Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“PEMBUKTIAN DAYA HISAP DAUN”

Oleh:
Kamilatul Khoiroh
NIM 190210103028
Kelompok 1 / Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. JUDUL
Pembuktian Daya Hisap Daun

II. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu untuk membuktikan bahwa air tanah naik ke
daun disebabkan oleh daya hisap daun dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.

III. DASAR TEORI


Tanaman merupakan makhluk hidup yang dapat membuat
makanan sendiri (autotroph), tetapi tanaman juga selalu membutuhkan air
selama proses pertumbuhan untuk bertahan hidup (Rosandi, 2019: 94).
Salah satu cara tanaman untuk memperoleh air dari dalam tanah. Tanaman
mengangkut air dari akar ke daun melalui xilem melalui transpirasi, yang
merupakan penguapan proses yang terjadi pada daun. Selama transpirasi
berlangsung tersebut, juga ada tekanan hisap dihasilkan oleh pori-pori
struktur sel mesofil pada daun. yaitu melalui daya hisap daun (Lee, 2017: 1).
Daya hisap daun merupakan kemampuan tanaman untuk menyerap air
dari tanah hingga ke atas bagian tumbuhan. Daya hisap yang diakibatkan
adanya transpirasi yang akan meningkatkan potensial osmotik sel-sel mesofil
daun terhadap air di saluran xylem. Pipa saluran xylem mengecil pada kondisi
ketersediaan air dari akar kurang. Pisa sel-sel xylem akan mengembang jika
air dri akar cukup tersedia (Koryati et al., 54). Namun, perbedaan potensial
tersebut akan terjadi apabila kondsi tanah memiliki kandungan air yang
cukup, sedangkan ketika situasi berubah tanah menjadi semakin kering maka
hisap daun yang diperlukan untuk mendorong kebutuhan air tanaman dan
daya hisap air dari tanah meningkat signifikan (Hayat et al. 2019: 97).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pengangutan air atau larutan
tanah dalam xilem. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi tekanan akar, daya kapilaritas dan daya hisap daun
(Angellina et al., 2017: 11). Tekanan akar yaitu adanya tekanan dari akar
yang menyebabkan air bisa bergerak dari tanah dan terserap masuk ke dalam
akar lalu diteruskan hingga ke ujung atas tanaman. Diduga bahwa akar
mempunyai memiliki kemampuan untuk memompa dari perakaran hingga ke
daun (Segala et al., 2021: 50). Menurut Paembonan (2020: 92), akar akan
mendorong air dalam xylem batang karena tekanan turgor sel akar meningkat
dan pengangkutan tersebut berlangsung secara horizontal. Sedangkan
masuknya air ke dalam bulu-bulu akar terjadi secara osmosis.
Kemampuan serapan air oleh akar tanaman dipengaruhi oleh kadar air
tanah atau matriks pengisapan. Penyerapan air akar hampir konstan ketika
hisapan air lebih rendah dari ambang batas hisap. Sebaliknya, ketika hisapan
air melebihi batas hisap penyerapan air, akar akan mengurangi penyerapan.
Hal ini disebut dengan intensitas penyerapan air dengan Laju penyerapan air
akar per satuan volume tanah pada setiap titik di dalam zona akar dapat
diukur dengan istilah sink (Ng, 2019: 4)
Faktor internal lainnya yaitu daya kapilaritas dimana pembuluh
pengangkut xylem pada tumbuhan terdiri atas tabung-tabung berdinding tebal
yang secara vertikal meluas sampai beberapa meter jaringan xylem.
Diameternya berkisar antara 20 μm sampai 700 μm (Mutikasari et al., 2017:
47). Daya kapilaritas disebabkan karena diameter xylem sangat kecil tersebut.
Dengan demikian, pada pembuluh yang semakin kecil akan menghasilkan
daya kapilaritas semakin besar. Pembuluh xylem yang terdapat pada
tumbuhan dianggap sebagai pipa kapiler.
Air akan naik melalui pembuluh xylem sebagai akibat dari gaya
adhesi antara dinding pembuluh xylem dengan molekul air. Peristiwa naiknya
air pada pipa kapiler disebut kapilaritas. Sedangkan pipa yang dapat
menaikkan air disebut pipa kapiler. (Angellina et al., 2017: 11).

IV. METODE PENELITIAN


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
1. Gelas plastik
2. Silet/cutter
3. Timer
4. Spidol
5. Kamera hape
6. Penggaris
4.1.2 Bahan
1. Batang atau ranting Solanum sp./Capsicum sp. dengan jumlah
daun yang berbeda-beda: tanpa daun, 2 daun, 4 daun, dan 6
daun1 Tanaman/bibit cabai
2. Air
4.2 Langkah Kerja
Menyediakan 4 gelas plastik kemudian memberi skala pada gelas
plastik dengan menandai menggunakan spidol jarak 0,2 cm sampai
mencapai tinggi setara 30 mL.

Memotong batang atau ranting tumbuhan Solanum sp. dan Capsicum


sp. di bawah permukaan air dengan ukuran sekitar 10-12 cm.
Mengusahakan potongan selalu berada dalam air, demikian juga
sewaktu memasukkan potongan atau ranting tumbuhan ke dalam gelas
plastik usahakan selalu terendam.

Mengisi 4 gelas plastik dengan air sebanyak 30 m, masing-masing


diberi tanda (kontrol, 2 daun, 4 daun, dan 6 daun).

Memasukkan segera potongan ranting tumbuhan tersebut ke dalam


gelas plastik sesuai perlakuan.

Membuat tinggi permukaan air pada ke tiga gelas plastik sama,


kemudian memberi tetes dengan minyak kelapa sampai seluruh
permukaan tertutup, maksudnya agar air tidak menguap
Mencatat waktu anda saat memasukkan batang atau ranting tanaman ke
dalam gelas ukur.

Meletakkan perangkat gelas plastik di lapangan terbuka dengan terik


matahari

Mengamati dan mencatat perubahan air yang terjadi dalam gelas


plastik setiap 10 menit selama 60 menit dengan membaca skala yang
ada pada gelas plastik. Mencatat hasil pengamatan anda pada tabel data
pengamatan

V. HASIL PENGAMATAN
Volume Air (mL)
Nama Waktu Kontrol
2 4 6 Cuaca
Anggota Pengamatan (0 daun daun daun
daun)
Cerah
0 menit 30 30 30 30
berawan
Cerah
10 menit 30 30 30 29
berawan
Cerah
20 menit 30 30 29 29
berawan
Cerah
Nila 30 menit 30 30 29 29
berawan
Cerah
40 menit 30 29 28 28
berawan
Cerah
50 menit 30 28 27 26
berawan
Cerah
60 menit 30 28 27 25
berawan
0 menit 30 30 30 30 Panas
10 menit 30 30 30 30 Panas

Asil 20 menit 30 30 30 29 Panas


30 menit 30 29 29 29 Panas
40 menit 30 29 29 28 Panas
50 menit 29 29 28 27 Panas
60 menit 29 28 27 26 Panas
0 menit 30 30 30 30 Panas
10 menit 30 30 30 29 Panas
20 menit 30 29 29 29 Panas

Firli 30 menit 29 29 29 28 Panas


40 menit 29 29 28 28 Panas
50 menit 29 28 28 27 Panas
60 menit 29 28 27 26 Panas
0 menit 30 30 30 30 Panas
10 menit 30 30 29 29 Panas
20 menit 30 29 28 27 Panas

Mila 30 menit 30 27 26 25 Panas


40 menit 29 27 25 25 Panas
50 menit 29 27 25 25 Panas
60 menit 29 26 25 24 Panas
Panas
0 menit 30 30 30 30
mendung
Panas
10 menit 30 30 30 30
mendung
Panas
20 menit 30 29 29 29
mendung
Panas
Gio Fani 30 menit 30 29 28 29
mendung
Panas
40 menit 30 29 28 28
mendung
Panas
50 menit 30 28 27 27
mendung
Panas
60 menit 29 27 27 26
mendung
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa
air tanah naik ke daun disebabkan oleh daya hisap daun dan faktor-fator lain
yang mempengaruhinya. Alat dan bahan yang digunakan antara lain gelas
plastik digunakan untuk wadah air selama praktikum daya hisap daun. Kedua,
penggaris, digunakan untuk mengukur skala sepanjang 0.5 cm sampai setara
dengan 30 mL air. Ketiga, spidol digunakan untuk membuat skala pada gelas
plastic. Keempat, silet/cutter, untuk memotong batang atau ranting tanaman
cabai. Kelima, timer digunakan untuk menghitung durasi waktu setiap 10
menit selama 60 menit. Adapun bahan yang digunakan antara lain
batang/ranting Capsicum sp. dengan jumlah daun berbeda (0 daun, 2 daun, 4
daun dan 6 daun), sebagai bahan yang diuji coba mengenai daya hisap daun.
Kedua, air sebagai penentu kemampuan daya hisap daun. Ketiga, minyak
goreng untuk mencegah penguapan terjadi selain pada daun. Keempat, kertas
label, untuk memberi keterangan pada gelas plastik mengenai jumlah daun.
Berdasarkan hasil data kelompok yang diperoleh setelah pengamatan
air pada gelas plastik yang mengalami perubahan volume terbanyak yaitu
pada gelas plastic yang berisi 6 daun. Perubahan terendah yaitu pada data
keempat dari volume air semula 30 mL menjadi 24 mL pada gelas dengan
jumlah 6 daun pada pengampilan data selama 60 menit. Sedangkan empat
data lainnya mengalami jumlah penurunan yang sama yaitu dari 30 mL
menjadi 26 mL. Begitu pula dengan gelas plastik dengan jumlah daun 4 data
ke empat juga mengalami penurunan terendah yakni menjadi 25 mL. adapun
empat data yang lain volume akhirnya menjadi 27 mL. Berbeda dengan gelas
plastik yang mengandung 2 daun, terdapat tiga data yang seragam yaitu
volume akhir gelas menjadi 28 mL, akan tetapi dua data selanjutnya yaitu
data ke empat dan ke lima secara berutut-turut volume akhirnya menjadi 26
mL dan 27 mL. Disamping itu, untuk gelas sebagai perlakuan kontrol
diperoleh data volume akhir sejumlah 29 mL didapatkan dari data ke dua
sampai ke lima sedangkan data pertama volumenya tidak berubah yaitu tetap
berjumlah 30 mL.
Berdasarkan uraian data diatas terlepas dari perbedaan data dari
masing praktikan namun seluruh data mengacu pada satu kesamaan dimana
volume air akhir menurun. Akan tetapi, penurunan tersebut berbeda antara
gelas kontrol dan gelas yang berisi 2, 4, dan 6 daun. Gelas yang menunjukkan
oenurunan volume akhir terbanyak adalah gelas yang berisi tanaman dengan
jumlah 6 daun. Berasarkan literatur, perubahan volume dikarenakan
terhisapnya air dari gelas plastik menuju ke atas oleh daun. Daun yang
menghisap air berlangsung selama transpirasi terjadi sehingga ada tekanan
hisap dihasilkan oleh pori-pori struktur sel mesofil pada daun yang
mengakibatkan air terhisap ke atas. Selama transpirasi berlangsung atau
proses hilangnya air pada tanaman melalui daun, pada saat itu pula tanaman
akan mencari air dalam tanah melalui bulu-bulu akar dan tersalurkan menuju
daun melalui mekanisme daya hisap daun tersebut. Lebih singkatnya, bahwa
baya hisap yang diakibatkan adanya transpirasi yang akan meningkatkan
potensial osmotik sel-sel mesofil daun terhadap air di saluran xylem.
Kemudian perbedaan volume akhir pada setiap gelas menunjukkan
bahwa kemampuan daya hisap air pada daun dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu terang teduhnya cahaya, banyak sedikitnya daun,
kelembaban udara dan cukupnya air tanah, tekanan akar, kapilaritas, kohesi,
ukuran/ luas daun, tebal tipisnya daun, jumlah stomata, dan jumlah bulu akar
(trikoma). Faktor terang tedunya cahaya berpengaruh terhadap daya hisap
daun yang mana apabila cahaya matahari sangat terik maka laju transpirasi air
meningkat sehingga menyebabkan tanaman akan semakin banyak melakukan
daya hisapnya terhadap air agar kebutuhan air pada tanaman tetap terpenuhi.
Sama seperti faktor banyak sedikitnya daun atau jumlah daun yang memiliki
pengaruh secara berbanding lurus terhadap daya hisap air yaitu semakin
banyak jumlah daun maka air yang terhisap semakin banyak. Faktor
berikutnya adalah tekanan akar, yang mana berkaitan dengan kemampuan sel-
sel akar mendorong air pada jaringan xilem akar menuju ke jaringan
diatasnya. Apabila tekanan akar semakin besar, semakin banyak pula jumlah
air yang terhisap ke daun melalui jaringan xylem. Kemudian, ada faktor
kapilaritas yang berkenaan dengan bagaimana jaringan xylem pada batang
menaikkan air ke permukaan yang lebih tinggi dengan terbantu karena adanya
daya adhesi pada air dan mineral yang lebih besar dibanding dengan daya
kohesi. Faktor lainnya berupa luas daun, jumlah stomata dan jumlah bulu akar
juga berbanding lurus. Artinya semakin luas jumlah daun, semakin banyak
pula jumlah stomatanya maka jumlah air yang terhisap semakin banyak
karena daya osmotikya pada sel-sel mesofil daun semakin besar. Begitu pula
dengan jumlah bulu akar, semakin banyak jumlahnya maka bulu akar mampu
menjangkau dan menyerap air lebih banyak lagi sehingga air yang terhisap
semakin banyak.
Kegagalan yang terjadi pada praktikum kali ini yaitu keterbatasan alat
untuk mengukur skala pada gelas plastik, sehingga pengukuran volume
memiliki tingkat ketelitian yang kecil akibatnya penurunan volume air
sebanyak 1 mL misalnya susah untuk dibedakan dengan penurunan sebanyak
2 mL. Selain karena faktor alat, faktor lainnya berupa keterbatasan kejelian
mata praktikan yang tidak bisa membaca dengan tepat perubahan penurunan
jumlah air dalam skala milliliter. Hal tersebut memungkinkan bahwa
perubahan air tampak tidak signifikan karena tertalu kecil.
Ada dua cara atau mekanisme pengangkuta air yaitu melalui
intravaskular dan ekstravaskular. Pengangkutan air secara ekstravaskular
adalah transpor yang tidak melalui pembuluh angkut pada tanaman atau
secara horizontal. Maksudnya, pengangkutan air di mulai dengan penyerapan
oleh bulu akar, kemudian masuk menuju sel-sel epidermis. Dari sel
epidermis, air menuju korteks, dan diteruskan ke sel-sel endodermis.
Akhirnya, air masuk ke stele. Setelah air berada dalam stele, air dapat
bergerak bebas menjangkau seluruh bagian tumbuhan. Pengangkutan
ekstravaskular dibedakan menjadi apoplas dan simplas. Apolas adalah
transpor air dengan cara difusi. Jalur difusi apoplas berlangsung pada ruang-
ruang antar dinding sel menuju ke silinder pusat. Jalur tersebut disebut
dengan jalur apoplas yang merupakan jalur utama air dari akar ke silinder
pusat. Apoplas dapat berlangsung pada seluruh bagian tumbuhan, namun
tidak bisa melewati lignin atau zat kayu. Sedangkan simplas adalah traspor air
dengan cara osmosis. Osmosis simplas berlangsung saat air masuk ke rambut-
rambut akar dan mengalir melewati korteks dan endodermis untuk masuk ke
pembuluh xilem. Jalur osmosis air ini dikenal sebagai jalur simplas.
Pengangkutan intravaskuler berbeda dengan pengangkutan
ekstravaskuler. Istilah intravaskuler berasal dari kata intra yang berarti
‘dalam’, dan vaskuler yang berarti ‘pembuluh’. Pengangkutan intravaskuler
adalah pengangkutan air dan zat terlarut yang terjadi dalam berkas pembuluh
xilem dan floem secara vertikal. Vertikal maksudnya adalah pengangkutan air
dan zat terlarut oleh xilem dari menuju daun oleh xilem. Sebaliknya,
pengangkutan zat makanan diangkut dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan
dilakukan oleh floem. Pengangkutan air dan zat terlarut pada tumbuhan
diawali dengan penyerapan zat melalui rambut akar. Kemudian zat tersebut
mengalir menuju epidermis. Dari epidermis, air dan zat terlarut mengalir
menuju korteks dan diteruskan ke sel-sel endodermis. Berikutnya, air dan zat
terlarut masuk ke berkas pembuluh xilem akar. Selanjutnya, air dan zat
terlarut diteruskan menuju xilem batang hingga xilem daun. Di dalam xilem
daun, zat-zat yang berguna masuk ke parenkim mesofil daun sebagai bahan
proses fotosintesis.

VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Tanaman memiliki kemampuan daya hisap daun dibuktikan
dengan perubahan volume akhir pada air di dalam gelas plastik.
Sehingga daya hisap air dapat diartikan sebagai kemampuan daun untuk
menyerap air dari tanah hingga ke atas bagian tanaman. Daya hisap air
pada daun dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu terang
teduhnya cahaya, banyak sedikitnya daun, kelembaban udara dan
cukupnya air tanah, tekanan akar, kapilaritas, kohesi, ukuran/ luas daun,
tebal tipisnya daun, jumlah stomata, dan jumlah bulu akar (trikoma).
7.2 Saran
Asisten sebaiknya memberikan durasi praktikum mandiri yang
lebih panjang walaupun praktikum sudah dilaksanakan sebelum jam
praktikum berlangsung agar praktikan tidak terburu-buru untuk
mengetik.
DAFTAR PUSTAKA

Christi, A., Sudarmi, M., dan Sudjito, D. N. 2017. Desain pembelajaran ipa
terpadu dengan topik sistem kapilaritas membantu proses fotosintesis pada
tumbuhan. Radiasi: Jurnal Berkala Pendidikan Fisika. 6(2): 10-20.

Hayat, F., Ahmed, M. A., Zarebanadkouki, M., Cai, G., dan Carminati, A. 2019.
Measurements and simulation of leaf xylem water potential and root water
uptake in heterogeneous soil water contents. Advances in water resources.
124: 96-105.

Koryati, T., Purba, D. W., Surjaningsih, D. R., Herawati, J., Sagala, D., Purba, S.
R. & Aldya, R. F. 2021. Fisiologi Tumbuhan. Sumatera Utara: Yayasan
Kita Menulis.

Lee, M., Lim, H., dan Lee, J. 2017. Fabrication of artificial leaf to develop fluid
pump driven by surface tension and evaporation. Scientific reports. 7(1):
1-8.

Mustikasari, V. R., Annisa, M., dan Munzil, M. (017. Identifikasi miskonsepsi


konsep tekanan zat siswa kelas Viii-C SMPN 1 Karangploso semester
genap tahun pelajaran 2017-2018. Jurnal Pembelajaran Sains. 1(2): 39-
50.

Ng, C. W. W., Wang, Z. J., Leung, A. K., dan Ni, J. J. 2019. A study on effects of
leaf and root characteristics on plant root water uptake. Géotechnique.
69(2): 151-157.

Paembonan, S. A. 2020. Silvika Ekofisiologi dan Pertumbuhan Pohon.Makassar:


Fakultas Kehutanan Universitas Hassanudin.

Rosandi, A. K. F. 2019. Pembelajaran kapilaritas terhadap pertumbuhan tanaman


untuk melatih kreativitas anak usia dini. Al-Hikmah: Indonesian Journal of
Early Childhood Islamic Education. 3(2): 88-112.

Segala, D, H. Ningsih, T. Koryati, E. V. Ramdan, Indarwati, J. Herawat, Mahyati,


Junairiyah, B. Utomo, S. Purwati, D. N. Septariani. 2021. Dasar- Dasar
Agronomi. Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis.
LAMPIRAN PRAKTIKUM MANDIRI

(alat dan bahan) (proses penjemuran)

(pengukuran menit ke-10) (pengukuran menit ke-20)

(pengukuran menit ke-30) (pengukuran menit ke-40)

(pengukuran menit ke-50) (pengukuran menit ke-60)

Anda mungkin juga menyukai