Masalah yang sering muncul pada penanaman di daerah dataran rendah tersebut yaitu sulitnya
mencari bibit kentang dengan kualitas unggul. Benih bermutu dan varietas unggul dapat menghasilkan
tingkat keseragaman yang tinggi, berproduktivitas tinggi dan sehat (Diwa et al. 2015). Selain itu, hal
tersebut juga dapat memengaruhi resistensi terhadap hama. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk meningkatkan produktivitas yaitu dengan menggunakan metode aeroponik.
Aeroponik merupakan merupakan suatu cara bercocok tanam yang tidak jauh berbeda dengan
sistem hidroponik yaitu memanfaatkan air untuk pemberian nutrisi pada tanaman (Setiawan 2019).
Aeroponik adalah sistem bercocok tanam di udara tanpa menggunakan tanah. Jadi, akar tanaman
dibiarkan tumbuh menggantung tanpa media tanah, pada tempat yang telah dijaga kelembapannya.
Sistem tanam ini memerlukan air dan sekilas hampir sama dengan hidroponik. Namun, pada
aeroponik, air diberikan larutan hara lalu disemburkan ke akar tanaman dalam bentuk kabut dan cara
kerja ini disebut juga pengabutan. Lalu, akar tanaman akan menyerap larutan hara yang membantunya
untuk tumbuh dengan baik.
Proses pengabutan ini dilakukan terus menerus hingga panen. Jika memang harus berhenti atau off,
sebaiknya tidak lebih dari 15 menit. Tujuannya supaya pengabutan menurunkan suhu di sekitar daun dan
mengurangi evapotranspirasi sehingga tanaman selalu segar.
Saat ini banyak petani yang menerapkan sistem tanam aeroponik. Petani rumahan di perkotaan yang
menanam sayuran untuk kebutuhan pribadi pun mulai menerapkan aeroponik. Hal ini karena aeroponik
memiliki beberapa keunggulan berikut ini, seperti yang dilansir dari Petaniindo:
Meskipun memiliki banyak keunggulan, sistem aeroponik juga memiliki kekurangan, yaitu:
Penelitian bu ulfa
Sistem aeroponik menghasilkan jumlah umbi mini per tanaman (Gambar 2a) dan berat umbi mini
(Gambar 2b) lebih banyak dibanding sistem hidroponik. Hal ini disebabkan karena pada sistem
hidroponik, ujung akar terendam dalam air yang didalamnya terlarut unsur hara sehingga ujung
akar terdapat dalam air sehingga kurang mendapat oksigen sehingga respirasi agak terhambat,
walaupun tanaman memperoleh unsur hara secara maksimal dan tersedia setiap saat untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebaliknya pada sistem aeroponik, akar
tanaman tergantung di udara, sedangkan air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk
kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar yang menggantung memungkinkan akar lebih leluasa
dalam mengabsorsi oksigen, hal ini merupakan salah satu kunci keunggulan sistem aeroponik
karena oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara mengakibatkan respirasi akar
berlangsung lancar dan menghasilkan banyak energi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ritter
et al., (2001) yang menunjukkan bahwa hasil umbi per tanaman pada sistem aeroponik hampir
70% lebih tinggi dibanding sistem hidroponik.