Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“DIFUSI DAN OSMOSIS”

Oleh:
Kamilatul Khoiroh
NIM 190210103028
Kelompok 1 / Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. JUDUL
Difusi dan Osmosis

II. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengamati pengaruh perlakuan fisik
(suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap permeabilitas membran sel.

III. DASAR TEORI


Seluruh aktivitas dalam sel tumbuhan bergantung dengan keberadaan
dinding sel. Dinding sel adalah struktur yang sangat dinamis yang
memberikan dukungan mekanis untuk sel tumbuhan selama pertumbuhan,
perkembangan, dan adaptasi terhadap lingkungan yang berubah. Oleh karena
itu, penting bagi tumbuhan untuk memantau keadaan dinding selnya dan
memastikan integritas fungsionalnya setiap saat (Vaahtera et al., 2019: 924).
Dinding sel tumbuhan berfungsi untuk melindung isi sel dan sebagai
jalan keluar masuk air, garam mineral, serta molekul lain yang dibutuhkan
oleh tumbuhan (Advinda, 2018: 26). Pada dinding sel tumbuhan terdapat
lubang yang disebut plasmodesmata. Plasmodesmata adalah saluran nano
ramping yang menghubungkan sel-sel tanaman tetangga dan memungkinkan
pertukaran nutrisi dan molekul. Saluran ini melintasi dinding sel dan
menghubungkan secara langsung antara cairan sitoplasma dan sel tetangga.
Bentuknya kira-kira melingkar silinder dengan panjang 200−1000 nm dan
diameter 25−50 nm (Christensen et al., 2021: 871).
Air dan molekul yang masuk akan melewati lapisan dalam sel yaitu
membran sel. Membran sel bersifat selektif permeable artinya zat-zat tertentu
saja yang mampu melewati membran sel tumbuhan. Mekanisme keluar
masuk zat dipengaruhi oleh ukuran partikel dan polaritasnya. Mekanisme
tersebut disebut dengan transpor. Ada 2 jenis transport yaitu transport aktif
dan transpor pasif (Maulana, 2021: 6). Mekanisme transpor membran
diantaranya adalah difusi, transpor aktif, endositosis, eksositosis dan
proses-proses lainnya sebagai hasil aktivitas berbagai organel sel
(Kurnianingsih et al., 2020: 275).
Difusi dan osmosis tergolong mekanisme transport pasif. Difusi
adalah proses perembesan senyawa kimia berupa molekul-molekul dari
daerah yang memiliki konsentrasi tinggi ke daerah yang memiliki konsentrasi
rendah. Arah gerakan molekul yang berdifusi tidak menentu karena ada
hantaman molekul (Koryati et al., 2021: 20). Adapun yang dimaksud dengan
osmosis pergerakan atau perpindahan air melintasi membran dari konsentrasi
air yang tinggi ke konsentrasi air yang rendah melalui membran selektif
permeable. (Koryati et al., 2021: 23). Artinya, air sebagai pelarut akan
bergerak melewati membran menuju bagian dengan jumlah molekul terlarut
paling banyak dan kadar airnya sedikit. Namun, apabila konsentrasi air di
dalam sel sama dengan yang ada di luar sel menyebabkan tidak terjadi
gerakan apa-apa juga disebut dengan osmosis dalam bentuk osmosis isotonik
(Sari et al., 2017:12).
Membran semi permeabel hanya bisa dilewati air dan molekulnya
sehingga menyebabkan tekanan sepanjang membran. Struktur membran
bukan hanya sebagai pembatas sel, tetapi juga berperan sebagai tempat keluar
masuk sel. Osmosis ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu molekul terlarut
dan kadar air di dalam sel serta molekul terlarut dan kadar air di luar sel
(Ulfa et al., 2020: 111). Membran ini pada dasarnya juga menentukan
kualitas pemisahan antara air dan molekul terlarut dan efisiensi proses
osmotik. Semua efek negatif, seperti polarisasi konsentrasi, koefisien
permeabilitas pelarut, koefisien permeabilitas zat terlarut dan penolakan
garam, berkaitandengan kualitas membran semi permeable (Jaio, 2017: 22).

