PRAKTIKUM 6
IDENTIFIKASI FRAGMEN RHIZOMA
Disusun Oleh:
Kelompok/Shift : 7/8 B
I. TUJUAN PENGAMATAN
Menganalisa fragmen-fragmen serbuk simplisia rhizoma secara
mikroskopis pada berbagai preparat menggunakan reagen kloral hidrat.
II. TEORI DASAR
2.1 Morfologi dan Anatomi
Rimpang merupakan modifikasi dari batang. Rimpang biasanya
dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan dari kelas dicotyledoneae. Rimpang
sesungguhnya adalah batang sejati yang merambat di dalam tanah. Karena
merupakan modifikasi dari batang, sifat-sifat batang juga nampak pada
rimpang, seperti berbentuk bulat, mendukung daun-daun, dan tumbuh
menjauhi pusat bumi. Fungsi rimpang antara lain adalah sebagai tempat
penimbunan makanan. Selain itu, rimpang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakkan secara vegetatif. (Rosanti, 2013).
Umumnya batang berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat
pula mempunyai bentuk lain, tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya
atau matahari, selalu mengadakan percabanga dan selama hidupnya
kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil. Struktur pada
batang ini merupakan struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah penting
dari daun. Sifat-sifat umum batang dapat dikarakteristik antara lain selalu
tumbuh ke atas daun dan menjauhi pusat bumi, istilah ini disebut fototrofi
positif dan geotrofi negatif. Selain itu batang berwarna coklat, batang
memiliki bentuk yang beragam walaupun umunya berbentuk bulat.
(Gembong, 2005)
Pada batang monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel batas
antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil
terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup
yang artinya diantara xylem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak
adanya kambium pada monokotil menyebabakan batang monokotil tidak
dapat tumbuh memebesar dengan perkataan lain tidak terjadi
pertumbuhan menebal sekunder. Batang berperan dalam menyangga
posisi daun, melakukan fotosintesis, mentranspor zat-zat mentah.
Perbedaan utama pada batang dikotil dan monokotil adalah pada struktur
jaringan pembuluhnya. Pada tumbuhan dikotil dan monokotil jaringan
primer batang memiliki beberapa perbedaan yaitu memiliki susunan
jaringan epidermis, korteks batang dan silinder pusat (stele). Bagian
batang sebelah luar dibatasi oleh selapis sel rapat yang memiliki bentuk
yang khas memiliki sel penjaga dan berbagai tipe trikom. Pada tahun
pertama epidermis pada batang digantikan oleh lapisan gabus. Pada
beberapa tumbuhan parenkim batangnya berfungsi sebagai alat
fotosintesis. (Hayati, 2016)
1. Epidermis, terdiri atas selaput yang tersusun rapat tidak mempunyai
ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan
dibawahnya. Pada batang yang mengalami pertumbuhan sekunder
lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang dibentuk dari
kambium gabus.
2. Korteks, batang disebut juga kulit pertama. Terdiri dari beberapa
lapis sel yang dekat dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan.
Bagian korteks yang paling dalam disebut floetherma. Korteks
batang adalah daerah berbentuk silinder pembuluh korteks dapat
terdiri dari seluruhnya atas jaringan tipis.
3. Stele/silinder pusat merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis
terluar dari stele disebut perisikel atau prokambium. Ikatan
pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xylem dan
floem. Letak saling bersisian xylem disebelah dalam dan floem
disebelah luar. Antara xylem dan floem terdapat cambium
intravaskuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder
yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang.
4. Endodermis batang disebut juaga kulit dalam tersusun atas selapis
sel merupakan lapisa pemisah antara korteks dengan stele (Mulyani,
2006).
2.2 Cara Pembuatan Simplisia
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun
kegunaanya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk
dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang
berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan, serta
cara pengepakan dan penyimpanan (Agoes, 2007).
Pemilihan sumber tanaman sebagai bahan baku simplisia nabati
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia,
termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya)
dan pengolahan maupun jenis tanah tempat tumbuh tanaman obat. Proses
pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yangdapat
memenuhi mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa
kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian, simplisia
sebagai produk olahan, fariasi senyawa kandungan dapat diperkecil, diatur
atau diajegkan. Hal ini karena penerapan (aplikasi) IPTEK pertanian pasca
panen yang terstandar. Tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan
aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak (Laksana,
2010).
