Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM 6
IDENTIFIKASI FRAGMEN RHIZOMA

Disusun Oleh:

Mahabbah auliya (10060320064)


Indr Novian Rukman (10060320065)

Mila Apriyani (10060320066)


Zarawanda Zihan Nabila (10060320067)
Azmi Aziz (10060320068)

Raidah Amirah B R (10060320069)


Calista Salsa Nurvika (10060320071)

Kelompok/Shift : 7/8 B

Tanggal Praktikum : 15 Desember 2021

Tanggal Laporan : 22 Desember 2021

Nama Asisten : Silvia Wulandari, S.Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021 M/1443 H
PERCOBAAN 6
IDENTIFIKASI FRAGMEN RHIZOMA

I. TUJUAN PENGAMATAN
Menganalisa fragmen-fragmen serbuk simplisia rhizoma secara
mikroskopis pada berbagai preparat menggunakan reagen kloral hidrat.
II. TEORI DASAR
2.1 Morfologi dan Anatomi
Rimpang merupakan modifikasi dari batang. Rimpang biasanya
dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan dari kelas dicotyledoneae. Rimpang
sesungguhnya adalah batang sejati yang merambat di dalam tanah. Karena
merupakan modifikasi dari batang, sifat-sifat batang juga nampak pada
rimpang, seperti berbentuk bulat, mendukung daun-daun, dan tumbuh
menjauhi pusat bumi. Fungsi rimpang antara lain adalah sebagai tempat
penimbunan makanan. Selain itu, rimpang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakkan secara vegetatif. (Rosanti, 2013).
Umumnya batang berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat
pula mempunyai bentuk lain, tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya
atau matahari, selalu mengadakan percabanga dan selama hidupnya
kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil. Struktur pada
batang ini merupakan struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah penting
dari daun. Sifat-sifat umum batang dapat dikarakteristik antara lain selalu
tumbuh ke atas daun dan menjauhi pusat bumi, istilah ini disebut fototrofi
positif dan geotrofi negatif. Selain itu batang berwarna coklat, batang
memiliki bentuk yang beragam walaupun umunya berbentuk bulat.
(Gembong, 2005)
Pada batang monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel batas
antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil
terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup
yang artinya diantara xylem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak
adanya kambium pada monokotil menyebabakan batang monokotil tidak
dapat tumbuh memebesar dengan perkataan lain tidak terjadi
pertumbuhan menebal sekunder. Batang berperan dalam menyangga
posisi daun, melakukan fotosintesis, mentranspor zat-zat mentah.
Perbedaan utama pada batang dikotil dan monokotil adalah pada struktur
jaringan pembuluhnya. Pada tumbuhan dikotil dan monokotil jaringan
primer batang memiliki beberapa perbedaan yaitu memiliki susunan
jaringan epidermis, korteks batang dan silinder pusat (stele). Bagian
batang sebelah luar dibatasi oleh selapis sel rapat yang memiliki bentuk
yang khas memiliki sel penjaga dan berbagai tipe trikom. Pada tahun
pertama epidermis pada batang digantikan oleh lapisan gabus. Pada
beberapa tumbuhan parenkim batangnya berfungsi sebagai alat
fotosintesis. (Hayati, 2016)
1. Epidermis, terdiri atas selaput yang tersusun rapat tidak mempunyai
ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan
dibawahnya. Pada batang yang mengalami pertumbuhan sekunder
lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang dibentuk dari
kambium gabus.
2. Korteks, batang disebut juga kulit pertama. Terdiri dari beberapa
lapis sel yang dekat dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan.
Bagian korteks yang paling dalam disebut floetherma. Korteks
batang adalah daerah berbentuk silinder pembuluh korteks dapat
terdiri dari seluruhnya atas jaringan tipis.
3. Stele/silinder pusat merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis
terluar dari stele disebut perisikel atau prokambium. Ikatan
pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xylem dan
floem. Letak saling bersisian xylem disebelah dalam dan floem
disebelah luar. Antara xylem dan floem terdapat cambium
intravaskuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder
yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang.
4. Endodermis batang disebut juaga kulit dalam tersusun atas selapis
sel merupakan lapisa pemisah antara korteks dengan stele (Mulyani,
2006).
2.2 Cara Pembuatan Simplisia
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun
kegunaanya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk
dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang
berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan, serta
cara pengepakan dan penyimpanan (Agoes, 2007).
Pemilihan sumber tanaman sebagai bahan baku simplisia nabati
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia,
termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya)
dan pengolahan maupun jenis tanah tempat tumbuh tanaman obat. Proses
pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yangdapat
memenuhi mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa
kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian, simplisia
sebagai produk olahan, fariasi senyawa kandungan dapat diperkecil, diatur
atau diajegkan. Hal ini karena penerapan (aplikasi) IPTEK pertanian pasca
panen yang terstandar. Tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan
aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak (Laksana,
2010).
Tahap-tahap pembuatansimplisia secara garis besar adalah sebagai
berikut:
1. Pengolahan bahan baku kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia
berbeda-beda antara lain tergantung pada bagian tanaman yang
digunakan, umur tanaman yang digunakan, waktu panen, lingkungan
tempat tumbuh. waktu panen sangat erat hubungannya dengan
pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan
dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut
mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
2. Sortasi basah, dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada
simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing
seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-
macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan
simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba
awal.
3. Pencucian, dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan
dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM.
Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air
yang mengalir dilakukan pencucian dalam waktu yang sesingkat
mungkin.
4. Perajangan, beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses ini.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru
diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh
selama satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, alat mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan
maka semakin cepat juga penguapan air sehingga dapat mempercepat
waktu pengeringan. Meski begitu irisan yang terlalu tipis juga dapat
menyebabkan berkurangnya atau bahkan hilangnya zat berkhasiat yang
mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa
yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak,
temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari
perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar
minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak
bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk
mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau.
Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
5. Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air
yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
6. Sortasi kering, pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan
sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang
perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan
menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan
simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh
simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama
penyimpanan. Cara pada pengeringan yang salah dapat mengakibatkan
terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh
irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu
tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air
permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam
kepermukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan
menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang
dikeringkan. Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
7. Pengepakan dan penyimpanan, cara penyimpanan simplisia dalam
gudang harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak menyulitkan
pemasukan dan pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk
simplisia yang sejenis, harus diberlakukan prinsip “pertama masuk,
pertama keluar”, untuk itu perlu dilakukan administrasi pergudangan
yang teratur dan rapi. Semua simplisia dalam bungkus atau wadahnya
masing-masing harus diberi label dan dicantumkan nama jenis, asal
bahan, tanggal penerimaan, dan pemasukan dalam gudang. Dalam
jangka waktu tertentu dilakukan pemeriksaan gudang secara umum,
dilakukan pengecekkan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia
yang dipandang perlu. Simplisia yang setelah diperiksa ternyata tidak
lagi memenuhi syarat yang ditentukan misalnya tumbuh kapang,
dimakan serangga, berubah warna, berubah bau dan lain sebagainya
dikeluarkan dari gudang dan dibuang (Laksana, 2010).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya adalah
mikroskop, jarum untuk mengambil simplisia, kaca objek, dan kaca
penutup.
Sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
reagen kloral hidrat, aquadest, simplisia Boesenbergiae Rhizoma (rimpang
temukunci), Curcumae Domesticae Rhizoma (rimpang kunyit), Kaemferiae
Galangae Rhizoma (rimpang kencur), Alpiniae Galangae Rhizoma
(rimpang lengkuas), dan Zingiberis Officinalis Rhizoma (rimpang jahe).
IV. PROSEDUR
Preparat pada percobaan digunakan yaitu kloral hidrat. Pertama
simplisia rhizome diambil sedikit meggunakan jarum kemudian diletakan di
kaca objek. Selanjutnya kloral hidrat diteteskan 1-2 tetes diatas kaca objek
dan sedikit diaduk agar tidak menumpuk lalu kaca objek ditutup dengan
kaca penutup. Kemudian diletakan di bawah mikroskop untuk mengetahui
fragmen apa saja yang dihasilkan.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi mengenai rhizoma pada
makroskopik dan mikroskopik. Secara makroskopik pengamatan ini
dilakukan dengan cara organoleptis yaitu mengamati rasa, bau, warna, dan
bentuk. Sedangkan secara mikroskopik pengamtan dilakukan dibawah
mikroskop dengam pembesaran antara 40x sampai 400x. Identifikasi
rhizoma secara mikroskopik bertujuan untuk mengetahui bentuk atau
fragmen yang khas dari masing-masing rhizoma pada sampel yang di amati.
Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Boessenbergiae
Rhizoma, Curcumae Domesticae Rhizoma, Kaempferiae Galangae
Rhizoma, Alpiniae Galangae Rhizoma, dan Zingiberis Officinalis Rizoma.
Simplisia terbagi 2 jenis, yaitu simplisia nabati dan simplisia hewani.
Pada praktikum kali ini menggunakan simplisia nabati yang merupakah
simplisia berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman atau isi sel dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni
(Afriastini, 1990).
Pada percobaan ini mengamati bagian tumbuhan berupa Rhizoma
(Rimpang). Rimpang ini merupakan modifikasi dari batang. Rimpang
biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan dari kelas dicotyledon. Rimpang
sesungguhnya adalah batang sejati yang merambat didalam tanah. Karena
merupakan modifikasi dari batang, sifat-sifat batang juga Nampak pada
rimpang seperti berbentuk bulat, mendukung daun-daun dan tumbuh
menjauhi pusat bumi (Rosanti, 2011).
Untuk melihat fragmen-fragmen pada rimpang, dilakukan analisis
mikroskopis, yaitu analisis yang meliputi pemeriksaan ciri-ciri, bentuk serta
anatomi bahan menggunakan mikroskop. Pada percobaan ini menggunakan
reagen kloral hidrat yang berfungsi untuk bereaksi dan memberi warna
fragmen tertentu seperti jaringan gabus.
Reagen yang pertama digunakan adalah Kloral Hidrat yang memiliki
fungsi untuk menghilangkan kandungan butir-butir amilum dan kandungan
protein, sehingga dapat terlihat jelas jaringan yang ingin diamati dibawah
mikroskop (HAM, 2009). Reagen kedua yang digunakan adalah
floroglusinol-HCl untuk mendeteksi lignin.
5.1 Boesenbergia Pandurata Rhizoma
Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah.
Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan
batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat,
aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa
batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini umumnya memiliki 2-7
helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun.
Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm,
lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5
cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya
tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan
halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan,
warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm. Bunga tanaman ini berupa
susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha,
panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun
terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3
buah, warnanya merah muda atau kuning putih, berbentuk tabung 50-52
mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm
dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk
garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran
(staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon,
gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa
bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang (Plantus, 2008).
Klasifikasi Boesenbergiae Pandurata Rhizoma menurut Backer
(1965):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata (Backer, 1965).
Nama Umum : Temukunci
Makroskopis : Berwarna pucat dan bagian kulit luar berwarna coklat
Mikroskopik : Parenkim, periderm, pembuluh kayu dengan penebalan
tangga, butir pati, serabut. Sesuai dengan literatur
Perbesaran : 400x
Reagen : Kloral Hidrat
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang temukunci
secara makroskopis:
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang temukunci
secara mikroskopis:
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang temukunci
secara sketsa:

Hasil pengamatan secara mikroskopik, terdapat parenkim dengan sel


sekresi, Pembuluh dengan tipe tangga, parenkim dengan sel sekresi dan
butir pati, Parenkim dengan sel sekresi, parenkim dan parenkim dengan
serabut skelerenkim. Untuk pengamatan mikroskopis dari simplisia
Boesenbergiae Rhizoma, pengamatan dilakukan dengan membuat preparat
menggunakan serbuk dari simplisia dengan reagen kloral hidrat kemudian
diamati dibawah mikroskop. Dari hasil pengamatan, dapat teramati adanya
dua fragmen pengenal yaitu sel minyak. Sel minyak termasuk kedalam sel
sekresi, dimana sel ini menghasilkan atau mensekresikan suatu sekret.
Secara umum, struktur kelenjar sekresi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
struktur sekresi luar (extracellular) yang terdapat di permukaan tumbuhan
(organ) dan struktur sekresi dalam (intracellular) yang terdapat di dalam
organ tumbuhan (sel atau ruang antar sel). Kelenjar sekresi luar antara lain
nektarium (mensekresikan cairan gula), osmofor (menghasilkan bau
harum),dan hidatoda (pengeluaran air ke permukaan), sedangkan kelenjar
sekresi dalam antara lain yaitu latisifer (berisi lateks yang susunannya
rumit) (Hidayat, 1995).
5.2 Curcumae Domisticae Rhizoma
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
nya merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan
warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun
tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-
12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga
majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-
15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna
putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata.
Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga
kekuningkuningan. Kunyit (Curcuma domestica Val) merupakan tanaman
multiguna diantaranya dimanfaatkan sebagai obat anti bakteri, antioksidan,
anti inflamasi, anti kanker, anti hepatitis, anti kejang, anti racun ular,
rempah, bahan pewarna alami. Senyawa yang dikandung rimpang kunyit
diantaranya minyak atsiri dengan kandungan utama ar-tumeron, α dan ß
tumeron, sesquiterpen, zingiberen. Selain itu, rimpang kunyit juga
mengandung kurkuminoid (De Padua, 1999: 210-219).
Klasifikasi Cucurma Domesticae Rhizoma menurut Backer (1965):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica (Backer, 1965).
Nama Umum : Kunyit
Makroskopik : Rimpang kunyit bagian dalamnya berwarna jingga, bagian
luarnya berwarna cokelat.
Mikroskopik : Periderm, pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan
Jala, butir pati, rambut penutup. Sesuai dengan literatur
Perbesaran : 40x, 100x, dan 400x.
Reagen : Kloral Hidrat
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang kunyit secara
makroskopis:

Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang kunyit secara


mikroskopis:
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang kunyit secara
sketsa:

Hasil pengamatan secara mikroskopis yaitu terdapat sel parenkim,


terdapat pembuluh, parenkim dengan sel sekresi, parenkim dan rambut
penutup, pembuluh dengan tipe tangga dan butir pati. Untuk pengamatan
mikroskopis dari simplisia Curcumae Domesticae Rhizoma, pengamatan
dilakukan dengan membuat preparat menggunakan serbuk dari simplisia
dengan reagen kloral hidrat lalu diamati dibawah mikroskop. Dari hasil
pengamatan, teramati adanya dua fragmen pengenal yaitu periderm dan
pembuluh kayu. Fragmen yang pertama ditemukan pada serbuk simplisia
Curcuma Dosticae Rhizoma adalah fragmen periderm. Periderm di sel ini
memliki sel sekresi dan terdapat serat-serat tipis dengan warna dasarnya
adalah warna coklat. Fragmen parenkim ini dilihat dengan mikroskop pada
perbesaran 400x. Periderm adalah jaringan proteksi yang berupa jaringan
sekunder pengganti epidermis pada batang dan akar yang menambah
tebalnya dengan pertumbuhan sekunder. Periderm dapat berkembang
sepanjang permukaan yang terdedah setelah terjadi absisi pada bagian
tumbuhan, seperti pada tangkai daun dan percabangan. Pembentukan
periderm juga terdapat pada perkembangan lapisan proteksi dekat jaringan
yang luka atau mati, baik disebabkan oleh luka mekanis atau oleh serangan
parasit. Fragmen selanjutnya yang ditemukan adalah rambut penutup.
Rambut penutup adalah modifikasi dari jaringan epidermis berbentuk bulu-
bulu begitu. Jaringan pelindung ini berfungsi sebagai pelindung dimana
pembentukannya terletak di paling luar daun. Selain itu, jaringan ini juga
berfungsi untuk mencegah penguapan yang berlebih. Umumnya jaringan ini
tersusun dari satu lapis sel dan dapat bermodifikasi dengan adanya
penambahan lilin, rambut (trichoma), emergensia, dan stomata. Trichoma
berfungsi untuk membantu melindungi daun dari kerusakan dan penguapan
yang berlebih serta memberikan pula adanya penambahan pada luas
permukaan jaringan epidermis. Fragmen selanjutnya yang ditemukan dari
simplisia Curcumae Domesticae Rhizoma adalah parenkim dengan sel
sekresi yang menempel diantara sel parenkimnya. Sel-sel parenkim
berbentuk serat-serat tipis dengan warna latar belakangnya adalah coklat.
Fragmen yang terakhir yang ditemukan pada praktikum ini adalah fragmen
pembuluh kayu dengan penebalan jalan dan tangga karena berbentuk
memanjang kebawah dan zigzag. Fragmen ditemukan berwarna coklat
dengan serat-serat tipis. Perbesaran yang digunakan adalah 40 x dengan
menggunakan reagen kloral hidrat.
5.3 Kaempferiae Galangae Rhizoma
Rimpang kencur memiliki warna cenderung lebih putih dan kulit
luarnya berwarna coklat, dengan bentuk pipih tidak beraturan dan ukuran
rimpang lebih kecil dan ruas-ruasnya lebih pendek. Pada pengamatan
mikroskopiknya dijumpai fragmen parenkim dengan sel minyak, butir pati
dan pembuluh kayu dengan penebalan spiral. Selain itu, rimpang kencur ini
memiliki fragmen yang khas berupa butir pati yang hampir bulat dengan
puting atau sisi bersudut, idioblas minyak serta oleoresin berbentuk
gumpalan atau tetesan kecil. Rimpang kencur yang disuling mengandung
minyak atsiri tidak kurang dari 2,40% v/b atau etil p-metoksisinamat tidak
kurang dari 1,80% (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Rimpang kencur
memiliki khasiat sebagai obat tradisional yang biasa digunakan untuk
bengkak, batuk, nyeri perut, kejang perut, masuk angin, antiemetik,
penawar racun makanan dan dimanfaatkan untuk rempah-rempah dalam
masakan.
Minyak atsiri di dalam rimpang kencur mengandung etil sinamat
dan metil p-metoksi sinamat yang banyak digunakan di dalam industri
kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur (Rostiana et.
al, 2005).
Klasifikasi Kaempferiae Galangae Rhizoma menurut Materia
Medika (1978):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida.
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L.
Nama umum : Kencur
Makroskopis : Berbentuk bulat tidak beraturan, permukaan dalam
berwarna putih, permukaan luar berwarna coklat.
Mikroskopis : Terdapat fragmen parenkim dengan sel sekresi,
butir pati, dan pembuluh kayu dengan penebalan
spiral.
Perbesaran : 400x
Reagen : Kloral hidrat
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang kencur secara
makroskopis:

Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang kencur secara


mikroskopis:
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang kencur secara
sketsa:

Hasil pengamatan secara mikroskopik yaitu terdapat parenkim, butir


pati, pembuluh kayu dengan tipe spiral dan periderm Untuk pengamatan
mikroskopis dari simplisia Kaempferiae Galangae Rhizoma, pengamatan
dilakukan dengan membuat preparat menggunakan serbuk dari simplisia
dengan dua reagen berbeda, yaitu reagen kloral hidrat kemudian diamati
dibawah mikroskop. Dari hasil pengamatan, dapat teramati adanya enam
fragmen pengenal, yaitu fragmen periderm, parenkim, pembuluh kayu,
periderm dengan pati, dan parenkin dengan sel minyak. Parenkim pada
tumbuhan disebut juga sebagai jaringan dasar, artinya, pada hampir setiap
bagian tumbuhan terdapat jaringan parenkim yang berfungsi sebagai
jaringan dasar, dimana jaringan-jaringan lain terdapat di dalamnya. Jaringan
parenkim merupakan jaringan yang terbentuk dari sel-sel hidup dengan
struktur morfologi dan fisiologi yang bervariasi. Jaringan parenkim
biasanya terdapat pada empulur dan korteks batang, akar, mesofil daun,
jaringan-jaringan fotosintesis, daging daun serta endosperm biji dan dalam
buah.
Sel minyak termasuk kedalam sel sekresi, dimana sel ini
menghasilkan atau mensekresikan suatu sekret. Secara umum, struktur
kelenjar sekresi dapat dibedakan menjadi dua yaitu struktur sekresi luar
(extracellular) yang terdapat di permukaan tumbuhan (organ) dan struktur
sekresi dalam (intracellular) yang terdapat di dalam organ tumbuhan (sel
atau ruang antar sel). Kelenjar sekresi luar antara lain nektarium
(mensekresikan cairan gula), osmofor (menghasilkan bau harum),dan
hidatoda (pengeluaran air ke permukaan), sedangkan kelenjar sekresi dalam
antara lain yaitu latisifer (berisi lateks yang susunannya rumit) (Hidayat,
1995).
Periderm adalah jaringan proteksi yang berupa jaringan sekunder
pengganti epidermis pada batang dan akar yang menambah tebalnya dengan
pertumbuhan sekunder. Periderm terdiri atas felogen (kambium,gabus)
yaitu meristem yang menghasilkan periderm, felem (gabus) yaitu jaringan
proteksi yang dibentuk ke arah luar felogen, feloderm yaitu jaringan
parenkim yang dibentuk ke arah dalam oleh felogen. Pembuluh kayu pada
tumbuhan berfungsi sebagai tempat pengangkutan air dan zat-zat mineral
dari akar ke bagian daun.
5.4 Alpiniae Galangae Rhizoma
Rimpang lengkuas memiliki warna kemerahan (pada saat segar) dan
kecoklatan (pada saat sudah dikeringkan), dengan bentuk besar tidak
beraturan. Pada pengamatan mikroskopiknya dijumpai fragmen pembuluh
kayu dengan penebalan tangga, parenkim dengan sel idioblas, fragmen
serabut dengan dinding sel tebal dan butir pati. Selain itu, rimpang lengkuas
ini memiliki fragmen yang khas berupa butir pati dan sel idioblas berisi
minyak dan zat samak.
Rimpang lengkuas yang disuling mengandung minyak atsiri tidak
kurang dari 0,50% v/b (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Rimpang
lengkuas berkhasiat sebagai obat tradisional yang biasa digunakan untuk
stomakikum, patah selera dan dimanfaatkan untuk rempah-rempah dalam
masakan.
Kandungan kimia pada rimpang lengkuas selain mengandung
minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari
metilsinamat 48%, sineol 20% – 30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen,
spinen, galangin, dan lain-lain. Tetapi juga mengandung resin yang disebut
galangol dan terdapat kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan
galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum dan
beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain. Mengandung zatzat yang dapat
menghambat enzim xanthin oksidase yaitu trans-p-kumari diasetat,
transkoniferil diasetat, asetoksi chavikol asetat, asetoksi eugenol setat, dan
4-hidroksi benzaidehida serta senyawa diarilheptanoid yang dinamakan 1(4-
hidroksifenil)-7- fenilheptan-3,5-diol.
Klasifikasi Alpiniae Galangae Rhizoma menurut Azwar (2010):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magniliophyta
Kelas : Liliopsida
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga L. Swartz
Nama umum : Lengkuas
Makroskopis : Memiliki nodus besar, permukaan luar berwarna
coklat, permukaan dalam berwarna coklat muda
pucat.
Mikroskopis : Terdapat fragmen jaringan berkas pembuluh,
parenkim dengan butir pati, serabut dengan dinding
sel tebal, dan butir pati.
Perbesaran : 400x
Reagen : Kloral hidrat
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang lengkuas secara
makroskopis:
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang lengkuas secara
mikroskopis:

Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang lengkuas secara


sketsa:

Hasil pengamatan secara mikroskopis yaitu terdapat Jaringan berkas


pembuluh dengan tipe spiral, pembuluh spiral, parenkim dengan butir pati ,
serabut dengan dinding sel tebal, butir pati. Dan arenkim dengan sel
idioblas.
Untuk pengamatan mikroskopis dari simplisia Alpiniae Galangae
Rhizoma, pengamatan dilakukan dengan membuat preparat menggunakan
serbuk dari simplisia dengan dua reagen berbeda, yaitu reagen Kloral Hidrat
kemudian diamati dibawah mikroskop. Dari hasil pengamatan, dapat
teramati adanya enam fragmen pengenal, yaitu fragmen butir pati yang
khas, epidermis dn jaringan korteks bagian luar, perenkim dengan sel
idioblas yang khas, parenkim dengan fragmen serabut dengn dinding sel
yang tebal, serta jaringan berkas pembuluh.
Berkas pembuluh pada tumbuhan terdiri atas berkas-berkas
pengangkut yang berfungsi sebagai pengangkut mineral dan zat-zat hara,
serta hasil fotosintesis dari akar ke daun, lalu ke seluruh bagian tumbuhan.
Idioblas adalah jaringan pada tumbuhan yang terdiri atas sel sel yang
memiliki fungsi yang berbeda dengan sel disekitarnya. Jaringan idioblas
dapat berupa kelenjar ataupun alat sekresi dalam jaringan makanan.
Korteks batang terdiri atas parenkim, dan seringkali mempunyai
kolenkim serta sklerenkim yang berfungsi sebagai jaringan pendukung
primer. Epidermis pada tumbuhan berfungsi sebagai pelindung jaringan
yang ada dibawahnya, yang terdiri dari satu lapis sel.
5.5 Zingiberis Officinalis Rhizoma
Rimpang jahe memiliki warna krem, dengan bentuk besar tidak
beraturan serta permukaan luar banyak kerutan. Pada pengamatan
mikroskopiknya dijumpai fragmen pembuluh sisil, parenkim, fragmen
jaringan parenkim kulit sel besar dan poligon, pembuluh kayu penebalan
spiral, butir pati dan fragmen serat sklerenkim. Selain itu, rimpang jahe ini
memiliki fragmen yang khas berupa fragmen pembuluh sisil, sel minyak
memanjang dan butir pati bentuk agak gepeng dengan tonjolan di ujung.
Rimpang jahe yang disuling mengandung minyak atsiri tidak kurang dari
0,80% v/b (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Rimpang jahe berkhasiat
sebagai obat tradisional yang biasa digunakan untuk masuk angin,
neuropati, anti-emetik, sakit kepala, rematik, stomakikum, keseleo,
bengkak, penawar racun ular dan untuk rempah dalam masakan.
Kandungan kimia pada rimpang jahe mengandung minyak atsiri
zingiberena (zingirona) 0,25-3,3%, kandungan monoterpen utama adalah
sitral a dan sitral b, serta seskuiterpen (30-70%), utamanya adalah β
seskuiterpen, β-bisabolen, arkurkumen, α-zingiberen. Rasa pedas pada
rimpang jahe, terutama berasal dari gingerol, shogaol, dan turunan keton
fenolat. Rimpang jahe juga mengandung antioksidan. Kandungan kimia
aktif pada jahe adalah gingerol dan hexahydrocurcumin, keduanya berguna
untuk mencegah oksidasi dari minyak dan lemak.
Klasifikasi Zingiberis Officinalidis Rhizoma menurut Rukmana
(2000):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc.
Nama umum : Jahe
Makroskopis : Permukaan luar berwarna coklat muda, permukaan
dalam berwarna putih tulang pucat, permukaan kasar
Mikroskopis : Terdapat fragmen pembuluh kayu, sel sekresi,
parenkim, butir pati, dan serat sklerenkim
Perbesaran : 400x
Reagen : Kloral hidrat
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang jahe secara
makroskopis:

Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang jahe secara


mikroskopis:
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang jahe secara
sketsa:

Hasil pengamtan secara mikroskopik yaitu terdapat pembuluh spiral


dengan sklerenkim, parenkim, butir pati dan serat skelerenkim. Untuk
pengamatan mikroskopis dari simplisia Zingiberis Officinalis Rhizoma,
pengamatan dilakukan dengan membuat preparat menggunakan serbuk dari
simplisia dengan Kloral Hidrat, kemudian diamati dibawah mikroskop. Dari
hasil pengamatan, dapat teramati adanya beberapa fragmen pengenal, yaitu
fragmen butir pati, jaringan parenkim kulit dan silinder pusat, fragmen
pembuluh dengan serat sklerenkim yang masih melekat, serta fragmen
pembuluh sisil.
Jaringan sklerenkim merupakan jaringan yang menyusun sistem
jaringan dasar/pengisi yang berfungsi untuk fotosintesis, cadangan
makanan, regenerasi, penunjang, dan proteksi. Serabut skelrenkim adalah
sel-sel yang panjang yang berujung runcing.
Jaringan parenkim merupakan salah satu komponen yang menyusun
sistem jaringan pengisi yang memiliki berbagaimacam fungsi yaitu untuk
fotosintesis, cadangan makanan, regenerasi, penunjang, dan proteksi.
VI. KESIMPULAN
Pada simplisia Boesenbergiae Pandurate Rhizoma fragmen pengenal
yangteramati adalah parenkim dengan sel sekresi, pembuluh dengan tipe
tangga, parenkim dengan sel sekresi dan butir pati, parenkim dengan sel
sekresi, parenkim dan parenkim dengan serabut skelerenkim.
Pada simplisia Curcumae Domesticae Rhizoma fragmen pengenal
yang teramati adalah sel parenkim, terdapat pembuluh, parenkim dengan sel
sekresi, parenkim dan rambut penutup, pembuluh dengan tipe tangga dan
butir pati.
Pada simplisia Kaemferiae Galangae Rhizoma fragmen pengenal
yang teramati adalah terdapat parenkim, butir pati, pembuluh kayu dengan
tipe spiral dan periderm.
Pada simplisia Alpiniae Galangae Rhizoma fragmen pengenal yang
teramati adalah jaringan berkas pembuluh dengan tipe spiral, pembuluh
spiral, parenkim dengan butir pati, serabut dengan dinding sel tebal, butir
pati, dan parenkim dengan sel idioblas.
Pada Zingiberis Officinalis fragmen pengenal yang teramati adalah
pembuluh spiral dengan sklerenkim, parenkim, butir pati dan serat
skelerenkim.
DAFTAR PUSTAKA
Afriastini. (1990). Daftar Jenis Tanaman. Jakarta: Panerama Swadaya.
Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB Press Bandung.
de Padua, et all,.(1999). Medicinal and poisonous plants 1. PROSEA 12 (1).
Erlangga. Syamsuhidayat, d. H (1991). Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia I.
Jakarta: Depkes RI.
Gembong. (2005). Taksonomi Tmbuhan untuk Farmasi. Yogyakarta: UGM.
HAM. (2009). Membuat Reagen Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Hayati. (2006). Pengaruh jenis Asidulan Terhadap mutu Pure Labu Kuning
(Cucurbita pepo L.) Selama penyimpanan dan Aplikasinya dalam
Pembuatan Pudding. Bogor: IPB.
Hidayat. (1995). Anatomi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
Kanisius. Pujiharti, N. Y. (2012). Budidaya Tanaman Obat Keluarga (Toga).
Jakarta: Erlangga.
Kemenkes RI. (2011). Modul Penggunaan Obat Rasional, Bina Pelayanan
Kefarmasian. Jakarta: Penebar Swadaya.
Laksana, T. (2010). Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia. Yogyakarta:
UGM.
Mulyani, S. (2006). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius. Pujiharti, N. Y.
Rosanti. (2011). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Rosanti. (2013). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga. Syamsuhidayat, d. H.
Rostiana et. al. (2005). Budidaya Tanaman Kencur. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika,
Yogyakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
PRAKTIKUM 7
IDENTIFIKASI FRAGMEN PERIKAPIUM

Disusun Oleh:
Mahabbah auliya (10060320064)

Indra Novian Rukman (10060320065)


Mila Apriyani (10060320066)
Zarawanda Zihan Nabila (10060320067)
Azmi Aziz (10060320068)
Raidah Amirah B R (10060320069)
Calista Salsa Nurvika (10060320071)

Kelompok/Shift : 7/8 B

Tanggal Praktikum : 15 Desember 2021

Tanggal Laporan : 22 Desember 2021

Nama Asisten : Silvia Wulandari, S.Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021 M/1443H
PERCOBAAN 7
IDENTIFIKASI FRAGMEN PERICAPIUM

I. Tujuan Pengamatan
1.1.Memahami dan dapat melaksanakan proses pembuatan preparat dari
serbuk simplisia yang sudah ditentukan dengan tepat dan sesuai.
1.2.Mampu mengidentifikasi simplisia yang diberikan untuk diamati secara
makroskopik dan mikroskopik serta mengetahui fragmen pengenal dari
simplisia Punicae granati pericarpium dan Garniciae mangostanae
pericarpium
II. Teori Dasar
2.1.Morfologi
Istilah morfologi bersal dari kata Morphologi yang berarti (Morphe
: bentuk, logos : Ilmu) berarti ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk luar
dari tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji mengenai organ-organ
tumbuhnya dengan segala variasinya. Morfologi tumbuhan ialah ilmu yang
mempelajari struktur organ tumbuhan baik mengenai akar, batang, daun,
bunga, buah, maupun bijinya. Pada dasarnya, tumbuhan terdiri atas tiga
organ pokok yaitu akar (radiks), batang (caulis), dan daun (folium).
Tumbuhan yang memilki ketiga unsur pokok tersebut adalah golongan
kormofita (kormofita berasal dari bahasa yunani yaitu, cormus berarti akar,
batang dan daun, sedangkan phyta berarti tumbuhan). Selain itu bagian lain
dari tubuh tumbuhan dapat dikatakan sebagai turunan (derivat) dari salah
satu atau dua bagian pokok tersebut yang telah mengalami perubahan
bentuk, sifat, dan fungsi (Hidayat, 1995). Morfologi tumbuhan membahas
tentang fungsi masing-masing bagian dari bentuk dan susunan tumbuhan
dan susunan tumbuhan. Jika melihat daun dari berbagai macam jenis
tumbuhan, dapat terlihat bahwa daun memiliki struktur morfologi daun
yang bermacam-macam (Rianawaty, 2011). Tumbuhan merupakan
organisme autotrof atau organisme yang dapat membuat makanannya
sendiri. Tumbuhan sangat banyak jumlahnya di dunia ini. Tumbuhan yang
tersebar memiliki berbagai perbedaan satu sama lain. Ilmu yang
mempelajari tumbuhan disebut ilmu botani. Ilmu botani mencakup
beberapa kajian salah satunya yaitu tentang morfologi tumbuhan. Morfologi
tumbuhan adalah ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik
bagian-bagian, bentuk maupun fungsinya. Secara klasik, tumbuhan terdiri
dari tiga organ dasar tumbuhan terdiri atas 3 (tiga) organ pokok, yaitu akar
(radiks), batang (caulis), dan daun (folium). (Tjitrosoepomo, 2003).
Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium).
Setiap bakal buah berisi satu/lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing
mengandung sel telur. Bakal biji itu dibuahi melalui suatu proses yang
diawali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari
kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala putik,
serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang
berisi sperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik menuju
bakal biji, di mana terjadi persatuan antara sperma yang berasal dari serbuk
sari dengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji, membentuk zigot yang
bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini melibatkan baik
plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur dan sperma, dan
kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya (Campbell, 2003).
Buah merupakan organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan
modifikasi lanjutan bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan
melindungi biji. Berdasarkan jenisnya buah ada dua macam yaitu buah
sejati dan buah semu, aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya
dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Buah
yang semata-mata terbentuk dari bakal buah, atau paling banyak terdapat
sisa-sisa bagian bunga yang lazimnya telah gugur, umunya buah yang tidak
terbungkus atau buah yang telanjang (fructus nudus). Buah ini dinamakan
buah sejati atau buah sungguh. Kecuali bakal buahnya sendiri sering kali
terjadi bahwa ada bagian bunga yang ikut mengambil bagian dalam
pembentukan buah, bahkan seringkali menjadi bagian buah yang paling
menarik perhatian. Buah yang demikian dinamakan buah palsu atau buah
semu (fructus spurius) (Campbell, 2003).
Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan
maupun bahan baku industri karena didalamnya disimpan berbagai macam
produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang
mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologi (Ashari, 2004).
Pada sebagian buah khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah
yang tenggelam, terkadang bagian-bagian bunga yang lain seperti perhiasan
bunga, kelopak, mahkota dan benang sari bersatu dengan bakal buah dan
turut berkembang membentuk buah buah. Jika bagian-bagian buah itu
merupakan bagian dari utama buah, maka buah itu disebut buah semu
(Kimball, 1999). Pada umumnya buah terbentuk sesudah terjadi
penyerbukan dan pembuahan pada bunga. Walaupun demikian mungkin
pula buah terbentuk tanpa adanya pembuahan dan penyerbukan, peristiwa
terbentuknya buah yang demikian itu dinamakan partenokapi. Buah yang
terjadinya dengan cara ini biasanya tidak mengandung biji atau jika ada
bijinya tidak mengandung lembaga sehingga bijinya tidak dapat dijadikan
alat perkembangbiakan. Pembentukan buah dengan cara ini lazim didapati
pada pohon pisang (Tjitrosoepomo, 2003).
Kulit buah ada yang dua lapis dan ada yang tiga lapis. Kulit buah
yang terdiri dari 2 lapis meliputi eksokarpium dan endokarpium sedang
yang tiga lapis meliputi eksokarpium, mesokarpium, dan endokarpium.
Endokarpium berbatasan dengan kulit biji. Eksokarpium umumnya satu
lapis sel, mesokarpium terdiri dari beberapa lapis sel, sedang endokarpium
dapat satu lapis atau lebih. Buah tertentu memiliki endokarpium yang terdiri
dari sel batu. Daging buah yang kita makan sehari-hari sebenarnya
mesokarpium. Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal
dari bakal buah tenggelam, kadang-kadang bagian-bagian bunga yang lain
(umpamanya tabung perhiasan bunga, kelopak, mahkota, atau benangsari)
bersatu dengan bakal buah dan turut berkembang membentuk buah. Jika
bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka buah itu lalu
disebut buah semu. Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari
bakal buah) maupun buah semu, dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah
(Campbell, 2003).
Dinding buah yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah
pada bunga dikenal sebagai pericarp (pericarpium). Pericarp ini sering
berkembang lebih jauh, sehingga dapat dibedakan atas dua lapis atau lebih,
yang dibagian luar disebut dinding buah (eksocarp) atau pericarp yang
dibagian dalam disebut dinding dalam atau endocarp serta lapisan tengah
yang disebut dinding tengah atau mesokarp (Campbell, 2003).
Pericarpium merupakan dinding buah ini biasanya dibedakan dalam
dinding luar (exocarpium) yang masing – masing hanya terdiri atas satu
lapis dan diantaranya terdapat bagian dinding buah yang terdiri dari
beberapa lapisan yaitu dinding tengah (mesocarpium) (Rahmat S, 2008).
2.2. Proses Pembentukan dinding buah
Buah memiliki (ovarium), hasil dari penyerbukan. Penyerbukan
adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari di kepala putik. Jika terjadi
penyerbukan, maka pembuahan telah terjadi. Hal ini menyebabkan bakal
buah berkembang menjadi buah (Rahmat S, 2008).
Karena penyerbukan berasal dari bunga, maka pada pembentukan
buah,ada bagian bunga yang turut tumbuh bersama pembentukan buah,
ada pula bagian-bagian yang gugur. Bagian-bagian bunga yang turut
berkembang adalah daun pelindung, daun kelopak, tangkai kepala putik,
dan kepala putik. Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah,
dengan bagian- bagian bunga yang masih tersisa, merupakan buah yang
tidak terbungkusatau buah telanjang (Rahmat S, 2008).
Buah akan membungkus dan melindungi biji. Setiap bakal buah
berisi satuatau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing
mengandung sel telur.Bakal biji itu di buahi melalui suatu proses yang di
awali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari
kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala putik,
serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari
yang berisisperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik
menuju bakal biji, dimana terjadi persatuan antara sperma yang berasal
dari serbuk saridengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji, membentuk
zigot yang bersifat diploid. Zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi
embrio(lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah
(Rahmat S, 2008).
Buah memiliki (ovarium), hasil dari penyerbukan. Penyerbukan
adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari di kepala putik. Jika terjadi
penyerbukan, maka pembuahan telah terjadi. Hal ini menyebabkan bakal
buah berkembang menjadi buah (Rahmat S, 2008).
Karena penyerbukan berasal dari bunga, maka pada pembentukan
buah,ada bagian bunga yang turut tumbuh bersama pembentukan buah,
ada pula bagian-bagian yang gugur. Bagian-bagian bunga yang turut
berkembang adalah daun pelindung, daun kelopak, tangkai kepala putik,
dan kepala putik. Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah,
dengan bagian- bagian bunga yang masih tersisa, merupakan buah yang
tidak terbungkusatau buah telanjang (Rahmat S, 2008).
Buah akan membungkus dan melindungi biji. Setiap bakal buah
berisi satuatau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing
mengandung sel telur.Bakal biji itu di buahi melalui suatu proses yang di
awali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari
kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala putik,
serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari
yang berisisperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik
menuju bakal biji, dimana terjadi persatuan antara sperma yang berasal
dari serbuk saridengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji, membentuk
zigot yang bersifat diploid. Zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi
embrio(lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah
(Rahmat S, 2008).
2.3. Anatomi
Pada umumnya buah berkembang dari alat kelamin betina (putik)
yang disebut bagian bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang
lengkap tersusun atas biji, daging buah dan kulit buah. Setelah masak,
kulit buah ada yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu epikarp,
mesokarp dan endokarp. Epikarp merupakan lapisan luar yang keras dan
tidak tembus air, misalnya pada buah kelapa. Mesokarp merupakan
lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya bersabut pada kelapa.
Endocarp merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan sel
yang sangat keras dan tebal, misalnya tempurung kelapa, berupa selaput
tipis pada rambutan (Hidayat, 1995).
a. Punicae granati pericarpium
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super devis : Spermatophyta
Devisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Familia : Punicaceae
Genus : Punica
Species :Punica granatum
Kegunaan Punicae granati pericarpium adalah sebagai Obat
diare, obat batuk, sebagai sunscreen block.
b. Garniciae mangostanae pericarpium