IV. METODE PENELITIAN


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
1. Pisau
2. Gelas plastik
3. Timer
4. Spidol
5. Penggaris
4.1.2 Bahan
1. Kentang
2. Serial larutan gula
3. Air panas dan dingin
4.2 Langkah Kerja
Membuat balok kentang memanjang ukuran 1x1x3 cm sebanyak 15
buah.

Mencuci balok kentang dengan air mengalir.

Menyediakan 5 gelas plastik kemudian memberi skala pada gelas


plastik dengan menandai menggunakan spidol jarak 0,5 cm sampai
mencapai tinggi setara 110 mL.

Menyiapkan 2 serial larutan gula, 1) berisi ½ sdm per 100 mL air, dan
2) berisi 1 sdm per 100 mL air.

4.2.1 Perlakuan Fisik (Suhu) (Panas dan tidak)


Menyelupkan masing-masing tiga balok kentang ke dalam air panas,
dan air dingin selama 1 menit.

Memindahkan balok kentang ke dalam gelas plastik berisi 100 mL air


bersuhu kamar

Membiarkan terendam dalam keadaan statis selama 1 jam

4.2.2 Perlakuan dengam Pelarut Organik


Merendam tiga balok kentang dalam gelas plastik berisi larutan gula 1,
dan tiga balok kentang lainnya dalam gelas plastik berisi larutan gula

Melaksanakan perendaman masing-masing selama 30-40 menit pada


suhu kamar.

4.2.3 Kontrol
Memasukkan tiga balok kentang ke dalam gelas plastik berisi 100 mL
air dan diamkan dalam suhu kamar dalam waktu yang sama.

4.2.4 Analisis
Mengamati perubahan volume air pada masing-masing perlakuan dan
kontrol.

Menulis hasil pengamatan pada tabel pengamatan

Menginterpretasi perubahan volume air pada masing-masing


perlakuan.

V. HASIL PENGAMATAN

Perubahan Volume (Volume Akhir)


Perlakuan Ulangan
Air Kentang

U1 102 mL 2,7 cm3

U2 98 mL 3 cm3
Panas
U3 99 mL 3 cm3
Fisik
U4 101 mL 2,8 cm3
(Suhu)
U5 101 mL 3 cm3

U1 101 mL 3 cm3
Dingin
U2 100 mL 3 cm3
U3 99 mL 3 cm3

U4 100 mL 3 cm3

U5 102 mL 2,9 cm3

U1 103 mL 2,8 cm3

U2 103 mL 2.7 cm3


Larutan
Gula 1 U3 102 mL 2.5 cm3

U4 110 mL 2,8 cm3


Pelarut U5 98 mL 2,9 cm3
Organik
U1 108 mL 2,9 cm3

U2 105 mL 2.3 cm3


Larutan
U3 103 mL 2.4 cm3
Gula 2
U4 116 mL 2,9 cm3

U5 102 mL 2.8 cm3

U1 100 mL 3 cm3

U2 100 mL 3 cm3
Kontrol U3 100 mL 3 cm3

U4 100 mL 3 cm3

U5 100 mL 3 cm3

VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini tentang peristiwa difusi dan osmosis. Bahan yang
digunakan yaitu, pertama adalah kentang. Kentang berfungsi sebagai objek
utama representatif dari sel tumbuhan yang akan diamati membran selnya.
Kedua, larutan serial gula yang berfungsi untuk media untuk mengamati
perubahan kentang apabila terendam larutan gula. Gula berperan sebagai zat
terlarut dan air sebagai cairan pelarut. Ketiga, air panas dan air dingin yang
digunakan untuk merendam kentang sebagai bentuk perlakuan fisik berupa
suhu. Adapun alat yang digunakan diantaranya adalah pisau, digunakan
untuk mengupas dan memotong kentang. Kedua, gelas plastik digunakan
sebagai wadah untuk merendam kentang bersama dengan larutan gula yang
sudah disiapkan. Ketiga, timer digunakan utnuk menghitung durasi lama
perendaman kentang. Keempat, spidol dan penggaris digunakan sebagai alat
bantu untuk menuliskan skala berjarak 0,5 cm pada setiap gelas plastik.
Langkah kerja yang harus dilakukan secara beruntun adalah pertama
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kedua, gelas plastik
sebanyak 7 buah diberi skala dengan jarak 0,5 cm pada masing-masing
gelas. Kedua, gelas plastik diberi keterangan menggunakan kertas label atau
yang lain agar tidak tertukar. Keterangan tersebut disesuaikan dengan
banyaknya perlakuan yang akan dilakukan. Adapun perlakuan yang
dilakukan pada praktikum kali ini antara lain air panas, air dingin, larutan
gula 1 ( sendok makan), larutan gula 2 (1 sendok makan), dan kontrol.

