Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI FARMASI

SEMESTER GENAP 2017-2018

MIKROSKOP DAN ALAT-ALAT PERBESARAN OBYEK BIOLOGI


UNTUK MENGAMATI SEL DAN JARINGAN TUMBUHAN

Hari / Jam Praktikum : Senin / 13.00 – 16.00 WIB


Tanggal Praktikum : 26 Februari 2018
Kelompok : 2 (B)
Asisten : 1. Auliana Yuni K.
2. Reni Hernawati

Nama Anggota NPM Tugas


Indah Permata Rendi 260110170052 Pembahasan Mikroskop SEM
Gabriella Josephine M 260110170053 Pembahasan Hasil
Hasna Chaerunnisa 260110170054 Pembahasan Hasil
Nurulita Nugrahaeni 260110170055 Teori Dasar, Kesimpulan, Dapus, dan
Editor
Siti Sarah Alfatonah 260110170056 Teori Dasar
Melisa Fuji Fauziah D.P 260110170058 Pembahasan Mikroskop Cahaya
Ghina Nadhifah Iftinan 260110170059 Data Pengamatan
Mutiara Putri Utami 260110170060 Pembahasan Hasil
Abib Latifu Fatah 260110170065 Pembahasan Mikroskop TEM
Abednego Kristande 260110170076 Pembahasan Hasil

LABORATORIUM BOTANI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
I. Teori Dasar
Tumbuhan mempunyai tubuh yang multi seluler artinya tumbuhan
tersebut terdiri dari banyak sel. sel merupakan suatu unit fungsional
terkecil. Sel – sel tersebut akan bergabung sesuai dengan fungsunya dan
membentuk suatu jaringan. Sel tumbuhan memiliki variasi bentuk sesuai
dengan tempat dan fungsinya masing-masing. Variasi tersebut terlihat
pada dinding sel yang nyata pada tumbuhan dan pada hewan sendiri
disebut dengan membran plasma (Yuliani, 2015).
Pada tumbuhan, sel-sel memiliki sifat totipotensi yang artinya
perkembangbiakan tidak hanya dari sel telur atau sperma melainkan juga
bisa berasal dari sel-sel akar, daun batang, dan sel tumbuhan lainnya.
Maka dari itu jika menggunakan sebuah sel yang berasal dari tumbuhan
maka badan tumbuhan secara keseluruhan dapat ditumbuhkan kembali
(Radji, 2012).
Tumbuhan tersusun dari organ - organ meliputi akar, batang, daun dan
organ reproduksi.Organ tumbuhan tersusun dari berbagai jaringan, seperti
jaringan parenkim, meristem, kolenkim, sklerenkim, epidermis dan
jaringan pengangkut. (Rompas, 2011).
Jaringan merupakan gabungan dari sel – sel yang memiliki struktur
dan fungsi yang sama dengan adanya hubungan dan koordinasi satu sama
lain untuk mendukung pertumbuhan pada tumbuhan (Brotowidjoyo,
1989).
Berdasarkan fungsinya jaringan pada tumbuhan dibagi menjadi dua
yaitu jaringan meristem (muda) dan jaringan permanen (dewasa)
(Kimball,1998). Jaringan pada tumbuhan terdiri dari jaringan muda atau
meristem, sklerenkim, jaringan dasar atau parenkim, xilem, dan floem
(Brotowidjoyo, 1989).
Jaringan meristem merupakan jaringan muda dimana sel – selnya
masih aktif membelah. Fungsi dari sel meristem untuk mitosis. Bentuk dan
ukuran sel meristem relatif sama, banyak protoplasma dan umumnya
memiliki rongga sel yang kecil (Prawiro, 1997). Jaringan meristem dibagi
menjadi tiga yaitu meristem apikal merupakan meristem yang terletak di
ujung akar dan batang, meristem interkalar yang terletak pada ruas – ruas
batang dan meristem lateral yang terletak kambium gabus (felogen) dan
kambium gabus (Kimball,1998).
Jaringan permanen terdiri dari jaringan epidermis dan jaringan
parenkim. Jaringan yang sudah mengalami diferensiasi disebut sebagai
jaringan dewasa atau permanen. Umumnya, jaringan dewasa tidak
membelah diri, bentuknya relatif permanen serta memiliki rongga yang
besar (Mulyani, 1980).
Lapisan sel-sel paling luar pada permukaan daun, bunga, buah, biji,
batang dan akar ditutupi oleh epidermis. Jaringan epidermis dapat
berfungsi untuk melindungi bagian dalam organ – organ. Epidermis dapat
bermodifikasi dan berkembang seperti stomata dan trikomata (Rompas,
2011).
Menurut fungsi, bentuk, ukuran dan susunan sel-sel epidermis tidaklah
samaatau berbeda pada berbagai jenis tumbuhan, demikian juga dengan
bentuk dari stomata. Walaupun berbeda epidermisnya, semua epidermis
tersusun rapat satu sama lain dan membentuk bangunan padat tanpa ruang
antar sel. apabila terdapat ruang diantara sel tersebut pasti akan ditutupi
oleh kutikula seperti yang terdapat pada epidermis mahkota bunga
(Rompas, 2011).
Struktur yang terdapat pada epidermis tersebut dihubungkan dengan
pernanannya terhadap lingkungan luar. Adanya bahan lemak, kutin, dan
kutikula dapat membatasi adanya penguapan , menjadikan dinding sel kuat
sehingga dapat dianggap sebagai penyokong mekanis (Haryanti, 2010).
Sel parenkim memiliki bentuk yang besar dan berdinding tipis. Fungsi
dari sel parenkim adalah menyimpan cadangan makanan dan dapat
berfungsi sebagai jaringan penyokong (Prawiro, 1997). Berdasarkan
bentuknya, jaringan parenkim dapat dibagi menjadi empat yaitu:
a) Parenkim palisade memiliki bentuk memanjang, tegak serta banyak
mengandung klorofil. Mesofil daun disusun oleh parenkim palisade.
b) Parenkim bunga karang memiliki susunan dan bentuk selnya tidak
teratur, ruang antar sel berukuran relatif besar.
c) Parenkim bintang memiliki bentuk seperti bintang, memiliki banyak
ruang antar sel.
d) Parenkim lipatan, dinding sel pada parenkim lipatan melipat
sehingga terbentuk lipatan ke arah dalam serta sama seperti parenkim
palisade banyak mengandung kloroplas (Rahman, 2007).
Tumbuhan dapat berdiri kokoh dan kuat dikarenakan ada jaringan
penyokong. Jaringan penyokong terdiri dari jaringan kolenkim dan
sklerenkim (Mulyani, 1980). Pada sudut – sudut jaringan kolenkim
memiliki dinding yang tebal dan merupakan jaringan penyokong yang
masih muda. Sedangkan, jaringan sklerenkim adalah jaringan yang
tersusun dari sel – sel yang sudah mati. Jaringan sklerenkim berdinding sel
yang tidak elastis namun kuat (Brotowidjoyo, 1989).
Jaringan pengangkut berfungsi sebagai transportasi yaitu mengangkut
hasil asimilasi yang berasal dari daun untuk diedarkan ke seluruh bagian
tumbuhan dan mengangkut air serta garam-garam mineral (Kimball,
1992). Jaringan pengangkut terdiri dari xilem dan floem. (Mulyani, 1980).
Alat transportasi pada tumbuhan berpembuluh terdiri dari xilem dan
floem. Xylem merupakan jaringan kompleks, yang dapat terdiri dari sel
xylem, sel serabut, dan sel parenkim. Xilem tersusun dari sel yang
mengalami penebalan dari zat kayu dan mati. Sel-sel xilem memiliki
bentuk memanjang dan membentuk pembuluh. Xilem berfungsi sebagai
alat transportasi air dan garam – garam mineral dari daun ke seluruh
bagian tumbuhan. Floem terdiri dari sel pengiring, serabut dan parenkim.
Floem berfungsi sebagai alat transportasi hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tubuh tumbuhan (Kimball, 1991).
II. Data Pengamatan
III. Pembahasan
1. Sel dan Jaringan
A. Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa yang memiliki nama latin Cocos nucifera ini
dikenal sebagai “pohon kehidupan”. Julukan ini tidak muncul begitu
saja, tentu ada alasan yang melandasi digunakannya julukan tersebut.
Cocos nucifera ini merupakan tanaman dengan segudang manfaat,
seluruh bagian dari tanaman ini, mulai dari bagian akar, batang,
danun, dan buahnya memiliki kegunaannya tesendiri. Sebenarnya
istilah cocos sendiri digunakan untuk pertama kali pada abad ke-16,
dimana bangsa portugis dan juga bangsa spanyol memberikan istilah
ini karena menganggap jika buah ini berwujud seperti wajah manusia
yang berekspresi menyeramkan atau grinning face (Winarno, 2014).

