Oleh:
Kamilatul Khoiroh
NIM 190210103028
Kelompok 1 / Kelas A
II. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu untuk membuktikan proses dan kecepatan
penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya.
Membuka aplikasi imageJ dan buka foto daun yang telah disimpan
dengan Pilih menu File, Open, pilih file foto daun
Mengatur skala (set scale up) dengan cara, pilih ikon Straight line , dan
buatlah garis pada penggaris, pilih analyze, set scale, isikan known
distance dengan 1.0 dan unit of lenght dengan cm (centimeter)
Mengukur objek daun yang digunakan dengan cara: pilih ikon Polygon
Selection, membuat garis sesuai dengan bentuk daun yang akan diukur.
Untuk mempermudah membuat garis di sekeliling daun, gunakan
menu magnifiying glass atau tanda + pada keyboard, sehingga garis
yang dibuat lebih akurat
Setelah garis dibuat pada tepi daun, pilih analyze → measure. Maka
jendela hasil pengukuran akan muncul
V. HASIL PENGAMATAN
VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini tentang peristiwa penguapan air melalui proses
transpirasi. Bahan yang digunakan yaitu, pertama tanaman bibit terong dan
tanaman bibit cabai. Kedua tanaman tersebut berfungsi sebagai objek uji coba
yang menyebabkan proses transpirasi dapat terjadi. Bahan kedua, minyak
kelapa digunakan sebagai cairan yang ditambahkan ke dalam gelas berisi air,
berguna agar air tidak mengalami penguapan. Ketiga, kertas HVS berfungsi
untuk meletakkan daun tanaman di atasnya sebagai alas dokumentasi.
Keempat, aplikasi Image Raster untuk membantu perhitungan luas daun.
Adapun alat yang digunakan diantaranya adalah gelas plastik digunakan
sebagai wadah tempat menampung air. Silet berfungsi sebagai alat untuk
memotong batang tanaman cabai dan tanaman terong. Kedua, adalah baskom
sebagai wadah tempat air yang digunakan ketika akan memotong batang
tanaman cabai dan tomat. Ketiga, sendok sebagai alat untuk mengambil
minyak goring dan dimasukkan ke dalam gelas plastik. Ketiga, kamera hape
digunakan sebagai alat untuk memotret dokumentasi praktikum. Keempat,
penggaris berfungsi sebagai alat pembanding daun dalam proses pengambilan
gambar daun.
Langkah kerja yang dilakukan adalah pertama praktikan harus
menyiapkan alat dan bahan yang sudah disebutkan diatas, lalu air sebanyak
30 ml dimasukkan ke dalam 3 gelas plastik yang mana setiap gelas plastik
ditambah dengan minyak goring sampai seluruh permukaan tertutupi. Kedua,
batan tanaman cabai dan terong diukur menjadi 12 cm dan di potong dalam
kondisi terendam dalam air di dalam baskom/bak kecil. Ketiga, pindahkan
kedua batang tanaman tersebut ke dalam gelas plastik lalu diletakkan pada
halaman yang terkena panas matahari. Setelah itu, setiap 15 menit volume air
diamati dan diukur perubahan volume air yang terjadi selama 1 jam. Setelah
selesai 1 jam, daun pada setiap batang dipetik, di taruh di atas kertas HVS
lalu diberi penggaris sebagai pembanding di sampingnya dan difoto
menggunakan kamera hp. Setiap langkah kerja tersebut dilakukan, praktikan
jangan lupa untuk mendokumentasikan kegiatannya.
Langkah kerja berikutnya yaitu, mengukur luas daun yang dibantu
dengan menggunakan aplikasi Image Raster. langkah pertama, membuka
aplikasi imageJ dan membuka foto daun yang telah disimpan dengan Pilih
menu File, Open, pilih file foto daun lalu mengatur skala (set scale up)
dengan cara, pilih ikon straight line, dan buatlah garis pada penggaris, pilih
analyze, set scale, isikan known distance dengan 1.0 dan unit of lenght
dengan cm (centimeter). Kemudian, mengatur gambar dengan cara, image →
type → pilih 8-bit. Selanjutnya mengukur objek daun yang digunakan dengan
cara: pilih ikon Polygon Selection, membuat garis sesuai dengan bentuk daun
yang akan diukur. Untuk mempermudah membuat garis di sekeliling daun,
gunakan menu magnifiying glass atau tanda + pada keyboard, sehingga garis
yang dibuat lebih akurat Setelah garis dibuat pada tepi daun, pilih analyze →
measure. Maka jendela hasil pengukuran akan muncul dan dilanjutkan
dengan melakukan langkah pengukuran pada daun yang lain.
Adapun fungsi perlakuan adalah untuk mengetahui perbedaa laju
transpirasi dari tanaman yang berbeda, yaitu tanaman cabai dan tanaman
terong. Ada 3 perlakuan yang diberikan, pertama adalah kontrol digunakan
untuk melihat laju transpirasi air murni disebabkan karena panas matahari
dengan penghalang berupa minyak goreng. Kedua, perlakuan diberikan
tanaman cabai di dalam gelas plastik untuk membuktikan laju transpirasi pada
tanaman yang disebabkan panas matahari dengan diberi penghalang berupa
minyak goreng. Begitu pula dengan perlakuan ketiga, pada gelas plastic
dimasukkan tanaman terong di dalam gelas plastik untuk membuktikan laju
transpirasi pada tanaman yang disebabkan panas matahari dengan diberi
penghalang berupa minyak goreng.
Dengan demikian, pada praktikum ini dapat dipahami bahwa
pengertian dari transpirasi adalah suatu jalur utama berupa proses kehilangan
air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Sebesar
90% uap air pada tumbuhan menguap karena proses transpirasi ini, sedangkan
sisanya dapat terjadi melalui lentisel pada kulit ranting dan dahan muda.
Proses transpirasi berlangsung melalui suatu mekanisme dimana penyebab
utama terjadinya transpirasi ini adalah perbedaan tekanan uap air antara ruang
intraseluler pada daun dengan atmosper luar di sekitar daun. Kemudian,
terjadi proses buka-tutup stomata yang mengatur transpirasi. Selama proses
transpirasi terjadi, maka stomata akan terbuka disebabkan karena banyak ion
K+ yang masuk ke dalam sel melalui vakuola sehingga air masuk dengan cara
osmosis. Hal ini akan meningkatkan turgiditas stomata sehingga sel-sel nya
akan membuka. Sebaliknya stomata akan kembali menutup pada saat ion K+
keluar dari vakuola sel, dan air masuk melalui proses osmosis sehingga
stomata kehilangan turgiditasnya dan menutup. Pada saat stomata membuka
itulah terjadi proses transpirasi.
Proses transpirasi berlangsung dengan kecepatan yang berbeda pada
masing-masing tanaman. Kecepatan hilangnya air dalam rentang waktu di
dalam tumbuhan disebut sebagai laju transpirasi. Laju transpirasi ini juga
dipengaruhi oleh luas daun pada tumbuhan. Selain itu, ada perbedaan laju
transpirasi melalui stomata dan lentisel. Laju transpirasi melalui lentisel
batang memiliki kecepatan kira-kira seperdelapan dari laju transpirasi daun.
Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh, untuk gelas
kontrol tidak mengalami perubahan volume dengan hasil rata-rata air
menguap yaitu 0 dengan laju transpirasi juga sama dengan 0, walaupun
berada pada kondisi cuaca yang berbeda-beda baik itu terik, cukup terik,
mendung cerah, cerah sedikit mendung, cerah, sedikit cerah, mendung,
terkecuali pada data No. 2 diperoleh bahwa rata-rata air menguap yaitu 1 mL
pada kondisi lingkungan yang cukup terik. Data ini menurut saya adalah
keliru, disebabkan faktor kegagalan saat praktikum di antaranya yaitu skala
pada gelas plastic memiliki ketelitian yang rendah sehingga bisa saja karena
faktor tersebut serta keterbatasan mata manusia untuk melihat dengan jeli dan
konsisten pada setiap kali pengambilan data. Namun, data ini tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap data lainnya sehingga bisa diabaikan dan
dianggap data yang invalid. Prediksi ini didukung dengan penjelasan dalam
literatur bahwa air sebenarnya akan mengalami penguapan apabila diletakkan
di bawah sinar matahari, tetapi karena pada praktikum praktikan
menambahakan minyak goreng di atas permukaan air sehingga minyak
goreng tersebut akan menghalangi air untuk mengalami proses penguapan.
Sebagaimana dijelaskan bahwa air dan minyak memiliki sifat kepolaran yang
berbeda, air bersifat polar sedangkan minyak non-polar akibatnya kedua
cairan tidak akan menyatu dan minyak goreng menutupi permukaan air
dengan sempurna sehingga proses penguapan air tidak akan terjadi.
Data perlakuan kedua yaitu dengan memasukkan tanaman cabai ke
dalam gelas plastik berisi air dan minyak goreng, diperoleh 6 data, 5 data dari
6 data perolehan yaitu mempunyai rata-rata laju transpirasi 0,116; 0,194;
0,095; dan 0,132. Data tersebut cukup memberikan representative bahwa
kecepatan laju transpirasi tanaman cabai apabila dibulatkan adalah 0,1
mL/cm2/jam dalam semua jenis cuaca. Sangat jelas bahwa artinya, laju
transpirasi pada perlakuan ini dipengaruhi karena adanya tanaman cabai di
dalam gelas plastik. Tanaman cabai akan mengatur kondisi kesimbangan air
sehingga penyerapan air yang banyak melalui akar akan diimbangi dengan
kemampuan menghisap dan mentransformasikan air ke atas atau bagian daun
sehingga transpirasi berlangsung dengan cepat. Adapun 1 data lainnya yaitu
data No. 3 laju transpirasinya adalah 0,029 mL/cm2/jam yang merupakan data
terkecil. Menurut hasil analisis, hal ini dipengaruhi karena faktor eksternal
berupa intensitas cahaya matahari. Diketahui bahwa data No. 3 itu dilakukan
ketika kondisi lingkungan sedang mendung, sehingga karena kurangnya
intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman, maka laju transpirasinya akan
berlangsung lambat.
Data perlakuan ketiga yaitu dengan memasukkan tanaman tomat ke
dalam gelas plastik berisi air dan minyak goreng kecuali data No. 2
menggunakan tanaman terong. hasil yang diperoleh dari tanaman cabai
adalah 0,032; 0,071; 0,121; dan 0,028. Dari ke 5 data ini diketahui bahwa laju
transpirasi pada tomat berkisar antara 0,3-0,6 mL/cm2/jam, lebih rendah 0,4
mL/cm2/jam dari laju tanaman cabai. Adapun data No. 2 yang menggunakan
tanaman terong juga sebesar 0,062 mL/cm2/jam. Walaupun kedua tanaman ini
berbeda, namun keduanya termausk ke dalam jenis Solanum sp. sehingga
memiliki karakteristik daun yang sama yaitu memiliki trikom adaun.
Berdasarkan literatur, bahwa kecepatan laju transpirasi anatar satu tanaman
dengan tanaman lainnya memang berbeda. Dalam hal ini, antara tanaman
cabai dan tanaman tomat memiliki beberapa perbedaan diantaranya, pada
tanaman cabai memiliki ukuran daun yang lebih luas dibandingkan dengan
tanaman tomat, oleh karena itu karena daun yang luas memiliki jumlah
stomata yang lebih banyak, sehingga mengakibatkan tingginya laju
transpirasi. Sebaliknya pada tanaman tomat, memiliki luas daun yang lebih
kecil dan juga dilengkapi dengan trikoma. Trikoma ini berupa bulu-bulu halus
pada daun yang menyebabkan laju transpirasi tanaman tomat terhambat.
Namun, selain dari strukturnya, trikoma mampu mensekresikan ion berupa
NaCl dimana NaCl akan mempengaruhi penguapan air. Ion Cl bersifat
negative sedangkan sedangkan K merupakan ion positif. Ketika K+ melimpah
maka Cl akan berkurang sehingga stomata akan terbuka. Sebaliknya pada
tanaman tomat, yang melimpah adalah Cl nya sehingga proses buka tutup
stomata juga ikut berpengaruh karena adanya Cl berlawanan dengan gradien
konsentrasi K. Akibat dari trikoma yang banyak dapat menghasilkan ion Cl
yang banyak sehingga kemungkinan terbukanya stomata dapat berkurang dan
proses transpirasi akan menurun. Begitu pula pada tanaman terong, pada
struktur daunnya mempunyai trikoma sehingga menghambat proses
transpirasi.
Berdasarkan analisis data diatas, bahwa dalam proses transpirasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor internal.
Faktor internal meliputi ukuran dan ketebalan daun, struktur daun seperti
lapisan lilin, rambut daun, bentuk dan lokasi stomata, umur jaringan, keadaan
fisiologis jaringan, dan laju metabolisme. Sedangkan faktor eksternal meliputi
intensitas cahaya, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan kandungan
air tanah. Faktor internal yaitu ukuran/luas daun pada tumbuhan berpengaruh
terhadap laju transpirasi karena daun yang luas memiliki jumlah stomata yang
banyak, sehingga mengakibatkan tingginya laju transpirasi. Suhu
mempengaruhi proses transpirasi karena apabila suhu disekitar tanaman
melewati titik optimum, maka laju transpirasi juga akan meningkat. Angin
mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya uap air di sekitar tanaman
meningkat sehingga memberikan kesempatan terjadinya penguapan lebih
banyak. Semua faktor internal dan eksternal mempunyai dampak yang
berbanding lurus terhadap laju tranpirasi, artinya semakin tinggi faktor
internal, semakin cepat proses transpirasi yang terjadi. Kecuali untuk
kelemban udara. Semakin tinggi kelembapan udara maka laju transpirasi akan
menurun sebab difusi uap air yang keluar dari daun melambat jika sudah
dikelilingi oleh udara lembab.
Kendala yang dialami ketika praktikum yaitu kondisi cuaca yang tidak
mendukung yaitu sedikit mendung sehingga tanaman perlakuan kurang
mendapatkan intensitas cahaya yang cukup dan mempengaruhi hasil data laju
transpirasi yang diperoleh.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Proses tranpirasi dapat terjadi dan diartikan sebagai jalur utama
proses kehilangan air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan
melalui stomata. Adapun laju transpirasi adalah rata-rata bjumlah air yang
hilang atau meguap dalam suatu waktu tertentu. Proses transpirasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor internal.
Faktor internal meliputi ukuran dan ketebalan daun, struktur daun seperti
lapisan lilin, rambut daun, bentuk dan lokasi stomata, umur jaringan,
keadaan fisiologis jaringan, dan laju metabolisme. Sedangkan faktor
eksternal meliputi intensitas cahaya, suhu, kelembaban udara, kecepatan
angin, dan kandungan air tanah.
7.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya sebaiknya asisten tidak terlalu mepet
untuk mengumumkan persiapan alat, bahan, dan langkah kerja apabila
akan dilakukan praktikum mandiri sebelum jam praktikum berlangsung.
Apabila bisa, diharapkan pula untuk asisten memberi tambahan waktu
untuk praktikum mandiri agar diperpanjang durasinya
DAFTAR PUSTAKA
Fitra Syawal Harahap, Hilwa Walida, dan Iman Arman · 2021. Dasar-Dasar
Agronomi Pertanian. Sumatera Barat: Mitra Cendekia Media.
Iwasaki, N., Hori, K., dan Ikuta, Y. 2019. Xylem plays an important role in
regulating the leaf water potential and fruit quality of Meiwa kumquat
(Fortunella crassifolia Swingle) trees under drought
conditions. Agricultural water management. 214: 47-54.
Jelimat, B. 2020. Pengaruh ekstrak pakis (Diplazium esculentum swartz) terhadap
anatomi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L). STIGMA: Jurnal
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unipa. 13(02): 40-45.
Nuwa, R. B. U. (2019). Studi perbandingan transpirasi antar pohon di hutan kota
malabar (penelitian pendahuluan untuk solusi pengelolaan lahan
kering). Buletin Loupe, 15(02): 300810.
Paembonan, S. A. 2020. Silvika Ekofisiologi dan Pertumbuhan Pohon.Makassar:
Fakultas Kehutanan Universitas Hassanudin.
Purba, T., H. Ningsih, P. A. S. Juanedi, B. Gunawan, Junairiah, R. Firgiyanto, dan
Arsi. 2021. Tanah dan Nutrisi Tanaman. Sumatera Utara: Yayasan Kita
Menulis.
Santhosh, B., dan Yohan, Y. 2019. Abiotic stress responses of cotton: A
review. IJCS. 7(6): 795-798.
Wang, Z., Zhou, Z. X., Wang, X. M., dan Chen, Z. J. 2018. Relationships between
transpiration, water loss, and air conditions during physiological
drying. Drying Technology. 36(2): 245-254.
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM MANDIRI
LAMPIRAN COVER BUKU DAN JURNAL