Ketiga, mengupas dan memotong kentang membentuk balok dengan ukuran


1x1x3 cm sebanyak 15 potong. Ketiga, kentang yang telah dipotong dicuci
hingga bersih. Keempat, 3 potongan kentang direndam pada gelas berisi air
panas dan 3 potongan kentang lain pada gelas berisi air dingin selama 1
menit. Durasi waktu 1 menit dihitung menggunakan timer. Kelima, kentang
pada gelas plastik berisi air panas dan air dingin diangkat lalu direndam
kembali pada gelas berisi air. Keenam, sebanyak 3 potong kentang direndam
pada setiap gelas plastik. Ketujuh, proses perendaman dilakukan sampai 40
menit dan dihitung menggunakan timer. Langkah terakhir, setelah 40 menit,
volume akhir air dan volume kentang pada setiap gelas plastik diamati dan
dihitung. Kemudian, data yang dihasilkan ditulis pada tabel hasil
pengamatan.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan kelompok 1 sangat
beragam. Anggota kelompok 1 berjumlah 5 sehingga dianggap melakukan
ulangan (U) sebanyak 5 kali pada setiap perlakuan. Pertama, pada
pengamatan fisik berupa suhu menggunakan air panas diperoleh volume
akhir U1, U2, U3, U4, U5 secara berturut-turut 102 mL, 98, mL, 99 mL, 101
mL, 101 mL. Rata-rata volume kentang yang didapatkan dari U1, U2, U3,
U4, U5 secara berturut-turut yaitu 2,7 cm3, 3 cm3, 3 cm3, 2,8 cm3, dan 3
cm3. Data U2 dan U3 menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan teori
permeabilitas membran. Seharusnya, kentang yang direndam di air panas
akan mengalami kerusakan pada membran sel, di mana struktur ekor asam
lemak dari lapisan ganda fosfolipidnya akan meleleh, sehingga fluiditas
membran sel akan menjadi lebih cair dan memungkinkan terjadinya lebih
banyak gerakan. Hal tersebut memungkinkan bagi cairan dan molekul
intraseluler untuk keluar-masuk tanpa adanya seleksi yang ketat oleh
membran sel, sehingga dapat menambah volume air di sekitarnya.
Akibatnya, kondisi ini akan menyebabkan pertambahan volume air pada
gelas plastik dan penyusutan volume kentang. Namun, data U2 dan U3 tidak
menunjukkan adanya pertambahan volume air pada gelas plastik. Selain itu,
pada data U2, U3, dan U5 tidak menunjukkan adanya penyusutan dan
volume kentang tetap sama seperti kondisi awal.
Perlakuan fisik kedua yaitu melakukan perendaman pada air dingin.
Data volume air dan volume kentang yang diperoleh U1, U2, U3, U4, U5
secara berturut-turut 101 mL, 100 mL, 99 mL, 100 mL, 102 mL, dan 3 cm3,
3 cm3, 3 cm3, 3 cm3, 2,9 cm3. Menurut teori, seharusnya setelah membran
sel direndam pada air dingin akan mengalami perubahan struktur pada
membran sel nya menjadi lebih kaku dan beku. Membran sel juga tidak
dapat melakukan banyak gerakan. Sehingga air yang berada di dalam
intraseluler tidak dapat keluar ke ekstraseluler dan sebaliknya cairan
ekstraseluler tidak dapat masuk ke intraseluler. Dengan demikian, dapat
digambarkan bahwa tidak akan ada perubahan volume air dan kentang pada
perlakuan ini. Akan tetapi, data U1, U3, dan U5 tidak sesuai dengan teori
tersebut karena ketiganya menunjukan adanya pertambahan volume akhir
pada gelas plastik. Bahkan untuk data U5 menunjukkan adanya penyusutan
volume kentang ang seharusnya tidak terjadi.
Selanjutnya, perlakuan ketiga dengan pelarut organik larutan gula 1 (

sendok makan). Berdasarkan konsep osmosis, air akan berdifusi dari


konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah atau air akan bergerak ke
tempat yang lebih pekat. Dalam perlakuan ketiga ini artinya konsentrasi
larutan gula diluar kentang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi air
di dalam kentang. Kondisi seperti ini disebut dengan hipertonik. Sehingga
kentang mengalami peristiwa osmosis dimana air di dalam kentang berdifusi
keluar dan kentang mengalami penyusutan (plasmolysis). Sementara volume
larutan gula akan bertambah. Hal ini telah sesuai dengan percobaan yang
sudah dilakukan dimana 4 data yang diperoleh menunjukan adanya
pertambahan volume pada larutan gula dan penyusutan volume kentang
secara berturut-turut U1, U2, U3, dan U4 adalah 103 mL, 103 mL, 102 mL,
dan 110 mL. lalu untuk volume kentang diantaranya 2,8 cm3, 2.7 cm3, 2.5
cm3, 2,8 cm3. Adapun untuk U5, data yang didapatkan tidak sesuai dengan
konsep osmosis. Volume air dan volume kentang mengalami pengurangan
sebanyak 2 mL menjadi 98 mL dengan penyusutan kentang menjadi 2,9
cm3.
Perlakuan keempat yaitu perendaman kentang dengan pelarut organik
larutan gula 2 (1 sendok makan). Data volume air dan volume kentang yang
didapatkan dimulai dari U1, U2, U3, U4, U5 secara berturut-turut adalah
108 mL, 105 mL, 103 mL, 116 mL, 102 mL, dan 2,9 cm3, 2.3 cm3, 2.4 cm3,
2,9 cm3, 2.8 cm3. Data tersebut menunjukan bahwa hasil yang diperoleh
sesuai dengan teori osmosis bahwa kentang yang berada pada larutan
hipertonik akan mengalami penyusutan karena pergerakan difusi air dari
dalam kentang menuju keluar. Penyusutan tersebut disebut dengan
plasmolysis karena difusi air akan bergerak dari konsentrasi yang tinggi
yaitu intraseluler kentang ke konsentrasi yang rendah yaitu larutan gula.
Kemudian, dijelaskan pula bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan di luar
sel, akan menyebabkan semakin banyak cairan intraseluler yang bergerak
keluar. Hal itu ditunjukkan dengan perbandingan pertambahan volume air
dan penyusutan volume kentang pada perlakuan dengan larutan gula 2 lebih
signifikan daripada larutan gula 1.
Selanjutnya percobaan tanpa perlakuan atau kontrol. Kontrol yang
dimaksud yaitu kentang direndam dalam air biasa. Kondisi ini
mengakibatkan tidak akan terjadi peristiwa osmosis karena larutan diluar
dan di dalam kentang memiliki konsentrasi yang sama atau bersifat isotonik
sehingga tidak terjadi pergerakan partikel air ataupun molekul. Pada
percobaan ini, data yang diperoleh dimulai dari U1 hingga U5 adalah sesuai.
Artinya, tidak terjadi peristiwa osmosis yang ditunjukkan dengan tidak
adanya pertambahan volume air dan volume kentang yaitu tetap berada pada
kondisi awal dimana volume air 100 mL dan volume kentang 3 cm3.
Data percobaan yang tidak sesuai dengan teori mengindikasikan
bahwa adanya suatu faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan.
Diantaranya yaitu, pada data perlakuan fisik air panas U5 dengan volume air
101 mL dan volume kentang 3 cm3. Seharusnya apabila terjadi penambahan
volume air maka terjadi penyusutan pada kentang, namun hal ini berbeda.
Faktor penyebabnya yaitu alat yang digunakan untuk mengukur volume air
dan volume kentang sangat sederhana. Karena penggaris tidak memiliki
ketelitian skala ukur yang tinggi begitu juga dengan skala jarak pada gelas
yang ditulis sendiri dimungkinkan terjadi inkonsistensi 0,5 cm. Faktor
selanjutnya yaitu kegagalan bisa terjadi karena pada pemotongan kentang,
kentang tidak terpotong dengan volume awal tepat 3 cm3 sehingga pada
pengukuran volume akhir terjadi kesalahan. faktor berikutnya bisa saja
disebabkan karena perendaman kentang terlalu lama sehingga hasil yang
didapatkan juga tidak maksimal.

VII. PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) berpengaruh
terhadap permeabilitas membran sel. Perlakuan fisik terutama untuk
kenaikan suhu menyebabkan fluiditas membran sel menjadi cair sehingga
molekul dengan mudah keluar masuk sel dan menyebabkan penyusutan
pada sel kentang. Adapun perlakuan kimia jenis pelarut gula juga
menyebabkan penyusutan terhadap sel kentang karena air berdifusi dari
konsentrasi yang tinggi ke rendah. Semakin tinggi konsentrasi larutan di
luar sel, akan menyebabkan semakin banyak cairan intraseluler yang
bergerak keluar. Peristiwa ini disebut osmosis dalam kondisi hipertonik.
8. 2 Saran
Pada praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan mulai
mengerjakan praktikum mandiri terlebih dahulu jika dimungkinkan. Karena,
apabila hanya mengandalkan durasi waktu praktikum mandiri tidak cukup
ditambah dengan praktikan masih harus membuat tabel hasil pengamatan
untuk dipresentasikan. Apabila bisa, diharapkan pula untuk asisten memberi
tambahan waktu untuk praktikum mandiri agar diperpanjang durasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Advinda, L. 2018. Dasar-Dasar Fisologi Tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish
Publisher.
Christensen, A. H., H. A. Stone, and K. H. Jensen. 2021. Diffusion and flow
across shape-perturbed plasmodesmata nanopores in plants. The European
Physical Journal Plus. 136(8): 1-15.
Jaio, Y. Y. Kang, and C. Yang. 2017. Osmosis and its applications. Journal of
Researchgate. 1(1): 1-25.
Kurniasih, W., S. Anggraeni, dan B. Supriatno, B. 2020. Alternatif lembar kerja
peserta didik materi osmosis berbasis ANCORB: (Alternative Student
Worksheets on ANCORB-Based Osmosis Materials). BIODIK. 6(3): 266-
280.
Koryati, T., Purba, D. W., Surjaningsih, D. R., Herawati, J., Sagala, D., Purba, S.
R. & Aldya, R. F. 2021. Fisiologi Tumbuhan. Sumatera Utara: Yayasan
Kita Menulis.
Maulana, I. 2021. Botani Farmasi Anatomi Tumbuhan. Bogor: Media Sains
Indonesia.
Sari, S. H., D. Septinova, dan Santosa, P. E. 2017. Pengaruh lama perendaman
dengan larutan daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai pengawet
terhadap sifat fisik daging broiler. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan
(Journal of Research and Innovation of Animals). 1(3): 10-15.
Ulfa, H. L., R. Falahiyah, dan S. Singgih. 2020. Uji osmosis pada kentang dan
wortel menggunakan larutan NaCl. Jurnal Sainsmat. 9(2): 110-117.
Vaahtera, L., J. Schulz, and T. Hamann. 2019. Cell wall integrity maintenance
during plant development and interaction with the environment. Nature
plants. 5(9): 924-932.
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM MANDIRI
LAMPIRAN COVER BUKU DAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai