Anda di halaman 1dari 4

Kentang (Solanum tuberosum L.

) termasuk famili terung-terungan dan merupakan salah satu


komoditas sayuran yang banyak mendatangkan keuntungan bagi petani, mempunyai dampak baik dalam
pemasaran dan ekspor, tidak mudah rusak seperti sayuran lain, dan merupakan sumber kalori, protein dan
juga vitamin (Diwa et al. 2015). Kentang merupakan sayuran umbi dan dipanen bagian umbinya sebagai
sumber karbohidrat pengganti nasi. Varietas yang dianjurkan dalam penanaman tanaman kentang adalah
Granola, Atlantik, Manohara, Krespo, atau varietas lainnya yang tahan terhadap penyakit busuk daun/layu
bakteri. Varietas tanaman kentang yang sangat mendominasi untuk saat ini adalah Granola sebagai
kentang sayur dan Atlantik sebagai kentang olahan (Diwa et al. 2015). Tanaman kentang menghendaki
kondisi iklim yang ideal dengan suhu rata-rata harian antara 18 sampai 24 derajat Celsius, kelembaban 70
sampai 90 persen, dan sinar matahari 15 sampai 18 derajat (Gunawan 2009; Ruchjaniningsih et al. 2019).

Masalah yang sering muncul pada penanaman di daerah dataran rendah tersebut yaitu sulitnya
mencari bibit kentang dengan kualitas unggul. Benih bermutu dan varietas unggul dapat menghasilkan
tingkat keseragaman yang tinggi, berproduktivitas tinggi dan sehat (Diwa et al. 2015). Selain itu, hal
tersebut juga dapat memengaruhi resistensi terhadap hama. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk meningkatkan produktivitas yaitu dengan menggunakan metode aeroponik.

Aeroponik merupakan merupakan suatu cara bercocok tanam yang tidak jauh berbeda dengan
sistem hidroponik yaitu memanfaatkan air untuk pemberian nutrisi pada tanaman (Setiawan 2019).

Aeroponik adalah sistem bercocok tanam di udara tanpa menggunakan tanah. Jadi, akar tanaman
dibiarkan tumbuh menggantung tanpa media tanah, pada tempat yang telah dijaga kelembapannya.

Sistem tanam ini memerlukan air dan sekilas hampir sama dengan hidroponik. Namun, pada
aeroponik, air diberikan larutan hara lalu disemburkan ke akar tanaman dalam bentuk kabut dan cara
kerja ini disebut juga pengabutan. Lalu, akar tanaman akan menyerap larutan hara yang membantunya
untuk tumbuh dengan baik.

Proses pengabutan ini dilakukan terus menerus hingga panen. Jika memang harus berhenti atau off,
sebaiknya tidak lebih dari 15 menit. Tujuannya supaya pengabutan menurunkan suhu di sekitar daun dan
mengurangi evapotranspirasi sehingga tanaman selalu segar.

Saat ini banyak petani yang menerapkan sistem tanam aeroponik. Petani rumahan di perkotaan yang
menanam sayuran untuk kebutuhan pribadi pun mulai menerapkan aeroponik. Hal ini karena aeroponik
memiliki beberapa keunggulan berikut ini, seperti yang dilansir dari Petaniindo:

1. Sistem aeroponik membantu lingkungan dengan menghemat air.


2. Sistem aeroponik mengurangi jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat.
3. Karena akar di udara, tanaman menerima lebih banyak oksigen.
4. Oksigen tambahan yang tanaman terima dapat meringankan pertumbuhan patogen berbahaya.
5. Larutan nutrisi yang digunakan lebih hemat. Hal ini karena saat proses pengabutan pada sistem
aeroponik, akar tanaman menyerap langsung nutrisi yang diberikan. Tidak ada larutan yang
terbuang sia-sia dan tanaman tumbuh dengan segar.

Meskipun memiliki banyak keunggulan, sistem aeroponik juga memiliki kekurangan, yaitu:

1. Biaya pembuatan sistemnya cukup mahal.


2. Alat bergantung pada listrik, sehingga ketika aliran listrik mati, alat tidak bisa bekerja.
3. Cara Kerja Sistem Aeroponik
a. Penggunaan sprinkler dapat menjamin ketepatan waktu penyiraman, jumlah air dan
keseragaman distribusi air di permukaan tanah secara terus-menerus selama produksi
tanaman dengan masukan tenaga kerja rendah. Cara tersebut dapat menciptakan uap air
di udara sekeliling tanaman serta memberikan lapisan air pada akar, sehingga
menurunkan suhu sekitar daun dan mengurangi evapotranspirasi.
b. Sistem pancaran atau pengabutan dapat diatur secara intermittend, nyala-mati (on-off)
bergantian menggunakan timer, asal lama mati (off) tidak lebih dari 15 menit karena di
khawatirkan tanaman akan layu. Bila pompa dimatikan, butiran larutan yang melekat
pada akar dapat selama 15 – 20 menit. Pancaran atau pengabutan juga dapat hanya
diberikan pada siang hari saja. Namun, cara ini kurang dianjurkan karena kesempatan
pemberian nutrisi pada tanaman menyusut.

Penelitian bu ulfa

Sistem aeroponik menghasilkan jumlah umbi mini per tanaman (Gambar 2a) dan berat umbi mini
(Gambar 2b) lebih banyak dibanding sistem hidroponik. Hal ini disebabkan karena pada sistem
hidroponik, ujung akar terendam dalam air yang didalamnya terlarut unsur hara sehingga ujung
akar terdapat dalam air sehingga kurang mendapat oksigen sehingga respirasi agak terhambat,
walaupun tanaman memperoleh unsur hara secara maksimal dan tersedia setiap saat untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebaliknya pada sistem aeroponik, akar
tanaman tergantung di udara, sedangkan air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk
kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar yang menggantung memungkinkan akar lebih leluasa
dalam mengabsorsi oksigen, hal ini merupakan salah satu kunci keunggulan sistem aeroponik
karena oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara mengakibatkan respirasi akar
berlangsung lancar dan menghasilkan banyak energi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ritter
et al., (2001) yang menunjukkan bahwa hasil umbi per tanaman pada sistem aeroponik hampir
70% lebih tinggi dibanding sistem hidroponik.

Anda mungkin juga menyukai