungan senyawa/zat
kimia organik dalam air cenderung bervariasi dan berbeda antara
satu daerah dengan daerah lainnya. Penyakit kronis yang
dimaksud adalah seperti kanker/tumor, menurutnya kecerdasan,
berubahnya gen pembawa sifat keturunan yang akan datang,
keracunan genetic, meracuni urat syaraf, terjadi kesalahan dalam
pembentukan janin (malformasi janin), merusak jantung dan urat-
urat darah (kardiovaskuler) (Depkes, 2006).

7
E. Syarat Kualitas Air Minum
Air minum yang diperlukan untuk konsumsi masyarakat harus memenuhi
syarat fisik, kimiawi, bakteriologis/mikrobiologi dan radioaktivitas, sebab air baku
belum tentu memenuhi standar air minum.
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi
Persyaratan Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum yang meliputi :
a) Persyaratan Bakteriologis
Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum E. Coli atau
fecal coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyaratan tersebut
harus dipenuhi oleh air minum, air yang masuk sistem distribusi dan air pada
system distribusi. Air minum tidak boleh mengandung kumankuman patogen
dan parasit seperti kuman-kuman thypus, kolera, dysentri dan gastroenteritis.
Untuk mengetahui adanya bakteri pathogen dapat dilakukan dengan
pengamatan terhadap ada tidaknya bakteri E.coli yang merupakan bakteri
pencemar air. Parameter ini terdapat pada air yang tercemar oleh tinja
manusia dan dapat menyebabkan gangguan pada manusia berupa penyakit
perut (diare) karena mengandung bakteri pathogen. Proses penghilangannya
dilakukan dengan desinfeksi.
b) Persyaratan Kimiawi
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah tertentu
yang melampaui batas. Bahan kimia yang dimaksud tersebut adalah bahan
kimia yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan. Beberapa
persyaratan kimia tersebut antara lain (Kemenkes, 2010) :
1. pH
pH merupakan faktor penting bagi air minum, pada pH 8,5 akan
mempercepat terjadinya korosi pada pipa distribusi air minum.
2. Zat Padat Total
Total solid merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu pada
penguapan dan pengeringan pada suhu 103-1050C.
3. Zat Organik
Zat organik dalam air berasal dari alam (tumbuh-tumbuhan, alcohol,
sellulosa, gula dan pati), sintesa (proses-proses produksi) dan fermentasi.

8
Zat organic yang berlebihan dalam air akan mengakibatkan timbulnya bau
yang tidak sedap.
4. Besi
Keberadaan besi dalam air bersifat terlarut, menyebabkan air menjadi
merah kekuning–kuningan, menimbulkan bau amis, dan membentuk
lapisan–lapisan seperti minyak. Besi merupakan logam yang menghambat
proses desinfeksi. Hal ini disebabkan karena daya pengikat klor (DPC)
selain digunakan untuk mengikat besi, akibatnya sisa klor menjadi lebih
sedikit dan hal ini memerlukan desinfektan yang lebih banyak pada proses
pengolahan air. Dalam air minum kadar maksimum besi yaitu 0,3 mg/l,
sedangkan untuk 15 nilai ambang rasa pada kadar 2 mg/l. Besi dalam
tubuh dibutuhkan untuk pembentukkan hemoglobin namun dalam dosis
berlebihan dapat merusak dinding halus.
5. Mangan
Mangan dalam air bersifat terlarut, biasanya membentuk MNO2. Kadar
mangan dalam air maksimum yang diperbolehkan adalah 0.1 m/g. Adanya
mangan yang berlebihan dapat menyebabkan flek pada benda – benda
putih oleh deposit MNO2, menimbulkan rasa dan menyebabkan warna
ungu/hitam pada air minum, serta bersifat toksik.
6. Tembaga
Pada kadar yang lebih besar dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak
enak pada lidah dan dapat menyebabkan gejala ginjal, muntaber, pusing,
lemah dan dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Dalam dosis rendah
menimbulkan rasa kesat, warna dan korosi pada pipa.
7. Seng
Tubuh memerlukan seng untuk proses metabolisme, tetapi pada dosis
tinggi dapat bersifat racun. Pada air minum kelebihan kadar Zn > 3 mg/l
dalam air minum menyebabkan rasa kesat/pahit dan apabila dimasak
timbul endapan seperti pasir dan menyebabkan muntaber.
8. Klorida
Klorida mempunyai tingkat toksisitas yang tergantung pada gugus
senyawanya. Klor biasanya digunakan sebagai desinfektan dalam
penyediaan air minum. Kadar Klor yang melebihi 250 mg/l akan
menyebabkan rasa asin dan korosif pada logam.

9
9. Nitrit
Kelemahan nitrit dapat menyebabkan methamoglobinemia terutama pada
bayi yang mendapat konsumsi air minum yang mengandung nitrit. 10.
Logam-Logam Berat (Pb, As, Cd, Hg, Cn) Adanya logam – logam berat
dalam air akan menyebabkan gangguan pada jaringan syaraf,
pencernaan, metabolisme oksigen dan kanker.
c) Persyaratan Fisik
Air minum secara fisik harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi diantaranya yaitu (Kemenkes, 2010) :
1. Bau
Bau disebabkan oleh adanya senyawa yang terkandung dalam air seperti
gas H2S, NH3, senyawa fenol, klorofenol dan lain – lain. Pengukuran
biologis senyawa organik dapat menghasilkan bau padat zat cair dan gas.
Bau yang disebabkan oleh senyawa organik ini selain mengganggu dari
segi estetika, juga beberapa senyawa dapat bersifat karsinogenik.
Pengukuran secara kuantitatif bau sulit diukur karena hasilnya terlalu
subjektif (Kemenkes, 2010).
2. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan adanya kandungan Total Suspended Solid baik
yang bersifat organik maupun anorganik. Zat organik berasal dari lapukan
tanaman dan hewan, sedangkan zat anorganik biasanya berasal dari
lapukan batuan dan logam. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri
sehingga mendukung perkembangannya. Kekeruhan dalam air minum
tidak boleh lebih dari 5 NTU (Kemenkes, 2010).
3. Rasa
Syarat air bersih/minum adalah air tersebut tidak boleh berasa. Air yang
berasa dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Efeknya tergantung penyebab timbulnya rasa
tersebut. Sebagai contoh rasa asam dapat disebabkan oleh asam organik
maupun anorganik, sedangkan rasa asin dapat disebabkan oleh garam
terlarut dalam air (Kemenkes, 2010).
4. Suhu
Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara 250C dengan batas
toleransi yang diperbolehkan yaitu 250C + 30C. Suhu yang normal

10
mencegah terjadinya pelarutan air kimia pada pipa, menghambat reaksi
biokimia pada pipa dan mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Jika suhu air
tinggi maka jumlah oksigen terlarut dalam air akan berkurang juga akan
meningkatkan reaksi dalam air (Kemenkes, 2010).
5. Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna, bening dan jernih untuk alasan
estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
organisme yang berwarna. Air yang telah mengandung senyawa organik
seperti daun, potongan kayu, rumput akan memperlihatkan warna kuning
kecoklatan, oksida besi akan menyebabkan warna air menjadi kemerah –
merahan, dan oksida mangan akan menyebabkan warna air kecoklatan
atau kehitaman (Kemenkes, 2010).
d) Persyaratan Radioaktivitas
Persyaratan radioaktivitas membatasi kadar maksimum aktivitas alfa dan beta
yang diperbolehkan terdapat dalam air minum (Kemenkes, 2010).

F. Macam Teknik Pengolahan dan Jenis Air Minum


1. Metode Perebusan
Pengolahan air minum merupakan upaya untuk mendapatkan air yang
bersih dan sehat sesuai standar mutu air untuk kesehatan. Proses
pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat, fisik, kimia, dan
biologi air baku agar memenuhi syarat agar digunakan sebagai air minum.
Tujuan dari kegiatan pengolahan air minum adalah, menurunkan kekeruhan,
mengurangi bau, rasa, dan warna serta untuk menurunkan dan mematikan
organisme.
Pengolahan dengan teknik sederhana dan tepat dilakukan jika terdapat
air yang kualitasnya kurang baik. Cara yang paling sederhana untuk
mematikan mikroorganisme yaitu dengan cara memanaskan air diatas 60°C
sampai 100°C. Air dibiarkan tetap mendidih sekitar 5-10 menit agar hasilnya
efektif. Dalam kisaran waktu tersebut, proses pendidihan diharapkan telah
mematikan semua kuman, spora, kista, atau telur selain menjadikan air
bersifat steril. Disamping itu, proses pendidihan juga dapat mengurangi
kesadahan sementara air karena penguapan CO 2 dan pengendapan
CaCO3. Beberapa penelitian juga telah menegaskan bahwa teknik perebusan

11
air efektif dalam mengeleminasi bakteri yang terdapat dalam air jika dilakukan
dengan cara yang tepat dan benar dan teknik ini banyak digunakan oleh
masyarakat khususnya yang berpenghasilan menengah ke bawah, namun
sangat sulit dipastikan bahwa titik kritis didih air dapat dicapai dan teknik
perebusan yang tepat untuk dapat mengeliminasi bakteri.
2. Metode Panas dan Radiasi UV
Secara keseluruhan, hasil mikrobiologis dan epidemiologis
menunjukkan bahwa desinfeksi surya air rumah tangga memiliki kemampuan
untuk meningkatkan kualitas air minum dan mengurangi risiko penyakit diare.
Karena kesederhanaannya, biaya rendah, dan hanya membutuhkan botol
minuman dan sinar matahari, desinfeksi matahari adalah teknologi yang tepat
untuk desinfeksi air rumah tangga di negara berkembang. Teknologi radiasi
UV mudah digunakan dan sangat efektif untuk menonaktifkan mikroba dalam
air minum, dan tidak memperkenalkan bahan kimia atau menyebabkan
produksi produk sampingan desinfeksi berbahaya di dalam air.
Sementara sistem disinfeksi lampu UV telah banyak digunakan untuk
mendisinfeksi air minum di tingkat masyarakat dan rumah tangga, tidak ada
studi epidemiologi jenis intervensi yang mendokumentasikan dampak
kesehatan di tingkat rumah tangga yang dilaporkan untuk teknologi ini. Tidak
ada alasan untuk meragukan kemanjuran teknologi desinfeksi lampu UV
untuk mendisinfeksi air minum rumah tangga atau masyarakat secara
memadai bila diterapkan dengan benar.
Namun, studi lapangan yang mendokumentasikan kemampuan
teknologi ini untuk mendisinfeksi air minum rumah tangga dan mengurangi
diare dan penyakit yang ditularkan melalui air perlu dilakukan kajian lebih
lanjut. Studi tersebut akan memvalidasi kinerja yang diharapkan dari teknologi
ini dan memberikan bukti lebih lanjut bahwa teknologi tersebut dapat
diandalkan dan mampu digunakan dengan sukses oleh individu dan
masyarakat. Dokumentasi tersebut diperlukan karena desinfeksi lampu UV
memiliki beberapa kelemahan untuk digunakan sebagai desinfektan air
minum di tingkat rumah tangga. Teknologi ini tidak memberikan residu
desinfektan kimia untuk melindungi air dari kontaminasi ulang atau
pertumbuhan kembali mikroba setelah perawatan. Partikulat, kekeruhan dan
konstituen terlarut tertentu dapat mengganggu atau mengurangi efisiensi

12
inaktivasi mikroba. Sumber listrik yang andal dan terjangkau diperlukan untuk
menyalakan lampu UV.
Lampu UV memerlukan pembersihan berkala, terutama untuk sistem
yang menggunakan lampu terendam, dan memiliki masa pakai yang terbatas
dan harus diganti secara berkala. Teknologi ini berbiaya sedang hingga tinggi
bila digunakan di tingkat rumah tangga. Terlepas dari kekurangan dan
keterbatasan ini, penyinaran UV dengan lampu merupakan teknologi yang
direkomendasikan untuk desinfeksi air rumah tangga dan masyarakat.
Tabel 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi In-aktivitas Mikroba dengan
Desinfeksi Matahari

Sumber : WHO : Managing Water in the Home : Accelerated Health Gains from Improved Water
Supply (2002)

13
Tabel 4. Keuntungan dan kerugian Sistem Pengolahan Tenaga Surya

Sumber : WHO : Managing Water in the Home : Accelerated Health Gains from Improved Water
Supply (2002)

3. Metode Sedimentasi dan Filtrasi


 Sedimentasi
Sedimentasi telah dilakukan sejak zaman kuno menggunakan kapal
penyimpanan air kecil atau bak pengendapan yang lebih besar, waduk
dan penyimpanan tank.

14
Tabel 5. Keuntungan dan Kerugian Sedimentasi untuk
Pengolahan Air Rumah Tangga

Sumber : WHO : Managing Water in the Home : Accelerated Health Gains from Improved
Water Supply (2002)

Menyimpan air selama beberapa jam akan mengendapkan partikel


besar dan padat, seperti:pasir dan lumpur anorganik, mikroba besar dan
mikroba lain yang terkait. Namun, partikel tanah liat dan mikroba yang
lebih kecil tidak dapat berasosiasi di bawah kondisi ini. Waktu
pengendapan yang lebih lama, seperti semalam atau selama 1-2 hari,
akan menghilangkan mikroba yang lebih besar, termasuk telur cacing dan
beberapa parasit, ganggang, dan partikel tanah liat yang lebih besar.
Pengurangan mikroba dengan sedimentasi biasa atau pengendapan
gravitasi seringkali memiliki efek rendah dan tidak konsisten.
Pengurangan keseluruhan virus dan bakteri dengan sedimentasi jarang
melebihi 90%, tetapi pengurangan telur cacing dan beberapa protozoa
dapat melebihi 90%, terutama dengan waktu penyimpanan yang lebih
lama yaitu 1-2 hari.
Sedimentasi air rumah tangga dapat dilakukan di wadah penyimpanan
sederhana, seperti pot dan ember. Perawatan harus diambil untuk
menghindari gangguan partikel sedimen saat memulihkan recover air
supernatan dengan penuangan atau metode lain. Biasanya, setidaknya
diperlukan dua wadah untuk mengendapkan air: satu untuk bertindak
sebagai bejana pengendapan dan yang lainnya sebagai penerima

15
supernatan air setelah periode pengendapan. Air juga dapat disimpan
dalam sistem penyimpanan curah yang lebih besar, seperti: tangki,
baskom dan tangki. Ketika air diendapkan dalam kumpulan kecil atau
bejana penyimpanan, endapan harus dibuang dan bejana dibersihkan
setiap kali selesai digunakan. Pembersihan harus dilakukan dengan
membilasnya dengan air yang bersih. Lebih baik lagi apabila pembersihan
fisik atau kimia dilakukan untuk menghindari kolonisasi mikroba pada
permukaan wadah dan akumulasi yang dihasilkan dari biofilm.
Sedimentasi seringkali efektif dalam mengurangi kekeruhan air, tetapi
tidak secara konsisten efektif dalam mengurangi kontaminasi mikroba.
Namun, pengurangan kekeruhan sering meningkatkan mikroba ehingga
dibutuhkab proses desinfeksi fisik dan kimia, melalui sinar matahari atau
UV dan klorinas. Oleh karena itu, sedimentasi biasa atau pengendapan
gravitasi dari air yang sangat keruh untuk penggunaan rumah tangga
direkomendasikan sebagai pra-perawatan namun perlu ditambahakan
desinfeksi air dengan solar radiasi, klorin atau desinfektan kimia lainnya.
Selanjutnya, sedimentasi partikel meningkatkan kualitas estetika air dan
dengan demikian meningkatkan penerimaannya oleh konsumen.
Pengolahan awal air rumah tangga yang keruh dengan cara sedimentasi
direkomendasikan karena mudah untuk melakukan dan membutuhkan
minimal bahan atau keterampilan. Itu bisa dilakukan hanya dengan dua
atau lebih banyak bejana dengan memindahkan air secara manual
(misalnya menuangkan air). Untuk air keruh mengandung padatan yang
tidak dapat diendapkan, sedimentasi tidak akan efektif dan metode
alternatif penghapusan partikel, seperti filtrasi, diperlukan.
 Filtrasi
Filtrasi adalah teknologi kuno dan banyak digunakan lainnya
yang menghilangkan partikel dan setidaknya beberapa mikroba dari
air. Efektivitas metode filtrasi ini dalam mereduksi mikroba juga
sangat bervariasi, tergantung pada jenis mikroba dan jenis serta
kualitas media atau sistem filtrasi.
Filtrasi adalah suatu cara penjernihan air dengan cara
penyaringan. Bentuk dan bahan alat filtrasi bermacam-macam,
biasanya terdiri dari berbagai macam lapisan pasir dan batu–

16
batuan dengan diameter yang bervariasi dari yang sangat halus
hingga yang terkasar. Air dalam skala kecil seperti dalam rumah
tangga dapat difiltrasi salah satunya dengan menggunakan ceramic
filter. Air akan mengalir melalui filter, sedangkan partikel–partikel
yang tersuspensi didalamnya akan melekat pada lapisan keramik.
Membran keramik yang merupakan salah satu media filtrasi
terbentuk dari kombinasi logam (aluminium, titanium, zirkonium)
dengan non logam dalam bentuk oksida, nitrida atau karbida.
Adanya oksida logam pada membran keramik menghasilkan
muatan listrik sehingga performance permukaan material keramik
lebih kuat. Secara fisik, membran keramik dapat berbentuk tube
atau disk yang bersifat porous. Filter air keramik bekerja
berdasarkan porositas bahan-bahannya yang mampu melewatkan
molekul air dan menahan partikulat dan mikroba berbahaya. Pori
membran keramik berperan besar dalam pemurnian air karena
sifat-sifatnya, yaitu stabil pada suhu tinggi, kekuatan mekanis tinggi
dan mudah regenerasinya.
Penyaringan dengan filter keramik sederhana dapat
menghilangkan minimal 99,99% bakteri E.Coli yang merupakan
indikator utama pencemaran air. Beberapa penelitian terkait juga
menegaskan bahwa praktik filtrasi lebih efektif dalam mengeliminasi
bakteri dan meningkatkan kualitas air dibandingkan dengan praktik
penyinaran atau radiasi, koagulan, maupun desinfeksi kimia.
Pengolahan air dengan cara filtrasi hanya dapat menyaring bakteri
tetapi tidak dapat menyaring virus.

17
Tabel 6. Filter dan Media Filtrasi untuk Perawatan Air Rumah Tangga :
Karakteristik, Keuntungan dan Kerugian

Sumber : WHO : Managing Water in the Home : Accelerated Health Gains from
Improved Water Supply (2002)

18
Tabel 7. Jenis, Karakteristik Kinerja, Keuntungan dan Kerugian serta Biaya
Filter Alternatif untuk Pengolahan Air Rumah Tangga

Sumber : WHO : Managing Water in the Home : Accelerated Health Gains from Improved
Water Supply (2002)

4. Aerasi
Aerasi air sendiri sederhana, praktis, dan terjangkau, terutama jika
dilakukan secara manual di sebuah botol atau wadah lainnya. Aerasi air
seperti yang telah dipraktekkan sejak zaman kuno dan diyakini untuk
meningkatkan kualitas air dengan "mempermanis" dan "melembutkan"
(Baker, 1948). Proses aerasi akan mengoksidasi dan mengendapkan besi,
mangan dan belerang tereduksi, serta mengupas bahan senyawa organik
yang mudah menguap, menghilangkan rasa dan bau. Namun, tidak ada
bukti bahwa aerasi untuk periode waktu singkat (menit) memiliki efek
mengurangi mikrobiologi secara langsung. Aerasi akan memperkaya
oksigen yang dapat menyebabkan reaksi kimia sehingga dapat
menyebabkan pengurangan mikroba. Selain itu, penelitian menunjukkan
bahwa aerasi memiliki efek sinergis dengan sinar matahari dan panas
pada desinfeksi oleh radiasi matahari dari air yang disimpan dalam botol
bening. Studi lebih lanjut tentang kemampuan aerasi untuk menonaktifkan

19
mikroba dalam air baik sendiri atau di kombinasi dengan teknik lain
membutuhkan studi lebih lanjut. Saat ini, tidak ada bukti yang jelas bahwa
aerasi saja mampu mengurangi mikroba dalam air secara signifikan dan
konsisten.
5. Ionisasi
Proses pertukaran ion dalam pengolahan air telah digunakan terutama
penghilangan kesadahan. Beberapa resin penukar ion digunakan untuk
mendeionisasi, mendisinfeksi atau mengais makromolekul dari air.
Tabel 8. Penukar Ion : Kelebihannya dan Kerugian untuk
Penggunaan Rumah Tangga

Sumber : WHO : Managing Water in the Home : Accelerated Health Gains from Improved
Water Supply (2002)

6. Koagulasi Kimia, Flokulasi dan Presipitasi


Pengendapan kimia atau koagulasi dan flokulasi dengan berbagai
garam aluminium (misalnya, tawas), besi, kapur dan bahan kimia
anorganik atau organik lainnya adalah proses yang banyak digunakan
untuk mengolah air untuk menghilangkan partikel koloid (kekeruhan) dan

20
mikroba. Pengolahan air dengan penambahan koagulan kimia dan
pengendap telah dipraktekkan sejak zaman kuno, meskipun prinsip dan
mekanisme fisika-kimia mungkin belum dipahami. Tulisan Sansekerta
mengacu pada penggunaan zat nabati, seperti isi bijikentang bidara dan
kelor oleifera, yang masih digunakan sampai sekarang untuk pengolahan
air rumah tangga (Gupta dan Chaudhuri, 1992).
Dokumen catatan Yahudi-Kristen, Yunani dan Romawi menambahkan
"garam", kapur, gandum yang dihaluskan, polenta sebagai pengendap
untuk menjernihkan air. Meskipun tawas dan garam besi adalah koagulan
kimia yang paling banyak digunakan untuk pengolahan air minum
masyarakat, koagulan lain telah dan sedang digunakan untuk
mengentalkan air rumah tangga pada titik penggunaan, termasuk tawas
kalium, kacang almond atau kacang-kacangan dan isi dari kelor dan biji
bidara.
Tabel 9. Koagulan Kimia untuk Pengolahan Air, Keuntungan,
Kerugian dan Biaya untuk Penggunaan Rumah Tangga

Sumber : WHO : Managing Water in the Home : Accelerated Health Gains from Improved
Water Supply (2002)

21
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tawas dan atau
bahan kimia lainnya dapat diterapkan di tingkat rumah tangga untuk
meningkatkan mikrobiologi kualitas air dan mengurangi penularan
penyakit diare melalui air di negara berkembang. Namun, penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk menentukan apakah jenis perawatan ini dapat
efektif, aman, dan terjangkau. Selain itu, tidak pasti apakah penggunaan
koagulasi flokulasi di rumah tangga dapat dioptimalkan untuk memberikan
pengurangan mikroba yang efisien dan konsisten. Oleh karena itu,
pengolahan air rumah tangga dengan koagulasi-flokulasi dan curah hujan
tidak dianjurkan secara luas saat ini. Informasi lebih lanjut diperlukan
tentang efektivitas, keandalan, ketersediaan, keberlanjutan, dan
keterjangkauan proses-proses ini ketika diterapkan di tingkat rumah
tangga.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Jenis air minum
meliputi :
a) Air yang di distribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
b) Air yang di distribusikan melalui tangki air
c) Air Kemasan
d) Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan air minum.
Air minum harus steril (tidak mengandung hama penyakit apapun) dan harus
memenuhi syarat agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Di Indonesia
standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan
RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi parameter fisika, mikrobiologi,
kimiawi dan radioaktivitas (Mulia,2005).
Jenis Air Minum Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun
2010 tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum, jenis air
minum adalah air yang di distribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah
tangga, air yang di distribusikan melalui tangki, air kemasan, dan air yang
digunakan untuk produksi bahan makanan yang disajikan kepada masyarakat.
Jenis air minum tersebut harus memenuhi syarat kesehatan air minum
(Kemenkes, 2010).

22
AIR MINUM ISI ULANG

A. Definisi Air Minum Isi Ulang


Air minum isi ulang adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan
dan tidak memiliki merk (BPS, 2018). Depot air minum isi ulang adalah badan
usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk
curah dan tidak dikemas (Depkes, 2006).
Menurut SK Menperindag No. 651/MPP/KEP/10/2004 yang dimaksud
dengan depot air minum adalah usaha industry yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada
konsumen (Kemenperindag, 2004).
Usaha Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) dimulai sekitar tahun 1999. Pada
tahun ini, Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi, sehingga membuat
masyarakat mencari alternative untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan
biaya yang lebih murah. Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap air
mendorong tumbuhnya usaha DAMIU, dan harganya lebih murah dibandingkan
AMDK. Depo dimulai tahun 1997 oleh 400 pengusaha kecil dan jumlahnya terus
meningkat, awal tahun 2000 mencapai 1.200 Depo yang tersebar diberbagai
kota (Afif N, 2008).

B. Definisi Depot Air Minum


Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual lansung pada konsumen.
Proses pengolahan air pada depot air minum pada prinsifnya adalah filtrasi(
penyaringan) dan disinfektan. Proses filtrasi dimaksudkan, selain untuk
memisahkan kontaminasi dan tersuspensi juga memisahkan campuran yang
berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan
disinfektan dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring
pada proses sebelumnya (Athena, 2004).
Peralatan Depot Air Minum Mesin dan peralatan produksi yang digunakan
dalam Depot air minum yaitu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014) :

23
1. Storage Tank : Berguna untuk menampung air baku.
2. Stainliss Water Pump: Berguna untuk memompa air baku dari tempat storage
tank kedalam tabung filter.
3. Tabung filter mempunyai tiga tahapan, yaitu :
a) Active sand media filter untuk menyaring partikel -partikel yang kasar
dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang
sama.
b) Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk
menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.
c) Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter
merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa,
warna, sisa khlor dan bahan organik.
4. Micro Filter
Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang gunanya untuk
menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4
mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum.
5. Flow Meter
Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke dalam galon isi
ulang.
6. Lampu ultraviolet dan ozon
Lampu ultraviolet atau ozon digunakan untuk desinfeksi/sterilisasi pada air
yang telah diolah.
7. Galon isi ulang
Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung
atau menyimpan air minum di dalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan
menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang
higienis.

C. Sumber Air Baku DAMIU


Berdasarkan Peraturan Pemerintah RepubliK Indonesia No. 16 tahun 2005
tentang Pengembangan System Penyediaan Air Minum, bahwa yang dimaksud
dengan air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang berasal dari sumberair permukaan, cekungan air tanah atau air
hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk minum. Adapun

24
jenis air baku yang digunakan untuk air minum diantaranya yaitu (Pemerintah RI,
2005) :
1. Air Tanah/ Sumur
Air yang berasal dari dalam tanah, yang diambil dengan cara pengeboran
kemudia disedot dengan menggunakan pompa air. Air ini memmpunyai
kondsi dan kandungan kontaminan yang bervariatif seperti kandungan 13
mangan, besi, nitrat, nitrit, sehingga sulit sekali di control. Selain itu, air
tersebut banyak terkontaminasi oleh bakteri E. coli yang berasal dari kotoran
hewan dan manusia.
2. Air PAM
Air yang diolah perusahaan air minum (PAM) yang bersumber dari air sungai
maupun air tanah. Air ini diolah dengan maksud agar bakteri berbahaya
terbunuh dan pada umumnya dengan menggunakan klorin. Akan tetapi klorin
adalah senyawa kimia yang juga berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia
karena hasil turunannya yaitu trihalomethane yang dapat menyebabkan
penyakit kanker.
3. Mata air/ Air Pegunungan
Air yang keluar dari mata air tanah adalah bersih. Air ini mengalami
penyaringan oleh batuan sehingga bersifat jernih dan bersih. Air yang
bersumber dari pegunungan/ mata air bersifat tawar atau tidak berasa, karena
mengandung banyak garam karbonat. Garam karbonat bersumber dari
batuan-batuan yang dilewati oleh air, seperti mineral kalsium (Ga) dan
phosphor (P).

25
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DAMIU DARI MASA KE
MASA

Pada awal tahun 1970-an, minuman AMDK belum ada di Indonesia.Kalau


pun ada, dipastikan bukan produk lokal, melainkan produk impor. Saat itu para
wisatawan atau tamu dalam negeri yang berkunjung di Indonesia hanya mau minum
air dalam kemasan. Perut mereka tidak cocok dengan minum air rebusan. Untuk
mendapatkan minuman kemasan pun tidak sembarangan. Pada masa itu hanya
tersedia di hotel-hotel berbintang. Tidak seperti sekarang yang ada di setiap warung
kelontong.
Kemunculan AMDK pertama di Indonesia tidak lepas dari sejarah produk
bermerek Aqua. Sebab Aqua menjadi produk AMDK pertama yang diproduksi di
Indonesia. Pencetus idenya adalah Tirto Utomo, warga asli Wonosobo yang pernah
bekerja untuk Pertamina. Saat itu, dia kerap kesulitan untuk mencari air minum
untuk para tamu dari luar negeri. Karena itu, dia pun berinisitif mendidikan
perusahaan air minum kemasan.
Sebelum mendirikan perusahaan, dia belajar terlebih dahulu teknologi
pengolahan air minum kemasan ke negara tetangga Thailand. Dia pun meminta
adiknya Slamet Utomo untuk magang di Polaris, salah satu perusahaan air minum
kemasan di Thailand. Setelah itu, barulah mereka merintis perusahaan di Indonesia.
Secara resmi, Aqua diproduksi pertama kali pada tahun 1973 di bawah
bendera PT Aqua Golden Mississippi. Pada awal diproduksi, produk air minum
kemasan itu diberi nama “Puritas”. Namun karena penyebutannya yang sulit dan
tidak familiar, brand “Puritas” pun diganti dengan “Aqua”. Brand Puritas hanya
bertahan 2 tahun. Muncul dengan nama dagang Aqua seolah membawa hoki. Aqua
diproduksi dengan kemasan botol ukuran 950 ml dan dijual dengan harga Rp75.
Harga itu dua kali lebih mahal dari harga bensin pada saat itu yang hanya Rp
46/liter. Dengan harga yang mahal, tidak sembarang orang bisa membelinya. Hanya
kalangan kelas atas saja yang mampu membelinya.
Berkembang pesatnya perkotaan di Indonesia, seperti pembangunan di
ibukota Jakarta, memiliki konsekuensi lahan terbuka hijau menjadi berkurang. Akibat
selanjutnya, air bersih layak konsumsi pun makin sulit diperoleh. Ketua Umum
ASPADIN Rahmat Hidayat menjelaskan, permasalahan air di perkotaan membuka

26
celah lebar bagi industri AMDK. Mulai tahun 2000-an, mulai banyak perusahaan
AMDK yang bermunculan dan tumbuh subur di Indonesia.
Air minum kemasan dalam botol plastik pun menjamur bak cendawan di
musim hujan. Hampir di setiap toko dan minimarket memajang AMDK dari berbagai
merek dan harga yang bersaing. Membelinya pun tidak lagi semahal dulu. Sekarang,
harganya hampir sepadan dengan setengah harga bensin. Inovasi muktahir adalah
membuat kemasan galon 19 liter yang bisa diisi ulang. Sejak saat itu, rumah tangga
di perkotaan pun beralih menggunakan galon. Ditambah dengan layanan antar
jemput yang semakin memanjakan konsumen.
Produksi AMDK pun kian tahun kian meningkat. Pada tahun 2015, produksi
nasional mencapai 25 miliar liter. Sebuah capaian yang gemilang dalam dunia
industri. Meski kehadiran AMDK memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk
mendapatkan air minum layak minum, namun produksi AMDK menyisakan banyak
kekhawatiran. Mulai dari eksploitasi sumber mata air yang berlebihan, hingga
maraknya sampah plastik yang berpotensi mencemari lingkungan.
Industri Air Mineral Dalam Kemasan Indonesia Industri air mineral dalam
kemasan (AMDK) berkembang sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir.
Perkembangan ini ditandai dengan munculnya banyak merek baru yang membuat
persaingan di industri ini menjadi sangat ketat. Faktor utama berkembang pesatnya
industri ini adalah peningkatan kebutuhan akan air minum yang higienis seiring
peningkatan pertumbuhan penduduk dengan rata-rata pertumbuhan penduduk
Indonesia mencapai 1.9% per tahun.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan air minum
bersih pun semakin meningkat. Namun, ketersediaan air minum bersih yang layak
minum dan berkualitas serta terjamin dari segi kesehatan semakin sulit diperoleh.
Berdasarkan data BPS, jumlah rumah tangga yang mendapatkan pelayanan air
bersih saat ini baru mencapai 19.08%, sangat jauh dari yang diharapkan. Berikut
beberapa daerah di Jawa-Bali yang mendapatkan pelayanan air bersih, yaitu DKI
Jakarta (48.13%), Bali (45.37%), Jawa Timur (19.58%), Jawa Tengah (15.94%), dan
Jawa Barat (12.38%). Oleh karena tingkat pelayanan air bersih yang masih sangat
jauh dari yang diharapkan ini, masyarakat di beberapa kota di Indonesia mulai
terbiasa mengkonsumsi AMDK yang dianggap mampu memenuhi kebutuhannya
atas air minum bersih.

27
Besarnya permintaan akan AMDK ini menyebabkan banyaknya perusahaan
yang masuk dalam industri AMDK dengan berbagai merek AMDK yang diusungnya.
Tidak kurang dari 50 merek AMDK terdaftar di BPOM sampai tahun 2003. Dari sisi
penjualan, industri ini juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, antara
20-30% pertahunnya (www.suarapembaharuan.co.id).
Namun, sejak tahun 2003 persaingan di industri semakin meningkat ditandai
dengan bermunculannya depot-depot air minum isi ulang tanpa merek (AMIU) yang
menggunakan filtrasi yang lebih sederhana dengan harga jual rata-rata 30% dari
harga rata-rata AMDK. Dengan munculnya ancaman dari AMIU ini, banyak
perusahaan AMDK yang mengoreksi asumsi pertumbuhan penjualannya menjadi
hanya sekitar 10-20% per tahunnya.
Diperkirakan saat ini ada lebih dari 4500 depot AMIU yang tersebar di seluruh
Indonesia (www.indofinanz.com). Bahkan pangsa pasar AMDK saat ini telah
tergerus sampai 30% dan beralih ke AMIU (www.bisnis.com). Pengusaha AMDK
yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan Indonesia
(ASPADIN) tidak jarang berkonfrontasi dengan pengusaha kecil AMIU yang
tergabung dalam Asosiasi Pengusaha, Pemasok dan Distributor Air Minum
Indonesia (APDAMINDO) untuk memperebutkan pasar air minum yang memang
cukup besar ukuran permintaannya ini (Majalah Trust, No.24 Tahun 2, Maret 2004).
Namun, peran pemerintah sebagai regulator diharapkan dapat mengendalikan
kondisi persaingan usaha ini dan memberikan manfaat yang lebih kepada
masyarakat Indonesia yang membutuhkan air minum bersih.
Bidang usaha AMDK yang sangat menguntungkan dan menggiurkan,
mendorong para pemain baru untuk menekuni usaha yang sama. Banyaknya
pemain di bidang usaha AMDK ini, memunculkan persaingan-persaingan yang tidak
sehat, seperti meniru merek yang sudah ada misalnya dalam kemasan, warna,
proses produksi. Menurut Kotler & Keller (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
intensitas persaingan di antaranya:
1. Ancaman pendatang baru;
2. Persaingan di antara perusahaan yang ada;
3. Ancaman dari produk subtitusi;
4. Kekuatan tawar menawar pemasok, dan
5. Kekuatan tawar menawar pembeli.

28
Pendapat tersebut, memperlihatkan bahwa salah satu faktor terjadinya
persaingan di antaranya karena ancaman pendatang baru. Persaingan di bidang
usaha AMDK yang semakin ketat terjadi sejak tahun 1999 yakni dengan banyaknya
bermunculan depot Air Minum Isi Ulang (AIMU). Masalahnya, di Indonesia belum
ada peraturan tentang keberadaan depot isi ulang, sehingga tidak ada pengawasan
dan kontrol yang jelas. Kehadiran depot isi ulang menimbulkan persaingan yang
tidak fair. Para pemain AMDK mempunyai kewajiban memenuhi berbagai peraturan
dan standard yang diberlakukan dengan segala dampaknya terhadap biaya. Di pihak
lain, depot isi ulang menangguk untung besar tanpa ada kewajiban memenuhi
persyaratan dan peraturan, termasuk jaminan terhadap keselamatan dan kesehatan
konsumen. Saat ini para pemain di bisnis AMIU tengah berlomba membangun titik
distribusi, terfokus pada daerah yang padat penduduk dan kualitas airnya tidak
memadai (Willy Sidharta, 2007).
Menurut Pitoyo Amrih (2007) persaingan tidak di bidang usaha AMDK seiring
munculnya depot isi ulang terkait dengan beberapa hal, diantaranya tidak adanya
jaminan kualitas air isi ulang yang dilakukan pengusaha depot, proses pengolahan
tidak terstandar. Berbeda halnya dengan AMDK yang selalu memperhatikan
berbagai aspek seperti kesehatan masyarakat, jaminan kualitas air kemasan, dan
melakukan secara berkala pemeriksaan kualitas oleh badan sertifikasi yang terkait.
Menurut Pitoyo Amrih (2007) persaingan yang tidak sehat yang dilakukan
oleh depot isi ulang ini didasarkan atas keraguan air hasil isi ulang seperti berikut:
1. Hampir setiap depot air isi ulang secara intern tidak pernah melakukan
pemeriksaan terhadap kualitas air, baik kualitas air bahan baku yang
didatangkan, kualitas air setiap tahapan prosesnya untuk mengetahui
efektifitas tahapan proses tersebut, maupun kualitas hasil keluaran air.
2. Penjual sekaligus operator pada depot air minum, hanya sebagian kecil yang
mengerti betul arti kebersihan baik pada tempat proses air tersebut,
lingkungan sekitarnya, pakaian yang dikenakan, dan kebersihan diri sang
operator.
3. Penanganan terhadap wadah yang dibawa pembeli juga mempengaruhi
kualitas air di dalamnya. Walaupun air yang dihasilkan berkualitas, namun
tidak ada perhatian yang cukup terhadap wadah galon sebagai tempat untuk
mengisikan.

29
4. Tahun 2002, Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kualitas dan Persyaratan
Air Minum, cakupannya mulai sampai kepada Depot air minum isi ulang.
Ditambah lagi pada tahun 2004 terbit Peraturan Meteri Perindustrian dan
Perdagangan yang secara khusus mengatur tentang Depot Air Minum Isi
Ulang. Di dalam peraturan tersebut disebutkan cukup rinci bagaimana agar
hasil produk air minum dari Depot Isi Ulang ini terjamin kualitasnya demi
kesehatan konsumen. Hanya saja, pengusaha depot isi ulang belum
semuanya memproses air sesuai standar yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002. Hal itu juga terkait
dengan kurangnya pengawasan dan pemeriksaan secara berkala terhadap
kualitas air oleh pihak yang berwenang yakni instansi pemerintah. Kegiatan
pengawasan bahkan tidak jarang hanya dilakukan sebagai formalitas saja
(Pitoyo Amrih, 2007)

30
PERATURAN-PERATURAN MENGENAI DAM/DAMIU DAN
PERATURAN TENTANG HYGIENE SANITASINYA

A. Regulasi Kesehatan Depot Air Minum Isi Ulang


Regulasi kesehatan DAM menurut Peraturan Kementerian Kesehatan RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, 10 dalam
Permenkes ini telah diatur berupa parameter persyaratan kualitas fisik, kimia,
biologi untuk produk air minum isi ulang yang harus dipatuhi. Contoh cemaran
fisik seperti benda mati, getaran, atau suhu yang dapat mempengaruhi kualitas air
minum. Cemaran kimia seperti bahan organic dan bahan nonorganik pada proses
pengolahan AMIU. Cemaran mikrobiologi seperti bakteri pathogen, virus, kapang
atau jamur yang dapat menimbulkan penyakit.
Kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap kualitas AMIU dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten. Untuk pemeriksaan kualitas bakteriologis, air
baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali, pemeriksaan secara fisik
dilakukan enam bulan sekali, air yang siap dimasukkan ke dalam kemasan
minimal satu sampel satu bulan sekali, serta air dalam kemasan minimal dua
sampel minimal satu bulan sekali (Kemenkes, 2010).

B. Regulasi Perdagangan Depot Air Minum Isi Ulang


Sesuai dengan Kepmenperindag RI No. 651/MPP/KEP/10/2004 tentang
persyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya. Dijelaskan bahwa
DAMIU wajib (Kepmenperindag, 2004) :
1. Memiliki izin operasi tanda daftar industry (TDI) dan tanda daftar usaha
(TDUP)
2. Memiliki surat jaminan pasok air baku dari perusahaan yang memiliki izin
pengambilan air dari instansi yang berwenang.
3. Wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari laboratorium
pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang
terakreditasi.

31
Salah satu peraturan yang mengatur kegiatan usaha DAMIU adalah
disusunnya PERMENKES No. 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi DAM
(Depot Air Minum) Isi Ulang. Dalam Permenkes tersebut ditegaskan bahwa
Depot Air Minum Isi Ulang wajib memiliki:
1. Izin usaha industri atau tanda daftar industri dan surat izin usaha
perdagangan (SIUP),
2. Surat izin pengambilan air atau surat jaminan pasokan air baku dari PAM
atau perusahaan lain yang memiliki izin pengambilan air dari instansi
yang berwenang.
3. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Selain itu setiap DAMIU juga wajib menyediakan informasi mengenai:
a) Alur pengolahan Air Minum;
b) Masa kadaluarsa alat desinfeksi;
c) Waktu penggantian dan/atau pembersihan filter; dan
d) Sumber dan kualitas air baku.
5. Setiap DAM harus melakukan pemeriksaan kesehatan Penjamah paling
sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.
6. Setiap pemilik DAM wajib melakukan pengawasan terhadap pemenuhan
persyaratan Higiene Sanitasi secara terus menerus.
7. Setiap DAM harus memiliki tenaga teknis sebagai konsultan di bidang
Higiene Sanitasi.
8. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Higiene
Sanitasi pemilik dan Penjamah DAM wajib mengikuti pelatihan/kursus
Higiene Sanitasi.

C. Regulasi Higiene Sanitasi Depot Air Minum


Higiene Sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan, faktor resiko terjadinya
kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan penjamah terhadap air
minum agar aman dikonsumsi.
Berdasarkan Permenkes R.I No.43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi
Depot Air Minum (DAM) meliputi :

32
1. Tempat
a) Lokasi bebas dari pencemaran dan penularan penyakit.
b) Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya.
c) Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup landai
d) Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang dan
cerah.
e) Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan, tidak
menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang, serta
mempunyai ketinggian cukup.
f) Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan,
penyimpanan, pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu
pengunjung/konsumen
g) Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan
tersebar secara merata.
h) Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran udara dengan baik.
i) Kelembaban udara dapat memberikan mendukung kenyamanan dalam
melakukan pekerjaan/aktivitas.
j) Memiliki akses kamar mandi dan jamban.
k) Terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan
tertutup.
l) Terdapat tempat sampah yang tertutup .
m) Terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun
Bebas dari tikus, lalat dan kecoa.
2. Peralatan
a) Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan tara pangan.
b) Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam masa pakai/tidak
kadaluarsa.
c) Tandon air baku harus tertutup dan terlindung.
d) Wadah/botol galon sebelum pengisian dilakukan pembersihan.
e) Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan
kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24
jam.

33
f) Melakukan system pencucian terbalik (back washing) secara berkala
mengganti tabung macro filter
g) Terdapat lebih dari satu mikro filter (µ) dengan ukuran berjenjang.
h) Terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet dan atau ozonisasi dan
atau peralatan disinfeksi lainnya yang berfungsi dan digunakan secara
benar .
i) Ada fasilitas pencucian dan pembilasan botol (galon).
j) Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam ruangan tertutup.
k) Tersedia tutup botol baru yang bersih.
3. Penjamah
a) Sehat dan bebas dari penyakit menular.
b) Tidak menjadi pembawa kuman penyakit.
c) Berperilaku higiene dan sanitasi setiap melayani konsumen.
d) Selalui mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap melayani
konsumen.
e) Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi.
f) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 1 (satu) kali
dalam setahun.
g) Operator/penanggung jawab/pemilik memiliki sertifikat telah mengikuti
kursus higiene sanitasi depot air minum.
4. Air Baku dan Air Minum
a) Bahan baku memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologi dan kimia standar
Pengangkutan air baku memiliki surat jaminan pasok air baku.
b) Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-
zat beracun ke dalam air/harus tara pangan.
c) Ada bukti tertulis/sertifikat sumber air .
d) Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air minum
dan selama perjalanan dilakukan desinfeksi
e) Kualitas Air minum yang dihasilkan memenuhi persyaratan fisik,
mikrobiologi dan kimia standar yang sesuai standar baku mutu atau
persyaratan kualitas air minum.

34
TEKNIK PENGOLAHAN AIR MINUM DI DAMIU

A. Bahan Baku, Mesin dan Peralatan DAMIU


1. Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan adalah air yang diambil dari sumber
yang terjamin kualitasnya, untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan untuk
menjamin mutu air baku meliputi :
 Sumber air baku harus terlindung dari cemaran kimia dan mikrobiologi
yang bersifat merusak/mengganggu kesehatan
 Air baku diperiksa secara berkala terhadap pemeriksaan organoleptik
(bau, rasa, warna), fisika, kimia dan mikrobiologi
Bahan wadah yang dapat digunakan/disediakan Depot Air Minum
harus memenuhi syarat bahan tara pangan (food grade), tidak
bereaksi terhadap bahan pencuci, desinfektan maupun terhadap
produknya.
2. Mesin dan Peralatan
Produksi Mesin dan peralatan produksi yang digunakan dalam Depot Air
Minum terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
 Bahan mesin dan peralatan Seluruh mesin dan peralatan yang kontak
langsung dengan air harus terbuat dari bahan tara pangan (food
grade), tahan korosi dan tidak bereaksi dengan bahan kimia.
 Jenis mesin dan peralatan. Mesin dan peralatan dalam proses
produksi di Depot Air Minum sekurang-kurangnya terdiri dari :
o Bak atau tangki penampung air baku.
o Unit pengolahan air (water treatment) terdiri dari :
 Prefilter (saringan pasir = sand filter)
Fungsi prefilter adalah menyaring partikel-partikel yang
kasar, dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang
efektif dengan fungsi yang sama.
 Karbon filter
Fungsi karbon filter adalah sebagai penyerap bau, rasa,
warna, sisa khlor dan bahan organik.

35
 Filter lain
Fungsi filter ini adalah sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 (sepuluh) micron, dimaksudkan untuk
memenuhi persyaratan tertentu.
 Alat desinfektan (ozonisasi dan atau UV dengan panjang
gelombang 254 nm atau 2537 0 A). Fungsi desinfektan
adalah untuk membunuh kuman patogen.
 Alat pengisian.
Mesin dan alat untuk memasukkan air minum kedalam wadah

B. Proses Pengolahan Air Minum Pada Depot Air Minum Isi Ulang
Urutan proses produksi di Depot Air Minum Isi Ulang menurut Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 tentang
Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangan, yaitu (Kepmenperindag,
2004) :
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung Air baku yang diambil dari
sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung
dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat
dari bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat,
harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkut
mempunyai persyaratan yang terdiri atas :
a) Khusus digunakan untuk air minum
b) Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
c) Harus mempunyai manhole
d) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui keran
e) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus
diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari
kemungkinan kontaminasi.
Tangki galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) seperti stanless stell atau oly carbonat, tahan korosid,
dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkut harus
dibersihkan dan desinfeksi bagian luar minimal 3 (tiga) bulan sekali. Air baku
harus diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk diperiksa
terhadap standart mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

36
2. Penyaringan bertahap terdiri dari :
a) Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan
fungsin yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring
partikelpartikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica
(SiO2) minimal 80%.
b) Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor, dan bahan
organic. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
c) Saringan/ filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus
berukuran maksimal 10 (sepuluh) mikron.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman pathogen. Proses
desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau
alat pencampuran ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm
dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm.
Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara
penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau
kekuatan 25370 A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.
a) Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan
tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat atau poly
vinyl carbonat dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah
yang dibawa konsumen. Wadah yang akan diisi harus di sterilisasi
dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung
ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan
menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air
bersih dengan suhu berkisar 60 – 850C, kemudian dibilas dengan air
minum atau air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa – sisa
deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.

37
b) Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin
serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.
c) Penutupan
Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa
konsumen atau yang disediakan oleh Depot Air Minum.

Gambar 1.Alur Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang Pada Depot Air Minum

Sumber : (Kemenkes, 2010).

Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum Isi Ulang


Proses pengolahan air minum di depot-depot air minum isi ulang yang saat
ini beredar di masyarakat terdiri dari proses ozonisasi, proses ultraviolet (UV),
dan proses reversed osmosis (RO).
a. Ozonisasi
Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri pathogen,
termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan
kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih
terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan, ozon merupakan bahan
sanitasi air yang efektif disamping sangat aman (Sembiring, 2008). Proses
Ozonasi adalah kandungan oksigen di udara, diambil dan dilewatkan melalui

38
loncatan arus listrik sehingga secara alami akan berubah menjadi zat
bernama ozon. Ozon ini kemudian disemprotkan ke dalam air. Segala
macam makhluk hidup mikro yang terkandung dalam air ini tiba-tiba akan
berada dalam lingkungan air yang penuh dengan ozon, sehingga sel-sel
mereka menjadi rusak dan mati. Daya rusak ozon terhadap kandungan
makluk hidup mikro dalam air ini 17 tentunya tergantung dari daya kelarutan
ozon dalam air tersebut, yang tentunya tergantung dari kandungan oksigen
dalam air tersebut karena pada dasarnya ozon hanya, “menempati‟ tempat-
tempat kosong yang seharusnya diisi oksigen karena ozon sendiri cukup
berbahaya bagi tubuh manusia bila masuk ke dalam tubuh, maka setelah
membunuh makluk hidup mikro, dilakukan proses pemberian sinar ultraviolet
kedalam air yang mengalir untuk merusak ozon dan mengurainya menjadi
oksigen kembali yang terlarut dalam air (Pracoyo, 2004).
b. Ultraviolet (UV)
Salah satu metode pengolahan air adalah dengan penyinaran sina ultraviolet
dengan panjang gelombang pendek yang memiliki daya inti mikroba yang
kuat. Cara kerjanya adalah dengan absorbs oleh asam nukleat tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan pada permukaan sel. Air dialirkan
melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri
terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet, harus diperhatikan bahwa intensitas
lampu ltraviolet yang dipakai harus cukup, untuk sanitasi air yang efektif
diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (Mikcro Watt per
sentimeter persegi). Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis
mikroba bila intensitas dan waktunya cukup, tidak ada residu atau hasil
samping dari proses penyinaran dengan ultraviolet, namun agar efektif,
lampu UV harus dibersihkansecara teratur dan harus diganti paling lama satu
tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus tetap melalui filter halus dan
karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, Fe
atau Mn jika konsentrasinya cukup tinggi (Sembiring, 2008).
c. Reversed Osmosis (RO)
Menurut Syafran (dalam Sembiring, 2008) Reversed Osmosis (RO) adalah
suatu proses pemurnian air melalui membran semipermeabel dengan
tekanan tinggi (50-60 psi). Membran semipermeabel merupakan selaput
penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan

39
mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit dilalui oleh molekul lain yang lebih
besar dari molekul air. Membran RO menghasilkan air murni 99,99%.
Diameternya lebih kecil dari 0,0001 mikron (500.000 kali lebih kecil dari
sehelai rambut). Fungsinya adalah untuk menyaring 18 mikroorganisme
seperti bakteri maupun virus. Secara singkat, analogi proses R.O adalah
sebagai berikut : air yang akan disaring ditekan dengan tekanan tinggi
melewati membran semipermeable sehingga yang menembus hanya air
murni sedang kandungan cemaran yang semakin tinggi kemudian dialirkan
keluar atau dibuang. Inilah istimewanya apa yang disebut sebagai membran
semipermeable, yang secara alami memiliki sifat seolah-olah
menyeragamkan konsentrasi larutan air yang berbeda-beda. Sitem
pengolahan air sangat tergantung pada kualitas air baku yang akan diolah.
Air baku yang buruk, seperti kandungan khlorida dan TDS yang tinggi,
membutuhkan pengolahan dengan sistem RO sehingga TDS yang tinggi
dapat diturunkan atau dihilangkan (Pracoyo, 2004)

C. Sistem Pengelolaan Depot Air Isi Ulang


Aspek pengelolaan alat ditinjau untuk mengetahui bagaimana sistem
pengelolaan yang mereka laksanakan secara rutin, misalnya melakukan
pencucian filter (back-wash), pencucian dan pengisian botol galon, penggantian
media filter, pemeriksaan kualitas air secara berkala, biaya pemeliharaan/
perbaikan kerusakan, operator dan lain sebagainya.
Kunci dari sistem pengelolaan depot air isi ulang adalah pada kualitas
operatornya. Tugas seorang operator adalah selain melakukan pengoperasian
sistem pengolahan air, juga melakukan perawatan atau pemeliharaan secara
disiplin. Tingkat pendidikan para operator pada usaha-usaha depot air isi ulang
umumnya adalah setara dengan SMU. Tingkat pendidikan ini sudah cukup,
namun harus sudah memperoleh paling tidak training atau pelatihan
pengoperasian proses pengolahan air isi ulang. Kenyataan di lapangan adalah
banyak operator yang tidak menguasai betul apa fungsi dan kharakter dari unit-
unit proses dan perangkat proses pengolahan air yang ada. Mereka umumnya
hanya diperintahkan menjalankan operasi dengan cara yang sangat sederhana,
yaitu tekan tombol dan buka-tutup kran. Cara penguasaan pengoperasian seperti
ini sungguh mengkhawatirkan, terutama bila terjadi kontaminasi terhadap air

40
baku yang digunakan.
Karena kondisi yang seperti itu, maka pihak pemilik modal ada yang
merangkai unit- unit pemroses pengolahan air minum dengan over design,
misalnya dengan menerapkan 16 filter cartridge yang dipasang paralel 4 jalur
dan setiap terdiri dari 4 buah filter cartridge yang dipasang seri. Rangkaian
seperti ini memang bagus, tetapi yang lebih penting lagi adalah cara
perawatannya, misalnya pencucian filter secara berkala yang dilakukan sesuai
dengan prosedur yang baku.
Satu hal yang sangat tidak baik adalah bila dilihat dari segi kebersihan
ruang proses pengolahan air. Pada umumnya ruang proses yang terletak di
belakang etalase tampak kotor dan berantakan. Ruang proses ini memang
tersembunyi, karena ada pada bagian dalam, tetapi secara estetika hal ini tidak
dapat diterima standar operasi. Bagaimana mungkin unit atau instalasi pengolah
air minum terlihat kotor dan berkesan tidak teratur.

41
PRINSIP HYGIENE SANITASINYA

A. Penjamah
Kata hygiene digunakan untuk menggambarkan aplikasi prinsip sanitasi
untuk menjaga kebersihan. Higiene perorangan mengacu pada kebersihan tubuh
seseorang. Kesehatan pekerja memiliki peranan penting dalam sanitasi depot air
minum. Karyawan merupakan sumber kontaminasi mikroorganisme yang
potensial untuk menyebabkan penyakit (Prihartini, 2012).
Proses pengolahan air di Depot Air Minum (DAM) yang tidak seluruhnya
dilakukan secara otomatis dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan.
Langkah yang tidak dilakukan secara otomatis adalah pembersihan galon air dan
proses pengisian air ke dalam galon. Pada proses ini, air mengalami kontak
langsung dengan pekerja (Athena,2004).
Karyawan yang berhubungan langsung dengan bagian produksi harus
dalam keadaan sehat, bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga
dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air minum. Karyawan bagian produks
( pengisian ) diharuskan menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan sepatu
yang sesuai. Karyawan harus mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan,
terutama saat penanganan wadah dan pengisian (Prihatini, 2012)
Pekerja yang tidak mengikuti praktik saniter akan mengkontaminasi
makanan yang mereka sentuh dengan mikroorganisme patogenik yang berasal
dari cara kerja dan bagian lingkungan lain. Tangan, hidung, dan rambut
mengandung mikroorganisme yang dapat dipindahkan ke dalam produk selama
pemrosesan,pengepakan, persiapan, dan pelayanan lewat sentuhan, pernafasan,
batuk atau bersin (Gravani dan Marriot, dalam Prihatini,2012).
Penjamah harus dengan keadaan sehat untuk menghindari kontak dengan
sumber penyakit dan dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air minum.
Penjamah harus berperilaku higienis dan saniter setiap melayani konsumen yaitu
seperti mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir setiap melayani
konsumen karena meskipun tampaknya ringan dan sering disepelekan namun
terbukti cukup efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan dan
minuman, pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan akan
menghilangan banyak mikroba yang terdapat pada tangan, menggunakan

42
pakaian kerja yang bersih dan tidak merokok pada saat melayani konsumen
karena dapat menyebabkan pencemaran terhadap air minum. Penjamah harus
melakukan pelatihan agar memahami hal-hal yang jika terjadi kontaminasi dapat
memindahkan bakteri dan virus pathogen dari tubuh, atau sumber lain ke
makanan/minuman.

B. Tempat
Adapun persyaratan ataupun pedoman pelaksanaan hygiene dan sanitasi
adalah :
1. Lokasi
Lokasi di Depot Air Minum harus terbebas dari pencemaran yang berasal dari
debu di sekitar Depot, daerah tempat pembuangan kotoran/sampah, tempat
penumpukan barang bekas, tempat bersembunyi/berkembang biak serangga,
binatang kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik system
saluran pembuangan air dan tempat-tempat lain yang diduga dapat
mengakibatkan pencemaran (Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan RI, 2004).
2. Bangunan
a) Konstruksi dari bengunan sendiri harus memenuhi persyaratan fisik,
bangunan harus kuat, aman dan mudah dibersihkan serta mudah
pemeliharaanya.
b) Tata ruang usaha depot air minum isi ulang minimal terdiri dari:
 Ruangan proses pengolahan,
 Ruangan tempat penyimpanan,
 Ruangan tempat pembagian / penyediaan,
 Ruang tunggu pengunjung.
c) Lantai depot harus memenuhi syarat sebagai berikut;
 Bahan kedap air,
 permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan
mudah dibersihkan, selalu dalam keadaan bersih dan tidak
berdebu.
 Kemiringan cukup lantai untuk memudahkan pembersihan.
 Tidak terjadi genangan air.

43
d) Dinding bangunan depot harus memenuhi syarat:
 Bahan kedap air,
 Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan. Warna dinding terang dan cerah, selalu dalam
keadaan bersih,
 Tidak berdebu dan bebas dari pakaian tergantung.
 Khusus dinding yang berhubungan dengan semprotan air harus
rapat air setinggi minimal 2 meter dari lantai.
e) Atap dan Langit-langit dipersyaratkan:
 Atap bangunan harus menutup sempurna seluruh bangunan,
 Bahan atap tahan terhadap air dan tidak bocor,
 Konstruksi atap dan langit-langit dibuat anti tikus (rodent proof),
 Langitlangit harus menutup sempurna seluruh ruangan,
 Bahan langit-langit harus kuat, tahan lama dan mudah dibersihkan,
dan tidak menyerap debu.
 Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang, dalam
keadaan bersih dan tidak berdebu,
 Tinggi minimal 3 meter dari lantai.
 Mempunyai ketinggian yang memungkinkan adanya pertukaran
udara yang cukup atau lebih tinggi ndari ukuran tandon air.
f) Pintu
Syarat yang harus dipenuhi untuk pintu adalah: bahan pintu harus kuat, tahan
lama dan tidak melepaskan zat beracun, permukaan rata, halus, berwarna
terang, mudah dibersihkan, pemasangannya rapih sehingga dapat menutup
dengan baik, membuka kedua arah, selalu dalam keadaan bersih dan tidak
berdebu.
g) Jendela
Syarat yang harus dipenuhi untuk jendela adalah:
 jendela depot harus dibuat dari bahan tembus pandang sehingga
proses pengolahan dapat terlihat jelas.
 Dibuat dari bahan yang tahan lama, permukaan rata, halus, berwarna
20 terang dan mudah dibersihkan.

44
 Tinggi sekurang-kurangnya 1 meter diatas lantai, luasnya disesuaikan
dengan kegunaannya.
 Permukaan tempat kerja dan ruangan pengolahan dan penyimpanan
mendapat penyinaran cahaya, baik alam maupun buatan dengan
minimal 10 – 20 foot candle atau 100 – 200 lux untuk kenyamanan,
depot harus diatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang nyaman
dengan cara: menjamin terjadi peredaran udara dengan baik, tidak
mencemari proses pengolahan dan atau air minum, menjaga suhu
tetap nyaman dan sesuai kebutuha.
Setiap sekat pemisah bangunan depot untuk pencucian, pengisian dan
pengolah harus dari bahan yang kuat, tidak melarutkan zat beracun serta
mudah dibersihkan. Konstruksi sekat pemisah harus menjamin tidak dapat
dimasuki serangga dan tikus (insect and rodent proof). Setiap proses yang
memungkinkan terjadinya dampak radiasi harus dilakukan perlindungan yang
dibutuhkan. Untuk mengukur dampak radiasi, harus dilakukan pengujian
secara berkala sesuai kebutuhan
3. Fasilitas Sanitasi
Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor –
faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
Untuk itu membutuhkan fasilitas sanitasi untuk mewujudkan hygiene sanitasi.
Depot sedikitnya harus menyediakan sedikitnya fasilitas sanitasi adalah ;
tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran
limbah (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
4. Sarana Pengolahan Air Minum
Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus
menggunakan peralatan yang disyahkan pemakaiannya oleh Departemen
Kesehatan. Alat dan perlengkapan yang dimaksud meliputi:
 Kran pengisian air baku,
 Pipa pengisian air baku,
 Tandon air baku,
 Pompa penghisap dan penyedot,
 Filter,

45
 Mikro filter,
 Kran pengisian air minum curah,
 Kran pencucian botol, tangki pembawa air,
 Kran penghubung (hose),
 Peralatan sterilasi (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014).
5. Air baku
 Air baku adalah air bersih yang sesuai dengan Peraturan menteri
Kesehatan no. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
 Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai
dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air
minum.
 Untuk menjamin kualitas air baku wajib dilakukan pengambilan sampel
secara periodik (Peraturan Menteri Kesesehatan, 1990).
Berdasarakan standar nasional yang mengatur kualitas air minum yaitu
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01 3553 – 1996 dari Departeman
Perindustrian dan Perdagangan, yang menyatakan bahwa batas maksimal
total angka kuman adalah 100 koloni/ml serta peraturan Menteri
Kesehatan nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, yang menyatakan bahwa
memenuhi persyaratan diantaranya tingkat kontaminasi 0 koloni / 100 ml
untuk keberadaan bakteri coli form (Surat Keputusan Menteri Kesehatan,
2002).
6. Air Minum
 Kualitas Air minum yang dihasilkan adalah harus sesuai dengan
standar baku mutu atau persyaratan kualitas air minum sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas Air Minum.
 Pemeriksaan kuatalitas bakteriologi air minum dilakukan setiap kali
pengisian air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan metode H2S.
 Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel
secara periodik.

46
7. Pelayanan Konsumen
 Wadah/ botol galon sebelum dilakukan pengisian harus dibersihkan
dengan cara dibilas terlebih dahulu dengan air produksi minimal
selama 10 (sepuluh) detik.
 Setiap botol galon yang telah diisi langsung diberi tutup yang baru dan
bersih, dilakukan pengelapan/ pembersihan wadah dari luar dengan
menggunakan kain / lap bersih.
 Wadah/ botol galon yang telah diisi air harus langsung diberikan
kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24
jam untuk menghindari kemungkinan tercemar.
8. Penjamah Depot Air Minum (DAM)
 Penjamah DAM sehat dan bebas dari penyakit menular seperti
penyakit bawaan air seperti diare dan lain-lain.
 Penjamah DAM tidak menjadi pembawa kuman penyakit yaitu carrier
terhadap penyakit air seperti hepatitis dan dibuktikan dengan
pemeriksaan rectal swab.
 Penjamah DAM bersikap higiene santasi dalam melayani konsumen
seperti tidak merokok dan menggaruk bagian tubuh.
 enggunakan Pakaian kerja yang bersih dan rapi untuk mencegah
pencemaran dan estetika
 Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 2 (dua) kali
dalam setahun sebagai screening dari penyakit bawaan air.
 Operator/ penanggung jawab/ pemilik harus memiliki surat keterangan
telah mengikuti kursus higiene sanitasi depot air minum sebagai syarat
permohonan mengajukan sertifikat laik sehat Depot Air Minum.
9. Pekarangan
 Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi
genangan.
 Selalu dijaga kebersihannya setiap saat.
 Bebas dari kegiatan lain atau bebas dari pencemaran lainnya

47
10. Pemeliharaan
 Pemilik/penanggung jawab dan operator wajib memelihara sarana
yang menjadi tanggung jawabnya.
 Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat, meliputi:
a. Tugas dan kewajiban karyawan.
b. Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern.
c. Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan investigasi
dan pembuktian).

C. Alat
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa pengisian air
baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter, mikro filter,
wadah/galon air baku atau air minum, kran pengisian air minum, kran
pencucian/pembilasan wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan desinfeksi
harus terbuat dari bahan tara pangan atau tidak menimbulkan racun yang dapat
merubah kualitas air minum isi ulang.
Peralatan depot air minum isi ulang harus di sterilisasi terlebih dahulu dulu
dengan menggunakan ultraviolet untuk mematikan bakteri yang menempel pada
peralatan yang digunakan di depot air minum isi ulang. Ultraviolet yang tidak
sesuai antara kapasitas dan kecepatan air yang melewati penyinaran ultraviolet,
sehingga air terlalu cepat, maka bakterinya tidak mati. Idealnya untuk air minum
kapasitas ultraviolet minimal adalah tipe 8 GPM 9 galon permenit) berarti kran
pengisian depot digunakan untuk mengisi maksimal 1,5 botol per menit.
Keberadaan izin atau rekomendasi filter dan mikrofilter termasuk didalamnya
pencantuman masa kerja filter dan mikrofilter turut berpengaruh bagi cemaran
mikroba pada air minum isi ulang. Masa pakai dari mikro filter sudah di tentukan
oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro filter. Semakin lengkap ukuran filter
yang digunakan (10-0,1 mikron) maka filter tersebut dapat menyaring bakteri
ataupun partikel-partikel halus lain yang ada di dalam air. Jika tidak berfungsi
pada filtrasi ini maka bakteri tidak mati pada saat pengolahan air baku menjadi air
minum.
Peralatan DAMIU sangat berperan penting dalam mengolah air baku menjadi
air minum. Keseluruhan peralatan menggunakan bahan tara pangan yang aman

48
untuk digunakan, dibeberapa DAMIU peralatan desinfeksi masih dalam masa
pakai/ tidak kadarluarsa. Desinfeksi seluruh DAMIU menggunakan ozon dan
ulraviolet, namun masih ditemukannya DAMIU yang tetap menggunakan ozon
atau ultraviolet namun dalam keadaan mati (rusak).
Fasiliitas pencucian galon seluruh DAMIU menggunakan air produksi yang
disemprotkan ke dalam galon dalam posisi terbaik telah tersedia, tempat
pencucian keadaan bersih, menggunakan sikat untuk membersihkan dinding
galon namun pada saat dilakukan observasi dilapangan masih terdapat DAMIU
yang tetap menggunakan sikat yang sudah rusak dengan bulu sikat yang tidak
lagi sesuai dengan standar peralatan DAMIU yang telah ditetapkan serta
dibiarkan tanpa penutup. Fasilitas pengisian galon dalam tempat tertutup dan
berwarna terang. Kran pengisian galon memiliki aliran yang lancar,namum dari
hasil observasi yang dilakukan ditemukan DAMIU yang terdapat lumut dan kapur
pada pipa dan kran pengisian. Tersedia penutup galon dan tisu higiene selalu
tersedia pada semua DAMIU yang ditemui pada saat observasi.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukan bahwa masih terdapat
DAMIU yang tidak memenuhi syarat karena mengandung bakteri E.coli. Hal ini
berbanding lurus dengan kondisi sanitasi ditempat tersebut yang ditemukan lumut
serta karat pada beberapa pipa yang terhubung pada filter dan pipa air yang
berasal dari storage tank, tidak tersedianya tempat untuk mencuci tangan
sebelum melayani konsumen, kondisi peralatan serta desinfektan yang belum
diganti.

49
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIGIENE SANITASI
DAMIU

A. Pengetahuan
Operator/penanggung jawab/pemilik harus memiliki surat keterangan telah
mengikuti kursus higiene sanitasi depot air minum sebagai syarat permohonan
pengajuan sertifikat laik sehat DAM. Surat keterangan telah mengikuti kursus
hygiene sanitasi depot air minum bisa didapat dari penyelenggara atau instansi yang
melaksanakan kursus hygiene sanitasi depot air minum, seperti Kementerian
Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota atau asosiasi depot air minum.
Operator yang berpengetahuan rendah dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain operator atau responden tidak mendapatkan sumber informasi
yang benar dan jelas mengenai sanitasi DAMIU baik dari lingkungan operator
maupun melalui media massa atau poster atau media promosi kesehatan serta dari
petugas kesehatan sendiri.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ranksanagara dkk (2018)
menunjukkan bahwa pengetahuan pemilik atau pekerja yang masih rendah, seperti
pengetahuan mengenai higiene, kebersihan lingkungan, cara pengolahan air minum
dengan metode desinfektan yang dipilih dan penggunaan atau peralatan. Perilaku
higiene yang rendah menjadikan risiko rekontaminasi pada air minum isi ulang.
Kurangnya kesadaran dan kepatuhan pemilik DAM dalam menjaga kualitas air
minum yang diproduksinya terlihat dari pemilik di dalam melakukan perawatan
peralatan depot kurang.
Faktor sumber daya manusia (SDM) baik itu pemilik/yang dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan pemilik/pekerja mengenai standar pengolahan air minum isi
ulang yang benar dan kebersihan atau higiene penjamah. Pengetahuan merupakan
faktor yang sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang. Perilaku terbentuk
bukan hanya karena sekedar respons/reaksi terhadap lingkungan, tetapi melalui
proses berpikir dan juga pemahaman terlebih dahulu. Perilaku yang didasarkan
pada pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.

50
Upaya mengubah prilaku hidup yang kurang bersih pada operator adalah
dengan memfasilitasi seminar atau pelatihan tentang higiene sanitasi kepada
pemilik, pengelola dan operator depot air minum isi ulang yang diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan penerapan prilaku hidup bersih pada operator
DAMIU dimana hal ini dapat dilakukan dengan kerjasama antara pemerintah dan
dinas kesehatan
Keikutsertaan operator pada seminar dan pelatihan tentang higiene sanitasi
penting untuk diperhatikan karena akan meningkatkan pengetahuan operator,
sehingga memungkinkan penerapan prilaku hidup bersih oleh operator DAMIU.
Higiene operator memang menjadi masalah yang sering tidak diperhatikan pada
DAMIU. Penelitian yang pernah dilakukan pada air minum isi ulang di Kecamatan
Bungus Padang oleh Wandrivel dkk pada tahun 2012 mengasumsikan bahwa
keberadaan E.coli air minum isi ulang disebabkan oleh pengetahuan operator yang
kurang tentang higiene dan sanitasi DAMIU.

B. Peran Instansi Terkait


I. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
A. Tugas
DPMPTSP mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan
pemerintahan bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan
Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah.
B. Fungsi
 Perumusan kebijakan bidang perencanaan dan pengembangan, promosi
penanaman modal, pelayanan perizinan, pengawasan dan pengendalian
penanaman modal, pengaduan dan peningkatan layanan, dan
pengelolaan data dan informasi;
 Pengoordinasian kebijakan bidang perencanaan dan pengembangan,
promosi penanaman modal, pelayanan perizinan, pengawasan dan
pengendalian penanaman modal, pengaduan dan peningkatan layanan,
dan pengelolaan data dan informasi;

51
 Pelaksanaan kebijakan bidang perencanaan dan pengembangan, promosi
penanaman modal, pelayanan perizinan, pengawasan dan pengendalian
penanaman modal, pengaduan dan peningkatan layanan, dan
pengelolaan data dan informasi;
 Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang perencanaan dan
pengembangan, promosi penanaman modal, pelayanan perizinan,
pengawasan dan pengendalian penanaman modal, pengaduan dan
peningkatan layanan, dan pengelolaan data dan informasi;
 Pelaksanaan dan pembinaaan administrasi kepada seluruh unit kerja di
lingkungan Dinas; dan
 Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur, sesuai tugas dan
fungsinya.

DPMPTS berperan dalam perizinan penyelenggaraan Depot Air Minum Isi ulang.

Dasar Hukum :
1. UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
2. PP Nomor 24 Tahun 2018 tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene
Sanitasi Depot Air Minum
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan

Persyaratan :
Permohonan diatas materai Rp. 6.000,- ditujukan kepada Bupati/Walikota Cq.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu Setempat
1. Foto copy KTP Pemohon dan NPWP Pemohon
2. Pas Photo terbaru warna ukuran 4 x 6 sebanyak 3 lembar
3. Denah Lokasi dan Ruangan
4. Fotocopy Sertifikat Pelatihan/Kursus Hiegiene Sanitasi DAM Pemilik Usaha
5. NIB
6. Surat Keterangan Kesehatan bagi pelaku usaha dan karyawan
7. Rekomendasi dari Kepala UPTD Kesehatan Puskesmas Kecamatan

52
Setempat
8. Rekomendasi Dari Kepala Dinas kesehatan/pejabat yang berwenang
9. Surat Kuasa pemohon bermaterai Rp. 6000,- (apabila dalam pengurusan
bukan pemohon)

Mekanisme :
1. Pemohon menuju loket informasi
2. Mengisi formulir pendaftaran
3. Pemrosesan/pemeriksaan berkas persyaratan oleh Petugas Loket
4. Pemrosesan oleh Kepala Bidang Penyelenggaraan Perizinan dan
Nonperizinan Jasa Usaha
5. Pemrosesan oleh Sekretaris
6. Pemrosesan dan Penandatanganan Sertifikat Perizinan oleh Kepala Dinas
7. Pencetakan/Penerbitan Sertifikat Perizinan
8. Penyerahan Sertifikat Perizinan oleh Petugas Loket

II. Dinas Kesehatan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 43


tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, Sertifikat Laik Sehat
adalah Bukti tertulis yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kantor Kesehatan Pelabuhan bahwa DAM telah memenuhi standar baku mutu
atau persyaratan kualitas air minum dan persyaratan Higiene Sanitasi, dimana
serifikat Laik Sehat ini berlaku selama tiga tahun. Syarat utama memperoleh
Sertifikat Laik Sehata adalah memenuhi persyaratan higiene sanitasi dan nilai
pengujian contoh air minum memenuhi standar baku mutu atau persyaratan air
minum sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Walaupan kenyataannya 98% DAM sudah memiliki Sertifikat Laik Sehat
tetapi harus terus dilakukan Pembinaan dan Pengawasan yang rutin dan
berkelanjutan dari Dinas Kesehatan dan juga dari Pemilik Usaha Depot Air Minum
Dalam PERMENKES NO 736 tahun 2010 tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum mengharuskan agar setiap Pemilik Depot harus
menguji kualitas air minumnya setiap bulan dan Dinas Kesehatan Harus
melakukan pengujian kualitas secara berkala minimal dua kali setahun. Tetapi

53
pada kenyataannya minim sekali pemilik DAM yang secara proaktif
memeriksakan kualitas air minumnya secara berkala.
Sanitarian Puskesmas secara berkala melakukan pengawasan Kualitas air
dengan melakukan beberapa hal :
- Inspeksi Sanitasi DAM ; pemeriksaan dan pengamatan secara langsung
terhadap fisik sarana dan dan kualitas air minum dengan menggunakan
formulir Inspeksi Sanitasi DAM
- Konseling bagi Pemilik dan Penanggung jawab DAM tentang higiene sanitasi
Pengelola dan pemeliharaan kebersihan dan fungsi perangkat Desinfektan
dan membran.
- Pengambilan dan Pengiriman Sampel untuk pemeriksaan Fisik,Bakteriologis
dan Kimiawi
Menyadari pentingnya kualitas dari air yang dijual oleh DAM maka perlu
kerjasama dari berbagai pihak untuk melakukan monitoring terkait ijin Usaha dan
memotivasi pemilik untuk melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang diatur
dalam peraturan .

III. Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Depor Air Minum

Menurut Situmorang dan Juhir (2000:22) maksud pengawasan adalah untuk:

 Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak; Memperbaiki


kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan pencegahan
agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya
kesalahan yang baru;

 Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana


terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan;

 Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat


pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak;

 Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam


planning, yaitu standard.

54
Menurut Rachman (2009:84) mengemukakan tentang maksud pengawasan,
yaitu:

 Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana


yang telah ditetapkan;

 Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan


instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan;

 Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan dan


kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan perubahan-perubahan
untuk memperbaiki serta mencegah pengulangan kegiatan-kegiatan yang
salah;

 Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah dapat
diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapat efisiensi yang
lebih benar.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa maksud pengawasan
adalah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan segala sesuatunya
apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, serta mengukur tingkat
kesalahan yang terjadi, sehingga mampu diperbaiki ke arah yang lebih baik.
Pendapat Situmorang dan Juhir (2000:22) mengatakan bahwa tujuan
pengawasan adalah: Agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang
didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna (dan
berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan
terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (kontrol sosial) yang obyektif,
sehat dan bertanggung jawab; Agar terselenggaranya tertib administrasi di
lingkungan aparat pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat; Agar adanya
keluasan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau kegiatan, tumbuhnya budaya
malu dalam diri masing-masing aparat, rasa bersalah dan rasa berdosa yang
lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat.

Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan, Menurut Sule dan


Saefullah (2005:318-319) ada empat tujuan pengawasan tersebut adalah
adaptasi lingkungan, meminimumkan kegagalan, meminimumkan biaya, dan
mengantisipasi kompleksitas dari organisasi. Maka dapat dijelaskan sebagai
berikut: Adaptasi lingkungan, adalah agar perusahaan dapat terus di lingkungan

55
perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal;
Meminimumkan kegagalan, adalah ketika perusahaan melakukan kegiatan
produksi misalnya perusahaan berharap agar kegagalan seminimal mungkin;
Meminimumkan biaya, adalah ketiga perusahaan mengalami kegagalan; isasi.
Antisipasi komplesitas organisasi, adalah agar perusahaan dapat mengantisipasi
berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.
Sementara pendapat Siswandi (2000:83-84) mengatakan bahwa tujuan
pengawasan adalah

 Pengukuran kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan


hukum yang berlaku;

 Menjaga sumber daya yang dimiliki organisasi; Pencapaian tujuan dan sasaran
yang yang telah ditetapkan oleh Organisasi;

 Dipercayainya informasi dan keterpaduan informasi yang ada di dalam


organisasi;

 Kinerja yang sedang berlangsung dan kemudian membandingkan kinerja


aktual dengan standar serta menetapkan tingkat penyimpangan yang
kemudian mencari solusi yang tepat.
Sementara untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan
rencana, yang digariskan, mengetahui apakah sesuatu dilaksanakan sesuai
dengan instruksi serta asas yang ditentukan, mengetahui kesulitan-kesulitan dan
kelemahan-kelemahan dalam bekerja, mengetahui apakah sesuatu berjalan
efisien atau tidak, dan mencari jalan keluar jika ternyata dijumpai kesulitan-
kesulitan, kelemahan-kelemahan, atau kegagalan ke arah perbaikan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa pada


pokoknya tujuan pengawasan adalah:

 Membandingkan antara pelaksanaan dengan rencana serta instruksi-instruksi


yang telah dibuat;

 Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitankesulitan, kelemahankelemahan atau


kegagalankegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja;

 Untuk mencari jalan keluar apabila ada kesulitan, kelemahan dan kegagalan,
atau dengan kata lain disebut tindakan korektif.

56
Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah (2005:317.) Teknik
pengawasan, terdapat dua cara untuk memastikan pegawai merubah
tindakan/sikapnya yang telah mereka lakukan dalam bekerja, yaitu dengan
dilakukannya

 Pengawasan langsung (direct control)


Pengawasan langsung diartikan sebagai teknik pengawasan yang
dirancang bangun untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyimpangan
rencana. Dengan demikian pada pengawasan langsung ini, pimpinan
organisasi mengadakan pengawasan secara langsung terhadap kegiatan
yang sedang dijalankan, yaitu dengan cara mengamati, meneliti,
memeriksa dan mengecek sendiri semua kegiatan yang sedang dijalankan
tadi. Tujuannya adalah agar penyimpanganpenyimpangan terhadap
rencana yang terjadi dapat diidentifikasi dan diperbaiki. Pengawasan
langsung sangat mungkin dilakukan apabila tingkat kualitas para pimpinan
dan bawahannya rendah.

 Pengawasan tidak langsung (indirect control).


Pengawasan tidak langsung diartikan sebagai teknik pengawasan yang
dilakukan dengan menguji dan meneliti laporan-laporan pelaksanaan kerja.
Fungsi dari pengawasan sendiri adalah:

 Mempertebal rasa tangung jawab dari pegawai yang diserahi tugas dan
wewenang dalam pelaksanan pekerjan.

 Mendidik pegawai agar melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur


yang telah ditetapkan.

 Mencegah terjadinya kelalaian, kelemahan dan penyimpangan agar tidak


terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

 Memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar dalam pelaksanaan


pekerjan tidak mengalami hambatan dan pemboosanpemborosan.
Pengawasan depot air minum isi ulang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal dari air minum
atau air bersih yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan melalui surveilens
kualitas air secara berkesinambungan.

57
Dalam rangka memenuhi persyaratan air minum isi ulang sebagaimana
menurut keputusan Menkes No : 907/ Menkes/SK/VII/2002, maka perlu
dilaksanakan kegiatan pengawasan air minum isi ulang yang diselenggarakan
secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh
penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai
dengan persyaratan kualitas air minum yang tercantum dalam keputusan ini.
Pengawasan air minum isi ulang dalam hal ini meliputi:

 Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah


maupun swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem
perpipaan.

 Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah


maupun swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan
atau isi ulang.

Disisi lain bentuk Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh


Puskesmas melalui kegiatan:

 Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber
air baku,proses produksi,jaringan distribusi,air minum isi ulang dan air
minum dalam kemasan.

 Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/ di lapangan atau di


laboratorium.

 Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan.

 Memberi rekomendasi untuk mengatasi maslah yang ditemui dari hasil


kegiatan a,b,c yang ditujukan kepada pengelola penyediaan air minum.

 Tindak lanjut upaya penanggulangan/ perbaikan dilakukan oleh pengelola


penyedia air minum.

 Penyuluhan kepada masyarakat.


Keputusan Menteri perindustrian dan Perdagangan Nomor 651 Tahun 2004
tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Pengawasannya Pasal 7
mengatur tentang wadah yang berbunyi sebagai berikut:
 Depot Air Minum hanya diperbolehkan menjual produknya secara
langsung kepada konsumen dilokasi Depot dengan cara mengisi wadah
yang diibawa oleh konsumen atau disediakan Depot.

58
 Depot Air Minum dilarang memiliki “stock” produk air minum dalam wadah
yang siap dijual.Depot Air Minum hanya diperbolehkan menyediakan
wadah tidak bermerek atau wadah polos.
 Depot Air Minum wajib memriksa wadah yang dibawa oleh konsumen dan
dilarang mengisi wadah yang tidak layaknpakai,Depot Air Minum harus
melakukan pembilasan dan pencucian atau sanitasi wadah dan dilakukan
dengan cara yang benar.Tutup wadah yang disediakan oleh Depot Air
Minum harus polos/tidak bermerek.
 Depot Air Minum tidak diperbolehkan memasang segel/ ”shrink wrap” pada
wadah.

Pada persyaratan yang lain yang berkaitan dengan Surat keterangan laik
hygiene diberikan Dinas Kesehatan kepada pengusaha depot air minum yang
telah memenuhi syarat standar kualitas air minum. Hal ini dibuktikan dengan
adanya hasil uji laboratorium mengenai kandungan bakteri dan kimia yang
terdapat dalam air baku dan ataupun air yang dihasilkan depot air minum
tersebut. Surat keterangan laik hygiene dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
setelah adanya permohonan dari pemilik usaha depot. Pengeluaran surat
dilakukan setelah tim petugas yang diketuai sanitarian dari Dinas Kesehatan
melakukan pemeriksaan lapangan dan depot air minum tersebut dianggap telah
memenuhi persyaratan kualitas air sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 907 Tahun 2002 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.
Surat keterangan laik hygiene depot air minum dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu:
 Surat Keterangan Laik Hygiene sementara, masa berlakunya selama 6
(enam) bulan dan dapat diperpanjang.
 Syarat keterangan Laik Hygiene tetap, masa berlakunya selama 3 (tiga)
tahun dan dapat diperbaharui sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau
menjadi batal bilamana terjadi pergantian pemilik,pindah
lokasi/alamat,tutup atau dari hasil pemeriksaan Laboratorium dinyatakan
positif mengandung E.Coli atau menyebabkan terjadinya kerancuanan
serta jika depot air minum tersebut dianggap tidak lagi laik hygiene.

59
Surat keterangan laik hygiene yang telah diperoleh oleh pengusaha depot air
minum harus dipasang di dinding yang mudah dilihat oleh petugas dan
masyarakat konsumen.Sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 907/ Menkes/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air Minum, pada Pasal 10 tentangPembiayaan
mengatakan bahwa pemeriksaan sampel air minum sebagaimana dimaksudkan
dalamKeputusan ini dibebankan kepada pihak pengelola air minum,
pemerintahmaupun swasta dan masyarakat, sesuai dengan peraturan
perundang-undanganyang berlaku.
Berdasarkan lingkupnya, Menurut S.P Siagian (2000:140) pengawasan dibagi
dua yaitu:

 Pengawasan intern,yaitu pengawasan yang dilakukan oleh pejabat dimana


pejabat yang melakukan pengawasan tersebut mempunyai hubungan dari
segi pekerjaan dengan pihak yang diawasi. Atau jika pengawasan itu
dapat diimplementasikan secara luas dimana tidak hanya dilakukan dalam
hubungan dinas secara langsung dari segi organisasi atau suatu instansi,
tetapi juga diartikan sebagai pengawasan umum tingkat eksekutif.

 Pengawasan ekstern,yaitu pengawasan yang dilakuakan oleh suatu unit


pengawasan yang berada di luar organisasi yang di awasi dan tidak
mempunyai hubungan kedinasan dengan pihak yang diawasi.
Sebagaimana dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 736/ MENKES/PER/VI/2010 Tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas
Air Minum, Pasal 6 (enam) pengawasan eksternal dan pengawasan internal
dilakukan dengan 2 (dua) cara meliputi:
a. Pengawasan berkala;
b. Pengawasan atas indikasi pencemaran.

Sementara Pasal 7 (tujuh) mengatakan:


a. Pengawasan eksternal berkala untuk air minum dengan system jaringan
perpipaan dilakukan di titik terjauh pada unit distribusi.
b. Pengawasan eksternal berkala untuk depot air minum dilakukan di unit
pengisian galon atau wadah air minum.
c. Pengawasan eksternal berkala untuk air minum bukan jaringan perpipaan

60
dilakukan pada setiap sarana air minum.
Dan Pasal 8 (delapan):
a. pengawasan internal berkala untuk air minum dengan system jaringan
perpiaan dilakukan di setiap unit produksi dan unit distribusi.
b. Pengawasan internal berkala untuk depot air dilakukan di unit produksi
dan unit pengisian dan unit pengisian galon atau wadah air minum.
c. Pengawasan internal berkala untuk air minum bukan jaringan perpipaan
dilakukan pada setiap sarana air minum.

Peningkatan jumlah depot air minum idealnya berpengaruh positif terhadap


peningkatan akses air minum yang memenuhi syarat kualitas. Namun
kenyataannya hal tersebut belum dapat terwujud oleh karena masih banyaknya
ditemui air minum dari depot yang tidak memenuhi syarat. Beberapa hasil
penelitian yang menyebutkan banyaknya depot air minum yang memproduksi air
minum yang tidak syarat kesehatan menunjukkan lemahnya fungsi pengawasan
terhadap penyelenggaraan depot air minum. Permasalahan ini harus segera
diatasi dengan serius melalui fungsi pengawasan yang baik oleh pemilik depot air
minum, pemerintah, maupun masyarakat mengingat air minum merupakan hal
yang vital bagi kehidupan manusia. Pengawasan merupakan proses dalam
menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung
pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan
tersebut. Jadi fungsi pengawasan adalah penetapan standard kinerja dan tindakan
yang harus dilakukan untuk mencapai standar kinerja yang telah ditetapkan
sebelumnya, dengan demikian dalam melakukan pengawasan, ada tiga langkah
penting yang perlu diterapkan, yaitu:
1. Pengukuran terhadap hasil yang telah dicapai
2. Hasil kerja dibandingkan dengan tolok ukur yang telah dibuat dalam
perencanaan
3. Perbaikan segera terhadap penyimpangan yang ditemukan dengan mencari
faktor penyebab dan menentukan langkah dalam mengatasinya.
Pemerintah telah menetapkan standar kualitas air minum dan setiap pelaku
usaha yang memproduksi air minum, termasuk usaha depot air minum wajib
mematuhi peraturan tersebut. Hal ini berarti sudah jelas ada standar yang harus
dicapai yakni kualitas air minum yang diproduksi harus memenuhi syarat fisik,

61
kimia, mikrobiologis, dan radiologis. Tugas besar yang harus segera dilakukan
adalah bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh pemilik usaha depot air
minum dan pemerintah untuk mencapai standar kualitas air minum tersebut,
disinilah pentingnya fungsi pengawasan yang sungguh- sungguh baik oleh pelaku
usaha terlebih oleh pemerintah sebagai regulator.
Menurut Kepmenperindag RI No 651/MPP /Kep/l0/2004 tentang Persyaratan
Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, dikatakan bahwa pengawasan
terhadap depot diantaranya penggunaan air baku, proses produksi, mesin dan
peralatan, dan perdagangannya yang dilaksanakan secara berkala atau sewaktu
jika penting. Selain itu pemantauan juga dilakukan pada aspek sanitasi lingkungan
diantaranya kebersihan lingkungan pengolahan, bangunan, tempat cuci tangan,
pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah, aspek personal hygiene
karyawan, dan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang.
Pengawasan terhadap depot air minum dilakukan secara internal dan
secara eksternal. Berdasarkan subjek yang melakukan pengawasan, maka jenis
pengawasan terdiri dari 2 (dua) jenis, pertama pengawasan internal dan kedua,
pengawasan eksternal. Pengawasan internal (internal control) adalah
pengawasan yang dilakukan secara mandiri terhadap tugas yang dibebankan
kepada setiap pekerja, sedangkan pengawasan eksternal adalah pengawasan
yang dilakukan terhadap seseorang atau bagian oleh orang lain. Jadi
pengawasan secara internal terhadap depot air minum dilakukan oleh
penyelenggara air minum sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota atau oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) khusus
untuk wilayah kerja KKP.
Pengawasan eksternal terhadap depot air minum dapat dilakukan secara
optimal melalui pendekatan sistem., yang terdiri dari komponen- komponen:
1. Input (Masukan)
Input adalah sumber daya yang dikonsumsikan oleh suatu sistem, dalam hal
ini menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya yang digunakan untuk
mendukung proses pelaksanaan kegiatan program pengawasan
penyelenggaraan depot air minum, meliputi:
 Sumber Daya Manusia (Man)
Sumber daya manusia dalam suatu organisasi memiliki peran dan
fungsi penting bagi pencapaian tujuan yang hendak dicapai oleh sebuah

62
organisasi. Sumber daya manusia dalam suatu organisasi mencakup
keseluruhan manusia yang terlibat dalam operasionalisasi kegiatan
perusahaan atau sebuah organisasi mulai dari level paling bawah hingga
level paling atas. Keseluruhan sumber daya manusia memiliki peran yang
sama dalam mencapai tujuan perusahaan walaupun ada perbedaan level,
sehingga jika terjadi pengabaian terhadap salah satu bagian dari sumber
daya tersebut maka akan berimplikasi serius terhadap terhambatnya
pencapaian tujuan organisasi.
Pengawasan depot air minum secara eksternal oleh dinas kesehatan
dilakukan oleh sumber daya manusia yang telah ditetapkan secara
terstruktur berdasarkan aturan atau kebijakan pemerintah. Petugas
pengawasan depot air minum pada dinas kesehatan yang menangani
langsung pengawasan depot air minum berada di seksi penyehatan
lingkungan sedangkan petugas pengawasan dari puskesmas berada di
seksi sanitasi. Keseluruhan petugas yang terlibat pada pengawasan depot
air minum ini memiliki peranan yang sama pentingnya sebagai ujung
tombak dalam pelaksanaan penyelenggaraan pengawasan depot air
minum.
Menurut Stoner manajemen sumber daya manusia merupakan suatu
prosedur yang berkelanjutan untuk memasok suatu organisasi atau
perusahaan dengan orang- rang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi
dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.
Terwujudnya sumber daya manusia atau petugas pengawasan depot air
minum yang produktif, efektif dan efisien ditentukan oleh keberhasilan
manajemen sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang efektif dapat diartikan sebagai petugas
yang mampu melakukan pekerjaan yang benar, efisien maksudnya
pekerja yang mampu melakukan sesuatu dengan benar. Hal penting di sini
adalah bagaimana mendapatkan dan memelihara orang yang tepat
sebagai petugas pengawas depot air minum baik di dinas kesehatan kota
maupun di puskesmas Penempatan petugas sesuai bidang keilmuan dan
kualifikasi pendidikan menjadi salah satu penentu tercapainya petugas
pengawasan yang efektif dan efisien. Selain itu pemeliharaan petugas
juga hal yang sangat penting, diantaranya pelatihan dan pengembangan,

63
penilaian kinerja, insentif atau reward, kesemuanya ini dapat meningkatkan
kinerja petugas dalam melakukan pengawasan depot air minum.
 Dana (Money)
Dana merupakan anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan
suatu program. Aspek keuangan berperan penting dalam terlaksananya
program pengawasan depot air minum, dalam hal ini pemerintah tentu
harus mengalokasikan anggaran keuangan untuk pelaksanaan
pengawasan tiap tahunnya, tanpa keuangan yang terencana dengan baik,
tidak akan berjalan program pengawasan, padahal pengawasan harus
ketat dilakukan sebab kecenderungan untuk terjadinya produksi air
minum dari depot yang tidak sesuai standar akan berpotensi besar. Biaya
yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan pengawasan depot air
minum dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
Biaya pada program pengawasan depot air minum ini dialokasikan
untuk berbagai keperluan diantaranya biaya pengadaan sarana dan
prasarana, biaya maintenance sarana dan prasarana seperti biaya
kalibrasi alat-alat laboratorium, perawatan alat transportasi dan
komunikasi, perawatan software dan hardware. Alokasi biaya lainnya
adalah untuk pelaksanaan di lapangan seperti biaya transportasi petugas
dan pemeriksaan air baku di laboratorium kesehatan lingkungan dinas
kesehatan.
 Sarana dan Prasarana (Material)
Sarana dan Prasarana merupakan alat yang dibutuhkan dalam
menunjang pelaksanaan kegiatan pengawasan penyelenggaraan depot
air minum berupa bangunan laboratorium yang memenuhi standar
nasional, sarana transportasi, komunikasi, teknologi komputer serta
tersedia software sebagai alat untuk pencatatan dan pelaporan kegiatan
pengawasan.
 Metode (Method)
Metode adalah suatu prosedur dan cara yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan program pengawasan. Pengawasan terhadap
penyelenggaraan depot air minum dilakukan secara langsung maupun

64
tidak langsung (indirect supervision). Siagian (2008) menyebutkan bahwa
pengawasan tidak langsung merupakan pengawasan yang dilakukan oleh
bawahan sehingga atasan hanya melihat catatan, dokumentasai. dan
laporan kegiatan, jadi teknik pengawasan dilakukan dengan laporan lisan
dan tertulis. Sedangkan pengawasan langsung dilakukan dengan inspeksi
langsung, observasi di tempat dan laporan di tempat. Pengawasan depot
air minum oleh dinas kesehatan dilakukan dengan metode secara
langsung berupa observasi menggunakan check list dan buku pedoman
pengawasan kualitas air minum. Pengawasan tidak langsung dilakukan
melalui laporan puskesmas setiap bulannya.
2. Proses (Process)
Stoner dkk (1995) menyebutkan manajemen merupakan suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Henry Fayol menyebutkan bahwa fungsi-fungsi manajemen yang
utama yang harus dilakukan manajer adalah antara lain:
1. Perencanaan untuk menentukan tujuan dan arah tindakan yang diikuti
2. Pengorganisasian untuk membagi pekerjaan diantara kelompok
3. Penggerakan anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas yang
telah ditentukan sebelumnya
4. Pengawasan kegiatan-kegiatan untuk menyesuaikan dengan rencana
5. Pengendalian sumber daya agar beroperasi secara optimal
Jadi untuk tercapainya tujuan secara efektif dan efisien maka perlu
didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen. Program pengawasan
penyelenggaraan depot air minum akan tercapai secara efektif dan efisien
tentu jika dilaksanakan melalui fungsi-fungsi menajemen itu sendiri, yang
terdiri dari:
 Perencanaan (Planning)
Robbins dan Coulter (2002) menyebutkan bahwa perencanaan
merupakan suatu proses yang diawali dengan menetapkan tujuan
organisasi, menentukan strategi untuk mencapai tujuan organisasi
secara menyeluruh serta merumuskan sistem perencanaan yang

65
menyeluruh untuk mengintregrasikan dan mengkoordinasikan seluruh
pekerjaan organisasi hingga tercapai tujuan organisasi. Jelas terlihat
perencanaan berguna untuk merumuskan sesuatu yang ingin dicapai
oleh suatu organisasi serta bagaimana cara mewujudkannya melalui
rangkaian rencana kegiatan.
Sebelum melakukan pengawasan terhadap depot air minum, tentu
banyak aspek penting yang perlu direncanakan secara matang, yang
meliputi Sumber Daya Manusia secara kualitas maupun kuantitas,
program kerja dan tugas pokok dan fungsi, pendanaan, sarana dan
prasarana, pembahasan rencana kerja seksi, serta perencanaan waktu
pelaksanaan program. Program penyehatan kualitas air merupakan
salah satu tugas pokok dari seksi penyehatan lingkungan di samping
pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan umum dan
penyehatan sanitasi makanan dan minuman.
Perencanaan dana merupakan aspek penting yang harus
dilakukan secara matang untuk dapat terlaksananya program
pengawasan depot air minum dengan efektif. Perencanaan dana atau
biaya untuk alokasi pelatihan SDM, sarana, prasarana dan operasional
yang berasal dari APBD biasanya dilaksanakan pada awal tahun.
Perencanaan waktu dalam hal ini menyangkut perencanaan waktu
pelaksanaan pengawasan dan waktu pelaporan hasil pengawasan
penyelenggaraan depot air minum. Dalam hal ini perlu dilakukan aturan
yang tegas bagi petugas pengawas agar menyampaikan laporan hasil
kegiatan pengawasannya dengan tepat waktu.
Sarana dan prasarana penunjang mestinya harus direncanakan
dengan baik seperti laboratorium kesehatan lingkungan, kendaraan
operasional, komputer dilengkapi printer, dan alat komunikasi serta
sarana lainnya yang dapat menunjang kelancaran kegiatan pengawasan
depot air minum. Pada lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan
tenaga sanitarian, disebutkan bahwa pemerintah kabupaten/kota
melengkapi sanitarian yang bertugas dengan peralatan kesehatan
lingkungan khususnya untuk kualitas air yaitu water contamination
monitoring test kit, water quality GPS multi parameter, simple water test

66
kit, waste water test kit, dan water test kit for microbiology.
 Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang berhubungan
dengan pembagian tugas. Pengorganisasian dilakukan dengan
mengalokasikan keseluruhan sumber daya organisasi sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan kerangka kerja
organisasi. Jadi pengorganisasian merupakan proses pengaturan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi.
Shcermerhon (1996) menyebutkan pengorganisasian terdiri dari
pembagian pekerjaan, penugasan, pengalokasian sumber daya dan
koordinasi pekerjaan.
Pengorganisasian merupakan salah satu komponen penting dalam
pelaksanaan pengawasan depot air minum. Adanya pembagian tugas (job
description) yang jelas untuk setiap tenaga yang terlibat dalam
pengawasan depot air minum dilaksanakan oleh Bidang Pengendalian
Masalah Kesehatan (PMK) dengan pelaksana kegiatan Sub bidang
Kesehatan Lingkungan.
 Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (actuating) merupakan usaha untuk menciptakan kerja
sama diantara pelaksana kegiatan untuk tercapainya tujuan organisasi
dengan efektif dan efisien. Pelaksanaan sebagai salah satu fungsi
manajemen bertujuan untuk:
1. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
2. Meningkatkan kapabilitas dan keterampilan petugas
3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai apa yang menjadi tanggung
jawabnya
4. Organisasi dapat berkembang lebih dinamis Pengawasan terhadap
depot meliputi penggunaan air baku, proses produksi, mesin dan
peralatan, serta perdagangannya dilakukan secara berkala atau
sewaktu-waktu diperlukan. Pengawasan terhadap depot air minum
mencakup beberapa aspek yakni aspek sanitasi lingkungan diantaranya
kebersihan lingkungan pengolahan, bangunan, tempat cuci tangan,
pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah, aspek personal

67
hygiene karyawan, dan kualitas bakteriologis pada depot. Pengawasan
eksternal dan internal dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara
berkala dan atas indikasi pencemaran. Pengawasan eksternal berkala
dilaksanakan pada unit pengisian wadah air minum, sedangkan untuk
pengawasan internal berkala dilakukan pada unit pengolahan dan unit
pengisian wadah air minum.
 Pengawasan (Controlling) dan Evaluasi (Evaluation)
Program pengawasan depot air minum dalam pelaksanaannya
perlu dilakukan pengawasan oleh kepala dinas kesehatan dibantu oleh
Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) dengan tujuan
untuk menjaga agar kegiatan tetap mengarah pada tujuan dan
mencegah terjadinya kesalahan. Pengawasan dilakukan terhadap
laporan kegiatan yang berupa dokumentasi, laporan lisan dan dokumen
laporan tertulis kegiatan yang dilakukan. Controlling terhadap kegiatan
pengawasan depot air minum dilakukan saat kegiatan berlangsung,
dalam hal ini perlu segera dilakukan perbaikan jika seandainya
ditemukannya penyimpangan pada pelaksanaan kegiatan pengawasan.
Program pengawasan depot air minum tidak hanya sampai pada
tahap controlling tetapi juga perlu dilakukan evaluasi terhadap
keseluruhan komponen pada program pengawasan depot air minum.
Evaluasi dalam hal ini dimaksudkan terhadap output yang dilaksanakan
setelah kegiatan selesai untuk mengetahui apakah output, effect atau
out come program sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Evaluasi pada program pengawasan depot air minum dilakukan
dengan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output)
dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar kegiatan
pengawasan depot air minum yang telah ditetapkan sebelumnya untuk
mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat capaian dari program
pengawasan depot air minum serta sebagai dasar penetapan rencana
tindak lanjut
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pengawasan eksternal dan
internal air minum perlu dilakukan oleh pihak penyelenggara maupun
dinas kesehatan kabupaten/kota dan KKP. Penyelenggara air minum

68
wajib mencatat setiap kegiatan yang menyangkut pengawasan internal
diantaranya rencana pengambilan dan pengujian sampel air minum,
detail setiap data sampel, inspeksi sanitasi dan pengujian sampel air
minum. Dinas kesehatan kabupaten/kota dan atau KKP juga harus
melakukan pencatatan terhadap hasil kegiatan pengawasan eksternal
dalam hal ini inspeksi sanitasi dan pengujian sampel air minum.
Penyelenggara air minum melaporkan hasil pengujian sampel air minum
di titik terjauh unit distribusi setiap bulan, temuan hasil pengawasan
internal, penjelasan ringkas tentang area yang bermasalah dan tindakan
perbaikan yang dilakukan kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota. Sementara pelaporan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota dan atau KKP dilakukan dengan mengirimkan laporan
pengawasan kualitas air minum berdasarkan laporan penyelenggara air
minum dan hasil pengawasan eksternal kepada bupati/walikota setempat.
5. Output
Output didefinisikan sebagai hasil langsung dari suatu sistem. Output
atau hasil tentu diharapkan mencapai standard yang telah ditetapkan di
awal. Ketika pencapaian hasil tidak sesuai dengan standard yang ditetapkan
maka perlu adanya evaluasi sehingga dapat dilakukan umpan balik
(feedback), untuk memperbaiki atau melengkapi setiap komponen dalam
sistem. Hasil yang diharapkan dari pengawasan depot air minum adalah
tercapainya pengawasan yang optimal terhadap penyelenggaraan depot air
minum isi ulang. Tercapai atau tidaknya pengawasan yang optimal terhadap
penyelenggaraan depot perlu dievaluasi sehingga dengan demikian dapat
diberikan feedback untuk perbaikan berbagai unsur dalam sistem
pengawasan.
6. Out come
Out come merupakan hasil atau dampak tidak langsung dari proses suatu
sistem. Tercapainya pengawasan yang optimal terhadap depot air minum
akan menimbulkan dampak positif bagi tercapainya produksi air minum yang
aman dengan kualitas yang memenuhi syarat. Peningkatan jumlah depot
yang memproduksi air minum yang memenuhi standard kualitas tentu akan
berbanding lurus dengan peningkatan jumlah masyarakat yang dapat

69
mengakses air minum yang syarat dengan kesehatan. Peningkatan akses
masyarakat akan air minum yang memenuhi standard kualitas akan
berpengaruh positif dalam penurunan angka kesakitan pada kejadian water
borne disease

Dalam pembinaan dan pengawasan DAMIU masing-masing aktor ini


mempunyai peran yang berbeda, yaitu sebagai berikut :
1. Pemerintah
Secara ringkas peran dari pemerintah adalah sebagai berikut:
a) Menyediakan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan DAMIU
b) Melakukan pembinaan kepada masyarakat agar selektif dalam memilih
air minum isi ulang untuk dikonsumsi
c) Melakukan pengawasan kepada DAMIU yang berkaitan dengan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap depot
2. Privat Sector (swasta atau pemilik usaha)
Secara ringkas peran dari swasta atau pemilik depot adalah sebagai berikut:
a) Menjalankan dan mematuhi semua aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah
b) Bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat ketika
mengkonsumsi barang yang dikomersialkan
3. Civil Society (Masyarakat)
Secara ringkas peran dari masyarakat adalah sebagai berikut:
a) Obyek sekaligus subyek dari pembinaan dan pengawasan DAMIU
b) Berpartisipasi dalam melakukan kontrol terhadap pihak swasta

70
DAFTAR PUSTAKA

Agmalini, S., Narke NL., Nasir S. (2013). Peningkatan Kualitas Air Rawa
Menggunakna Membran Keramik Berbahan Tanah Liat Alam dan Abu Terbang
Batubara. Jurnal Teknik Kimia.Vol.19:59-68.
Alfian, Azyyati Ridha. (2017). Analisis Perbandingan Efektivitas Praktik Perebusan
dengan Praktik Filtrasi Keramik Terhadap Kualitas Mikrobiologi Air Minum. (Tesis
Magister, Universitas Padjadjaran, 2017).
Alfian, Azyyati Ridha., dkk (2020). Modul Elektronik Penyediaan Air Bersih dan
Penyehatan Lingkungan. Universitas Andalas
Clasen, T.,dkk. (2008). Microbiological Effectiveness and Cost of Disinfecting Water
by Boiling in Semi-urban India. The American Journal of Tropical Medical and
Hygiene.
Clasen, T.,dkk. (2008). Microbiological Effectiveness and Cost of Boiling to Disinfect
Drinking Water in Rural Vietnam. Enviromental Science and Technology.
Cope MAB, Gutierrez SAS, Mañalac MMC, Ocampo MLA, Pauline P. Perez PP,
Quizon RR. Knowledge and Practices of Water Refilling Station Owners and
Operators in Providing Safe and Wholesome Drinking Water Supply in One
Municipality of Cavite. Acta Medica Philiphina. 2013;47(2):22–30. 15.
Direktorat Penyehatan Lingkungan; Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan. Pedoman pelaksanaan
penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum. Jakarta: Ditjen PP-PL: 2010
Fangidae, Astry Yonitha dkk. (2020). Gambaran Sanitasi Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) di Kelurahan Lasiana Tahun 2019. Timorese Journal of Public Health, 1(4)
hal.164-169
Gebauer H, Saul CJ. Bussiness model intervention in the water sector in developing
countries. Sci Total Environ. 2014;488–9: 512–20.
Hartopo. (2014). Kajian Efektivitas Campuran Lempung Bekonang dan Andisol
Gunung Lawu Sebagai Penjerap Logam Berat Mangan (Mn) Untuk Peningkatkan
Kualitas Air.
Hunter, P. (2009). Household Water Treatment in Developing Countries: Comparing
Different Intervention Types Using Meta-Regression. Enviromental Science and
Technology.
Keputusan Menteri Perindustrian dan dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Dan
Perdagangannya

71
Kiantoa A, Sáenzb J, Aramburub N. Knowledge-based human resource
management practices, intellectual capital and innovation. J Business Res.
2017;81:11– 20.
Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum
Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi DAM
(Depot Air Minum) Isi Ulang
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/
MENKES/PER/VI/2010 Tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Nordin RN.,dkk. (2006). The Use and Performance of BioSand Filters in
theArtibonite Valley of Haiti: a Field Study of 107 Households. Rural and Remote
Health.
Nurhasanah, Nuri dan Bening Hadilinatih.(2019). Kolaborasi dalam Peningkatan
Kualitas Layanan Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Sleman,DIY. Jurnal
Erensia Publika, 3(1) hal.39-57
Purba, Imelda Gernauli. (2015). Pengawasan Terdahap Penyelenggaraan Depot Air
Minum dalam Menjamin Kualitas Air Minum Isi Ulang. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 6(2)
Said, NI. (2009). Uji Kinerja Pengolahan Air Siap Minum Dengan Proses Biofiltrasi,
Ultrafiltrasi Dan Reverse Osmosis (Ro) Dengan Air Baku Air Sungai.
Samir, V.,dkk. (2010). Microbiologic Effectiveness Of Boiling And Safe Water
Storage in South Sulawesi, Indonesia. Journal of Water and Health.
Shrestha, LG &amp; Shrestha R. (2000). Boiling. Sustainable Sanitation and Water
Management.
Simanjuntak, Samuel dan Mikael Mahin. (2019). Pengawasan Terhadap Depor Air
Minum Isi Ulang. Fokus, 17(1) hal.105-120
Stauber, CE.,dkk. (2006). A Randomized Controlled Trial of the Concrete Biosand
Filter and Its Impact on Diarrheal Disease in Bonao, Dominican Republic.
Stauber, CE.,dkk. (2008). Characterisation of the Biosand Filter for E.Coli
Reductions from Household Drinking Waer Under Controlled Laboratory and Field
Use Conditions.
Sumatri, A. (2015). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

72
Wandrivel R, Netty S, Yuniar L. Kualitas air minum yang diproduksi depot air minum
isi ulang di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan persyaratan mikrobiologi.
Jurnal Kesehatan Andalas[seri di internet]. 2012 [disitasi 20 April 2015]; 1(3): [129-
33]
World Health Organization. (2002). Managing Water in The Home : Accelerated
Health Gains From Improved Water Supply. Geneva: Protection of the Human
Environment Water, Sanitation, and Health
World Health Organization. (2011). Guidelines for Drinking Water Quality.
Yudo, Satmoko dan P Nugro Rahardia. (2005). Evaluasi Reknologi Air Minum Isi
Ulang di DKI Jakarta. JAI, 1(3) hal.251-263

73
BIOGRAFI PENULIS

Azyyati Ridha Alfian, SKM., MKM., lahir di Pariaman pada 8


Januari 1992. Lulus di S1 Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas tahun 2014, lalu melanjutkan studi S2 di Universitas
Padjadjaran Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan lulus tahun
2017. Saat ini menjadi salah satu dosen di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas dengan bidang ilmu Kesehatan
Lingkungan. Pernah mendapatkan dan menjadi alumni student
exchange program Urban Environment and Health in Asia
(UEHAS) di Tokyo University. Telah menerbitkan buku-buku dan
memiliki HAKI dalam bidang Kesehatan Air dan Penyehatan
Lingkungan

Fea Firdani,SKM, MKM. lahir pada tanggal 24 Desember 1992 di


Payakumbuh, Sumatera Barat. Menyelesaikan pendidikan S1 pada
tahun 2015 di Progam Studi Ilmu Kesehatan Masayarakat, bidang
ilmu K3 dan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Andalas. Kemudian melanjutkan studi S2
di Universitas Indonesia jurusan Epidemiologi Kesehatan
lingkungan dan berhasil menyelesaikan pada tahun 2018. Saat ini
aktif sebagai dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Andalas dari tahun 2019.

Putri Nilam Sari, SKM, M.Kes. lahir di Bukittinggi, 13 Maret 1989.


Menamatkan studi S2 Kesehatan Masyarakat di Universitas
Andalas pada pada tahun 2012. Saat ini menjadi salah satu dosen
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas.
Menerbitkan berbagai artikel penelitian pada publikasi nasional dan
internasional terkait kesehatan lingkungan. Pernah mendapatkan
Research Award dari Kurita Water and Environment Foundation
(KWEF) pada tahun 2017 dan telah mengikuti sejumlah pelatihan
internasional terkait perubahan iklim dan kesehatan lingkungan.

Rosya Triana Dinata,SKM. lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat


pada 27 Juni 1998. Menyelesaikan Studi di S1 pada tahun 2020 di
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, peminatan Kesehatan
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas dengan judul Skripsi
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja pada Perawat
Ruang Rawat Inap RSUD dr.Adnaan WD Kota Payakumbuh Tahun
2020”.

74

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai