Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN KERAPATAN DAN PERILAKU STOMATA

Oleh :

Golongan Perkebunan/Kelompok 1
1. Nurochmad Ladoni (171510801001)
2. Dieni Risma Viani (171510801005)
3. Adisti Nurul Arifiani (171510801009)
4. Faza Al Rafi (171510801014)
5. Rieski Ega Perdana (171510801018)

LABORATORIUM EKOFISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI ILMU PERTANIAN-PERKEBUNAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018

i
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fotosintesis adalah proses pembentukan karbohidrat dari karbondioksida
dan air yang terjadi pada tumbuhan yang memiliki klorofil dan dibantu oleh
cahaya matahari yang dimana pada proses ini akan menghasilkan oksigen.
Fotosintesis terdiri dari rangkaian reaksi yang panjang, karena pada prosesnya
membutuhkan suatu cahaya, dan dapat dapat dipastikan bahwa suatu tahap
tertentu membutuhkan cahaya. Jika pada tahap ini berkurang karena kekurangan
cahaya maka seluruh rangkaian reaksi akan ditentukan oleh laju reaksi pada tahap
tersebut. Proses fotosintesis pada tanaman terdiri dari dua tahap yakni yang
pertama tahap yang membutuhkan cahaya atau disebut dengan reaksi terang ( light
dependent reaction ), reaksi ini dapat dikenal juga dengan reaksi Hill, yang artinya
reaksi fotolisis air dengan menggunakan energy matahari dan selanjutnya akan
menghasilkan ATP ( fosforilasi siklik ), serta ATP dan NADPH (fosforilasi non
siklik). Reaksi ini terjadi pada tilakoid membran dan kloroplas dengan melibatkan
system pigmen yang terdapat didalamnya. Untuk tahap yang kedua yakni tahap
yang tidak memerlukan cahaya (light independent reaction) atau bias disebut
dengan reaksi gelap. Pada reaksi ini terjadi fiksasi CO2 yang masuk ke dalam
daun melalui stomata dan dimana hasil energy dari reaksi terang juga berperan
penting digunakan dalam tahap ini. Reaksi ini terjadi pada stroma kloroplas yang
disebut juga dengan reaksi Blackman.
Secara teknis yang dimaksud stomata adalah celah yang terdapat diantara
dua sel penjaga (guard cell), stomata pada umumnya terdapat pada Abaxial daun,
ada juga beberapa spesies yang letak stomatanya dijumpai pada permukaan
daunnya, ada pula tumbuhan yang hanya mempunyai stomata pada adaxial
daunnya, bahkan ada tumbuhan yang tidak memiliki stomata sama sekali yakni
tumbuhan yang hidup di air. Dalam pembukaan stomata terdapat dua feedback
loop yang dapat mengendalikan membuka dan menutupnya stomata yang
diantaraanya untuk feedback loop yang pertama jika CO2 pada rongga substomata
menurun, maka ion kaliun akan masuk ke dalam sel penjaga sehingga stomata

1
akan terbuka yang otomatis CO2 akan masuk melalui stomata sehingga kebutuhan
CO2 untuk proses fotosintesis dapat terpenuhi. Untuk feedback loop yang kedua
yakni jika tumbuhan mengalami kekurangan air maka terdapat hormone asam
absitat (ABA) yang akan masuk kedalam sel penjaga yang akan mengusir ion
kalium dari selpenjaga sehingga stomata menutup, peristiwa ini bertujuan agar
tanaman tidak terlalu banyak kekurangan air dalam proses transpirasi. Kedua
feedback loop ini berinteraksi satu sama lain dalam memenuhi CO2 untuk proses
fotosintesis.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui kerapatan stomata pada daun dari berbagai jenis tanaman

