Kelompok 9
Latar Belakang 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
Format Formularium 3
Isi Formularium 4
SIMPULAN 11
DAFTAR PUSTAKA 11
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang penting dari sistem
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Orientasi ini mengacu kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, dan pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Depkes RI 2014). Salah satu
pelayanan yang sangat penting di rumah sakit yaitu pelayanan resep (Depkes RI
2016). Pelayanan resep yang baik akan meningkatkan penggunaan obat secara
rasional sehingga obat yang akan diterima pasien sesuai dengan kebutuhan klinis
dan dalam dosis yang tepat (WHO 2004). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, penulisan resep harus mengacu seluruhnya pada
formularium dengan standar 100 % (Depkes RI 2008). Hal tersebut merupakan
tolak ukur dari standar pelayanan minimal di rumah sakit (Krisnadewi et al. 2014).
Formularium nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional (Dirjen Binfar dan Alkes 2014). Obat yang
dibutuhkan tetapi tidak tercantum di dalam formularium nasional dapat digunakan
dengan persetujuan komite medik dan direktur rumah sakit setempat (Depkes RI,
2013). Manfaat formularium nasional yaitu untuk pengendalian mutu dan untuk
mengoptimalkan pelayanan pada pasien (Kemenkes RI 2013). Ketidakpatuhan
terhadap formularium akan mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit terutama
mutu pelayanan di instalasi farmasi rumah sakit (Krisnadewi et al. 2014).
Banyaknya ragam obat yang beredar di pasaran memerlukan ketepatan
dalam memilih obat. Diperlukan adanya ketelitian secara farmakologi,
farmakokinetik, farmakodinamik, dan farmakoekonomi sesuai standar profesi
yang tinggi dalam bidang terapeutik maupun diagnostik (Depkes RI 2008).
Pengelolaan obat yang tidak efisien memberikan pengaruh yang besar terhadap
sistem keuangan rumah sakit. Pengelolaan obat di farmasi rumah sakit harus
efektif dan efisien karena obat harus ada saat dibutuhkan, dalam jumlah yang
cukup, mutu terjamin dan harga yang terjangkau (Pudjaningsih 2006).
2
TINJAUAN PUSTAKA
SISTEM FORMULARIUM
A. Evaluasi Penggunaan Obat
B. Penilaian
C. Pemilihan Obat
D. Penggunaan Obat Non
Formularium
PEMUTAKHIRAN
FORMULARIUM
PENYUSUNAN FORMULARIUM
PENERAPAN FORMULARIUM A. Proses Penyusunan Formularium
RUMAH SAKIT B. Isi Formularium
KOMITE FARMASI DAN TERAPI a. Kebijakan RS tentang
A. Organisasi obat
EVALUASI B. Tata Kerja b. Daftar Obat
KONSEP FORMULARIUAM c. Informasi Khusus
A. Format Formularium
B. Manfaat Formularium
PEMBERLAKUAN DAN
DISTRIBUSI FORMULARIUM
A. Pemberlakuan Formularium
B. Distribusi Formularium
C. Penerbitan Formularium
Format Formularium
2. Daftar isi
3. Sambutan
4. Kata Pengantar
5. SK, KFT, SK Pemberlakuan Formularium
6. Petunjuk penggunaan formularium
7. lnformasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat
8. Monografi obat
9. lnformasi khusus
10. Lampiran (formulir, indeks kelas terapi obat, indeks nama obat)
Penampilan dan bentuk fisik suatu formularium mempunyai pengaruh
penting dalam penggunaannya. Formularium secara visual harus menarik dan
mudah dibaca. Cara meningkatkan penampilan dan kemudahan menggunakan
formularium adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan warna kertas berbeda untuk tiap bagian formularium
2. Menggunakan indeks pinggir
3. Membuat formularium seukuran saku baju praktik
4. Mencetak tebal untuk nama generik obat
Isi Formularium
Sediaan obat dipilih oleh staf medik dan IFRS. Daftar obat yang
dimasukkan ke dalam formularium dapat disusun berdasarkan abjad,
berdasarkan nama generik obat, penggolongan terapi atau kombinasi
keduanya. Informasi pada tiap obat meliputi nama, generik obat dan zat
aktif utamanya (nama umum maupun nama dagang), cara penggunaan
obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, dan ukuran jumlah dalam
kemasan, formulasi sediaan jika diperlukan. Informasi tambahan, meliputi
rentang dosis bagi dewasa atau anak-anak, informasi biaya.
c. Informasi Khusus
Contoh daftar obat dalam formularium rumah sakit di Rumah Sakit Umum
1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan
Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,
organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung sistem
formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
7
2. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan
tiap-tiap institusi.
3. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis
oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem formularium yang
dikembangkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generik.
5. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi
Farmasi.
6. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek
terapinya sama, seperti :
a. Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik yang
sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang diminta.
b. Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus
didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi.
c. Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber obat
dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh
dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien
Obat dan perawatan baru muncul setiap saat, dan tanpa evaluasi,
formularium akan menjadi koleksi obat yang lebih tua dan kurang efektif. Oleh
karena itu, seluruh formularium harus dilakukan evaluasi setiap 2 – 3 tahun
(Mahendrakumar et al. 2013). Menurut (Aritonang 2017), evaluasi dapat
10
dilakukan dengan analisis ABC (kategori A, B, dan C) dan analisis VEN (kategori
vital, esensial, dan non-esensial). Analisis ABC diperlukan untuk mengevaluasi
obat dan penting untuk mengetahui volume produk obat dari segi biaya, anggaran
obat dan utilisasinya sehingga analisis ABC dapat membantu manajemen dalam
evaluasi formularium. Analisis VEN merupakan analisa yang digunakan untuk
menetapkan prioritas pembelian obat serta penyesuaian rencana kebutuhan obat
dengan alokasi dana yang tersedia (Depkes 2002). Menurut Siregar dan Amelia
(2004), review sistem pengendalian obat perlu dilakukan dengan analisis ABC
secara periodik karena terdapat perubahan harga dan pemakaian yang dipengaruhi
oleh trend penyakit dan musim.
Evaluasi obat formularium dapat dilakukan dengan mengulaskan semua
obat-obatan formularium dalam setiap kelas terapeutik secara sistematis dan
teratur, kemudian membandingkannya dengan obat-obatan non-formularium baru
lainnya di dalam kelas itu. Dengan demikian, untuk mempertahankan formularium
secara efisien, Drugs and Therapeutics Committee (DTC) harus sering bertemu
untuk membahas dan membuat keputusan terhadap (Mahendrakumar et al. 2013):
1. Permintaan untuk penambahan obat-obatan baru dan penghapusan obat-
obatan lama
2. Tinjauan sistematis terhadap kelas terapi obat-obatan
3. Program tinjauan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
penggunaan obat-obatan.
SIMPULAN
Formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di suatu rumah
sakit untuk mengevaluasi, menilai dan memilih produk obat yang dianggap paling
efektif untuk terapi pasien. Formularium berisi kumpulan dokumen produk obat
yang terpilih disertai informasi tentang penggunaan obat. Keberadaan sistem
formularium yang baik, sangat bermanfaat bagi rumah sakit, karena rumah sakit
hanya akan menyediakan jenis dan jumlah obat sesuai kebutuhan pasien.
Ketidakpatuhan terhadap formularium akan mempengaruhi mutu pelayanan
rumah sakit terutama mutu pelayanan di instalasi farmasi rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
[MSH/WHO] Management Sciences for Health and World Health Organization.
2007. Drug and Therapeutics Committee Training Course. Arlington
(USA): Management Sciences for Health.
12
World Health Organization (WHO). 2004. The World Medicine Situation. Geneva
(CH): WHO Press.