Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGELOLAAN KESEHATAN HEWAN DAN LNGKUNGAN


(FKH 300)

TEKNIK PENGUKURAN PARAMETER BIOKLIMATOLOGI

Oleh Kelompok : 11 (Scapula)


Riyan Wahyu Setiadi B04130158
Sarah Karunia B04130167
Maria G. Barkasnis B04130204

Dosen : Drh. Kokoeh Santoso

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
I. PENDAHULUAN
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh langsung
terhadap ternak juga berpengaruh tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap
faktor lingkungan yang lain. Selain itu berbeda dengan faktor lingkungan yang lain
seperti pakan dan kesehatan, iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh
manusia. Untuk memperoleh produktivitas ternak yang efisien, manusia harus
“menyesuaikan“ dengan iklim setempat.
Iklim yang ada diberbagai daerah tidaklah sama, melainkan bervariasi tergantung dari
faktor-faktor yang tak dapat dikendalikan (tetap) seperti altitude (letak daerah dari
ekuator, distribusi daratan dan air, tanah dan topografinya) dan latitude (ketinggian
tempat) dan faktor-faktor tidak tetap (variabel) seperti aliran air laut, angin, curah
hujan, drainase dan vegetasi. Suhu dan kelembaban udara juga merupakan dua faktor
iklim yang mempengaruhi produksi ternak, karena dapat menyebabkan perubahan
keseimbangan panas dalam tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan
keseimbangan tingkah laku ternak (Esmay,1982). McDowell (1974) menyatakan
bahwa untuk kehidupan dan produksinya, ternak memerlukan suhu lingkungan yang
optimum.

II. METODOLOGI
Praktikum kali ini akan membahas tentang pengukuran klimatologi pada
waktu yang berbeda di area kandang. Alat dan bahan yang harus dipersiapkan
diantaranya yaitu, thermostat, pulpen, kertas, dan animometer (bila ada). Praktikum
ini dimulai pada pukul 07.30 am, kemudian dilanjutkan pada pukul 13.30 pm dan
terakhir pada pukul 14.30 pm. Jarak antara satuan waktu adalah selama satu jam.
pemeriksaan yang dilakukan yaitu diantaranya pemeriksaan suhu, kelembaban,
kondisi angin, dan kondisi awan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dengan
rentang waktu selama 5 menit. Hasil dari tiga kali pemeriksaan suhu dan kelembaban
tersebut kemudian di rata-rata. Praktikum kali ini lebih membahas tentang lingkungan
sekitar serta lingkungan yang optimal untuk keberlangsungan hidup ternak.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu Rata- Kelembaban


No. Waktu Rata-rata Kondisi Awan Kondisi angin
(ºC) rata (%rel)
23,2 83
1. 05.30 23,1 23,13 83 82,67 Setengah Tidak Berangin
23,1 82 Berawan
23,0 83
2. 23,2 82 Setengah
06.30 23,16 82,33 Tidak Berangin
23,3 83 Berawan

26,2 75
3. 26,5 73 Tidak Berawan
07.30 26,5 73,67 Tidak Berangin
26,8 73
27,5 71
4. 08.30 27,6 27,67 70 70,33 Tidak Berawan Semilir
27,9 70
29,3 63
5. 09.30 29,8 29,8 63 62 Setengah Semilir
30,3 60 Berawan
31,5 55
6. 10.30 31,8 31,8 54 54 Setengah Semilir
32,1 53 Berawan
22,2 53
7. 11.30 23,4 32,37 52 52,33 Setengah Semilir
22,5 52 Berawan
33,1 48
8. 12.30 33,4 33,50 48 47,33 Setengah Semilir
34,0 46 Berawan
34,5 43
9. 13.30 34,3 34,33 43 42,67 Setengah Semilir
34,2 42 Berawan
34,1 42
10. 14.30 33,9 34 42 42 Setengah Semilir
34,0 42 Berawan
32,6 45
11. 15.30 32,5 32,47 46 45,7 Setengah Semilir
32,3 46 Berawan
31,4 47
12. 16.30 31,2 31,27 48 47,67 Berawan Semilir
31,2 48
29,6 51
13. 17.30 29,8 29,63 51 51 Berawan Semilir
29,5 51

Tabel 1.1 Data hasil pengamatan bioklimatologi sekitar kandang dari pukul 05.30
hingga pukul 17.30
Grafik 1.1 dari Tabel 1.1 Data hasil pengamatan bioklimatologi sekitar kandang dari
pukul 05.30 hingga pukul 17.30

Faktor lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh langsung pada kehidupan


ternak. Salah satu faktor lingkungan utama adalah iklim. Iklim merupakan faktor
yang menentukan ciri khas dari seekor ternak. Ternak yang hidup di daerah yang
beriklim tropis berbeda dengan ternak yang hidup di daerah subtropis. Pada
praktikum kali ini kami memperhatikan teknik pengukuran parameter bioklimatologi
di daerah kandang dari pukul 05.30 sampai dengan pukul 17.30. Parameter yang kami
perhatikan antara lain, suhu, kelembapan, kondisi awan dan kondisi angin. Hasil yang
kami dapat adalah pada pukul 05.30 suhu rata-rata yang didapat 23,13 oC dengan
kelembapan rata-rata 82,67. Pukul 06.30 suhu rata-rata 23,16oC dan kelembapan rata-
rata 82,33. Pukul 07.30 suhu rata-rata 26,5oC dan kelembapan 73,67. Pukul 08.30
suhu rata-rata 27,67oC dan kelembapan rata-rata 70,33. Pukul 09.30 suhu rata-rata
29,8oC dan kelembapan rata-rata 62. Pukul 10.30 suhu rata-rata 31,8 oC dan
kelembapan rata-rata 54. Pukul 11.30 suhu rata-rata 32,37oC dan kelembapan rata-
rata 52,33. Pukul 12.30 suhu rata-rata 33,50 oC dan kelembapan rata-rata 47,33. Pukul
13.30 suhu rata-rata 34,33oC dan kelembapan rata-rata 42,67. Pukul 14.30 suhu rata-
rata 34oC dan kelembapan rata-rata 42. Pukul 15.30 suhu rata-rata 32,47 oC dan
kelembapan rata-rata 45,7. Pukul 16.30 suhu rata-rata 31,27oC dan kelembapan rata-
rata 47,67. Pukul 17.30 suhu rata-rata 29,63oC dan kelembapan rata-rata 51.

Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan
biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius (Yousef dalam Sientje, 2003).
Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam
lingkungan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat
berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Dapat dilihat dari
data, suhu rata-rata tertinggi pada pukul 13.30 yaitu 34,33oC, hal ini disebabkan pada
pukul 13.30 matahari dalam keadaan terik sehingga suhu dalam keadaan puncak-
puncaknya. Setelah pukul 13.30 suhu rata-rata mengalami penurunan, hal ini
disebabkan hari mulai mempersiapkan diri untuk sore hingga malam hari. Suhu rata-
rata terendah pada pukul 05.30 yaitu 23,13oC, hal ini dikarenakan cuaca pukul 05.30
yang masih sejuk serta masih dalam tahap pergantian malam menuju pagi hari,
sehingga suhu pagi pukul 05.30 cenderung lebih rendah. Sedangkan untuk
kelembapan, berbanding terbalik dengan suhu. Kelembaban adalah jumlah uap air
dalam udara. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan
kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi
kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan (Chantalakhana dan
Skunmun dalam Sientje, 2003). Kelembapan rata-rata tertinggi pada pukul 05.30
yaitu 82,67 sedangkan kelembapan terendah pukul 14.30 yaitu 42, hal ini disebabkan
pada siang hari cuaca lebih terik dan panas sehingga suhu tinggi dengan kelembapan
rendah, dan kebalikannya untuk pagi hari.
Untuk mendapatkan Iklim yang cocok untuk daerah peternakan adalah pada
klimat semi-arid. Daerah dengan klimat ini ditandai dengan kondisi musim yang
ekstrim, dengan curah hujan rendah secara relatif dan musim kering yang panjang.
Iklim yang ada diberbagai daerah tidaklah sama, melainkan bervariasi tergantung dari
faktor-faktor yang tak dapat dikendalikan (tetap) seperti altitude (letak daerah dari
ekuator, distribusi daratan dan air, tanah dan topografinya) dan latitude (ketinggian
tempat) dan faktor-faktor tidak tetap (variabel) seperti aliran air laut, angin, curah
hujan, drainase dan vegetasi.
Temperatur lingkungan yang paling sesuai bagi kehidupan ternak di daerah
tropik adalah 10°C-27°C (50°F-80°F). Sedangkan keadaan lingkungan yang ideal
untuk ternak di daerah sub tropis (sapi perah) adalah pada temperatur antara 30°F-
60°F dan dengan kelembaban rendah. Iklim di indonesia dalah Super Humid atau
panas basah yaitu klimat yang ditandai dengan panas yang konstan, hujan dan
kelembaban yang terus menerus. Temperatur udara berkisar antara 21.11°C-37.77°C
dengan kelembaban relatif 55-100 persen.

IV. SIMPULAN

Daftar Pustaka
Sientje. 2003. Stres Panas Pada Sapi Perah Laktasi. IPB, Bogor

DAFTAR PUSTAKA (JURNAL ATAU BUKU)- BUKU PENUNTUN


PRAKTIKUM TIDAK BOLEH UNTUK DAPUS

Anda mungkin juga menyukai