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom: Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Rosanae
Ordo : Malpighiales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia L.
Spesies : Garcinia mangostana L.
Kegunaan Garniciae mangostanae pericarpium adalah
sebagai aktivitas antioksidan, antitumor, antialergi, antiinflamasi,
antibakteri, antifungal, dan antiviral.
2.4. Pengelolaan
Buah pada umunya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Buah semu atau buah tertutup yaitu buah yang terbentuk dari bakal
buah beserta bagian-bagian lain bungayang perlahan menjadi bagian
utama bua ini sedangkan buah yang sesungguhnya kadang-kadang
tersembunyi (Tjitrosoepomo, 2003).
Buah semu dapat dibedakan mejadi tiga golongan yaitu:

a. Buah semu tunggal yaitu buah yang terjadi dari satu buah dengan
satu bakal buah. Pada buah ini selain bakal buah ada bagian bunga
yang ikut membentuk buah, misalnya tangkai buah pada buah
jambu monyet dan kelopak bunga pada buah ciplukan
(Tjitrosoepomo, 2003).
b. Buah semu ganda yaitu jika pada satu bunga terdapat lebih dari
satu bakal buah yang bebas satu sama lain dan kemudian masing-
masing dapat tumbuh menjadi buah, tetapi disamping itu ada
bagian lain pada bunga yang ikut tumbuh dan merupakan bagian
bah yang mencolok. Misalnya pada buah arbei (Tjitrosoepomo,
2003).
c. Buah semu majemuk yaitu buah semu yang terjadi dari bunga
majemuk tetapi seluruhnya tampak dari luar seperti satu buah saja,
misalnya buah nangka dan keluwih yang terjadi dari ibu tangkai
bunga yang tebal dan berdaging, beserta daun-daun dan tenda
bunga yang pada ujungnya berlekatan satu sama lain hingga
merupakan kulit semu (Tjitrosoepomo, 2003).
2. Buah sejati atau buah telanjang terjadi dari bakal buah dan jika ada
bagian bunga yang lainnya yang tertinggal bagian ini merupakan
bagian buah yang tidak berarti (Tjitrosoepomo, 2003).
Buah sungguh dapat dibedakan menjadi:

a. Buah sejati tunggal, yaitu buah yang terjadi dari satu buah dengan
satu bakal buah. Buah ini dapat berisi satu biji atau lebih dapat pula
tersusun dari satu atau banyak daun buah dengan satu atau banyak
ruang, misalnya buah mangga, buah papaya, dan buah durian
(Tjitrosoepomo, 2003).
b. Buah sejati ganda yaitu jika pada satu bunga terdapat lebih dari
satu bakal buah yang bebas satu sama lain dan kemudian masing-
masing dapat tumbuh menjadi buah, tetapi disamping itu ada
bagian lain pada bunga yang ikut tumbuh dan merupakan bagian
bah yang mencolok. Misalnya pada cempaka (Tjitrosoepomo,
2003).
c. Buah sejati majemuk, yaitu buah yang berasal dari suatu bunga
majemuk, yang masing-masing bunga nya mendukung satu bakal
buah tetapi setelah menjadi buah tetap berkumpul seperi pada
pandan (Tjitrosoepomo, 2003).
2.5. Kandungan kimia
Buah memiliki banyak kandungan minyak atsiri, vitamin c, alkaloid,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral terpen dan terpenoid. Seperti
pada capsici fructus mengandung kapsaisin, vitamin c, damar, zat warna
kapsantin dan karoten digunakan sebagai stomakik dan tintkturnya sebagai
obat gosok. Piperis nigri fructus mengandung zat berkhasiat minyak atsiri,
alkaloid, khavisin dan piperin digunakan sebagai karminatif dan iritansia
lokal (Tjitrosoepomo, 2003).
2.6.Fungsi
Beberapa fungsi buah diantaranya (Campbell, 2003):
1. Sebagai cadangan makanan
2. Sebagai alat perkembangbiakan
3. Sebagai pelindung biji
4. Dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi
III. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kaca objek, kaca
penutup, sendok spatel, dan mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah reagen
floroflushinol, Kloralhidrat, HCl, serbuk simplisia kulit buah delima dan
serbuk simplisia kulit buah manggis.
IV. POSEDUR
4.1.Prosedur pengamatan simplisia Punicae granati pericarpium
Kaca objek dan kaca penutup bersih dan bebas minyak disediakan.
Reagen diteteskan pada kaca objek sebanyak 2-3 tetes. Kemudian, spesimen
yang akan diamati disimpan di atas kaca objek, objek yang akan diamati
ditutup dengan kaca penutup. Kaca objek dipanaskan diatas nyala bunsen
dengan api kecil hingga gelembung yang terjebak dalam sediaan keluar.
Apabila terdapat butir pati dan atau musilago, reagen ditambahkan
kemudian dilakukan pemanasan pada kaca objek secara berulang. Setelah
semua tahap selesai dilakukan, objek dapat diamati secara langsung
dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa yang sesuai yaitu 400X.
Reagen dapat kembali ditambahkan untuk mencegah mengkristalnya Kloral
Hidrat pada saat pengamatan. Keseluruhan proses diatas dapat membantu
untuk menyamarkan butir pati dan senyawa larut air yang menghalangi
pengamatan.
4.2.Prosedur pengamatan simplisia Punicae granati pericarpium
Kaca objek dan kaca penutup bersih dan bebas minyak disediakan.
Reagen floroglusinol diteteskan pada kaca objek sebanyak 2-3 tetes.
Spesimen yang akan diamati disimpan di atas kaca objek. Spesimen diaduk
hingga tercampur dengan reagen. Setelah tercampur merata, objek dibiarkan
hingga seluruh reagen menguap dan simplisia mengering. HCl ditambahkan
pada objek. Kemudian, preparat ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan
dilakukan dengan mengamati di bawah mikroskop pada perbesaran 400X.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Punicae Granati Pericarpium
Secara makroskopik kulit buah delima memiliki bentuk seperti
lempengan yang tidak beraturan dengan permukaan luar yang kasar dan
mengkilat dengan warna kuning kecoklatan atau cokelat dan permukaan
dalam yang berwarna kuning kecokelatan. Menurut literatur pada
Farmakope Herbal Indonesia Edisi II Tahun 2017, kulit buah delima berupa
potongan kulit buah yang pada bagian ujung dan pangkalnya rata,
permukaan luar sedikit kasar dan mengkilat berwarna kuning kecokelatan
atau cokelat dan permukaan dalam berwarna kuning sampai kuning
kecoklatan. Organoleptis dari kulit buah delima yaitu tidak berbau, memiliki
rasa yang agak pahit, dan sangat kelat.
Klasifikasi tanaman delima menurut (Backer, 1965):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myristicaceae
Genus : Punica
Spesies : Punica granatum
Makroskopik :Kulit buah delima sebelum dikeringkan berwarna
putih, merah, dan ungu. Setelah dikeringkan
menjadi berwarna cokelat kekuningan.
Mikroskopik : Jaringan gabus.
Perbesaran : 400x
Reagen : Floroflusinol – HCl
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia kulit buah delima (Punicae
Granati Pericarpium) secara makroskopis:

Berikut adalah hasil pengamatan simplisia kulit buah delima (Punicae


Granati Pericarpium) secara mikroskopis:

Jaringan Gabus

_
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia kulit buah delima secara
sketsa:

Jaringan Gabus

Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopik menggunakan reagen


fluoroglusinol-HCl dan perbesaran 400x pada kulit buah delima terdapat
jaringan gabus, dimana jaringan gabus merupakan ciri khas dari kulit buah
delima ini. Sedangkan menurut literatur pada Farmakope Herbal Indonesia
Edisi II Tahun 2017, fragmen pengenal yang terdapat pada kulit buah delima
adalah epikarp, sklereida, unsur-unsur xylem dengan noktah dan berkas
pengangkut dengan penebalan tipe cincin, berkas pengangkut dengan
penebalan tipe tangga parenkim, dan unsur-unsur xylem dengan noktah dan
kristal kalsium oksalat berbentuk prisma.
Fragmen yang tidak terlihat pada pengamatan ini tidak sesuai jika
dibandingkan dengan literatur, dimana pada literatur tidak terdapat jaringan
gabus melainkan fragmen lain. Hal ini dapat disebabkan oleh pengamatan yang
kurang teliti atau fragmen tersebut sudah hancur sebelum dilakukan
pengamatan. Perbedaan pengamatan dapat juga disebabkan oleh perbedaan
literatur yang digunakan.
5.2. Garciniae Mangostanae Pericarpium
Garcinia mangostana L. atau yang umum disebut
manggismerupakan buah yang masuk ke dalam famili Clusiaceae,
dengankomponen terbesarnya adalah bagian kulitnya yaitu 70-75% dari
totalmassa buah (Iswarni, 2011). Pada kulit manggis terdapat pigmen
berwarna coklat ungu dan bersifat larut dalam air. (Markakis,1982)
Klasifikasi tanaman manggis menurut (Backer, 1965):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Familia : Clusiaceae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia Mangostana
Makroskopik : Kulit buah manggis sebelum dikeringkan berwarna ungu.
Setelah dikeringkan menjadi berwarna cokelat muda
kekuningan.
Mikroskopik : Parenkim endokarp dan sel batu.
Perbesaran : 400x
Reagen : Kloral Hidrat
Pemerinnya buah manggis berbentuk bulat dan berjuring, saatmasih
muda permukaan kulit berwarna hijau dan berubah menjadiungu kemerah-
merahan atau merah muda setelah matang. Pada bagian ujung terdapat juring
berbentuk bintang yang mencirikan dari jumlah segmen daging buah, jumlah
juring 4-8 buah. Kulit buahmanggis ukurannya tebal mencapai sepertiga
ukuran keseluruhan buah. Kulit buah manggis mengandung getah yang pahit
dan berwarnakuning. Bagian terpenting dari buah manggis adalah daging buah
nya,warnanya putih bersih da rasanya manis keasaman (Rosanti, 2011)
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia kulit buah manggis (Garciniae
Mangostanae Pericarpium) secara makroskopis:
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia kulit buah manggis (Garciniae
Mangostanae Pericarpium) secara mikroskopis:

Parenkim Endokarp

Sel batu

Berikut adalah hasil pengamatan simplisia kulit buah manggis


secara sketsa:

Berdasarkan mikroskopis terlihat permukaan luar agak kasar,


permukaan luar agak mengilat, permukaan dalam licin, bagian luar berwarna
coklat tua, dan bagian dalam berwarna coklat, hasil pengamatan telah
menunjukkan kesesuaian dengan literatur.Secara mikroskopis ketika
ditambahkan reagen kloral hidratdengan perbesaran 400x terdapat fragmen
parenkim endokarp dan sel batu. Sedangkan fragmen yang ditemukan
menggunkan reagenflorogusinol-HCl dengan perbesaran 400x adalah sel batu
. Hasil makroskopik juga menunjukkan kesesuaian dengan literatur Farmakope
Herbal Edisi II. Reagen kloral hidrat digunakan untuk mengidentifikasi tipe
sel spesifik dari keberadaan kristal kalsium oksalat yang yang menjadi objek
utama tumbuhan tersebut, pada percobaan kali ini hasil yang didapat dari
pengamatan mikroskopik dengan reagen kloral hidrat tidak terdapat adanya
kristal kalsium oksalat pada simplisia, hal ini sudah sesuai dengan literatur.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :
Pada Punicae Granati Pericarpium memiliki bagian ujung lebih rata
daripada pangkal, terdapat sisa daun berbentuk tabung. Kulit buah delima
sebelum dikeringkan berwarna putih, merah, dan ungu. Setelah dikeringkan
menjadi berwarna cokelat kekuningan, kulit buah delima memiliki pelindung
tebal oleh mesokarpium. Fragmen pengenalnya adalah Endokarp. Pada
Garciniae Mangostanae Pericarpium memiliki kulit buah manggis sebelum
dikeringkan berwarna ungu, setelah dikeringkan menjadi berwarna cokelat
muda kekuningan. Kulit buah manggis memiliki pelindung oleh eksokarpium.
Fragmen pengenalnya adalah Sel batu, Serat endokarp berdinding tebal,
Hipodermis terlihat melintang dan tangensial
DAFTAR PUSTAKA

Backer, A. a. (1965). Flora of Java (Spermatophyes Only) Volume 1. Nederlands:


Noordhoff-Groningen.
Campbell, (2003). Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Estiti.B.(1995). Anatomi Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi
Bandung Press.
Tjitrosoepomo. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermathophyta).Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Tjitrosoepomo. (2007). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Rahmat S. 2008.Morfologi Buah. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Rianawaty. 2011. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
PEMBAGIAN PENGERJAAN LAPORAN RHIZOMA

Cover + tujuan + prosedur +


Mahabbah Auliya 10060320064
lampiran + editing (satuin)

Indra Novian Rukmana 10060320065 Pembahasan + kesimpulan

Mila Apriyani 10060320066 Pembahasan + kesimpulan

Zarawanda Zihan Nabila 10060320067 Pembahasan + kesimpulan

Data pengamatan
Azmi Aziz 10060320068 (klasifikasi, gambar hasil
pengamatan)
Data pengamatan
Raidah Amirah B R 10060320069 (klasifikasi, gambar hasil
pengamatan)

Calista Salsa Nurvika 10060320071 Teori Dasar

PEMBAGIAN PENGERJAAN LAPORAN PERICARP

Data pengamatan
Mahabbah Auliya 10060320064 (klasifikasi, gambar hasil
pengamatan)
Data pengamatan
Indra Novian Rukmana 10060320065 (klasifikasi, gambar hasil
pengamatan)

Mila Apriyani 10060320066 Teori Dasar

Cover + tujuan + prosedur +


Zarawanda Zihan Nabila 10060320067
lampiran + editing (satuin)

Azmi Aziz 10060320068 Pembahasan + kesimpulan

Raidah Amirah B R 10060320069 Pembahasan + kesimpulan

Calista Salsa Nurvika 10060320071 Pembahasan + kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai