Anda di halaman 1dari 12

Pengukuran Kerapatan Stomata Pada Berbagai

Jenis Tanaman

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :

Kelompok 4

2 Fitria Retno Sari (131510501063)


3 Yuni Yuarifah (131510501080)
4 Eri Pratiwi . (131510501070)
5 Pitri Lailatul Q. (131510501088)
6 Erviana Dwi C. (131510501103)
7 Angga Wibowo. (131510501160)
8 Miftauhul Imron (131510501091)
9 M Rizky Maulana (131510501078)
10 Moch Rosy W (131510501066)
11 Muamal Fanani (131510501054) \

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap tanaman yang tumbuh dipermukaan bumi ini selalu mengalami
proses metabolisme pada jaringan-jaringannya seperti proses respirasi, proses
transpirasi, proses fotosintesis dan proses metabolisme lain yag bertujuan untuk
menjaga kelangsungan hidup tanaman. Dalam melakukan proses-proses tersebut,
tanaman akan selalu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik faktor dari
dalam tanaman itu sendiri ataupun faktor yang berasal dari luar tubuh tanaman
atau lingkungan. Kedua faktor tesebut saling berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya sehingga tidak dapat lepas dari proses-proses metabolisme pada
tumbuhan.
Translokasi air pada tanaman umumnya harus melalui tiga tahap yaitu
penyerapan air melalui rambut akar, kapilaritas melalui xilem dan penguapan
yang terjadi di daun. Transpirasi atau penguapan pada tanaman dapat diartikan
sebagai proses kehilangan air pada tanaman. Transpiasi pada tanaman terjadi
melalui stomata yang ada di daun dan dapat pula melalui lubang-lubang alami
yang terdapat pada tanaman sehingga besarnya perhitungan jumlah air yang
hilang akibat proses transpirasi pada tanaman dipengaruhi oleh stomata. Dalam
artian ini, stomata pada tanaman akan mengecil atau bahkan menutup untuk
menggurangi penguapan air berlebih ke udara.
Stomata merupakan salah satu bagian dari organ daun yang umumnya
berada di jaringan epidermis baik epidermis atas ataupun epidermis bawah. Posisi
stomata antara daun yang satu dengan daun yang lainnya tidak sama. Hal ini
disebakan karena perbedaan luas permukaan daun pada tanaman, penutupan
stomata, jumlah dan ukuran stomata, perbedaan bentuk stomata, jumlah daun,
kerapatan stomata dan perilaku stomata. Faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi stomata pada tumbuhan didominasi oleh unsur cuaca seperti
radiasi matahari dan suhu serta temperatur.
Stomata atau mulut daun merupakan salah satu dari banyaknya jaringan di
dalam daun yang mempunyai peran yang sangat penting. Stomata ini sebenarnya
merupakan celah diantara dua sel penjaga (guard cell). Stomata tersebut berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas-gas yang keluar ataupun masuk ke dalam sel-sel di
dalam daun. Stomata yang terdapat pada daun juga berperan sebagai penentu
terjadinya proses metabolisme tanaman yang lainnya seperti proses trasnpirasi,
proses respirasi, penyerapan pupuk daun dan yang lainnya.
Proses-proses tersebut terjadi karena adanya perilaku stomata yang dapat
membuka dan menutup sesuai dengan keadaan lingkungan tumbuhnya. Perilaku
stomata berupa menutup terjadi apabila tidak ada cahaya di sekitar tempat
tumbuhnya, sedangkan peristiwa membukanya stomata terjadi jika cahaya di
lingkungan sangat terang misalnya pada siang hari. Peristiwa membuka dan
menutupnya stomata ini sangat peting karena dapat mempengaruhi peoses
metabolisme pada tanaman seperti proses transpirasi, respirasi, penyerapan pupuk
daun dan fotosintesis. Proses-proses tersebut selain dipengaruhi perilaku stomata
juga dipengaruhi oleh kerapatan stomata pada daun.

2.1 Tujuan
1. Mengetahui kerapatan stomata pada berbagai jenis tanaman
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Brodribb et al.(2010), daun pada tanaman selain berfungsi sebagai


jalur transpirasi juga berfungsi sebagai resistor dalam suatu sistem hidrolik yang
terjadi pada tanaman. Transportasi air yang terjadi pada daun merupakan 30% dari
total transport air yang terjadi di seluruh bagian tanaman mulai dari penyerapan
air oleh rambut akar hingga penguapan atau transpirasi. Air yang ditranslokasi
dari akar menuju batang kemudian diteruskan ke daun mengalami pergeseran
yang cukup dramatis pada sistem hidrolik. Jalur hidrolik di daun yang memanjang
dari titik air masuk ke daun menuju titik akhir penguapan sebelum air mengalami
trasnpirasi terjadi di permukaan daun yang memiliki pori stomata.
Stomata merupakan salah satu bagian dari organ daun yang umumnya
berada di jaringan epidermis daun baik epidermis atas ataupun epidermis bawah.
Posisi stomata antara daun yang satu dengan daun yang lainnya tidak sama,
sehingga menurut letak stomatanya, daun dapat dibedakan menjadi dua yaitu
hipostomatus, epistomatus dan amphistomatus. Tanaman yang memiliki stomata
pada permukaan bawah daun saja disebut hipostomatous, tanaman yang memiliki
stomata pada permukaan atas saja disebut epistomatous dan tanaman yang
memiliki stomata yang berada di atas dan di bawah permukaan daun disebut
amphistomatous (Wilkins, 1963).
Menurut Franks dan Beerling (2009), bentuk-bentuk stomata pada tanaman
telah diketahui sejak dahulu berdasarkan tingkat kolonisasi tanah oleh tanaman.
Hal inilah yang memungkinkan keberlangsungan hidup dari seluruh habitat flora
darat yang beragam meskipun kondisi lingkungan sangat eksrtim. Bentuk dasar
stomata tersebut telah diketahui sejak 400 tahun silam, menurut para peneliti
bentuk stomata daun tidak pernah mengalami perubahan namun emengalami
kenaikan fungsi operasional sel penjaga (guard cell).
Yoo et al.(2010) menyatakan bahwa perkembangan stomata hanya terdapat
pada jaringan epidermis daun. Hal ini disebabkan karena stomata pada tanaman
hanya terdapat di organ daun dan sangat kecil kemungkinannya jika stomata
terdapat di luar organ daun pada tanaman. Adinugroho dan Utami (2009),
menambahkan bahwa stomata merupakan bagian daun yang cukup merespon
terhadap perubahan iklim di lingkungan tumbuh. Misalnya pada kondisi kadar
CO2 di udara meningkat, maka perilaku membukanya stomata akan menurun.
Berbeda halnya jika kadar CO2 dalam sel tanaman rendah, maka stomata
daun akan cenderung menutup. Hal ini akan menyebabkan tingginya laju produksi
oksigen sehingga secara otomatis laju fotosintesis pada tanaman juga akan
menurun dan akan mengakibatkan penurunan hasil fotosintat. Selain kadar CO 2
dan cahaya matahari, air juga mempengaruhi perilaku menutupnya stomata pada
daun (Permawati, 2010). Permanasari dan Sulistyoningsih (2013), menyatakan
bahwa tanaman yang mengalami cekaman air akan mengecilkan ukuran stomata.
Hal ini dilakukan oleh tanaman sebagai upaya untuk mengurang tingkat
kehilangan air akibat proses transpirasi.
Menurut Mehri et al.(2009), frekuensi buka-tutup serta ukuran stomata
dapat dimanfaatkan untuk simulasi ketahanan terhadap air. Indikator fisiologis
tersebut dimanfaatkan untuk melihat ketahanan tanaman terhadap kekeringan.
Parameter stomata yang digunakan untuk mengetahui tingkat ketahanan tanaman
terhadap kekeringan adalah jumlah dan ukuran stomata serta kerapatan stomata
antara stomata yang satu dengan stomata yang lainnya.
Pertiwi dkk. (2012) menyatakan bahwa kerapatan stomata pada epidermis
daun dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah faktor lingkungan.
Faktor lingkungan yang terbukti dapat mempengaruhi kerapatan stomata pada
daun adalah intensitas cahaya matahari. Selain berpengaruh trehadap kerapatan
stomata, cahaya juga mempengaruhi proses membuka dan menutupnya stomata.
Salisbury dan Ross (1992), menambahkan bahwa stomata memerlukan waktu 1
jam untuk proses pembukaan pada siang hari. Semakin tinggi intensitas cahaya,
maka semakin besar pula bukaan stomata yang terjadi. Sebaliknya, pada malam
hari, tingkat transpirasi sangat rendah akibat sedikitnya stomata yang membuka.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Tumbuhan tentang Pengukuran Kerapatan Stomata
Pada Berbagai Jenis Tanaman dilaksanakan pada hari Jumat, 09 Oktober 2014
pukul 19.00 sampai dengan selesai dan bertempat di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
1. Daun Tanaman C3, C4, dan CAM
2. Kutek Transparant

2.2.2 Alat
1. Mikroskop

2.3 Cara Kerja


1. Melakukan pencetakan stomata dengan cat kuku transparan pada permukaan
daun tanaman C3, C4, dan CAM dan mengangkatnya pelan-pelan jika kering.
2. Mencetak stomata pada pukul 07.00, 13.00, 19.00 dan 24.00 (WIB).
3. Memasukkan cetakan stomata ke dalam kantong plastik dan memberi label.
4. Melakukan pengamatan stomata dengan mikroskop sampai diperoleh
visualisasi yang jelas dan mencatat tipe stomata dan perbesaran yang
digunakan.
5. Menghitung jumlah total stomata yang teramati dalam bidang pandang
6. Menghitung jumlah stomata yang membuka dan menutup
7. Menentukan kerapatan stomata
8. Menghintung presentase stomata membuka pada setiap jenis tanaman dan
setiap jam pengamatan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Pengamatan
Kerapatan % Stomata Membuka
Kelompok Jam
Abaxial Adaxial Abaxial Adaxial
07.00 309,892 7,945 65,81% 66,67%
13.00 603,893 13,243 64,91% 40%
Kopi
19.00 241,027 10,594 47,25% 75%
24.00 243,676 15,891 52,17% 100%
07.00 68,86 37,08 65,38% 28,57%
13.00 68,86 39,73 11,53% 66,66%
Jagung
19.00 103,29 52,98 79,48% 85%
24.00 39,72 29,13 100% 100%
07.00 50,324 0 94,736% 0%
13.00 34,432 0 53,846% 0%
Nanas
19.00 26,49 0 60% 0%
24.00 666,47 0 52,631% 0%
07.00 45.027 34.433 0,59 % 84,6 %
13.00 13.243 2.649 100 % 100 %
Kaktus
19.00 23.838 26.487 44,4 % 100 %
24.00 39.729 58.270 100 % 100%

