Halaman Sitasi
J/B/D/S Teks
1 [WHO] World Health 2006/Buku 19 Pada sapi dan Bovidae
Organization. 2006. Brucellosis in lainnya, brucella biasanya
Humans and Animals. WHO ditularkan dari hewan ke
Library Cataloguing-in-Publication hewan lain melalui kontak
Data. WHO Press.. setelah aborsi. Mungkin
padang rumput atau
kandang hewan
terkontaminasi dan
organisme mungkin paling
sering tertelan atau
terhirup, inokulasi
konjungtiva, kontaminasi.
Sedangkan penularan
seksual biasanya
memainkan peran kecil
dalam epidemiologi sapi
brucellosis. Namun,
inseminasi buatan dapat
menularkan penyakit dan
semen harus dikumpulkan
dari hewan yang diketahui
bebas infeksi (WHO
2006)
2 Widjaja N, Akhdiat T, Purwasih 2017/Jurnal 50 Menurut Widjaja (2017),
D. 2017. Pengaruh deposisi deposisi semen di kornua
semen terhadap keberhasilan uteri memiliki potensi
inseminasi buatan (IB) sapi kebuntingan yang lebih
peranakan ongole. Sains besar dibanding deposisi
Peternakan. 15(2):49─51. di korpus uteri.
.
12 Sari EC, Hartono M, Suharyati 2016/Jurnal 316 Metritis bisa saja terjadi
S. 2016. Faktor- faktor yang apabila lapisan
memengaruhi service per myometrium terbuka,
conception sapi perah pada salah satu penyebab
peternakan rakyat di Provinsi terbukanya lapisan
Lampung. Jurnal Ilmiah myometrium adalah
Peternakan Terpadu. 4(4): 313 – pengelupasan plasenta
318. secara manual.
Pengelupasan plasenta
dari uterus tidak perlu
dilakukan apabila sapi
sehat dan masih dalam
rentang waktu 8-12 jam
post partus (Sari et al
2016).
13 Sari EC, Hartono M, Suharyati 2016/Jurnal 317 Gangguan reproduksi
S. 2016. Faktor- faktor yang dapat menyerang ternak
memengaruhi service per sehingga untuk membatasi
conception sapi perah pada kerugian ekonomi
peternakan rakyat di Provinsi deperlukan kontrol untuk
Lampung. Jurnal Ilmiah menjaga kesehatan sapi
Peternakan Terpadu. 4(4): 313 menjadi sangat penting.
– 318 Manajemen pemeliharaan
yang baik sangat
mempengaruhi kesehatan
sapi perah, dampak buruk
dari gangguan reproduksi
yang terjadi dapat
meningkatkan nilai s/c
pada sapi.
14 Budiyanto A, Tophianong TC, 2016/Jurnal 17-18 Fakta di lapangan dan
Triguntoro, Dewi HK. 2016. beberapa penelitian telah
Gangguan Reproduksi Sapi Bali membuktikan bahwa
pada Peternakan Semi Intensif di faktor nutrisi merupakan
Daerah Sistem Integrasi Sapi – faktor yang lebih kritis,
Kelapa Sawit. Acta Veterinaria dalam arti baik pengaruh
Indonesia. 4(1): 14-18 langsung maupun
pengaruh tidak langsung
terhadap fenomena
reproduksi dibanding
faktor lainnya. Jadi, nutrisi
yang cukup dapat
mendorong proses
biologis untuk mencapai
potensi genetiknya,
mengurangi pengaruh
negatif dari lingkungan
yang tidak nyaman dan
meminimalkan pengaruh-
pengaruh dari teknik
manajemen yang kurang
baik. Nutrisi yang kurang
baik tidak hanya akan
mengurangi performans
dibawah potensi
genetiknya, tetapi juga
memperbesar pengaruh
negatif dari lingkungan.
Adanya interaksi yang
kompleks antara faktor
lingkungan atau
manajemen (nutrisi),
respon individual, jenis
gangguan reproduksi dan
derajat keparahan
gangguan reproduksi akan
menimbulkan respon
kesembuhan yang
bervariasi dari setiap
penanganan gangguan
reproduksi (Budiyanto et
al. 2016).
15 Sheldon I, Erin M, Williams J, 2008/Jurnal 117 Metritis didefinisikan
Aleisha N, Miller A, Deborah sebagai hewan dengan
M, Nash, Shan H. 2008. Uterine rahim yang membesar
diseases in cattle after secara tidak normal dan
parturition. The Veterinary keluarnya cairan dari
Journal 176: 115-121 rahim berwarna merah-
coklat seperti janin, terkait
dengan tanda-tanda
penyakit sistemik
(penurunan produksi ASI,
kusam atau tanda-tanda
toksemia lainnya) dan
demam> 39,5 ° C, dalam
waktu 21 hari setelah
partus( Sheldon et al.
2008)
16 Bekele N, Addis M, Bdela NA, 2016/Jurnal 356 Menurut Bekele et al.
Ahmed WM. 2016. Pregnancy (2016), pemeriksaan
diagnosis in cattle for fertility kebuntingan pada sapi
management: a review. Global dapat dilakukan melalui
Veterinaria. 16(4): 355-364 palpasi rektal,
pemeriksaan
ultrasonography (USG)
serta melalui pengujian
hormon progesteron yang
dihasilkan selama
kebuntingan.
17 Rasad SD. 2009. Evaluasi 2009/Jurnal 44 Menurut Rasad (2009),
penampilan reproduksi sapi usaha untuk meningkatkan
perah (studi kasus di perusahaan produksi susu nasional
peternakan sapi perah KUD dapat dilakukan dengan
Sinarjaya). Agripet. 9 (1): 43-49. cara peningkatan populasi
sapi perah, perbaikan
pemberian pakan dan
tatalaksana, serta efisiensi
reproduksi. Dalam
praktiknya, peternak
umumnya kurang
mengetahui mengenai
manajemen pemeliharaan
maupun pemberian pakan
serta manajemen
kesehatan ternak
18 Rusadi RP, Hartono M, 2015/Jurnal 31 Menurut Rusadi et al.
Siswanto. 2015. Service per (2015), nilai ideal S/C
Conception pada sapi perah yaitu antara 1.6-2.0.
laktasi di balai besar pembibitan Semakin rendah nilai S/C
ternak unggul dan ujian pakan menunjukkan bahwa
ternak (BBPTU-HPT) di semakin tinggi tingkat
Baturaden, Purwokerto, Jawa kesuburan sapi dalam
Tengah. Jurnal Ilmiah suatu kelompok.
Peternakan Terpadu. 3 (1): 29-
37.