Tahap-tahap pembuatansimplisia secara garis besar adalah sebagai
berikut:
1. Pengolahan bahan baku kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia
berbeda-beda antara lain tergantung pada bagian tanaman yang
digunakan, umur tanaman yang digunakan, waktu panen, lingkungan
tempat tumbuh. waktu panen sangat erat hubungannya dengan
pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan
dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut
mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
2. Sortasi basah, dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada
simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing
seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-
macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan
simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba
awal.
3. Pencucian, dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan
dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM.
Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air
yang mengalir dilakukan pencucian dalam waktu yang sesingkat
mungkin.
4. Perajangan, beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses ini.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru
diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh
selama satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, alat mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan
maka semakin cepat juga penguapan air sehingga dapat mempercepat
waktu pengeringan. Meski begitu irisan yang terlalu tipis juga dapat
menyebabkan berkurangnya atau bahkan hilangnya zat berkhasiat yang
mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa
yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak,
temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari
perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar
minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak
bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk
mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau.
Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
5. Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air
yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
6. Sortasi kering, pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan
sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang
perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan
menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan
simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh
simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama
penyimpanan. Cara pada pengeringan yang salah dapat mengakibatkan
terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh
irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu
tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air
permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam
kepermukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan
menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang
dikeringkan. Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
7. Pengepakan dan penyimpanan, cara penyimpanan simplisia dalam
gudang harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak menyulitkan
pemasukan dan pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk
simplisia yang sejenis, harus diberlakukan prinsip “pertama masuk,
pertama keluar”, untuk itu perlu dilakukan administrasi pergudangan
yang teratur dan rapi. Semua simplisia dalam bungkus atau wadahnya
masing-masing harus diberi label dan dicantumkan nama jenis, asal
bahan, tanggal penerimaan, dan pemasukan dalam gudang. Dalam
jangka waktu tertentu dilakukan pemeriksaan gudang secara umum,
dilakukan pengecekkan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia
yang dipandang perlu. Simplisia yang setelah diperiksa ternyata tidak
lagi memenuhi syarat yang ditentukan misalnya tumbuh kapang,
dimakan serangga, berubah warna, berubah bau dan lain sebagainya
dikeluarkan dari gudang dan dibuang (Laksana, 2010).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya adalah
mikroskop, jarum untuk mengambil simplisia, kaca objek, dan kaca
penutup.
Sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
reagen kloral hidrat, aquadest, simplisia Boesenbergiae Rhizoma (rimpang
temukunci), Curcumae Domesticae Rhizoma (rimpang kunyit), Kaemferiae
Galangae Rhizoma (rimpang kencur), Alpiniae Galangae Rhizoma
(rimpang lengkuas), dan Zingiberis Officinalis Rhizoma (rimpang jahe).
IV. PROSEDUR
Preparat pada percobaan digunakan yaitu kloral hidrat. Pertama
simplisia rhizome diambil sedikit meggunakan jarum kemudian diletakan di
kaca objek. Selanjutnya kloral hidrat diteteskan 1-2 tetes diatas kaca objek
dan sedikit diaduk agar tidak menumpuk lalu kaca objek ditutup dengan
kaca penutup. Kemudian diletakan di bawah mikroskop untuk mengetahui
fragmen apa saja yang dihasilkan.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi mengenai rhizoma pada
makroskopik dan mikroskopik. Secara makroskopik pengamatan ini
dilakukan dengan cara organoleptis yaitu mengamati rasa, bau, warna, dan
bentuk. Sedangkan secara mikroskopik pengamtan dilakukan dibawah
mikroskop dengam pembesaran antara 40x sampai 400x. Identifikasi
rhizoma secara mikroskopik bertujuan untuk mengetahui bentuk atau
fragmen yang khas dari masing-masing rhizoma pada sampel yang di amati.
Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Boessenbergiae
Rhizoma, Curcumae Domesticae Rhizoma, Kaempferiae Galangae
Rhizoma, Alpiniae Galangae Rhizoma, dan Zingiberis Officinalis Rizoma.
Simplisia terbagi 2 jenis, yaitu simplisia nabati dan simplisia hewani.
Pada praktikum kali ini menggunakan simplisia nabati yang merupakah
simplisia berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman atau isi sel dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni
(Afriastini, 1990).