Pohon kelapa ini merupakan tanaman berakar serabut yang akan


tumbuh dengan sangat baik di daerah berpasir, seperti pada wilayah
pantai. Populasinya yang cukup berlimpah di wilayah pantai bukan
hanya disebabkan oleh lingkungannya yang berpasir, namun karena
tanaman ini juga sangat mampu beradaptasi dengan lingkungan yang
mengandung banyak garam atau dengan kata lain sangat toleran
dengan salinitas. Selain itu, tanaman ini menyukai daerah dengan
curah hujan yang cukup tinggi dan sekaligus menyukai lingkungan
yang mendapat penyinaran matahari secara langsung dengan relative
humidity yang cukup tinggi, berkisaran antara 70% hingga 80% atau
bahkan lebih dari itu. Apabila lingkungan juga disertai dengan suhu
yang hangat, pertumbuhan tanaman dengan segudang manfaat ini
akan lebih optimal, meski sebenarnya tanaman ini mampu bertahan
dilingkungan dengan suhu hingga 0˚C, namun bila hal itu berlangsung
lama tanaman ini akan mati (Winarno, 2014).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tanaman ini memiliki
begitu banyak manfaat bagi kehidupan. Pertama, tentunya buah kelapa
yang mampu diulah menjadi berbagai makanan dan minuman yang
menyehatkan karena kandungan karbin aktif yang ada di dalamnya,
selain itu bagian kulit dari buah kelapa yang disebut juga dengan
istulah batok kelapa dan juga serabutnya mampu dimanfaatkan dan
diulah menjadi berbagai kerajinan dan peralatan yang berguna bagi
kehidupan. Daun dari tanaman ini juga dahuu sering digunakan
sebagai atam bagi tempat bermukim, namun kini daunnya lebih
banyak dimanfaatkan seperti untuk kulit ketupat dan juga kerajinan
tangan. Batang dan akan dari tanaman ini banyak digunakan untuk
konstuksi sederhana, meski sekarang ini tak terlalu banyak yang
menjadikan tanaman ini sebagai pilihan. Dengan begitu banyaknya
manfaat dari tanaman ini, wajar saja bila julukan “pohon kehidupan”
disematkan pada Cocos nucifera ini (Winarno, 2014).

Jaringan Skelenkim
atau Sklereid

Jaringan yang diamati adalah milik Sayatan tipis batok kelapa.


Jaringan yang dimiliki batok kelapa adalah jaringan sklereid. Jaringan
Sklereid merupakan susunan beberapa sel yang sudah mati yang
berbentuk bulat serta keras dan tahan terhadap tekanan. Jaringan ini
biasanya terdapat di dekat daging buah yang digunakan untuk
melindungi daging buah tersebut salah satunya batok kelapa yang
keras ( Aryulina, dkk., 2004 ).
B. Bawang Merah
Allium cepa merupakan nama latin dari bawang merah yang
termasuk ke dalam keluarga Liliaceae. Tanaman ini tidak memiliki
bentuk akar tunggang, tetapi bentuk akarnya serabut dan juga berumbi
lapis. Sebenarnya umbi lapis ini terbentuk dari pangkal daun yang
berkumpul dan menyatu membentuk batang semu yang kemudian
berubah bentuk dan juga mengalami perubahan fungsi. Apabila
dilihat, bentuk daun dari tanaman ini adalah silindris berbentuk
rumput yang tumbuhnya tegak dan berumpun. Bagian pangkal umbi
dari bawang merah ini akan membentuk cakram yang pada bagian
bawahnya akan terbentuk akan serabut sebagai sumber nutrisi dan zat
hara. Tanaman ini sendiri kebanyakan akan tumbuh secara berhimpun
dikarenakan tunas-tunas lateral dari tanaman ini akan membentuk
cakram yang baru yang kemudian akan menjadi benih untuk
tumbuhnya tanaman yang baru. Populasi tanaman yang juga dijadikan
sebagai bumbu dapur ini sangatlah berlimpah karena mudah
beradaptasi, ditambah lagi dengan tunas yang ada pada bawang
merah, yang satunya dapat membentuk sekitar 2 hingga 20 tunas yang
baru. Sebernarnya tanaman ini juga memiliki berbagai varietas dengan
keunggulannya masing-masing (Rahayu dan Berlian, 2004).
Bawang merah ini sangatlah bermanfaat bagi kehidupan, salah
satu yang paling umum adalah penggunaannya sebagai bumbu dapur.
Kandungan minyak asiri yang ada pada bawang merah ini akan
menimbulkan aroma yang khas yang mampu menambahkan cita rasa
pada makanan yang diproduksi yang membuatnya menjadi lebih lezat
yang sekaligus mampu berperan sebagai pengawet karena minyak
asiri sendiri mampu membunuh berbagai bakteri dan fungi. Selain itu
Allium cepa ini juga dapat digunakan untuk mengobati luka,
meredakan demam, menangani masalah masuk angin, penyakit maag,
penyakit asma, melancarkan tenggorokan, menurunkan kadar gula dan
juga kolesterol dalam tubuh, melancarkan peredaran darah dengan
kandungan fibrinolitik, mengobati penyakit kencing manis, bisul,
gondongan, dan masih banyak lagi (Rahayu dan Berlian, 2004).

Dinding Sel

Nukleus

Jaringan yang diamati adalah jaringan milik sayatan tipis


bawang yang memiliki lapisan yang banyak. Ada 2 yang tampak
dalam pengamatan dibawah mikroskop electron yaitu dinding sel dan
nucleus. Dinding Sel ini mengandung zat pectin yang dapat menjaga
bentuk sel. Zat pectin ini terbuat dari bahan selulosa yang besifat
kaku. Nukleus adalah inti sel yang mengatur segala operasi sel
tersebut ( Abdurahman, 2008 ).
C. Hanjuang
Tanaman hanjuang yang masuk ke dalam family Agavaceae ini
memiliki nama latin Cordyline fruticosa. Meski mayoritas tanaman
Cordyline sp. Memiliki batang dengan struktur atau postur yang
sedikit memendek, Cordyline fruticosa ini memiliki batang yang
tergolong jenjang. dengan daun yang melabar. Daun dari hanjuang
ini memiliki warna yang tergolong unik, menarik, dan indak untuk
dipandang. Oleh karena hal itulah pada umumnya banyak yang
memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman hias. Umumnya cara
yang dilakukan untuk melakukan perbanyakan atau dengan kata lain
membudidayakan tanaman ini adalah dengan cara stek batang dan
cangkok (Ratnasari,2008).
Tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias ini
juga ini sebenarnya berperan penting sebagai tanaman obat. Tanaman
yang terminalis yang berarti perdu batas ini dapat tumbuh tegak
dengan ketinggian yang mencapai 2 hingga 4 meter. Tanaman ini
mampu berperan untuk menyejukan aliran darah, menghentikan
pendarahan yang terjadi atau hemostatis, dan juga dapat mengobati
memar karena mampu menghancurkan darah yang membeku. Dalam
tanaman ini terkandung berbagai kandungan kimia seperti zat besi,
tanin, kalsium oksalat, flavonoid, polifenol, steroida, saponin, dan
juga polisakarida. Umumnya yang digunakan sebagai bahan obat dari
tanaman hanjuang ini adalah bagian akar, daun, dan juga bunganya
dengan cara penggunaan beragam namun rata-rata diperlukan proses
perebusan. Selain untuk mengobati penyakit yang disebutkan
sebelumnya, daun andong ini juga mamp dimanfaatkan untuk
mengobati urin yang berdarah, batuk darah, disentri, wasir, radang
gusi, dan bahkan mampu menjadi penawar apabila disengat oleh
hewan yang berbisa (Dalimartha,2006).
Floem

Korteks

Xylem

Jaringan yang diamati adalah jaringan milik sayatan dari batang


tanaman hanjuang. Pada batang tanaman hanjuang terdapat floem,
xylem, dan korteks yang terlihat jika diamati menggunakan
mikroskop. Xylem merupakan jaringan rumit yang terdiri dari
berbagai macam tipe sel. Xylem merupakan jaringan pembuluh yang
fungsinya mengangkut air dan mendistribusikannya ke seluruh bagian
tanaman. Floem merupakan jaringan yang berfungsi untuk
mengangkut hasil fotosintesis. Sedangkan korteks merupakan jaringan
yang letaknya di bawah lapisan epidermis. Korteks berfungsi untuk
memperkuat dan mengeraskan batang (Mulyani, 2006).
D. Daun Adam dan Eva
Tumbuhan adam eva memiliki nama latin Rheo discolor yang
termasuk kedalam famili Commelinaceae. Tumbuhan adam eva
merupakan salah satu tumbuhan yang tergolong kedalam tanaman hias
varigata, yaitu tanaman yang memiliki dua warna atau lebih pada
bagian daunnya (Kadir,2008).
Daun adam eva mengandung banyak manfaat,bukan hanya
digunakan sebagai tanaman hias tetapi bisa juga digunakan sebagai
pewarna makanan, serta obat herbal. Tumbuhan adam eva juga
mempunyai sifat kimia dan efek farmakologi yaitu berupa rasa
manis,sejuk, dan dapat digunakan sebagai obat anti radang,
memelihara paru-paru, anti diare, anti batuk, mencairkan dahak,
membersihkan darah, mimisan, obat terkilir atau memar serta sebagai
obat flu (Arif,2012).
Pada saat praktikum, hal yang pertama dilakukan yaitu
memotong daun adam dan eva setipis mungkin, hal ini bertujuan agar
sel dan jaringan tidak bertumpuk sehingga dapat terlihat dengan jelas
bagian-bagian sel dan jaringan yang ada dalam tumbuhan tersebut,
setelah itu tumbuhan yang telah dipotong tipis tersebut diletakkan
diatas preparat, kemudian di tambahkan pelarut kloralhydrat yang
berfungsi untuk menjernihkan preparat agar lebih terlihat transparan
(Haseloff,2005).

Dinding Sel

Jaringan yang diamati merupakan jaringan yang diamati dari


sayatan daun adam dan eva menggunakan mikroskop. Pada daun
tersebut terdapat dinding sel yang berfungsi untuk menjaga bentuk
dari sel tersebut (Mulyani, 2006).
E. Seledri
Tanaman seledri memiliki nama latin Apium graveolens L. yang
termasuk ke dalam famili Apiaceae merupakan salah satu anggota
tumbuhan berbunga. Ciri-ciri dari tanaman seledri yaitu memiliki
batang yang tidak berkayu, beralus, beruas, bercabang, tegak, dan
berwarna hijau pucat. Daunnya tipis majemuk, hijau mengkilat, daun
muda melebar atau meluas dari dasar, segmen dengan hijau pucat, dan
kebanyakan daun merupakan sarung. Sedangkan bunganya tunggal
dengan tangkal yang jelas, daun bunga putih kehijauan atau merah
jambu pucat dengan ujung yang bengkok, dan sisi kelopak yang
tersembunyi. Tanaman ini memiliki buah yang panjangnya sekitar
3mm, berlekuk, batangnya angular, sangat aromatik dan juga memiliki
akar yang tebal. Tanaman seledri ini berasal dari Eropa Selatan,
namun sekarang tanaman ini banyak ditemukan dimana-mana dan
banyak ditanam orang untuk diambil akar, daun dan buahnya (Iqbal
dan Endang, 2014).
Tanaman seledri mengandung glikosida apiin (glikosida flavon),
umbelliferon, dan isoquersetin. Selain itu juga mengandung
asparagine, mannite, glutamine, inosite, linamarose, choline, pro
vitamin A, vitamin C, dan B. Kandungan asam-asam pada minyak
atsiri yan terdapat pada bijinya yaitu: asam-asam lemak terutama
palmitat, asam-asam resin, oleat, petroselinat, dan linoleat. Secara
tradisional tanaman seledri dipakai sebagai penambah nafsu makan
atau pemacu enzim pencernaan, peluruh air seni, serta penurun
tekanan darah (Sudarsono, dkk., 1996).
Dalam ilmu botani, daun seledri dikatakan mempunyai
kandungan Apigenin yang bisa mencegah penyempitan pembuluh
darah dan Phthalides yang berfungsi merelaksasi pembuluh darah atau
mengendurkan otot-otot arteri. Zat itulah yang mengatur aliran darah
sehingga memungkinkan pembuluh darah membesar dan mengurangi
tekanan darah (Saputra dan Triola, 2016). Selain itu seledri dipakai
juga untuk memperlancar keluarya air seni, sebagai anti kejang, dan
mengurangi rasa sakit pada rematik (Sudarsono dkk., 1996).
Pada saat praktikum dilakukan pengamatan pada jaringan
tanaman seledri secara mikroskopik pada batang secara melintang.
Pertama, batang seledri diiris secara melintang, karena pada posisi
melintang jaringan-jaringan yang diamati oleh mikroskop akan
terlihat. Batang seledri diiris setipis mungkin agar jaringannya mudah
terlihat pada mikroskop. Lalu irisan batang seledri disimpan pada
preparat dalam medium air dan ditutup dengan kaca yang tipis.
Setelah itu dilakukan pengamatan pada perbesaran 40 dan terlihat
jaringan epidemis, kutikula, jaringan pembuluh, dan kolenkim.
Kolenkim yang terdapat pada batang seledri berbentuk bulat dengan
penebalan pada sudut-sudutnya, kolenkim seperti ini disebut juga
dengan kolenkim tipe angular. Kolenkim tipe angular adalah tipe
kolenkim yang mengalami penebalan pada dinding sel terdapat di
sudut sel yang memanjang dan mengikuti sumbu pada sel. Pada posisi
melintang, penebalan sudut ini terlihat ditempat pertemuan tiga sel
atau lebih (Hidayat, 1995).
Jaringan
Kolenkim

Jaringan yang diamati merupakan penampang dari batang


tanaman seledri. Pada batang seledri terdapat jaringan kolenkim.
Jaringan kolenkim ini berfungsi untuk menguatkan batang dan
melindungi jaringan di sekitarnya (Mulyani, 2006).
F. Wortel
Wortel mempunyai nama latin Daucus carota L. Termasuk
kedalam family Umbelliferae yaitu berupa tumbuhan biji-bijian.
Wortel adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang tahun.
Terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan
lembab, kurang lebih pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan
laut. Tumbuhan wortel membutuhkan sinar matahari dan dapat
tumbuh pada semua musim. Wortel mempunyai batang daun basah
yang berupa sekumpulan pelepah (tangkai daun) yang muncul dari
pangkal buah bagian atas (umbi akar), mirip daun seledri. Wortel
menyukai tanah yang gembur dan subur. Umbi akar wortel berwarna
khas oranye (Stifarinna, dkk, 2004).
Fungsi dan khasiat wortel yaitu bisa digunakan untuk makanan
sehari-hari misalnya dalam pembuatan makanan yang berupa sayur.
Selain itu wortel digunakan untuk mengobati berbagai macam
penyakit seperti kejang jantung, eksim, mata minus, demam pada
anak, obat batuk, nyeri haid dan dapat menghaluskan wajah. Karena di
dalam wortel mengandung Vitamin A yang tinggi yaitu sebesar 12000
SI. Sementara komposisi kandungan unsur yang lain adalah kalori
sebesar 42 kalori; protein 1,2 gram; lemak 0,3 gram; hidrat arang 9,3
gram; kalsium 39 miligram; fosfor 37 miligram; besi 0,8 miligram;
vitamin B1 0,06 miligram; dan vitamin C6 miligram. Komposisi di
atas diukur per 100 gram (Hembing, 2005).
Susunan tubuh tanaman wortel terdiri atas daun dan tangkainya,
batang dan akar. Secara keseluruhan wortel merupakan tanaman
setahun, yang tumbuh tegak hingga 30-100 cm atau lebih. Daun
wortel bersifat majemuk menyirip ganda dua atau tiga, anak-anak
daun berbentuk lanset (garis-garis). Setiap tanaman memiliki 5-7
tangkai daun yang berukuran agak panjang. Tangkai daun kaku dan
tebal dengan permukaan yang halus, sedangkan helaian daun lemas
dan tipis. Batang tanaman wortel sangat pendek sehingga hampir tidak
nampak, batang bulat, tidak berkayu, agak keras, dan berdiameter
kecil (sekitar 1-1,5 cm) (Abbas, 2007).
Pada umumnya batang berwarna hijau tua. Batang tanaman
tidak bercabang, namun ditumbuhi oleh tangkai daun yang berukuran
panjang, sehingga kelihatan seperti bercabang. Tanaman wortel
memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Dalam
pertumbuhannya akar tunggang akan mengalami perubahan bentuk
dan fungsi menjadi tempat penyimpanan cadangan makanan. Bentuk
akar akan berubah menjadi besar dan bulat memanjang, hingga
mencapai diameter 6 cm dan panjang sampai 30 cm, tergantung
varietasnya. Akar tunggang yang telah berubah bentuk dan fungsi
inilah yang sering disebut atau dikenal sebagai “Umbi Wortel”. Bunga
tanaman wortel tumbuh pada ujung tanaman, berbentuk payung
berganda, dan berwarna putih atau merah jambu agak pucat. Bunga
memiliki tangkai yang pendek dan tebal. Kuntum-kuntum bunga
terletak pada bidang yang sama. Bunga wortel yang telah mengalami
penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji-biji yang berukuran
kecil dan berbulu. Batangnya pendek dan berakar tunggang yang
fungsinya berubah menjadi bulat dan memanjang. Warna umbi kuning
kemerah-merahan, mempunyai karoten A yang sangat tinggi, Umbi
wortel juga mengandung vitamin B, Vitamin c dan mineral
(Abbas,2007).
Dinding
Sel

Inti Sel

Jaringan yang diamati merupakan penampang dari tanaman


wortel. Pada gambar tersebut terdapat inti sel dan dinding sel. Dinding
sel ini berfungsi untuk menjaga bentuk sel. Sedangkan nukleus
berfungsi untuk mengatur segala kegiatan dari sel tersebut (
Abdurahman, 2008 ).
2. Mikroskop
A. Mikroskop SEM
Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu
kali, elektron digunakan sebagai pengganti cahaya. Ada dua jenis
mikroskop elektron, yaitu: mikroskop elektron transmisi (trasmission
electron microscope,TEM) dan mikroskop elektron payar (scanning
electron microscope, SEM) . SEM digunakan untuk studi detil
arsitektur permukaan sel (atau struktur renik lainnya), dan obyek
diamati secara tiga dimensi. Sedangkan TEM digunakan untuk
mengamati struktur detil internal sel. Mikroskop elektron payar
(scanning electron microscope, SEM) khususnya berguna untuk
penelitian terperinci mengenai permukaan specimen. Berkas electron
memindai permukaan sampel pada , Mikroskop SEM biasanya
dilapisi selapis tipis emas (Campbell dkk, 2008).
SEM adalah singkatan dari model persamaan struktural
(structural equation model) yang merupakan generasi kedua teknik
analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji
hubungan antara variabel yang kompleks baik recursive maupun non-
recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu
model. Tidak seperti analisis multivariatebiasa (regresi berganda dan
analisis faktor). SEM dapat melakukan pengujian secara bersama-
sama yaitu: model struktural yang mengukur hubungan antara
independent dan dependent construct, serta model measurement yang
mengukur hubungan (nilai loading) antara variabel indikator dengan
konstruk(variabellaten). Dengan digabungkannya pengujian model
struktural dan pengukuran tersebut memungkinkan peneliti untuk;
1). Menguji kesalahan pengukuran (measurement error) sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari structural equation model.
2).Melakukan analisis faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis
(Bollen, 1989).
Dalam model persamaan struktural (SEM) mengandung 2 jenis
variabel yaitu variabel laten dan variabel teramati, 2 jenis model yaitu
model struktural dan model pengukuran serta 2 jenis kesalahan yaitu
kesalahan struktural dan kesalahan pengukuran (Ramadiani,2010).

Struktur bagian-bagian mikroskop elektron SEM:


 Elektron gun: dari bekas elektron yang dipercepat turun ke
kolom
 Serangkaian lensa ( Condenser and objektive) :yang berfungsi
untuk mengendalikan diameter balok serta memfokuskan balok
pada spesimen
 Lubang skala mirkon dalam film logam : yang dilewati sinar
dan mempengaruhi sifat balok, kontrol untuk posisi spesimen
 Area interaksi spesimen: menghasilkan beberapa sinyal yang
dapat di identifikasi dan diproses untuk menghasilkan gambar
atau spektrum (Bob Hafner,2007).
Dalam mikroskop elektron scanning, berkas elektron kecil
difokuskan pada sampel. Simultan akan memindai balok di area
sampel yang dipilih, sinyal yang dihasilkan direkam dengan demikian
gambar terbentuk pixel demi pixel. Berbeda dengan metode TEM
yang membutuhkan sampel sangat tipis (STEM, dengan menggunakan
elektron yang ditransmisikan), sampel kompak dapat diselidiki dengan
SEM. Informasi berharga tentang morfologi, topologi permukaan dan
komposisi dapat diperoleh. Mikroskop SEM yang tersedia sekarang
mencapai resolusi di bawah 1 nm (Krumeich,2017).

(Krumeich,2017).
B. Mikroskop TEM
TEM merupakan suatu mikroskop yang mampu untuk melakukan
perbesaran objek hingga mencapai 2 juta kali dengan menggunakan
elektro magneik dan elektro statik dalam pengontrolan cahaya dan
tampilan gambar serta memiliki kemampuan perbesaran objek serta
resolusi yang lebih baik daripada mikroskop cahaya. Tetapi
penggunaan energi pun jauh lebih banyak digunakan serta radiasi
elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan dengan mikroskop
cahaya. TEM menggunakan elektromagnetik sebagai lensa untuk
memfokuskan dan memperbesar citra dengan cara membelokkan jalan
elektronnya. Citra yang terbentuk akhirnya difokuskan pada layar
supaya dapat dilihat atau difokuskan pada film fotografik (Campbell,
2002).
Terdapat beberapa komponen pada TEM, yaitu:
a. Ruang vakum
Ruang ini merupakan suatu tempat dimana terjadinya interaksi
elektron. TEM standar memiliki tekanan rendah, yaitu sekitar 10-4 Pa.
Tujuannya yaitu untuk mengurangi perbedaan tegangan antara katoda
dan ground serta frekuensi tumbukan elektron dengan atom gas pun
akan dikurangi.
b. Electron gun
Partikel-partikel elektron yang terdapat dalam mikroskop elektron
dihasilkan dari electron gun. Beberapa komponen yang terdapat dalam
electron gun yaitu: filament, biasing circuit, wehnelt cap, dan
extraction anode.
c. Electron lens
Perancangan lensa elektron ini meniru lensa optik yaitu dengan cara
memfokuskan sinar sejajar pada beberapa constant focal length.
Mayoritas lensa eletron pada TEM menggunakan kumparan
elektromagnetik untuk menghasilkan lensa cembung.
d. Apertures
Pengarahan elektron agar berjalan secara aksial merupakan salah satu
fungsi dari apertures (Bintari, 2011).
Beberapa sinyal yang dapat dihasilkan dari TEM:
a. Diffraction contrast,
b. Phase contrast,
c. Mass/thickness contrast,
d. Difraksi elektron,
e. Characteristic X-Ray,
f. Electron Energy Joss Spectroscpoy,
g. Scanning transmission electron microscopy (Bintari, 2011).
Cara kerja mikroskop TEM:
Penggunaan berkas elektron energi yang tinggi disampaikan melalui
sampel yang sangat tipis untuk gambar dan menganalisis mikrostruktur
bahan dengan menggunakan resolusi skala atom. Lensa
elektromagnetik memfokuskan elektron dan gambar diamati pada layar
fluorescent, atau direkam dalam film atau kamera digital (Bintari,
2011).

C. Mikroskop Cahaya
Miskroskop pertama kali ditemukan oleh seorang sejarawan yang
bernama Zacharias Janssen pada tahun 1590.Mikroskop cahaya
merupakan mikroskop yang sederhana karena hanya menggunakan
lensa dan cahaya dalam proses memperbesar gambar. Mikroskop
cahaya ini dikembangkan hingga perbesaran sekitar sepuluh kali
(Microbus, 2015).
Mikroskop yang sering digunakan di laboratorium adalah
mikroskop monokuler. Monokuler dari bahsa latin yaitu mono yang
berarti satu dan oculus yang berarti mata. Objek yang akan diamati
dengan mikroskop ini harus mempunyai ukuran yang kecil dan sangat
tipis sehingga objek tersebut dapat ditembus oleh cahaya. Bentuk serta
susunan objek dapat dibedakan dengan adanya beberapa bagian dari
objek yang lebih banyak menyerap cahaya dibandingkan dengan bagian
yang lainnya. Perbesaran pada mikroskop berfungsi untuk membuat
benda-benda yang berukuran kecil menjadi terlihat besar dari ukuran
sebenarnya. Penguraian pada mikroskop membuat pola-pola yang
sangat terperinci dapat terlihat (Goldsten, 2004).
Semakin tipis objek yang akan diamati pada mikroskop akan
menghasilkan pola-pola yang terperinci semakin jelas terlihat. Cahaya
dari suatu titik objek yang dipantulkan tidak bisa direkombinasikan
kembali untuk membuat suatu titik lain yang sebenarnya, melainkan
hanya sekadar piringan cahaya. Daya pembesaran pada mikroskop
untuk membedakan rincian halus sebanding dengan medium yang akan
ditransmisi. Cahaya memiliki panjang gelombang yaitu sekitar 0,5mm
serta daya embesaran sekitar 0,45 mm (Abercombie, 1993).
Terdapat dua teknik penggunaan mikroskop yang sangat penting
yaitu daya penguraian (resolusi) dan pembesaran. Daya penguraian atau
resolusi adalah ukuran dari kejelasan citra yaitu jarak minimum antara
dua titik yang dipisahkan dan dapat dibedakan sebagai dua titik yang
terpisah. Pembesaran merupakan perbandingan antara ukuran dari citra
objek dengan ukuran yang sebenarnya (Campbell, et al, 2010).
Mikroskop dapat didesain untuk memperbesar objek dengan
perbesaran yang diinginkan, namun mikroskop cahaya tidak dapat
menguraikan rincian yang halusnya lebih kecil dari 0,2 atau 200
nm, yang seukuran dengan bakteri kecil. Penguraian tersebut dibatasi
dengan adanya panjang-gelombang dari cahaya-tampak untuk
menerangi spesimennya. Mikroskop cahaya dapat melakukan
pembesaran hingga 1000 kali dari ukuran spesimen yang sebenarnya.
Perbesaran yang lebih tinggi akan menyebabkan objek tidak terlihat
jelas. Teknik ketiga yang yang penting dalam mikroskop adalah
kontras. Kontras adalah teknik mempertajam yang digunakan untuk
melihat perbedaan dalam bagian-bagian sampel (Campbell, et al, 2010).
Mikroskop cahaya dapat menyediakan gambaran dari struktur
dua-dimensi dengan perbesaran dari 40 kali hingga 1250 kali.
Komponen utama dari mikroskop adalah pertama sistem dari
penyinaran yang terdiri dari sumber cahaya serta apertur yang bisa
diatur, kedua lensa okuler atau lensa mata dan lensa objektif yang
dipasang di ujung tabung berbentuk silindris, ketiga yaitu dudukan
spesimen baik yang tetap maupun yang dapat diputar (Smallman dan
Bishop, 2000).
Teknik pada mikroskop cahaya yaitu :
a. Medan terang (Spesimen tak diwarnai)
Teknik meneruskan cahaya langsung yang melalui spesimen. Citra
mempunyai kontras kecil keculi jika sel yang berpigmen alami atau
yang telah diwarnai secara buatan.
b. Medan terang (spesimen diwarnai)
Mewarnai dengan beberapa warna akan meningkatkan kontras.
Pada prosedur pewarnaan sangat mensyaratkan sel agar difiksasi atau
diawetkan.
c. Fase-kontras
Dengan meningkatkan kontras kepada sel yang tidak diwarnai
dengan cara spesimen diperbesar variasai kerapatannya (densitas).
Teknik ini berguna untuk dapat mempelajari sel hidup tidak berpigmen.
d. Diferensial-interferensi-kontras (Nomarski)
Penggunaan modifikasi optik digunkan untuk melebih-lebihkan
adanya perbedaan densitas yang menjadikan citra terlihat seperti tiga
dimensi.
e. Fluoresensi
Menunjukkan letak molekul yang spesifik yang terdapat dalam sel
yaitu dengan melabeli molekul menggunakan antibodi fluoresen. Zat-
zat fluoresen tersebut akan menyerap radiasi ultraviolet serta
memancarkan cahaya tampak.
f. Konfokus
Teknik flouresen (pembagian optik) menggunakan bukaan lubang-
jarum untuk dapat melenyapkan cahaya yang tidak fokus pada sampel-
sampel tebal, membuat bidang tunggal flouresen pada citra. Dengan
menangkap citra yang tajam di beberapa tempat, maka rekontruksi tiga
dimensi dapat diciptakan (Campbell, et al, 2010).

Pembahasan Bagian-Bagian Mikroskop


Pada Praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap mikroskop
cahaya jenis majemuk. Mengenal bagian-bagian mikroskop cahaya
beserta fungsinya secara mendetail. Pada gambar di atas ditunjukkan
bagian-bagian pada mikroskop cahaya. Pada bagian pertama ada arah
sinar datang. Arah sinar datang sangat berperan penting untuk
membantu proses dalam menggunakan mikroskop cahaya ini.
Kemudian, bagian kedua adalah retina. Retina merupakan salah
satu bagian pada organ mata yang memiliki fungsi menerima serta
mengubah cahaya yang masuk menjadi sinyal saraf. Sinyal saraf
tersebut kemudian dikirim ke otak sehingga terjadi proses pembentukan
bayangan. Bagian ketiga adalah tabung lensa objektif yang memiliki
yaitu berfungsi untuk mengatur fokus pada mikroskop dan untuk
menghubungkan anatara lensa objektif dan lensa okuler.
Kemudian bagian empat adalah lensa mata. Lensa mata adalah
salah satu bagian pada organ mata yang berfungsi untuk menangkap
cahaya lalu meneruskannya ke retina. Bagian kelima adalah arah sinar
pantul. Bagian keenam adalah lensa okuler. Lensa okuler merupakan
lensa yang berhubungan dengan mata pengamat, memiliki fungsi untuk
membentuk bayangan yang maya, tegak, dan diperbesar. Bagian
ketujuh adalah dinding tabung lensa objektif yaitu berfungsi untuk
melindungi tabung lensa objektif.
Selanjutnya, bagian delapan adalah nosepiece yang berperan
sebagai pengatur untuk perbesaran atau pengecilan lensa objektif.
Bagian kesembilan adalah leher mikroskop yang memiliki fungsi
sebagai pengangan pada mikroskop saat digunakan. Bagian kesepuluh
adalah stage yang berperan sebagai platform untuk menempatkan
preparat. Bagian kesebelas adalah lensa objektif yaitu lensa yang
digunakan untuk memperbesar bayangan benda yang perbesarannya
4x/10x/40x/100x. Bagian kedua belas adalah lensa kondensor yang
berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada spesimen yang akan diuji.
Bagian ketiga belas adalah specimen atau preparat sebagai objek yang
akan dianalisa
Bagian keempat belas adalah illuminator kondensor yang berfungsi
untuk menghasilkan cahaya agar bagian yang diamati dapat terlihat.
Bagian kelima belas adalah penjepit preparat yang berfungsi untuk
menahan kaca preparat sebagai tempat objek diletakkan agar tidak
mudah bergerak.
Bagian keenam belas adalah sumber cahaya yang merupakan unsur
paling penting untuk menggunakan mikroskop. Bagian ketujuh belas
adalah meja preparat yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan
objek yang akan diamati. Pada meja preparat terdapat klip, dibagian
tengah meja terdapat lengan untuk dilewati sinar. Pada jenis mikroskop
tertentu, kedudukan meja tidak dapat dinaikan ataupun diturunkan.
Pada beberapa mikroskop, terutama model terbaru, meja preparat dapat
dinaik-turunkan.
Bagian kedelapan belas adalah sekrup pengarah kasar yang berfungsi
untuk menaik-turunkan tabung mikroskop dengan tepat dan cepat
sehingga dapat diperoleh kejelasan dari gambar objek yang diinginkan.
Bagian kesembilan belas adalah sekrup pengarah halus yang berfungsi
untuk menaikkan dan menurunkan tabung mikroskop dengan tepat dan
lambat. Bagian ini memiliki bentuk lebih kecil daripada sekrup
pengarah kasar. Bagian kedua puluh adalah base yang terletak pada
bagian paling bawah dan berfungsi sebagai penyangga pada mikroskop.

IV. Kesimpulan
Jadi, Dari tumbuhan yang disediakan telah diamati struktur sel dan
jaringan nya menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40
kali dan 10 kali dengan reagen klor.
Daftar Pustaka

Abbas, A. 2007. Karakteristik Fisik Wortel (Daucus carota L.) Terhadap


Penanganan Pasca Panen dan Penerapan Quality Control. Teknik
Kimia Kejuangan.Vol. 13(15): 18.
Abdurahman, D. 2008. Biologi Kelompok Pertanian Kesehatan. Jakarta :
Grafindo Media Pratama.
Abercombie, M. I993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga.
Aryulina, D., dkk. 2004. Biologi Dasar. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Bintari, Tri Wahyuni. 2011. TEM (Transmission Electron Microscope).
Availabe at http://tri-w-b-fst08.web.unair.ac.id/artikel_detail-
39161-Umum-
TEM%20(transmission%20electron%20microscopy).html.
[Diakses pada 4 Maret 2017].
Bob Hafner.2007.Scanning Electron Microscopy Primer. USA:University of
Minnesota.
Bollen, Kenneth.A. 1989. Structural Equations With Latent Variables.New
York: A Wiley Interscience Publication .
Brotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.

Campbell, A. Neil. dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.
Dalimartha, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta :
Puspa Swara.
Goldsten, Philip. 2004. Ilmu Pengetahuan Populer, Jilid 10 Edisi 11. Jakarta :
PT Ikrar Mandiri Abadi.
Haryanti, Sri. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa
Spesies Tanaman Dikotil dan Monokotil. Jurnal Anatomi dan
Fisiologi. Volume 18 Nomor 2 Halaman 21-28.
Haseloff, R.F, Blasig I.E, Bauer H.C and Bauer H. 2005. In Search of The
Astrocytic Factor(s) Modulating Blood-brain Barrier Function in
Brain Capillary Endothelial Cells in Vitro. Cell Mol Neurobiol.
Vol. 25(1): 25-39.
Hembing, W. 2005. Penyembuhan Dengan Wortel. Jakarta: Yayasan Obor.
Hidayat, Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB.
Iqbal, Mdan Endang. 2014. Seledri (Apium graveolens L.). Diakses secara
online di http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=225# (Pada
tanggal 28 Februari 2018 pukul 20.00 WIB).
Kadir, A. 2008. Tanaman Hias Bernuansa Varigata. Yogyakarta: Lily
Publisher.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Krumeich.F.2017. Scanning Electron Microscopy (SEM). Di akses secara
online di http://www.microscopy.ethz.ch/sem.htm [ Pada 3 Maret
2018].
Microbus. 2015. The Microscope : Parts and Specification. Tersedia secara
online di http://www.microscope-
microscope.org/basic/microscope-parts.htm [Diakses pada tanggal
3 Maret 2018 Pukul 16.06].
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius.
Prawiro. 1997. Biologi Sains. Jakarta : Bumi Aksara.
Radji, Maksum. 2012. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam
Pengembangan Obat Herbal. Jurnal Ilmu Kefarmasian. Volume 2
Nomor 3 Halaman 113-126.
Rahayu, Estu dan Nur Berlian. 2004. Bawang Merah Cetakan Kesepuluh.
Bogor: PT. Penebar Swadaya.
Rahman, Taufik. 2007. Sel dan Jaringan. Diakses di :
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND.BIOLOGI/1962
01151987031-TAUFIK RAHMAN/MODUL STRUKTUR DAN
FUNGSI SEL %26 JARINGAN UNTUK PENATARAN DI.pdf
[Diakses pada tanggal 3 Maret 2018].
Ramadiani.2010.Structural Equation Model Untuk Analisis Multivariate
Menggunakan LISREL. Jurnal Informatika Mulawarman.Vol .5
(1).
Ratnasari, Juwita. 2008. Galeri Tanaman Hias Daun. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Rompas, Yulanda. Dkk. 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun
Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Jurnal Biologos. Volume
1 Nomor 1 Halaman 1.
Stifarina, dkk. 2004. Balai Penelitian Tanaman Dan Sayuran. Jurnal Teknik
Pengeringan Dalam Oven Untuk Irisan Wortel Kering Bermutu.
Vol. 14.
Sudarsono, dkk. 1996.Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan
Penggunaan. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat Tradisional UGM.
Winarno. 2014. Kelapa Pohon Kehidupan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Yuliani, A. 2015. Struktur Sel Tumbuhan dan Hewan. Diakses di :
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132302517/pengabdian/teaching%
2Bguide_piloting.pdf. [Diakses pada 4 Maret 2018]

Anda mungkin juga menyukai