Anda di halaman 1dari 2

Tinjauan pustaka

Pengujian toksisitas bertujuan untuk mengetahui keamanan zat-zat yang digunakan


dalam terapi. Pengujian toksisitas biasanya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu uji toksisitas akut, uji
toksisitas jangka pendek (subakut), dan uji toksisitas jangka panjang (kronis). Pengujian LD50
merupakan pengujian toksisitas akut. Uji ini dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang
diuji sebanyak beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam. Letal Dosis 50% (LD50) adalah dosis
suatu zat berhasiat yang mematikan satu kelompok hewan percobaan 50% dari jumlah hewan yang
digunakan. Sedangkan efektif dosis 50% (ED50) adalah dosis suatu zat berkhasiat yang menunjukkan
efek yang diinginkan pada 50% dari jumlah hewan yang digunakan (Schmitz G et.al 2003). LD50
secara statistik menyatakan bahwa dosis ini akan membunuh binatang-binatang dengan sensitivitas
yang rata-rata hampir sama. LD50 merupakan hasil dari suatu pengujian dan bukan hasil pengukuran
kuantitatif. LD50 bukan nilai mutlak, dan akan bervariasi dari suatu laboratorium ke
laboratorium lainnya, bahkan laboratorium yang sama bisa berbeda hasilnya tiap kali pengujian.
Oleh karena itu kondisi-kondisi pada pengujian harus dicatat(Kamaludin MT et al. 2004). Indeks
terapeutik (TI) adalah perkiraan batas keamanan obat dengan mengukur rasio dosis terapeutik
efektif pada 50% hewan percobaan (ED50) dan dosis letal pada 50% hewan percobaan (LD50) (Kee
dan Hayes 1993). TI dapat dirumuskan sebagai emakin dekat rasio suatu obat dengan angka 1,
semakin besar bahaya toksisitasnya. Indeks terapeutik ini berhubungan erat dengan batas keamanan
(margin of savety).

Obat dengan indeks terapeutik rendah mempunyai batas keamanan yang sempit. Dosis
obat yang terdapat dalam serum perlu dipantau karena sempitnya jarak keamanan antara dosis efektif
dengan dosis letal. Obat-obat dengan indeks terapeutik yang tinggi mempunyai batas keamanan yang
lebar dan tidak begitu berbahaya dalam menimbulkan efek toksik. Kadar obat dalam plasma tidak
perlu dimonitor secara rutin (Kee dan Hayes 1993). Caffeine adalah suatu obat stimulasi yang
bersifat psikoaktif dari golongan xanthine-alkaloid yang berwarna putih. Caffeine dimetabolisme di
hati oleh sitokrom P450 oksidase menjadi tiga metabolit, yaitu paraxanthine, theobromine
dan theophyline. Obat ini dapat menembus sawar otak dan mempengaruhi pembuluh darah di otak,
sehingga badan dan otak “tidak bisa tidur”, menyebabkan pelepasan adrenalin ke tubuh dan
membuat sel-sel selalu aktif dan terjaga. Obat ini juga memanipulasi pelepasan dopamine di
otak dan membuat perasaan menjadi tenang dan melayang. Penambahan caffeine terus menerus akan
memblokade kerja adenosine karena molekul caffeine yang mirip dengan adenosine dan menempati
reseptor adenosine (hormone ini melambatkan kerja syaraf menjelang waktu istirahat). Gejala
overdosis caffeine tidak seperti obat stimulansia yang lain. Dimulai dari tingkat yang paling rendah
adalah halusinasi, disorientasi dan disinhibisi. Pada dosis yang lebih tinggi lagi akan menyebabkan
rhabdomyolisis (kerusakan dari jaringan otot).

Daftar pustaka

Kamaludin MT. Munaf S. Penelitian, Pengembangan, dan Penilaian Obat. Di dalam: Raharjo R,
editor. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
ECG.
Kee JL. Hayes RH. 1993. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Anugerah P, penerjemah:
Asih Y, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Schmitz G, Lepper H, Heidrich M. 2003. Farmakologi dan Toksikologi, Edisi 3.Setiadi L,
penerjemah: Sigit JI, Hanif A, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG

Anda mungkin juga menyukai