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman dapat tumbuh pada lahan yang terpenuhi, sehingga tanaman


dapat berkembang pada daerah yang sudah tercukupi. Pengaruh tanaman
berkembang hidup yaitu contohnya seperti cahaya matahari, air, unsur hara, dan
ruang tumbuh. Jika pada pengaruh tersebut tidak terpenuhi maka tanaman tidak
dapat berkembang. Tanaman selalu fotosintesis di masa hidupnya. Fotosintesis
yaitu yang beratikan tengtang dimana energy cahaya matahari dapat berubah
menjadi energy kimia. Proses fotosintesis ada dua tahapan yang berbeda yaitu fase
terang dan fase gelap, jika fase terang sangat sekali membutuhkan matahari pada
proses fotosintesis, untuk yang fase gelap terebut tidak membutuhkan cahaya
matahari. Selain itu, dengan meningkatkan populasi tanaman mampu menurukan
laju air sehingga laju air hujan dipermukaan tanah menjadi lambat. Dari sebab itu
tanah tidak terjadi erosi maka yang terbentuk setelah proses tersebut yaitu
pembangunan pada tanaman itu sendiri (Puspita dan Hercules, 2017).
Respon tanaman sebagai akibat faktor lingkungannya dapat terlihat pada
penampilan tanaman itu sendiri. Suhu merupakan bagian dari fotosintesi dari
suatu tanaman yang akan memperlancar asimilasi nitrogen, baik dari dalam tanah
maupun yang telah sampai pada dalam tanaman. Untuk sinar matahari yang di
tangkap oleh klorophyl tingkat energy-energi yang dihasilkan dari oksidadi air
akibat proses fotosintesis. Yang dihasilakannya itu energy dapat digunakan
tumbuhan untuk keperluan biologis. Tanaman yang hidup atau berkembang pada
daerah yang tumbuh lingkungan berintesitas cahaya rendah memiliki akar yang
lebih kecil, kenapa memiliki akar yang kecil dikarenakan akibat terhambatnya
translokasi hasil fotosintesi dari akar (Haryanti, 2010).
Fotosintesis adalah suatu proses pembentukan karbonhidrat dari
karbondioksida dan air dalam tubuh tumbuhan yang mempunyai klorofil yang
diberi cahaya, dengan oksigen sebagai hasilnya. Fotosintesis juga merupakan
proses konversi CO2 menjadi senyawa organik, pada tumbuhan terrestrial terjadi
dalam tiga lintasan, yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism).

3
Tumbuhan terrestrial adalah tumbuhan yang hidup diatas permukaan tanah (West-
Eberhard dkk., 2011).
Fotosintesis pada tanaman C3 mengunakan enzim enzim rubisco yang
menangkap CO2 dan menggabungkannya dengan ribulose bifosfat menjadi 3-
fosfogliserat yang merupakan molekul berkarbon 3. Molekul berkarbon 3 inilah
yang akan menjalani proses siklus calvin dan sebagai hasilnya melepas glukosa.
Tanaman C3 adalah tanaman ysng mempunyai 3 karbon stabil hasil pada
fotosintesis. Contoh tanaman yang termasuk C3 yaitu padi, gandum, kentang,dll
(Myers dkk., 2014).
Daun pada tanaman selain berfungsi sebagai jalur transpirasi juga
berfungsi sebagai resitor dalam suatu sistem hidrolik yang terjadi pada tanaman.
Transportasi air yang terjadi pada daun merupakan 30% dari total transport air
yang terjadi diseluruh bagian tanaman mulai dari penyerapan air oleh rambut akar
hingga penguapan atau transpirasi. Air yang di translokasi dari akar menuju
batang kemudian diteruskan ke daun mengalami pergeseran yang cukup dramatis
pada sistem hidrolik. Jalur hidrolik didaun yang memanjang dari titik air masuk
ke daun menuju titik akhir penguapan sebelum air mengalami transpirasi terjadi
di permukaan daun yang memiliki pori stomata (Kerschgens, 1990).
Salah satu alat transpirasi pada tumbuhan yang terdapat pada permukaan
daun adalah stomata. Karakter ada atau tidaknya stomata, letak stomata,bentuk sel
epidermis dan morfologi trikoma. Tipe stomata berdasarkan susunan sel epidermis
yang berdekatan dengan sel tetangga juga digunakan seperti tipe anomositik,
anisositik, parasitik, diasitik dan aktinositik (Jimbaran, 2015).
Kerapatan stomata yang tinggi dan terdistribusi pada kedua permukaan
daun akan menekan jarak difusi CO2 menuju jaringan mesofil sekaligus
mempertahankan laju evapotranspirasi agar tetap tinggi,sehingga menurunkan
suhu relatif organ daun (Jatna, 2018).

4
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum mata kuliah Fisiologi Tanaman Perkebunan acara 4 yang berjudul
“Pengukuran Kerapatan Dan Perilaku Stomata” dilaksanakan pada hari Jum’at, 09
November 2018 pukul 14.20-15.10 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Universitas Jember Kampus Bondowoso.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Mikroskop
2. Pinset

3.2.2 Bahan
1. Daun tanaman kopi (C3) dan tanaman jagung (C4)
2. Kutek transparan
3. Tisu

3.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Melakukan pencetakan stomata dengan cat kuku transparan pada permukaan
daun tanaman C3 dan C4 setelah kering lalu mengangkat secara pelan-pelan.
2. Melakukan pencetakan stomata pukul : 04.00, 09.00, 13.00 dan 18.30 (WIB).
3. Memasukkan cetakan stomata ke dalam kantong plastik dan memberi label
(macam tanaman, jam pencetakan).
4. Melakukan pengamatan stomata dengan mikroskop, sampai memperoleh
visualisasi yang jelas (mencatat tipe stomata dan perbesaran yang digunakan).
5. Menghitung total stomata yang teramati dalam bidang pandang.
6. Menghitung jumlah stomata menggunakan rumus.
7. Menentukan kerapatan stomata dengan rumus :
Kerapatan stomata (Stomatal Density) adalah perbandingan jumlah stomata
per satuan luas daun, sehingga menyatakan dalam unit per cm2.

5
Jumlah Stomata
Kerapatan Stomata = x 100%
Luas Bidang Pandang
8. Menghitung persentase stomata membuka pada setiap jenis tanaman dan
setiap jam pengamatan dengan rumus :
Jumlah stomata membuka
% stomata mebuka = x 100%
Total stomata per bidang pandang

3.4 Variabel Pengamatan


Variabel yang diamati pada praktikum pengukuran kerapatan dan perilaku
stomata yaitu kerapatan stomata pada daun dari tanaman C3 dan C4.

3.5 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum pengukuran kerapatan
dan perilaku stomata akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistika
deskriptif.

6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


90

80

70

60

50
Tanaman Jagung
40
Tanaman Kopi
30

20

10

0
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
(04.00 WIB) (09.00 WIB) (13.00 WIB) (18.30 WIB)

Hasil yang diperoleh dari pengamatan stomata pada tanaman C3 dan C4


dengan menggunakan kutek dapat diperoleh bahwa pada tanaman kopi kelompok
1 mendapatkan hasil dengan jumlah stomata yang terbuka yaitu sebanyak 78, pada
kelompok 2 mendapatkan hasil 55, kelompok 3 mendapatkan hasil 75, dan pada
kelompok 4 mendapatkan hasil sebanyak 72. Sedangkan pada tanaman jagung
kelompok 1 mendapatkan hasil dengan jumlah stomata terbuka yaitu sebanyak 26,
kelompok 2 mendapatkan hasil 69, kelompok 3 mendapatkan hasil 63, dan
kelompok 4 mendapatkan hasil stomata terbuka sebanyak 41.

4.2 Pembahasan
Stomata merupakan lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang
dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut dengan sel penutup atau sel
penjaga. Lubang pada stomata membuat uap air dan gas dapat dipertukarkan
antara bagian dalam dari stomata dengan lingkungan. Stomata terletak pada

7
bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, terutama pada daun-daun tanaman.
Pada masing-masing daun tanaman memiliki jumlah stomata yang berbeda,
seperti pada jenis tanaman C3, C4, dan CAM. Daun yang tumbuh pada
lingkungan kering dan dibawah cahaya dengan intensitas tinggi cenderung
memiliki stoomata yang berjumlah banyak dan berukuran kecil dibandingan
dengan daun yang hidup pada lingkungan yang basah dan terlindungi. Tidak
hanya jumlah stomata saja yang memiliki perbedaan pada masing-masing jenis
tanaman, tetapi posisi stomata pun juga memiliki perbedaan di tiap jenis
tanamannya. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan luas permukaan daun
pada tanaman, penutupan stomata, jumlah daun, kerapatan dan perilaku stomata.
Stomata akan membuka jika terjadi peningkatan tekanan turgor sel pada
sel penjaga stomata. Tekanan turgor tersebut disebabkan oleh masuknya air pada
sel penjaga sehingga sepasang sel penjaga yang mengelilingi rongga stomata akan
membesar dan akhirnya membuka. Air yang masuk ke dalam sel menjaga dari
potensi tinggi hingga pada potensi rendah. Potensi air sel yang masuk ke dalam
sel penjaga dipengaruhi oleh bahan terlarut pada air. Stomata akan cepat
membuka jika potensi air rendah dengan bahan larutan yang tinggi. Selain itu,
akumulasi konsentrasi ion K+ juga dapat merangsang pembukaan stomata. Hal
tersebut disebabkan karena cahaya matahari mendorong masuknya ion K+ ke
dalam sel penjaga, dan apabila dalam keadaan gelap maka ion K+ akan keluar dari
sel penjaga. Cahaya matahari yang dapat memicu pengakumulasian ion K+ adalah
panjang gelombang biru. Cahaya dengan panjang gelombang biru berfungsi dalam
pemecahan molekul pati. Pemecahan tersebut menghasilkan fosfoenol piruvat
yang dapat menerima CO2 untuk pembentukan asam malat. Masuknya ion K+
harus di sejajarkan dengan anion yang berasal dari asam organik yang di sintesis
berupa asam malat untuk menjaga netralisasi muatan listrik. Penambahan ion K+
akan membantu menurunkan potensi osmotik sel penjaga sehingga pembukaan
stomata akan semakin mudah.
Hormon asam absisat juga merupakan salah satu faktot yang
mempengaruhi penutupan stomata. Tanaman yang mengalami kekeringan akan
memicu peningkatan asam absisat yang kemudian akan mengakibatkan stomata

8
tertutup. Penutupan dan pembukaan stomata pada tanaman C3, C4, dan CAM
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi potensial air
tanah, intensitas cahaya, konsentrasi CO2, temperature, hormon dan PH. Tanaman
yang kita gunakan pada saat melakukan praktikum kali ini yaitu tanaman kopi
(C3) dan tanaman jagung (C4). Diantara tanaman C3 dan C4 tersebut memiliki
kemampuan yang berbeda dalam membka dan menutupnya fotosintesis. Hal
tersebut dikarenakan tanaman C3 merupakan tanaman yang ternaungi sehingga
memiliki laju fotosintesis yang rendah sedangkan tanaman C4 merupakan
tanaman yang tidak ternaung sehingga memiliki fotosintesis yang tinggi.
Krakteristik tersebut menyebabkan banyaknya stomata pada tanaman C3 dan C4
berbeda. Potensi air dapat mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata
karena pada saat potensial air tinggi maka banyak air yang masuk dalam sel
penjaga, pada keadaan tersebut sel penjaga akan mengalami turgor sehingga
stomata dapat membuka. Hubungan cahaya dengan pembukaan dan penutupan
stomata yaitu pada saat cahaya matahari menyinari tanaman maka akan
mengaktifkan ion K+, sehingga terjadi akumulasi ion K+ pada sel tetangga yang
kemudian akan di transfer pada sel penjaga sehingga dapat menyebabkan stomata
membuka. Namun pada keadaan gelap akan merangsang pengusiran ion K+ dari
sel penjaga sehingga dapat menyebabkan stomata menutup.
Dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan di atas bahwa banyaknya
stomata dengan waktu yang berbeda akan menghasilkan jumlah menutup dan
membukanya stomata yang berbeda pula. Jagung termasuk tanaman C4 yang
memiliki ciri-ciri tanaman yang membutuhkan banyak cahaya matahari dan
stomata membuka pada saat siang hari namun tidak membuka secara penuh. Oleh
karena itu, jumlah stomata tanaman jagung yang membuka memiliki rata-rata
lebih kecil dibandingkan dengan tanaman kopi. Stomata tanaman jagung dapat
membuka lebih banyak pada siang hari yaitu pada pukul 09.00 dan pukul 13.00.
hal tersebut terjadi karena untuk mengurangi penguapan yang menyebabkan
kekeringan pada tanaman. Kerapatan stomata yang tinggi pada tanaman jagung
disebabkan karena stomata dibutuhkan untuk tempat masuknya CO2 sebagai
bahan fotosintesis dan banyaknya stomata tersebut disebabkan oleh gas CO2

9
tersebut stomata tidak membuka secara penuh sehingga akan membutuhkan
stomata yang banyak. Tanaman jagung termasuk tanaman yang memiliki bayak
stomata dan biasanya pada tanaman yang memiliki banyak stomata sering ditemui
di daerah kering dan memiliki intensitas cahaya yang tinggi.
Selain tanaman C4, juga terdapat tanaman C3 yaitu pada tanaman kopi
yang membutuhkan naungan. Contohnya saja pada praktikum kali ini
menggunakan tanaman kopi. Rendahnya kerapatan stomata ini diakibatkan oleh
tanaman C3 tidak terpapar langsung oleh cahaya matahari sehingga memiliki laju
fotosintesis yang lambat. Lambatnya fotosintesis disebabkan CO2 yang masuk
melalui stomata tidak mendapatkan intensitas cahaya matahari. Yang cukup
sebagai energi fotosintesis. Maka tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya
matahari yang rendah akan menyebabkan jumlah stomata yang dimiliki sedikit.
Dapat dipahami bahwa banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
stomata yang membuat peran stomata pada suatu tanaman dapat berfungsi dengan
baik. Faktor-faktor tersebut diantaranya intensitas cahaya matahari, konsentrasi
CO2 di permukaan daun, uap air antar sel tanaman terutama daun, kelembaban di
udara, suhu dan angin yang bergerak. Stomata pada tanaman C3 dan C4 akan
membuka pada siang hari ketika cahaya matahari sedang penuh atau berada pada
taraf minimum.

10
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasar pada hasil praktikum acara Pengukuran Kerapatan Dan Perilaku
Stomata dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing daun tanaman memiliki
jumlah stomata yang berbeda, seperti pada jenis tanaman kopi (C3) dan jagung
(C4). Pada tanaman kopi stomata banyak membuka pada pagi hari yaitu pukul
04.00 sebanyak 78 stomata, sedangkan pada tanaman jagung stomata banyak
membuka pada pukul 09.00 dan pukul 13.00 yaitu sebanyak 69 dan 63 stomata.
Dan adapun faktor yang mempengaruhi kerapatan stomata yaitu intensitas cahaya
matahari, konsentrasi CO2 di permukaan daun, uap air antar sel tanaman terutama
daun, kelembaban di udara, suhu dan angin yang bergerak.

5.2 Saran
Menurut kelompok kami pada praktikum acara Pengukuran Kerapatan Dan
Perilaku Stomata dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop secara
langsung, supaya mahasiswa prodi Ilmu Pertanian-Perkebunan dapat mengetahui
dan memahami dengan jelas gambar stomata yang di amati pada tanaman tersebut
dan supaya mendapatkan banyak pengalaman dari hasil praktikum mata kuliah
fisiologi tumbuhan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Haryanti, S. 2010. Pengaruh Naungan yang Berbeda terhadap Jumlah Stomata dan
Ukuran Porus Stomata Daun Zephyranthes Rosea Lin. Anatomi dan
fisiologi. Vol. XVIII. Hal 41-48

Jimbaran, K. B. (2015). Hubungan kekerabatan 12 kultivar brokoli (, (1), 291–


300.

Kerschgens, E. (1990). When Jessica meets Natasha: A feminist view of German


reunification. Australian Feminist Studies, 5(12), 15–27.
https://doi.org/10.1080/08164649.1990.9961694.

Medek, D. E. (2017). Estimated Effectsof FutureAtmospheric CO2


Concentrations on ProteinIntakeand the Risk of Protein Deficiency by
Country and Region . Environmental Health Pespectives, 125(8), 1–9.
https://doi.org/10.1289/ehp41.

Priyadi, A., & Karakter, H. (2016). Karakter Morfo-Fisiologi Daun Tiga Jenis
Plantlet Anggrek pada Tahapan Aklimatisasi ( Leaf Morpho-Physiological
Characters of Three Orchid Species on an Acclimatization Stage ). J. Hort.,
26(2), 143–152.

Puspita. S, D, W. Hercules. 2017. Analisis struktur stomata pada daun beberapa


tumbuhan hidrofit sebagai Materi bahan ajar mata kuliah anatomi tumbuhan.
Jurnal biosains. Vol.3, Hal 156-161.

Supriatna,J. 2018. Konservasi Biodiversitas. Airlangga : Yogyakarta.

12
LAMPIRAN

1. Flowchart Praktkum Acara “Pengukuran Kerapatan Dan Perilaku


Stomata”
1. Nurochmad Ladoni (171510801001)

13
2. Dieni Risma Viani (171510801005)

14
15
3. Adisti Nurul Arifiani (171510801009)

16
17
4. Faza Al Rafi (171510801014)

18
5. Rieski Ega Perdana (171510801018)

19
2. ACC Data Praktikum Acara “Pengukuran Kerapatan Dan Perilaku
Stomata”
1. Nurochmad Ladoni (171510801001)
NO. JENIS WAKTU PENGAMBILAN JUMLAH
TANAMAN SAMPEL STOMATA
1. Kopi 78

04.00
55

09.00
75

20
13.00

72

18.30
2. Jagung 26

04.00
69

21
09.00
63

13.00
41

18.30

22
2. Dieni Risma Viani (171510801005)

NO. JENIS WAKTU PENGAMBILAN JUMLAH


TANAMAN SAMPEL STOMATA
1. Kopi 78

04.00
55

09.00
75

13.00

23
72

18.30
2. Jagung 26

04.00
69

09.00

24
63

13.00
41

18.30

25
3. Adisiti Nurul Arifiani (171510801009)

NO. JENIS WAKTU PENGAMBILAN JUMLAH


TANAMAN SAMPEL STOMATA
1. Kopi 78

04.00
55

09.00
75

13.00

26
72

18.30
2. Jagung 26

04.00
69

09.00

27
63

13.00
41

18.30

28
4. Faza Al Rafi (171510801014)

NO. JENIS WAKTU PENGAMBILAN JUMLAH


TANAMAN SAMPEL STOMATA
1. Kopi 78

04.00
55

09.00
75

13.00

29
72

18.30
2. Jagung 26

04.00
69

09.00

30
63

13.00
41

18.30

31
5. Rieski Ega Perdana (171510801018)

NO. JENIS WAKTU PENGAMBILAN JUMLAH


TANAMAN SAMPEL STOMATA
1. Kopi 78

04.00
55

09.00
75

13.00

32
72

18.30
2. Jagung 26

04.00
69

09.00

33
63

13.00
41

18.30

34
3. Dokumentasi Praktikum Acara “Pengukuran Kerapatan Dan Perilaku
Stomata”

Gambar 1. Menyiapkan tanaman C3 dan C4.

Gambar 2. Menyiapkan alat-alat

35
Gambar 3. Mencetak stomata pada sisi atas daun tanaman jagung menggunakan
cat kuku transparan.

Gambar 4. Mencetak stomata pada sisi bawah daun tanaman jagung.

36
Gambar 5. Mengangkat cetakan stomata pada sisi atas dan bawah daun jagung.

Gambar 6. Memberi nama pada label dengan format (nama ulangan, bagian
tanaman, nama tanaman dan waktu pencetakan).

37
Gambar 7. Meletakkan cetakan stomata dari kedua jenis tanaman tersebut ke
dalam kantong plastik yang telah diberi label.

38
4. Literatur

Haryanti, S. 2010. Pengaruh Naungan yang Berbeda terhadap Jumlah Stomata dan
Ukuran Porus Stomata Daun Zephyranthes Rosea Lin. Anatomi dan
fisiologi. Vol. XVIII. Hal 41-48

Jimbaran, K. B. (2015). Hubungan kekerabatan 12 kultivar brokoli (, (1), 291–


300.

39
Kerschgens, E. (1990). When Jessica meets Natasha: A feminist view of German
reunification. Australian Feminist Studies, 5(12), 15–27.
https://doi.org/10.1080/08164649.1990.9961694.

Medek, D. E. (2017). Estimated Effectsof FutureAtmospheric CO2


Concentrations on ProteinIntakeand the Risk of Protein Deficiency by
Country and Region . Environmental Health Pespectives, 125(8), 1–9.
https://doi.org/10.1289/ehp41.

40
Priyadi, A., & Karakter, H. (2016). Karakter Morfo-Fisiologi Daun Tiga Jenis
Plantlet Anggrek pada Tahapan Aklimatisasi ( Leaf Morpho-Physiological
Characters of Three Orchid Species on an Acclimatization Stage ). J. Hort.,
26(2), 143–152.

Puspita. S, D, W. Hercules. 2017. Analisis struktur stomata pada daun beberapa


tumbuhan hidrofit sebagai Materi bahan ajar mata kuliah anatomi tumbuhan.
Jurnal biosains. Vol.3, Hal 156-161.

41
Supriatna,J. 2018. Konservasi Biodiversitas. Airlangga : Yogyakarta.

42

Anda mungkin juga menyukai