Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PERCOBAAN

“PENGARUH SUHU TERHADAP GERAKAN OPERKULUM PADA


IKAN MAS”

Disusun oleh:

Nila Prafita Sari

4001415003

Rombel 2

Prodi Pendidikan IPA

JURUSAN IPA TERPADU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015
PERCOBAAN PENGARUH SUHU TERHADAP GERAKAN
OPERKULUM PADA IKAN MAS

1. KOMPETENSI DASAR
Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
sekitarnya.

2. KOMPETENSI INTI
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang atau teori.

3. INDIKATOR
Menjelaskan pengaruh suhu terhadap pembukaan operkulum pada ikan mas.

4. TUJUAN
1. Mengetahui perubahan pembukaan operkulum ikan mas terhadap perubahan suhu air.
2. Mengetahui respon tingkah laku ikan mas akibat perubahan suhu air.

5. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perubahan pembukaan operkulum ikan mas terhadap perubahan suhu air.
2. Bagaimana respon tingkah laku ikan mas akibat perubahan suhu air.

6. LANDASAN TEORI
Ikan hanya dapat hidup di air dan mempunyai alat pernafasan khusus. Pernafasan adalah
proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan
alat pernafasan. Proses pengikatan oksigen tersebut dipengaruhi struktur alat pernafasan, juga
dipengaruhi perbedaan tekanan parsial O₂ antara perairan dengan darah. Perbedaan tersebut
menyebabkan gas-gas berdifusi kedalam darah atau keluar melalui alat pernafasan. Ikan
bernafas dengan insang yang terdapat pada sisi kanan dan kiri kepalanya. Insang berbentuk
lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler
darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung
banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak
kapiler sehingga memungkinkan O₂ berdifusi masuk dan CO₂ berdifusi keluar. Insang pada
ikan bertulang sejati seperti ikan mas, ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum,
sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Pernafasan ikan
berlangsung 2 tahap, yaitu :
1. Tahap I (Tahap Pemasukan) :
Pada tahap ini mulut ikan membuka dan tutup insang menutup sehingga air masuk rongga
mulut, kemudian menuju lembaran insang, disinilah oksigen yang larut dalam air diambil oleh
darah, selain itu darah juga melepaskan karbondioksida dan uap air.
2. Tahap II (Tahap Pengeluaran) :
Mulut menutup dan tutup insang membuka sehingga air dari rongga mulut mengalir keluar
melalui insang. Air yang dikeluarkan ini telah bercampur dengan CO₂ dan uap air yang
dilepaskan darah.
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas
berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed) dan mulutnya terletak di
ujung tengah (terminal), dan dapat disembulkan, di bagian mulut dihiasi dua pasang sungut,
yang kadang-kadang satu pasang diantaranya kurang sempurna dan warna badan sangat
beragam (Susanto,2007).
Adapun klasifikasi ilmiah ikan mas adalah sebagai berikut:
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : C. carpio
Nama binomial : B. Cyprinus carpio
(Linnaeus,1758)
Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang
berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang bebas.
Disamping alat-alat yang terdapat dalam, rongga peritoneum dan pericardium, gelembung
renang, ginjal, dan alat reproduksi pada sistem pernafasan ikan umumnya berupa insang
(Bachtiar,2002).
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu
dalam dan aliranya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat
hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan
pada suhu 25°C-30°C. meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang
ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersanilitas (kadar garam) 25-30%.
(Cahyono,2000).
Reaksi enzimatis sangat bergantung pada suhu, karena aktivitas metabolisme di berbagai
jaringan atau kehidupan suatu organisme bergantung pada kemampuan untuk
mempertahankan suhu yang sesuai dalam tubuhnya. Terhadap berbagai jenis hewan, bila
terjadi kondisi luar yang kurang cocok atau stress, misalnya terjadi perubahan suhu
lingkungan (dingin atau panas) akan menimbulkan usaha (secara fisiologi atau morfologi)
untuk mengimbangi stress tersebut (Yuliani dan Rahardjo, 2012)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi
untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang
hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).

7. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
No Nama Alat Jumlah Fungsi Alat
1 Toples 3 Untuk menempatkan ikan
2 Thermometer 1 Untuk mengukur suhu air
3 Pemanas air 1 Untuk memanaskan air
4 Stopwacth 1 Untuk menghitung waktu

B. Bahan
No Nama Bahan Jumlah Bahan
1 Ikan mas 3 Ekor
2 Air 2,5 L
3 Es 5 Balok
4 Air panas 0,5 L

8. LANGKAH KERJA
1) Menyiapkan 3 buah toples,kemudian mengisi air kedalam masing-masing toples
sebanyak 750 ml.
2) Mengukur suhu air pada toples 1(suhu normal).
3) Memasukan es secara perlahan kedalam toples 2 sampai suhu air menjadi 10 °C.
4) Memasukan air panas secara perlahan kedalam toples 3 sampai suhu air menjadi 40
°C.
5) Memasukan satu ikan mas kedalam masing-masing toples.
6) Mengamati dan menghitung jumlah pembukaan operculum (penutup insang) pada
menit pertama dan kedua.
7) Mengisi data pengamatan.

9. TABEL PENGAMATAN

No Toples Suhu (°C) Jumlah pembukaan operkulum

1 menit pertama 1 menit kedua

1 I 10 65 27

2 II 28 142 143

3 III 40 152 153


10. PEMBAHASAN
Suhu 28°C (Suhu normal)

Pada percobaan ini suhu yang digunakan adalah 28°C yang merupakan suhu normal/suhu
kamar. Hal ini bertujuan supaya pembukaan operkulum ikan pada suhu ini dapat digunakan
sebagai variabel kontrol atau sebagai pembanding. Berdasarkan data pengamatan yang
diperoleh jumlah pembukaan operkulum pada 1 menit pertama yaitu 142 dan 1 menit kedua
yaitu 143. Jumlah pembukaan operkulum ikan ternyata tidak jauh berbeda antara menit
pertama dengan menit kedua yaitu selisihnya hanya 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ikan yang digunakan pada percobaan ini jumlah pembukaan operkulumnya sekitar 142-143
per menit. Namun hal ini tidak dapat digunakan sebagai acuan bahwa setiap ikan jumlah
pembukaan operkulumnya tiap menitnya adalah 142-143. Karena berbeda jenis
ikan,ukuran,maupun usia akan mempengaruhi jumlah pembukaan operkulumnya selain
keadaan lingkungan sekitarnya dan juga keadaan ikan itu sendiri (misalnya jika ikan stress
maka pembukaan operkulumnya juga tidak stabil dan pasti akan berbeda atau lebih cepat
karena ikan cenderung menjadi lebih gesit dan aktif bergerak). Oleh karena itu pada
percobaan ini praktikan mengusahakan untuk menggunakan ikan yang sama jenisnya, ukuran,
maupun usianya dan ikan diusahakan untuk tidak stress dengan cara memasukan ke toples
secara pelan-pelan dan setelah ikan masuk kedalam toples praktikan tidak langsung
menghitung pembukaan operkulumnya, tetapi menunggu sampai ikan benar-benar tenang dan
sudah menyesuaikan dengan suhu air dalam toples.

Suhu 40°C (Suhu panas)

Pada percobaan ini suhu yang digunakan yaitu 40°C yang merupakan suhu panas. Hal ini
bertujuan agar dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap pembukaan operkulum ikan jika
ikan berada pada suhu panas atau diatas suhu normal. Berdasarkan data pengamatan yang
diperoleh, jumlah pembukaan operkulum ikan pada 1 menit pertama yaitu 152 dan pada 1
menit kedua yaitu 153. Jika dibandingkan dengan pergerakan operkulum ikan pada suhu
normal ternyata mengalami kenaikan atau lebih cepat pembukaan operkulumnya. Dari hasil
pengamatan tersebut, peningkatan pembukaan operkulum ikan pada suhu panas itu bisa
disebabkan oleh dua faktor , yaitu antara kandungan DO (Dissolved Oxygen) dalam air atau
metabolisme tubuh ikan. Jika suhu meningkat maka kandungan DO akan menurun dan juga
jika suhu meningkat maka metabolisme akan meningkat atau sebaliknya. Namun untuk faktor
kandungan DO dalam air pada percobaan ini kemungkinan pengaruhnya sangat kecil. Sebab
kandungan DO dalam air memang mungkin saja dapat berkurang dikarenakan mengalami
penguapan, tetapi kemungkinanya sangat kecil untuk gas oksigen menguap pada suhu
tersebut. Atau dapat dikatakan penurunan kandungan oksigen dalam air tidak terlalu banyak.
Dibutuhkan suhu yang cukup besar untuk gas oksigen menguap dari dalam air. Walaupun
demikian, faktor ini tidak serta merta dapat diabaikan. Dan kemungkinan besar meningkatnya
pembukaan operkulum pada ikan dalam percobaan ini juga disebabkan oleh metabolisme
tubuh ikan tersebut. Metabolisme meningkat jika suhu meningkat walaupun hanya 1°C. Ini
diakibatkan karena proses metabolisme tubuh memerlukan energi, dan panas merupakan
energi. Jadi, kesimpulanya peningkatan pembukaan operkulum ikan disebabkan oleh keadaan
lingkungan sekitar yang berubah, yaitu suhu lingkunganya berubah menjadi panas yang
mengakibatkan proses metabolisme pada ikan mengalami peningkatan sehingga pembukaan
operkulumnya mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan suhu normal. Dan faktor lain
adalah kandungan oksigen terlarut atau DO (Dissolved Oxygen) dalam air yang menurun
yang menyebabkan kebutuhan ikan akan oksigen akan meningkat dengan ikan akan lebih
cepat dalam pembukaan operkulumnya.

Suhu 10°C (Suhu dingin)

Pada percobaan ini suhu yang digunakan yaitu 10°C yang merupakan suhu dingin. Hal ini
bertujuan agar dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap pembukaan operkulum ikan jika
ikan berada pada suhu dingin atau dibawah suhu normal. Berdasarkan data pengamatan yang
diperoleh, jumlah pembukaan operkulum ikan pada menit pertama yaitu 65 dan pada menit
kedua yaitu 27. Jika dibandingkan dengan pembukaan operkulum ikan pada suhu normal
ternyata mengalami penurunan atau menjadi lebih lambat pembukaan operkulumnya. Dan
jumlah pembukaan operkulum ikan antara menit pertama dan menit kedua mengalami selisih
yang cukup banyak yaitu 38. Seperti pembahasan sebelumnya, yaitu saat ikan berada pada
suhu panas, hal yang sama juga terjadi pada ikan yang berada pada suhu dingin. Dimana jika
suhu menurun maka aktivitas tubuh ikan juga ikut menurun dikarenakan metabolisme ikan
menurun. Karena metabolisme membutuhkan energi yaitu energi panas, maka ketika suhu
pada air menjadi dingin secara otomatis metabolisme tubuh ikan menurun. Seperti yang
diketahui ikan merupakan organisme perairan yang memerlukan panas atau energi dari
lingkungan. Itulah sebabnya aktivitas pembukaan operkulum ikan menjadi menurun dan ikan
terlihat tenang ketika berada pada suhu rendah. Faktor lainnya adalah kandungan DO atau
oksigen terlarut dalam air yang meningkat karena suhu lingkungan yang menurun. Sehingga
kebutuhan ikan akan oksigen semakin berkurang, sehingga ikan akan cenderung lambat dalam
pembukaan operkulumnya. Dan berdasarkan hasil pengamatan, ternyata semakin lama ikan
berada dalam air yang suhunya dingin atau bersuhu rendah, pembukaan operkulum ikan
menjadi semakin lambat. Itu mungkin dikarenakan ikan mempertahankan panas tubuhnya,
dan proses metabolisme dalam tubuhnya mengalami penurunan terus-menerus yang
dikarenakan panas lingkungan yang semakin berkurang atau semakin menurun. Dan faktor
lainnya mungkin ikan mengalami schok atau terkejut karena berada pada suhu di bawah
normal. Itulah sebabnya pembukaan operkulum ikan lama kelamaan menjadi melambat dan
ikan cenderung untuk tidak bergerak.

12. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
 Perubahan suhu lingkungan pada ikan akan sangat mempengaruhi laju konsumsi
oksigen pada ikan dan juga berdampak pada proses metabolisme ikan itu sendiri.
 Pada suhu kamar kebutuhan oksigen lebih optimal sehingga pembukaan operkulum
ikan akan stabil.
 Kenaikan suhu lingkungan (dalam hal ini air) menyebabkan kelarutan oksigen (DO)
Dissolved Oxygen akan menurun, sehingga kebutuhan ikan akan oksigen dalam air
semakin bertambah dengan pembukaan operkulum ikan akan semakin cepat.
 Penurunan suhu lingkungan menyebabakan kelarutan oksigen dalam air meningkat,
sehingga kebutuhan ikan akan oksigen semakin berkurang, hal ini menyebabakan
jarangnya frekuensi ikan dalam pembukaan operkulumnya.
B. Saran
 Praktikan harus cermat serta teliti dalam menghitung pembukaan operkulum ikan
karena gerakanya sangat cepat.
 Praktikan harus bekerjasama dalam melakukan percobaan agar memudahkan praktikan
saat percobaan.
 Praktikan harus teliti dalam mengamati skala thermometer.

13. DAFTAR PUSTAKA

Susanto, H . 2007 . Budidaya Ikan di Pekarangan . Jakarta : Penebar Swadaya.

Cahyono, Bambang . 2000. Budidaya Ikan Air Tawar . Yogyakarta : Kanisius.

Bachtiar, Y . 2002. Pembesaran Ikan di Kolam Pekarangan . Jakarta : Agro Media.

Yuliani, dan Rahardjo. 2012. Panduan Praktikum Ekofisiologi. Surabaya : Unipress,


Universitas Negeri Surabaya.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah
Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Osena, Volume XXX, Nomor 3, 2005 :
21 – 26 ISSN 0216-1877. Diakses melalui
http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RluywAoKCsYAAAHIw6
41/oksigen%20terlarut%20dan%20kebutuhan%20oksigen%20biologi%20untuk
%20penentuan%20kualitas%20perairan.pdf?nmid=44066689 , pada tanggal 28 Oktober 2015.

Linnaeus, C. 1758. Systema Naturae per regna tria naturae, secundum classes, ordines, genera,
species, cum characteribus, differentiis, synonymis, locis. Editio decima, reformata.
Laurentius Salvius: Holmiae. ii, 824 pp.,available onlineat
http://gdz.sub.unigoettingen.de/no_cache/dms/load/toc/?IDDOC=265100
14. LAMPIRAN
1) Scan Data Percobaan
2) Foto Percobaan

Anda mungkin juga menyukai