DISUSUN OLEH :
PUTRI NINGSIH AGUSTIN (D1D016118)
KELAS C
DOSEN PENGAMPU :
Richard Robintang Parulian Napitulu, S.hut,.M.Sc
Sistem TPTII adalah silvikultur hutan alam produksi yang mengharuskan adanya
tanaman pengayaan pada areal pasca penebangan secara jalur, yaitu 20 meter antar jalur dan
2,5 meter dalam jalur tanam. Salah satu keunggulan dari TPTII ini adalah dilakukan bina
pilih pada pohon inti tertentu, pemeliharaan tanaman pengayaan dan manipulasi lingkungan
(penutupan tajuk atau pemulihan tanah subur) sehingga mendapatkan produktifitas riap kayu
yang tinggi dimana manipulasi lingkungan ini salah satunya adalah pembuatan lebar jalur
yang optimal pada pertumbuhan pohon jenis tertentu.
Melihat sifat dari jenis meranti merah (Shorea parvifolia dan Shorea leprosula) yaitu
jenis yang cepat tumbuh pada tumbuhan lokal Kalimantan dan memiliki struktur batang
pohon yang lurus dan silindris sehingga jenis ini banyak digunakan dalam produksi kayu
lapis, kayu furniture, maupun kayu pertukangan. Dari permintaan ini maka penanaman
kembali jenis meranti merah agar harus dikayakan.
Berkaitan dengan nilai produksi kayu komersial, sebagai tolak ukur utama dalam
produktifitas pohon yang disebut riap. TPTII dapat dipandang sebagai salah satu alternatif
pengelolaan hutan alam bekas tebang. Meskipun masih dalam tahap uji coba, namun
dibeberapa HPH pelaksanaan TPTII seperti HPH Sari Bumi Kusuma (SBK), HPH Erna
Juliawati, dan HPH Suka Jaya Makmur, terdapat adanya pertambahan riap tanaman terhadap
jenis meranti yang memuaskan yaitu sebesar ± 2 cm/tahun.
Pertumbuhan jenis meranti dalam sistem TPTII, sangat dipengaruhi oleh kondisi
cahaya. Manaker (1981) menyatakan bahwa jika intensitas cahaya terlalu rendah akan
menyebabkan daun menguning dan gugur, sedangkan intensitas cahaya yang terlalu tinggi
akan menyebabkan daunnya terbakar; keriting; serta warnanya pudar.
Maka perbaikan lingkungan areal penanaman TPTII yang berbentuk jalur perlu
mendapat perhatian yang lebih baik. Pertumbuhan jenis meranti termasuk ke dalam gap
opportunist, sehingga kontrol cahaya meranti dalam jalur tanaman diperlukan. Dengan
adanya pengaturan kontrol cahaya maka diharapkan pertumbuhan Shorea parvifolia dan
Shorea leprosula dalam penanaman jalur lebih diperhatikan dengan tidak mengesampingkan
faktor-faktor kondisi lingkungan lainnya. Sehingga masing-masing pertumbuhan jenis
meranti ini dapat mencapai pertumbuhan yang optimal.
Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian mengenai pengaruh intensitas cahaya
terhadap pertumbuhan jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula perlu dilakukan untuk
mengetahui intensitas cahaya dimana pertumbuhan meranti maksimal. Informasi tersebut
dapat digunakan sebagai kajian tindakan dalam manipulasi lingkungan terhadap intensitas
cahaya yang masuk ke lantai hutan, agar dapat meningkatkan pertumbuhan kedua jenis
tanaman dan mencapai tingkat produktifitas yang tinggi.
- KESIMPULAN
Naungan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan
tanaman tengkawang telur. Naungan berpengaruh terhadap faktor klimatik yang akan
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan diantaranya yaitu cahaya, kelembaban, dan suhu. Daerah tanpa naungan
menyebabkan intensitas cahaya yang tinggi dan suhu juga akan tinggi, namun kelembaban
rendah. Naungan akan menyebabkan tanaman tumbuh lebih cepat namun menunjukkan
gejala etiolasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman menjadi tidak
kokok, tidak berwarna hijau, dan mudah mati. Sebaiknya dalam menumbuhkan tanaman
tengkawang telur dilakukan pada daerah tidak ternaung karena tanaman akan lebih hijau dan
subur hal ini ditunjukkan dari hasil gravimetri.
- SARAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
menentukan tempat yang sesuai untuk menumbuhkan tanaman tengkawang telur terutama
bagi para petani agar hasil panen lebih baik dan tidak gagal panen karna tanaman yang mati.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan penelitian ini masih terdapat banyak kesalahan.
Semoga dengan adanya penelitian ini dapat memicu penelitian-penelitian lain yang sejenis.
DAFTAR PUSTAKA
Cruz P (1997) Effect of shade on the growth and mineral nutrition of C4 perennial
grass under field conditions. Plant and Soil 188:227-237
Daniel TW, Helm JW, Baker FS (1979) Principles of silviculture, Edisi ke-2.
Mc.Graw Hill, Inc., New York
Hale MG, Orcutt DM (1987) The Physiology of plants under stress. John Wiley and
Sons, New York.
Haryanti, Sri. 2012. Pengaruh Naungan yang Berbeda terhadap Jumlah Stomata dan
Ukuran Porus Stomata Daun Zephyranthes Rosea Lindl. Buletin Anatomi dan Fisiologi.
XVIII(1):41-48