4.2 Pembahasan
Dari tabel di atas diketahui bahwa kerapatan dan persen stomata membuka
antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya berbeda. Dari masing-
masing tanaman yang dijadikan objek pengamatan, diamati bagian stomata
abaxial dan stomata adaxial pada jam 07.00, 12.00, 19.00, dan 24.00. Pada
tanaman kopi yang diamati pada pukul 07.00 diperoleh data kerapatan stomata
pada bagian abaxial 309.892 dan bagian adaxial 7,954 dengan persen stomata
membuka adalah 65,81% pada abaxial dan 66,67 % pada bagian adaxial. Pada
pukul 13.00 diperoleh data kerapatan stomata pada bagian abaxial 602.893 dan
bagian adaxial 13,243 dengan persen stomata membuka adalah 64,91% pada
abaxial dan 40 % pada bagian adaxial. Pada pukul 19.00 diperoleh data kerapatan
stomata pada bagian abaxial 241,027 dan bagian adaxial 10,594 dengan persen
stomata membuka adalah 47,25 % pada abaxial dan 75 % pada bagian adaxial,
sedangkan pada pukul 24.00 diperoleh data kerapatan stomata pada bagian abaxial
243,676 dan bagian adaxial 15,891 dengan persen stomata membuka adalah 52,17
% pada abaxial dan 100 % pada bagian adaxial. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan pada tanaman kopi, stomata pada adaxial membuka seluruhnya pada
malam hari yaitu tepat pada pukul 24.00.
Pada tanaman jagung yang diamati pada pukul 07.00 diperoleh data
kerapatan stomata pada bagian abaxial 68,86 dan bagian adaxial 37,08 dengan
persen stomata membuka adalah 65,38 % pada abaxial dan 28,57 % pada bagian
adaxial. Pada pukul 13.00 diperoleh data kerapatan stomata pada bagian abaxial
68,86 dan bagian adaxial 39,73 dengan persen stomata membuka adalah 11,53 %
pada abaxial dan 66,66 % pada bagian adaxial. Pada pukul 19.00 diperoleh data
kerapatan stomata pada bagian abaxial 103,29 dan bagian adaxial 52,98 dengan
persen stomata membuka adalah 79,48 % pada abaxial dan 85 % pada bagian
adaxial, sedangkan pada pukul 24.00 diperoleh data kerapatan stomata pada
bagian abaxial 39,72 dan bagian adaxial 29,13 dengan persen stomata membuka
adalah 100 % pada abaxial adaxial. Dengan demikian maka dapat disimpulkan
pada tanaman jagung, stomata pada daun jagung membuka seluruhnya pada
malam hari yaitu tepat pada pukul 24.00.
Pada tanaman nanas yang diamati pada pukul 07.00 diperoleh data
kerapatan stomata pada bagian abaxial 50,324 dan bagian adaxial 0 dengan persen
stomata membuka adalah 94,736 % pada abaxial dan 0 % pada bagian adaxial.
Pada pukul 13.00 diperoleh data kerapatan stomata pada bagian abaxial 34,432
dan bagian adaxial 0 dengan persen stomata membuka adalah 53,846% pada
abaxial dan 0 % pada bagian adaxial. Pada pukul 19.00 diperoleh data kerapatan
stomata pada bagian abaxial 26,49 dan bagian adaxial 0 dengan persen stomata
membuka adalah 60 % pada abaxial dan 0 % pada bagian adaxial, sedangkan pada
pukul 24.00 diperoleh data kerapatan stomata pada bagian abaxial 24,49 dan
bagian adaxial 0 dengan persen stomata membuka adalah 52,631 % pada abaxial
dan 0 % pada bagian adaxial. Dengan demikian maka dapat disimpulkan pada
tanaman nanas, stomata tidak pernah mengalami pembukaan secara sempurna.
Dan hasil 0 yang diperoleh menunjukkan kegagalan pencetakan stomata pada saat
perlakuan pengamatan.
Pada tanaman kaktus yang diamati pada pukul 07.00 diperoleh data
kerapatan stomata pada bagian abaxial 45.027 dan bagian adaxial 34.433 dengan
persen stomata membuka adalah 0,59 % pada abaxial dan 84,6 % pada bagian
adaxial. Pada pukul 13.00 diperoleh data kerapatan stomata pada bagian abaxial
13.143 dan bagian adaxial 2.649 dengan persen stomata membuka adalah 100 %
pada abaxial dan adaxial. Pada pukul 19.00 diperoleh data kerapatan stomata pada
bagian abaxial 23.838 dan bagian adaxial 26.487 dengan persen stomata
membuka adalah 44,4 % pada abaxial dan 100 % pada bagian adaxial, sedangkan
pada pukul 24.00 diperoleh data kerapatan stomata pada bagian abaxial 39.729
dan bagian adaxial 58.270 dengan persen stomata membuka adalah 100 % pada
abaxial dan adaxial. Dengan demikian maka dapat disimpulkan pada tanaman
kaktus, stomata abaxial dan adaxial pada daun kaktus membuka seluruhnya pada
siang hari pukul 13.00 malam hari tepat pada pukul 24.00, dan pada jam 19.00
stomata pada adaxial juga membuka seluruhnya.
Dari keempat data kerapatan dan persen stomata membuka diketahui bahwa
kemampuan membuka stomata pada tanaman yang satu dengan tanaman yang lain
tidak sama. Akan tetapi, dari keseluruhan tanaman mampu membuka stomata
secara sempurna pada malam hari yaitu pada pukul 24.00. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa baik tanaman C3, C4 dan CAM memiliki persen stomata yang
sama pada pukul 24.00. perlu diketahui bahwa tanaman C3 pada praktikum kali
ini diwakili oleh tanaman kopi, tanaman C4 pada praktikum kali ini diwakili oleh
tanaman jagung, dan tanaman CAM pada praktikum kali ini diwakili oleh
tanaman kaktus dan tanaman nanas. Hasil pengamatan tersebut sebagian besar
tidak sesui dengan pendapat Salisburry dan Ross (1992), yang menyatakan bahwa
stomata pada tanaman C3 dan C4 akan membuka pada siang hari ketika cahaya
matahari sedang penuh atau berada pada taraf minimum 1/1000 sampai 1/30 dari
total cahaya matahari penuh, sedangkan pada tanaman CAM seperti kaktus,
Kalanchone dan Bryophyllum stomata akan membuka pada malam hari dan
menutup pada siang hari.
Stomata atau mulut daun merupakan salah satu bagian dari organ daun yang
umumnya berada di jaringan epidermis baik epidermis atas ataupun epidermis
bawah. Posisi stomata antara daun yang satu dengan daun yang lainnya tidak
sama. Hal ini disebakan karena perbedaan luas permukaan daun pada tanaman,
penutupan stomata, jumlah dan ukuran stomata, perbedaan bentuk stomata,
jumlah daun, kerapatan stomata dan perilaku stomata. Faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi stomata pada tumbuhan didominasi oleh unsur cuaca seperti
radiasi matahari dan suhu serta temperatur. Stomata atau mulut daun merupakan
salah satu dari banyaknya jaringan di dalam daun yang mempunyai peran yang
sangat penting. Stomata ini sebenarnya merupakan celah diantara dua sel penjaga
yang memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas-gas yang keluar ataupun
masuk ke dalam daun dan penentu terjadinya proses metabolisme tanaman seperti
proses traspirasi, respirasi, penyerapan pupuk daun dan proes metabolik lainnya.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi perilaku stomata (membuka dan
menutup) membuat peran stomata pada suatu tanaman dapat berfungsi dengan
baik. Faktor- faktor tersebut diantaranya intensitas cahaya matahari, konsentrasi
CO2 di permukaan daun, uap air antar sel tanaman terutama daun, kelembaban di
udara, suhu dan angin yang bergerak. Meskipun faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku stomata (membuka dan menutup) antara tanaman C3, C4 dan CAM
sama, namun waktu terjadinya pembukaan dan penutupan antara tanaman C3 dan
C4 dengan tanaman CAM tidak sama. Stomata pada tanaman C3 dan C4 akan
membuka pada siang hari ketika cahaya matahari sedang penuh atau berada pada
taraf minimum 1/1000 sampai 1/30 dari total cahaya matahari penuh, sedangkan
pada tanaman CAM seperti kaktus, Kalanchone dan Bryophyllum stomata akan
membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari. Khusus pada tanaman
CAM, pembukaan stomata pada malam hari merupakan cara terbaik yang dapat
dilakukan untuk menggurangi terjadinya transpirasi pada siang hari.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Kemampuan membuka stomata pada masing-masing tanaman tidak sama.
2. Pada tanaman kopi, stomata pada adaxial membuka seluruhnya pada malam
hari yaitu tepat pada pukul 24.00.
3. Pada tanaman jagung, stomata pada daun jagung membuka seluruhnya pada
malam hari yaitu tepat pada pukul 24.00.
4. Pada tanaman nanas, stomata tidak pernah mengalami pembukaan secara
sempurna.
5. Pada tanaman kaktus, stomata abaxial dan adaxial pada daun kaktus membuka
seluruhnya pada siang hari pukul 13.00 malam hari tepat pada pukul 24.00, dan
pada jam 19.00 stomata pada adaxial juga membuka seluruhnya.
6. Pada tanaman C3 dan C4 proses membukanya stomata terjadi pada siang hari
ketika cahaya matahari sedang penuh, sedangkan pada tanaman CAM stomata
akan membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari.

5.2 Saran
Sebaiknya pada proses pemberian kutek pada daun dilakukan dengan hati-
hati untuk menghindari kerusakan pada hasil cetakan stomata pada permukaan
daun, dan untuk perhitungan terhadap kerapatan dan persen stomata membuka
pada daun harus dilakukan dengan cara hati-hati untuk menghindari kesalahan
perhitungan.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, W.C., dan S. Utami. 2009. Mekanisme Terganggunya Proses


Fotosintesis Pada Berbagai Kondisi Vegetasi Pasca Kebakaran Hutan. Mitra
Hutan Tanaman, 4(3) : 101-110

Brodribb, T.J., T.S. Feild, and L. Sack. 2010. Viewing Leaf Structure and
Evolution From A Hydraulic Perspective. Functional Plant Biology, 37 :
488-498
Frankas, P.J. and D.J. Berling (2009). Maximum Leaf Conductance Driven by
CO2 Effects on Stomatal Size and Density Over Geologic Time. PNAS,
06(25) : 10343-10347

Mehri, N., R. Fotovat, J. Saha, and F. Jabbari. 2009. Variation of Stomata


Dimensions and Densities in Tolerant and Susceptible Wheat Cultivars
Under Drought Stress. Food Agriculture & Environent, 7(1) : 167-170

Permanasari, I dan E. Sulistyaningsih. 2013. Kajian Fisiologi Perbedaan Kadar


Lengas Tanah dan Konsentrasi Giberellin pada Kedelai (Glycine max L.).
Agroteknologi, 4(1): 31-39.

Permawari. 2010. Pengaruh Fotosintesis Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Kentang (Solanum Tuberosum L.) Dalam Lingkungan Fotoautotrof Secara
in vitro. Sains dan Teknologi Indonesia, 12(1) : 31-47

Pertiwi, H.I., N. Soverda, dan Evita. 2012. Pengaruh Naungan Tehadap Kerapatan
Stomata dan Trikoma Daun Serta Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas
Tanaman Kedelai. Journal of universitas Jambi, 1(3) : 197-207

Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 . Terjemahan
oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. 1995 .Bandung : Penerbit ITB

Wilkins, M.B. 1963. Physiology of Plant Growth. Jakarta : Erlangga

Yoo, C.Y., H.E. Pence, J.B. Jin, K. Miura, M.J. Gosney, P.M. Hasegawa, and M.V.
and Mickelbart. 2010. The Arabidopsis GTL 1 Transcription Factor
Regulates Water Use Efficiency and Drought Tolerance by Modulating
Stomata Density Via Transrepression of SDD1. Plant Cell, 22 : 4128-4141

Anda mungkin juga menyukai