Pada percobaan ini mengamati bagian tumbuhan berupa Rhizoma
(Rimpang). Rimpang ini merupakan modifikasi dari batang. Rimpang
biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan dari kelas dicotyledon. Rimpang
sesungguhnya adalah batang sejati yang merambat didalam tanah. Karena
merupakan modifikasi dari batang, sifat-sifat batang juga Nampak pada
rimpang seperti berbentuk bulat, mendukung daun-daun dan tumbuh
menjauhi pusat bumi (Rosanti, 2011).
Untuk melihat fragmen-fragmen pada rimpang, dilakukan analisis
mikroskopis, yaitu analisis yang meliputi pemeriksaan ciri-ciri, bentuk serta
anatomi bahan menggunakan mikroskop. Pada percobaan ini menggunakan
reagen kloral hidrat yang berfungsi untuk bereaksi dan memberi warna
fragmen tertentu seperti jaringan gabus.
Reagen yang pertama digunakan adalah Kloral Hidrat yang memiliki
fungsi untuk menghilangkan kandungan butir-butir amilum dan kandungan
protein, sehingga dapat terlihat jelas jaringan yang ingin diamati dibawah
mikroskop (HAM, 2009). Reagen kedua yang digunakan adalah
floroglusinol-HCl untuk mendeteksi lignin.
5.1 Boesenbergia Pandurata Rhizoma
Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah.
Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan
batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat,
aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa
batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini umumnya memiliki 2-7
helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun.
Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm,
lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5
cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya
tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan
halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan,
warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm. Bunga tanaman ini berupa
susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha,
panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun
terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3
buah, warnanya merah muda atau kuning putih, berbentuk tabung 50-52
mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm
dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk
garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran
(staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon,
gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa
bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang (Plantus, 2008).
Klasifikasi Boesenbergiae Pandurata Rhizoma menurut Backer
(1965):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata (Backer, 1965).
Nama Umum : Temukunci
Makroskopis : Berwarna pucat dan bagian kulit luar berwarna coklat
Mikroskopik : Parenkim, periderm, pembuluh kayu dengan penebalan
tangga, butir pati, serabut. Sesuai dengan literatur
Perbesaran : 400x
Reagen : Kloral Hidrat
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang temukunci
secara makroskopis:
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang temukunci
secara mikroskopis:
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia rimpang temukunci
secara sketsa:
Disusun Oleh:
Mahabbah auliya (10060320064)
Kelompok/Shift : 7/8 B
I. Tujuan Pengamatan
1.1.Memahami dan dapat melaksanakan proses pembuatan preparat dari
serbuk simplisia yang sudah ditentukan dengan tepat dan sesuai.
1.2.Mampu mengidentifikasi simplisia yang diberikan untuk diamati secara
makroskopik dan mikroskopik serta mengetahui fragmen pengenal dari
simplisia Punicae granati pericarpium dan Garniciae mangostanae
pericarpium
II. Teori Dasar
2.1.Morfologi
Istilah morfologi bersal dari kata Morphologi yang berarti (Morphe
: bentuk, logos : Ilmu) berarti ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk luar
dari tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji mengenai organ-organ
tumbuhnya dengan segala variasinya. Morfologi tumbuhan ialah ilmu yang
mempelajari struktur organ tumbuhan baik mengenai akar, batang, daun,
bunga, buah, maupun bijinya. Pada dasarnya, tumbuhan terdiri atas tiga
organ pokok yaitu akar (radiks), batang (caulis), dan daun (folium).
Tumbuhan yang memilki ketiga unsur pokok tersebut adalah golongan
kormofita (kormofita berasal dari bahasa yunani yaitu, cormus berarti akar,
batang dan daun, sedangkan phyta berarti tumbuhan). Selain itu bagian lain
dari tubuh tumbuhan dapat dikatakan sebagai turunan (derivat) dari salah
satu atau dua bagian pokok tersebut yang telah mengalami perubahan
bentuk, sifat, dan fungsi (Hidayat, 1995). Morfologi tumbuhan membahas
tentang fungsi masing-masing bagian dari bentuk dan susunan tumbuhan
dan susunan tumbuhan. Jika melihat daun dari berbagai macam jenis
tumbuhan, dapat terlihat bahwa daun memiliki struktur morfologi daun
yang bermacam-macam (Rianawaty, 2011). Tumbuhan merupakan
organisme autotrof atau organisme yang dapat membuat makanannya
sendiri. Tumbuhan sangat banyak jumlahnya di dunia ini. Tumbuhan yang
tersebar memiliki berbagai perbedaan satu sama lain. Ilmu yang
mempelajari tumbuhan disebut ilmu botani. Ilmu botani mencakup
beberapa kajian salah satunya yaitu tentang morfologi tumbuhan. Morfologi
tumbuhan adalah ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik
bagian-bagian, bentuk maupun fungsinya. Secara klasik, tumbuhan terdiri
dari tiga organ dasar tumbuhan terdiri atas 3 (tiga) organ pokok, yaitu akar
(radiks), batang (caulis), dan daun (folium). (Tjitrosoepomo, 2003).
Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium).
Setiap bakal buah berisi satu/lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing
mengandung sel telur. Bakal biji itu dibuahi melalui suatu proses yang
diawali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari
kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala putik,
serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang
berisi sperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik menuju
bakal biji, di mana terjadi persatuan antara sperma yang berasal dari serbuk
sari dengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji, membentuk zigot yang
bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini melibatkan baik
plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur dan sperma, dan
kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya (Campbell, 2003).
Buah merupakan organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan
modifikasi lanjutan bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan
melindungi biji. Berdasarkan jenisnya buah ada dua macam yaitu buah
sejati dan buah semu, aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya
dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Buah
yang semata-mata terbentuk dari bakal buah, atau paling banyak terdapat
sisa-sisa bagian bunga yang lazimnya telah gugur, umunya buah yang tidak
terbungkus atau buah yang telanjang (fructus nudus). Buah ini dinamakan
buah sejati atau buah sungguh. Kecuali bakal buahnya sendiri sering kali
terjadi bahwa ada bagian bunga yang ikut mengambil bagian dalam
pembentukan buah, bahkan seringkali menjadi bagian buah yang paling
menarik perhatian. Buah yang demikian dinamakan buah palsu atau buah
semu (fructus spurius) (Campbell, 2003).
Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan
maupun bahan baku industri karena didalamnya disimpan berbagai macam
produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang
mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologi (Ashari, 2004).
Pada sebagian buah khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah
yang tenggelam, terkadang bagian-bagian bunga yang lain seperti perhiasan
bunga, kelopak, mahkota dan benang sari bersatu dengan bakal buah dan
turut berkembang membentuk buah buah. Jika bagian-bagian buah itu
merupakan bagian dari utama buah, maka buah itu disebut buah semu
(Kimball, 1999). Pada umumnya buah terbentuk sesudah terjadi
penyerbukan dan pembuahan pada bunga. Walaupun demikian mungkin
pula buah terbentuk tanpa adanya pembuahan dan penyerbukan, peristiwa
terbentuknya buah yang demikian itu dinamakan partenokapi. Buah yang
terjadinya dengan cara ini biasanya tidak mengandung biji atau jika ada
bijinya tidak mengandung lembaga sehingga bijinya tidak dapat dijadikan
alat perkembangbiakan. Pembentukan buah dengan cara ini lazim didapati
pada pohon pisang (Tjitrosoepomo, 2003).
Kulit buah ada yang dua lapis dan ada yang tiga lapis. Kulit buah
yang terdiri dari 2 lapis meliputi eksokarpium dan endokarpium sedang
yang tiga lapis meliputi eksokarpium, mesokarpium, dan endokarpium.
Endokarpium berbatasan dengan kulit biji. Eksokarpium umumnya satu
lapis sel, mesokarpium terdiri dari beberapa lapis sel, sedang endokarpium
dapat satu lapis atau lebih. Buah tertentu memiliki endokarpium yang terdiri
dari sel batu. Daging buah yang kita makan sehari-hari sebenarnya
mesokarpium. Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal
dari bakal buah tenggelam, kadang-kadang bagian-bagian bunga yang lain
(umpamanya tabung perhiasan bunga, kelopak, mahkota, atau benangsari)
bersatu dengan bakal buah dan turut berkembang membentuk buah. Jika
bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka buah itu lalu
disebut buah semu. Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari
bakal buah) maupun buah semu, dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah
(Campbell, 2003).
Dinding buah yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah
pada bunga dikenal sebagai pericarp (pericarpium). Pericarp ini sering
berkembang lebih jauh, sehingga dapat dibedakan atas dua lapis atau lebih,
yang dibagian luar disebut dinding buah (eksocarp) atau pericarp yang
dibagian dalam disebut dinding dalam atau endocarp serta lapisan tengah
yang disebut dinding tengah atau mesokarp (Campbell, 2003).
Pericarpium merupakan dinding buah ini biasanya dibedakan dalam
dinding luar (exocarpium) yang masing – masing hanya terdiri atas satu
lapis dan diantaranya terdapat bagian dinding buah yang terdiri dari
beberapa lapisan yaitu dinding tengah (mesocarpium) (Rahmat S, 2008).
2.2. Proses Pembentukan dinding buah
Buah memiliki (ovarium), hasil dari penyerbukan. Penyerbukan
adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari di kepala putik. Jika terjadi
penyerbukan, maka pembuahan telah terjadi. Hal ini menyebabkan bakal
buah berkembang menjadi buah (Rahmat S, 2008).
Karena penyerbukan berasal dari bunga, maka pada pembentukan
buah,ada bagian bunga yang turut tumbuh bersama pembentukan buah,
ada pula bagian-bagian yang gugur. Bagian-bagian bunga yang turut
berkembang adalah daun pelindung, daun kelopak, tangkai kepala putik,
dan kepala putik. Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah,
dengan bagian- bagian bunga yang masih tersisa, merupakan buah yang
tidak terbungkusatau buah telanjang (Rahmat S, 2008).
Buah akan membungkus dan melindungi biji. Setiap bakal buah
berisi satuatau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing
mengandung sel telur.Bakal biji itu di buahi melalui suatu proses yang di
awali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari
kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala putik,
serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari
yang berisisperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik
menuju bakal biji, dimana terjadi persatuan antara sperma yang berasal
dari serbuk saridengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji, membentuk
zigot yang bersifat diploid. Zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi
embrio(lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah
(Rahmat S, 2008).
Buah memiliki (ovarium), hasil dari penyerbukan. Penyerbukan
adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari di kepala putik. Jika terjadi
penyerbukan, maka pembuahan telah terjadi. Hal ini menyebabkan bakal
buah berkembang menjadi buah (Rahmat S, 2008).
Karena penyerbukan berasal dari bunga, maka pada pembentukan
buah,ada bagian bunga yang turut tumbuh bersama pembentukan buah,
ada pula bagian-bagian yang gugur. Bagian-bagian bunga yang turut
berkembang adalah daun pelindung, daun kelopak, tangkai kepala putik,
dan kepala putik. Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah,
dengan bagian- bagian bunga yang masih tersisa, merupakan buah yang
tidak terbungkusatau buah telanjang (Rahmat S, 2008).
Buah akan membungkus dan melindungi biji. Setiap bakal buah
berisi satuatau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing
mengandung sel telur.Bakal biji itu di buahi melalui suatu proses yang di
awali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari
kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala putik,
serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari
yang berisisperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik
menuju bakal biji, dimana terjadi persatuan antara sperma yang berasal
dari serbuk saridengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji, membentuk
zigot yang bersifat diploid. Zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi
embrio(lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah
(Rahmat S, 2008).
2.3. Anatomi
Pada umumnya buah berkembang dari alat kelamin betina (putik)
yang disebut bagian bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang
lengkap tersusun atas biji, daging buah dan kulit buah. Setelah masak,
kulit buah ada yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu epikarp,
mesokarp dan endokarp. Epikarp merupakan lapisan luar yang keras dan
tidak tembus air, misalnya pada buah kelapa. Mesokarp merupakan
lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya bersabut pada kelapa.
Endocarp merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan sel
yang sangat keras dan tebal, misalnya tempurung kelapa, berupa selaput
tipis pada rambutan (Hidayat, 1995).
a. Punicae granati pericarpium
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super devis : Spermatophyta
Devisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Familia : Punicaceae
Genus : Punica
Species :Punica granatum
Kegunaan Punicae granati pericarpium adalah sebagai Obat
diare, obat batuk, sebagai sunscreen block.
b. Garniciae mangostanae pericarpium
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom: Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Rosanae
Ordo : Malpighiales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia L.
Spesies : Garcinia mangostana L.
Kegunaan Garniciae mangostanae pericarpium adalah
sebagai aktivitas antioksidan, antitumor, antialergi, antiinflamasi,
antibakteri, antifungal, dan antiviral.
2.4. Pengelolaan
Buah pada umunya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Buah semu atau buah tertutup yaitu buah yang terbentuk dari bakal
buah beserta bagian-bagian lain bungayang perlahan menjadi bagian
utama bua ini sedangkan buah yang sesungguhnya kadang-kadang
tersembunyi (Tjitrosoepomo, 2003).
Buah semu dapat dibedakan mejadi tiga golongan yaitu:
a. Buah semu tunggal yaitu buah yang terjadi dari satu buah dengan
satu bakal buah. Pada buah ini selain bakal buah ada bagian bunga
yang ikut membentuk buah, misalnya tangkai buah pada buah
jambu monyet dan kelopak bunga pada buah ciplukan
(Tjitrosoepomo, 2003).
b. Buah semu ganda yaitu jika pada satu bunga terdapat lebih dari
satu bakal buah yang bebas satu sama lain dan kemudian masing-
masing dapat tumbuh menjadi buah, tetapi disamping itu ada
bagian lain pada bunga yang ikut tumbuh dan merupakan bagian
bah yang mencolok. Misalnya pada buah arbei (Tjitrosoepomo,
2003).
c. Buah semu majemuk yaitu buah semu yang terjadi dari bunga
majemuk tetapi seluruhnya tampak dari luar seperti satu buah saja,
misalnya buah nangka dan keluwih yang terjadi dari ibu tangkai
bunga yang tebal dan berdaging, beserta daun-daun dan tenda
bunga yang pada ujungnya berlekatan satu sama lain hingga
merupakan kulit semu (Tjitrosoepomo, 2003).
2. Buah sejati atau buah telanjang terjadi dari bakal buah dan jika ada
bagian bunga yang lainnya yang tertinggal bagian ini merupakan
bagian buah yang tidak berarti (Tjitrosoepomo, 2003).
Buah sungguh dapat dibedakan menjadi:
a. Buah sejati tunggal, yaitu buah yang terjadi dari satu buah dengan
satu bakal buah. Buah ini dapat berisi satu biji atau lebih dapat pula
tersusun dari satu atau banyak daun buah dengan satu atau banyak
ruang, misalnya buah mangga, buah papaya, dan buah durian
(Tjitrosoepomo, 2003).
b. Buah sejati ganda yaitu jika pada satu bunga terdapat lebih dari
satu bakal buah yang bebas satu sama lain dan kemudian masing-
masing dapat tumbuh menjadi buah, tetapi disamping itu ada
bagian lain pada bunga yang ikut tumbuh dan merupakan bagian
bah yang mencolok. Misalnya pada cempaka (Tjitrosoepomo,
2003).
c. Buah sejati majemuk, yaitu buah yang berasal dari suatu bunga
majemuk, yang masing-masing bunga nya mendukung satu bakal
buah tetapi setelah menjadi buah tetap berkumpul seperi pada
pandan (Tjitrosoepomo, 2003).
2.5. Kandungan kimia
Buah memiliki banyak kandungan minyak atsiri, vitamin c, alkaloid,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral terpen dan terpenoid. Seperti
pada capsici fructus mengandung kapsaisin, vitamin c, damar, zat warna
kapsantin dan karoten digunakan sebagai stomakik dan tintkturnya sebagai
obat gosok. Piperis nigri fructus mengandung zat berkhasiat minyak atsiri,
alkaloid, khavisin dan piperin digunakan sebagai karminatif dan iritansia
lokal (Tjitrosoepomo, 2003).
2.6.Fungsi
Beberapa fungsi buah diantaranya (Campbell, 2003):
1. Sebagai cadangan makanan
2. Sebagai alat perkembangbiakan
3. Sebagai pelindung biji
4. Dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi
III. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kaca objek, kaca
penutup, sendok spatel, dan mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah reagen
floroflushinol, Kloralhidrat, HCl, serbuk simplisia kulit buah delima dan
serbuk simplisia kulit buah manggis.
IV. POSEDUR
4.1.Prosedur pengamatan simplisia Punicae granati pericarpium
Kaca objek dan kaca penutup bersih dan bebas minyak disediakan.
Reagen diteteskan pada kaca objek sebanyak 2-3 tetes. Kemudian, spesimen
yang akan diamati disimpan di atas kaca objek, objek yang akan diamati
ditutup dengan kaca penutup. Kaca objek dipanaskan diatas nyala bunsen
dengan api kecil hingga gelembung yang terjebak dalam sediaan keluar.
Apabila terdapat butir pati dan atau musilago, reagen ditambahkan
kemudian dilakukan pemanasan pada kaca objek secara berulang. Setelah
semua tahap selesai dilakukan, objek dapat diamati secara langsung
dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa yang sesuai yaitu 400X.
Reagen dapat kembali ditambahkan untuk mencegah mengkristalnya Kloral
Hidrat pada saat pengamatan. Keseluruhan proses diatas dapat membantu
untuk menyamarkan butir pati dan senyawa larut air yang menghalangi
pengamatan.
4.2.Prosedur pengamatan simplisia Punicae granati pericarpium
Kaca objek dan kaca penutup bersih dan bebas minyak disediakan.
Reagen floroglusinol diteteskan pada kaca objek sebanyak 2-3 tetes.
Spesimen yang akan diamati disimpan di atas kaca objek. Spesimen diaduk
hingga tercampur dengan reagen. Setelah tercampur merata, objek dibiarkan
hingga seluruh reagen menguap dan simplisia mengering. HCl ditambahkan
pada objek. Kemudian, preparat ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan
dilakukan dengan mengamati di bawah mikroskop pada perbesaran 400X.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Punicae Granati Pericarpium
Secara makroskopik kulit buah delima memiliki bentuk seperti
lempengan yang tidak beraturan dengan permukaan luar yang kasar dan
mengkilat dengan warna kuning kecoklatan atau cokelat dan permukaan
dalam yang berwarna kuning kecokelatan. Menurut literatur pada
Farmakope Herbal Indonesia Edisi II Tahun 2017, kulit buah delima berupa
potongan kulit buah yang pada bagian ujung dan pangkalnya rata,
permukaan luar sedikit kasar dan mengkilat berwarna kuning kecokelatan
atau cokelat dan permukaan dalam berwarna kuning sampai kuning
kecoklatan. Organoleptis dari kulit buah delima yaitu tidak berbau, memiliki
rasa yang agak pahit, dan sangat kelat.
Klasifikasi tanaman delima menurut (Backer, 1965):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myristicaceae
Genus : Punica
Spesies : Punica granatum
Makroskopik :Kulit buah delima sebelum dikeringkan berwarna
putih, merah, dan ungu. Setelah dikeringkan
menjadi berwarna cokelat kekuningan.
Mikroskopik : Jaringan gabus.
Perbesaran : 400x
Reagen : Floroflusinol – HCl
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia kulit buah delima (Punicae
Granati Pericarpium) secara makroskopis:
Jaringan Gabus
_
Berikut adalah hasil pengamatan simplisia kulit buah delima secara
sketsa:
Jaringan Gabus
Parenkim Endokarp
Sel batu
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :
Pada Punicae Granati Pericarpium memiliki bagian ujung lebih rata
daripada pangkal, terdapat sisa daun berbentuk tabung. Kulit buah delima
sebelum dikeringkan berwarna putih, merah, dan ungu. Setelah dikeringkan
menjadi berwarna cokelat kekuningan, kulit buah delima memiliki pelindung
tebal oleh mesokarpium. Fragmen pengenalnya adalah Endokarp. Pada
Garciniae Mangostanae Pericarpium memiliki kulit buah manggis sebelum
dikeringkan berwarna ungu, setelah dikeringkan menjadi berwarna cokelat
muda kekuningan. Kulit buah manggis memiliki pelindung oleh eksokarpium.
Fragmen pengenalnya adalah Sel batu, Serat endokarp berdinding tebal,
Hipodermis terlihat melintang dan tangensial
DAFTAR PUSTAKA
Data pengamatan
Azmi Aziz 10060320068 (klasifikasi, gambar hasil
pengamatan)
Data pengamatan
Raidah Amirah B R 10060320069 (klasifikasi, gambar hasil
pengamatan)
Data pengamatan
Mahabbah Auliya 10060320064 (klasifikasi, gambar hasil
pengamatan)
Data pengamatan
Indra Novian Rukmana 10060320065 (klasifikasi, gambar hasil
pengamatan)