Anda di halaman 1dari 4

Nama: Lini Astriani

NIM: 05101281924097

Tugas Meresume Jurnal_Fisika Tanah B

Temperatur

Jurnal Kultivasi Vol. 16 (3) Desember 2017

Judul: Kompleksitas pengaruh temperatur dan kelembaban tanah terhadap nilai pH tanah di
perkebunan jambu biji varietas kristal (Psidium guajava l.) Bumiaji, Kota Batu

Hasil resume:

Temperatur tanaman jambu biji kristal secara umum:

Pertumbuhan tanaman jambu biji kristal yang baik memerlukan temperatur tanah berkisar
antara 30 °C. Akan tetapi tanaman jambu masih dapat tumbuh pada suhu di atas 35 °C, namun
pertumbuhan dan produksinya akan menjadi kurang baik. Keadaan temperatur udara di suatu
daerah atau wilayah berkaitan erat dengan ketinggian tempat (mdpl). Dimana setiap kenaikan
tinggi tempat 100 m, suhu menurun 0,61 °C. Sementara, pertumbuhan tanaman di pengaruhi oleh
temperatur.

Adapun dari data yang di dapat. Temperatur tanah pada kedalaman tanah 0 cm di
perkebunan jambu biji kristal umur tanaman 11 tahun memiliki rata-rata 20.8 °C, umur 6 tahun
rata-rata 26.4 °C, sedangkan pada pertanaman jambu biji kristal umur 5 tahun yaitu 28,8 °C.
Sedangkan pada kedalaman 30 cm temperatur tanah pada perkebunan jambu biji kristal umur 11
tahun memiliki rata-rata 19.04 °C, umur tanaman 6 tahun memiliki temperatur tanah rata-rata
sebesar 21,4 °C sedangkan pada umur tanaman 5 tahun rata-rata temperatur tanah mencapai 27.8
°C. Dari data yang telah diperoleh tersebut, pada kedalaman 0 cm dengan kedalaman 30 cm
ditingkat variasi umur tanaman 11 tahun, 6 tahun dan 5 tahun memiliki hasil yang berbeda-beda.
Semakin tua umur tanaman jambu biji varietas kristal memiliki temperatur tanah yang relatif
sangat rendah baik pada kedalaman 0 cm dan kedalam 30 cm. Hal ini berkaitan dengan
temperatur tanah yang merupakan suatu sifat tanah yang sangat penting, secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan juga terhadap kelembaban, aerasi struktur, aktivitas
mikrobial, dan enzimatik, dekomposisi sisa tanaman dan ketersediaan hara tanaman.

Temperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagai-
mana halnya air, udara dan unsur hara. Temperatur tanah juga sangat mempengaruhi aktivitas
mikrobial tanah dan aktiivitas ini sangat terbatas pada temperatur di bawah 10 °C, laju optimum
aktivitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada temperatur 18-30 °C, seperti bakteri
pengikat N pada tanah berdrainase baik. Adapun fungsi dari temperatur itu pada tanah istilah
untuk menyatakan intensitas atau tingkat panas yang berfungsi sebagai indikator tingkat atau
derajat aktivitas molekuler (Hanafiah, 2012).

Ada beberapa faktor yang membuat tinggi rendahnya temperatur tanah. yaitu terdapat
dari faktor luar antara lain radiasi matahari, awan, curah hujan, kecepatan angin dan kelembaban
udara. Sedangkan untuk faktor dalam meliputi faktor tanah yang meilupti struktur tanah, kadar
air tanah, kandungan bahan organik, pH tanah dan warna tanah. Makin tinggi suhu makan
semakin cepat pematangan pada tanaman (Ardhana dan Gede, 2012).
Aerasi

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 3: 213-222 2014

Oleh: Dian Krisnawati, Sugeng Triyono dan M. Zen Kadir

Judul: Pengaruh aerasi terhadap pertumbuhan tanaman baby kalian (Brassica oleraceae var.
achepala) pada teknologi hidroponik system terapung di dalam dan luar greenhouse

Hasil resume:

Kailan (Brassica oleraceae var achepala) atau kale merupakan sayuran yang masih satu
spesies dengan kol atau kubis (Brassica oleracea). Sistem bubidaya yang dapat menghasilkan
produk yang berkualitas tinggi adalah teknologi hidroponik. Hidroponik adalah cara bercocok
tanam tanpa menggunakan tanah melainkan menggunakan air sebagai suplai hara dan mineral
terhadap pertumbuhan tanaman. Teknologi hidroponik tidak terlepas dari penggunaan
greenhouse. Greenhouse digunakan untuk melindungi tanaman dari gangguan luar seperti angin
kencang, hujan deras, radiasi matahari dan kelembaban yang tinggi. Namun demikian
penggunaan greenhouse sering menimbulkan efek negatif yaitu meningkatnya suhu di dalam
greenhouse sehingga menyebabkan tanaman mengalami kelayuan (Hadiutomo, 2012). Untuk
menghemat listik maka digunakanlah sistem Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST).

Manipulasi aerasi daerah perakaran perlu dilakukan untuk mengatasi masalah


deoksigenasi pada Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST). Salah satu usaha untuk
memanipulasi aerasi di zona perakaran yaitu dengan melakukan pemberian udara ke dalam
larutan hara tanaman menggunakan pompa atau kompresor. Selain menggunakan aerator,
memodifikasi styrofoam menggantung (tidak menyentuh larutan nutrisi secara langsung) juga
dapat sebagai sumber aerasi zona perakaran.

Kelembaban relatif atau Relatif Humidity (RH) rata-rata di dalam greenhouse lebih kecil
dibandingkan di luar greenhouse, atap greenhouse dapat menghalangi radiasi matahari sehingga
dapat mengurangi intensitas radiasi matahari yang berlebihan. Struktur greenhouse yang tertutup
menyebabkan pergerakan udara di dalam greenhouse relatif lebih sedikit sehingga laju
pertukaran udara dengan lingkungan luar sangat kecil. Hal ini menyebabkan temperatur udara di
dalam greenhouse relatif lebih tinggi daripada di luar.
Radiasi matahari gelombang pendek yang masuk ke dalam greenhouse melalui atap
diubah menjadi gelombang panjang. Radiasi matahari gelombang panjang tidak dapat keluar dari
greenhouse dan terperangkap di dalamnya. Hal ini menimbulkan greenhouse effect yang
menyebabkan meningkatnya temperatur udara di dalam greenhouse. Temperatur yang tinggi
menyebabkan penguapan air di udara terbuka berlangsung lebih cepat.

Pada variabel indeks luas daun (ILD) menunjukkan bahwa perlakuan aerasi dan
greenhouse berpengaruh nyata pada 4 MST. Dimana pemberian aerasi di luar greenhouse
menghasilkan indeks luas daun (ILD) tanaman lebih besar dibandingkan di dalam greenhouse.
Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada di luar greenhouse menerima cahaya lebih
banyak dibandingkan di dalam greenhouse sehingga proses fotosintesis berlangsung lebih cepat
akibatnya daun menjadi lebih luas. Luas daun tanaman mempengaruhi besarnya penguapan air
melalui daun. Hal ini menyebabkan evapotranspirasi tanaman di luar greenhouse relatif lebih
besar dibandingkan di dalam greenhouse meskipun tidak berbeda nyata.

Pada pertumbuhan generatif tanaman (panen) menunjukkan bahwa pemberian aerasi di


luar greenhouse meningkatkan produksi atau hasil panen pada parameter diameter batang, berat
brangkasan total, berat brangkasan atas (tajuk), dan berat brangkasan bawah (bobot akar).
Pemberian aerasi di luar greenhouse berpengaruh terhadap hasil panen tanaman baby kailan.
Perlakuan penggunaan aerator di luar greenhouse (N1A1) merupakan perlakuan dengan hasil
panen tertinggi pada semua aspek pegamatan. Hal ini terjadi karena perlakuan N1A1 menerima
cahaya yang optimal untuk proses fotosintesis dan akar tanaman berada pada larutan nutrisi
dengan kandungan oksigen.

Perlakuan aerator di luar greenhouse (N1A1) memiliki hasil yang baik pada pertumbuhan
dan hasil tanaman, tetapi perlakuan aerator di dalam greenhouse (N0A1) tidak lebih baik
dibandingkan perlakuan lain di dalam greenhouse. Hal ini terlihat pada hampir semua aspek
pengamatan, perlakuan N0A1 lebih rendah dibandikan perlakuan styrofoam menggantung
(N0A2) dan styrofoam menyentuh larutan nutrsi (N0A3) di dalam greenhouse. Perlakuan N0A1
memiliki pertumbuhan yang relatif tinggi hanya pada parameter jumlah daun pada 2 MST. Hal
ini disebabkan karena penggunaan aerator di dalam greenhouse menyebabkan beberapa unsur
hara menempel pada plasik penampung akibat gelembung udara yang keluar dari aerator.

Anda mungkin juga menyukai