Anda di halaman 1dari 3

PENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK TERHADAP OKSIGEN

LINGKUNGAN
Dosen Pengampu : Nur Fitriana Sam M.Pd
Kelompok 6
ASTIKA 1740603105
MARDHIYAH NOOR A 1740603018
MITHA PURNAMASARI 1740603054
NUR MULYA ASTUTI 1740603072
Tujuan
1. Adakah pengaruh kandungan oksigen lingkungan terhadap respirasi Ikan
2. Bagaimana pengaruh kandungan oksigen di dalam air terhadap respirasi ikan
3. Rentang penyesuaian ikan terhadap kandungan oksigen
Metode Penelitian
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2019. Praktikum dilaksanakan di
laboratorium lantai 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Borneo Tarakan.
Alat bahan yang digunakan : Bak plastik, termometer, timbangan, panci, gelas piala (gelas
Bekker), gelas ukur, pengaduk, alat penghitung, ikan air tawar (hidup) 2, es batu air panas.
Prosedur praktikum dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Kenaikan suhu medium / air
a. Jerang air dalam panci
b. Isi bak plastik dengan air suhu kamar, catat suhunya
c. Timbang ikan yang akan digunakan, kemudian masukan ke dalam bak plastik.
Hitunglah gerak operkulum selama satu menit. Lakukan sebanyak tiga ulangan, ambil rata-
ratanya d. Naikan suhu air sebesar 30 C, dengan cara menuangkan air panas kedalam bak air
sedikit demi sedikit (jangan sampai terkena ikannya) sampai tercapai suhu yang di kehendaki.
Hitung gerak operkulum per menit (3 ulangan).
e. Suhu air dinaikan terus sampai keseimbangan ikan mulai tidak normal.
2. Pengaruh penurunan suhu medium / air
a. Prosedur kerja seperti pada kegiatan 1
b. Menurunkan suhu dikerjakan dengan cara memasukan es kedalam bak sampai
tercapai suhu yang dikendaki ( interval 30C).
c. Penurunan suhu dihentikan apabila ikan sudah mulai kelihatan tidak seimbang.

Latar belakang
Oksigen sangat berperan dalam penyediaan energi yang sangat dibutuhkan untuk
proses-proses kehidupan. Sel-sel organisme memperoleh energi dari reaksireaksi enzematis
yang sebagian besar memerlukan oksigen yang diperoleh lewat respirasi. Respirasi meliputi
dua proses yang penting yaitu :
1) pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara organisme dan lingkungan luar (
respirasi eksternal) dan 2) penggunaan oksigen di dalam sel untuk metabolisme molekul
organik (respirasi internal). Pada organisme bersel satu pertukaran gas dapat secara langsung
lewat permukaan sel, sedang pada organisme tinggi harus melewati organ khusus antara lain
paru-paru dan insang. respirasi eksternal sangat dipengaruhi oleh komposisi gas di dalam
lingkungan luar organisme yang bersangkutan. Di udara ( pada permukaan air laut) kandungan
oksigen maksimum adalah 20,95% atau 159 mm Hg. Di dalam air kandungan oksigen sangat
dipengaruhi oleh kelarutan oksigen di dalam air. Secara umum kelarutan oksigen didalam
larutan /air dipengaruhi oleh tekanan partial oksigen diatas permukaan air (PO2), suhu air dan
kandungan garam di dalam air. Jika kandungan oksigen (pO2) lingkungan berkurang, beberapa
golongan hewan melakukan konfomitas dan golongan lain mampu melakukan regulasi
konsumsi oksigen sehingga konsumsi oksigennya konstan.

Hasil dan pembahasan


Toples Jumlah rata- Suhu normal (27°) Suhu 24° Suhu 30°
̅)
rata (𝒙
Toples 1 ̅𝟏
𝒙 108 137 132,5
Toples 1 ̅̅̅
𝒙𝟐 102 120 151
Toples 1 ̅𝟑
𝒙 106 154,5 126
Toples 2 ̅𝟏
𝒙 88 - -
(kontrol)
Toples 2 ̅̅̅
𝒙𝟐 90,5 - -
(kontrol)
Toples 2 ̅𝟑
𝒙 77 - -
(kontrol)

Hasil pengamatan terhadap perilaku pengerakan operkulum ikan nila tiap 1 menit pada
suhu normal yaitu 27° C pengerakan operkulumnya sangat cepat dan pengerakan ikan tersebut
sangat cepat (aktif). Ikan nila (oreochromis niloticus) dapat hidup dilingkungan air tawar, dan
air asin . dampak naiknya suhu air laut memberikan pengaruh yang sangat kompleks terhadap
berbagai aspek lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan tubuh optimal. Ikan nila
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan peraira dengan kadar oksigen
terlarut antara 2,0-2,5 mg/l. suhu optimal bagi pertumbuhan ikan nila adatara 22- 29° C. (puja
cikal bangsa, dkk, 2015).
Pada suhu 24°C termasuk didalam suhu normal maka pengerakan operkulum ikan nila
cepat dan pengerakannya aktif, untuk suhu dibawa normal akan menyebabkan ikan tersebut
mati. berdasarkan (ayu khusumanigsih, 2017)daerah beriklim perairan dingin dibawah 21°C
menyebabkan ketidak mampuan ikan nila bertahan hidup yang menyebabkan ikan nila mati
Untuk perlakukan suhu 30°C pengerakan operkulumnya cepat dan pengerakan aktif
dikarenakan didalam suhu mendekati normal. ikan nila terkenal sebagai ikan yang tahan
terhadap perubahan lingkungan hidup kenaikan suhu air 34° C selama 2 jam dapat
menyebabkan stress pada ikan (puja cikal bangsa, dkk, 2015).
Suhu tinggi yang masih dapat ditoleransi oleh ikan tidak selalu berakibat mematikan pada
ikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya
stres yang menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. perubahan suhu
sebesar 5° C di atas normal dapat menyebabkan stres pada ikan bahkan kerusakan jaringan
dan kematian (Aliza Dwinna dkk, 2013).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas bahwa suhu 22-30 °C termasuk didalam suhu normal
dikarenakan pengerakan operkulum dari ikan nila masih stabil dan cepat serta pengerakannya
aktif. Serta yang diperoleh bahwa rata-ratanya pengerakan operkulumnya mencapai +100
(lebih besar).

Aliza Dwinna, dkk. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap Perubahan
Perilaku, Patologi Anatomi, Dan Histopatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus). jurnal medika veterinaria. Vol 7 hal 142

ayu, khusumanigsih fitria. 2017. Teknik budibdaya ikan nila (oreachromis


niloticus)(online).
https://www.academia.edu/35436709/Laporan_PKL_TEKNIK_BUDIDAYA_IKAN_NILA. Diakses 28
desember 2019.

puja cikal bangsa, dkk. 2015. Pengaruh Peningkatan Suhu Terhadap Jumlah
Eritrosit Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. Vol 9. Hal 9

Anda mungkin juga menyukai