Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Fisika

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2019

Analisis Gerakan Operkulum pada Perubahan Suhu Air

Oleh :

Devana Ayu Pradikna Nalasari


NIM 432019014

ABSTRAK
Ikan bernapas dengan insang. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya
dilengkapi dengan tutup insang atau yang disebut dengan operkulum. Suhu di perairan dapat
mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu meningkat maka kelarutan oksigen
berkurang. Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi
metabolisme. Oleh sebab itu,kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya
memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut sudah tentu
akan berpengaruh terhadap fisiologi respirasi ikan. Pada pratikum kali ini digunakan benih ikan
komet yang diberi perilaku berbeda yaitu dengan menempatkankan ikan di air suhu normal, air
panas, serta air es. Kemudian dihitung gerakan operkulum menggunakn hand counter.Hal ini
bertujuan mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap gerakan operculum. Suhu pada air
mempengaruhi kandungan oksigen, semakin tinggi suhu maka semakin rendah kadar oksigennya
sehingga mengakibatkan gerakan membuka dan menutup operculum semakin cepat. Sebaliknya
jika suhu air rendah maka kadar oksigennya tinggi sehingga mengakibatkan gerak me.mbuka
dan menutup operkulum sehingga mengakibatkan gerak operkulum lebih lambat.
Kata Kunci : insang, operkulum, 0steichthyes, poikilotermik, respirasi, suhu.

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang
Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik(bersuhu dingin), yaitu suhu tubuhnya
mengikuti suhu lingkungan.(Fujaya,1999) Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor
pembatas. Oleh karena itu, perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen
terlarut, yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan akuatik tersebut.
Insang dimiliki oleh jenis ikan. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda
Laporan Praktikum Fisika
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2019

dan selalu lembap. Bagian terluar daerah insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian
dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare
sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen
terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O 2 berdifusi
masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) ditutupi oleh
tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi
oleh operkulum. Insang tidak hanya berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi
sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase
inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa
ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO 2 yang dibawa oleh
darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
(Kasmiyati dkk,2019)
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan
dan penyerapan organisme. (Nyabbken dkk,1992). Suhu air normal adalah suhu air yang
memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak. Air sebagai
lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu
dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara.
(Handjojo dan Djoko,2005)
Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu meningkat
maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk
berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh
kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen
terlarut sudah tentu akan berpengaruh terhadap fisiologi respirasi ikan. (Rhesa,2012). Bukaan
operkulum ikan merupakan proses ikan menelan air dengan mulutnya dan menekannya melewati
insang kemudian keluar melalui lubang di bawah operkulum (Pariani,2018).Ketika ikan
membuka mulut, maka operkulum akan menutup. Proses ini merupakan tahap inspirasi.
Sedangakn saat ekspirasi, mulut menutup dan operculum insang membuka. (Kasmiyati
dkk,2019)
Kebutuhan oksigen pada ikan sangat dipengaruhi oleh umur, aktivitas, serta kondisi
perairan. Semakin tua suatu organisme, maka laju metabolismenya semakin rendah. Selain itu
umur mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda, membutuhkan oksigen
yang berbeda pula. Ikan akan mengalami stres ketika berbeda media air saat dipindahkan dari
wadahnya. Ikan kadang mengalami perbedaan lingkungan yang drastis sehingga menjadi stres.
(Tobin, 2005)
Laporan Praktikum Fisika
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2019

B. Tujuan

Tujuan pratikum kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu media air
terhadap gerakan operculum benih ikan komet yang secara langsung ingin mengetahui laju
pernafasan ikan tersebut.

II. Bahan dan Metode

Pratikum dilaksanakan pada hari Senin, 11 November 2019 pukul 14.00-16.00 di


Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacan, Salatiga. Alat
yang digunakan dalam pratikum kali ini antara lain gelas beker 1000 ml, dua ember plastik,
Hotplate, thermometer, hand counter, dan timer/stopwatch. Sedangkan bahan yang diperlukan
dalam pratikum ini antara lain benih ikan komet sebanyak 5 ekor, es batu,dan air.
Metode yang digunakan pada pratikum ini pertama-tama gelas beker 1000ml disiapkan
sebagai wadah perlakuan dan dua ember plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah
diamati. Gelas beker diisi air secukupnya kurang lebih ½ volumenya), lalu suhu diukur
menggunakan thermometer. Suhu yang dihasilkn dicatat. Pengamatan dilakukan tiga perlakuan
yaitu suhu ruang (±5oc), suhu 50C diatas suhu ruang, dan suhu 50C dibawah suhu ruang.
Sebanyak lima ekor benih ikan mas diambil dari ember plastic tempat ikan yang belum diamati
(stok), 3 ekor benih ikan sebagai uji coba sedangkan 2 ekor lainya sebagai cadangn. Ketiga
benih ikan untuk uji coba satu persatu dimasukkan kedalam gelas beker yang sudah diketahui
suhunya(perlakuan A), kemudian dihitung banyaknya membuka dn menutup operculum ikan
tersebut selama 1 menit dengn menggunakn hand counter. Dan diulang sebanyak tiga kali untuk
masing masing ikan. Setelah itu data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar yang tersedia.
Dilanjutkan perhitungan banyaknya membuka dan menutup operculum pada ikan uji berikutnya
sampai ketiga ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam ember plastic
lain yang telah disediakan. Setelah selesai perlakuan A, dilanjutkan dengan perlakuan B. Suhu
pada air digelas beker diatur agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah air
panas dari hotplate sedikit demi sedikit. Saat pengamatan berlangsung, diusahakn suhu air
meningkat pada kisaran toleransi 0,5 oC. pengamatn selanjutnya yaitu dihitung membuka dan
menutupnya operculum, caranya sama dengn perlkauan A. Setelah selesai dengan perlakuan B,
dilanjutkan dengan perlakuan C . Suhu air pada gelas beker diatur agar sesuai dengan suhu yang
diinginkan yaitu dengan menambahkan es batu sedikit demi sedikit. Saat pengamatan,
diusahakan suhu air turun pada kisaran toleransi 0,50C. Pengamatn selanjutnya yaitu dihitung
Laporan Praktikum Fisika
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2019

membuka dan menutupnya operkulum, caranya sama dengan perlakuan A dan B. Kemudian data
hasil pengamatn ditabulasi.

III. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil berupa gambar grafik sebagai
berikut :

Grafik Rata Rata Gerak Operkulum


pada Berbagai Suhu
180
Rata Rata Gerak Operkulum

160
140
120
100
80 167.14
60 135.73
40 89.49
20
0
23°C 28 °C 33°C
Perubahan Suhu

Gambar 1. Perbandingan gerak operkulum benih ikan komet pada berbagai suhu air. Nilai pada
diagram tersebut merupakan rata rata gerak membuka dan menutup operkulum. Garis vertikal
yang ada diagram batang adalah standar deviasi dari ketiga ulangan.

B.Pembahasan
Pada pratikum yang telah dilaksanakn dapat diketahui bagaimana perbandingan gerak
membuka dan menutupnya operkulm terhadap perubahan suhu air. Dengan merubah suhu media
air ikan sesuai dengan yang diinginkan hal tersebut tentu berpengaruh terhadap pernafasan dan
metabolisme ikan tersebut. Hewan air akan memberikan respon fisiologis terhadap perubahan
lingkungannya sebagai tempat hidupnya. Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun
tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan suhu, respon
Laporan Praktikum Fisika
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2019

yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap
lingkungan untuk mempertahankan hidupnya. Suhu pada air mempengaruhi kandungn oksigen,
semakin tinggi suhu maka semakin rendah kadar oksigennya sehingga mengakibatkan gerakan
membuka dan menutup operculum semakin cepat. Sebaliknya jika suhu air rendah maka kadar
oksigennya tinggi sehingga mengakibatkan gerak membuka dan menutup operculum sehingga
mengakibatkan gerak operculum lebih lambat.
Gerak membuka dan menutup operculum benih ikan komet pada suhu 28oC
Pada percobaan atau perlakuan pertama yaitu pada suhu 28oC membuka dan menutupnya
operkulum benih ikan komet selam 1 menit antara ikan satu dengan yang lainnya sangat
bervariasi. Rata –rata gerak membuka dan menutup operkulum benih ikan komet pada ualngan
1,2 dan 3 terhadap suhu 28°C ialah 135,73. Hal tersebut mungkin diakibatkan karena perbedaan
ukuran dan keadaan ikan tersebut, serta dapat disebabkan karena ikan mengalami stress pada saat
dipindahkan ke media air yang berbeda. Sehingga membuka dan menutup oprculumnya belum
stabil. Meskipun belum stabil, perbandingn gerakan operculum ulangan 1, 2, dan 3 tidak terlalu
jauh.
Gerak Membuka dan menutup operculum benih ikan komet pada suhu 23oC
Pada perlakuan kedua suhu air diturunkan 5°C menjadi lebih dingin dari suhu sebelumnya,
dengan cara menambahkan es batu sampe suhunya -5°C dari suhu awal dan ketika satu persatu
ikan dimasukan kedalam media air tersebut selama 1 menit, jelas terlihat bahwa membuka dan
menutupnya operculum ketiga ikan pada waktu satu menit mengalami penurunan. Hal tersebut
menunjukan bahwa semakin rendah suhu air maka semakin rendah pula gerak embuka dan
menutup operculum(laju pernapasan) dari benih ikan komet tersebut. Rata –rata gerak membuka
dan menutup operculum benih ikan komet pada ualngan 1,2 dan 3 terhadap suhu 23°C ialah
89,49°C
Gerak Membuka dan menutup operculum benih ikan komet pada suhu 33oC
Pada perlakuan yang terakhir suhu dinaikan 5°C dari suhu awal, dengan cara menambahkan air
panas sampai suhunya +5°C dari suhu awal. Setelah dihitung membuka dan menutup
operculumnya selama satu menit, ketiga benih ikan komet mengalami peningkatan pernafasan.
Ketika suhu air meningkat maka kadar oksigen terlarut dalam air akan berkurang, sehingga ikan
akan berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah volume yang banyak. Hal
ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktifitas pernafasannya sehingga oksigen yang dipompa
lebih banyak daripada keadaan normal. Jadi Semakin tinggi suhu maka semakin rendah kadar
oksigennya sehingga mengakibatkan gerakan membuka dan menutup operculum semakin cepat,
secara tidak lamgsung terjadi peningkatan aktivitas respirasi ikan tersebut.
Percobaan yang telah dilaksakna sesuai dengan literature yang ada, Ketika kadar oksigen
berkurang dalam suatu perairan maka ikan akan berusaha mengambil atau memanfaatkan
Laporan Praktikum Fisika
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2019

oksigen dalam jumlah volume yang banyak. Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan
aktifitas pernafasannya sehingga oksigen yang dipompa lebih banyak daripada keadaan normal.
Ketika ada peningkatan suhu maka ada penurunan oksigen terlarut, maka akan terjadi
peningkatan metabolisme dalam tubuh ikan. Metabolime yang meningkat dikarenakan oleh
meningkatnya aktivitas respirasi..
IV. KESIMPULAN
Suhu mempunyai peranan yang penting dalam mengatur aktivitas biologis hewan air di
perairan. Perubahan suhu yang terjadi sangat berpengaruh terhadap pernafasan ikan, karena
ketika ada peningkatan suhu maka ada penurunan oksigen terlarut. Apabila suhu meningkat
maka kelarutan oksigen berkurang. Ketika kadar oksigen berkurang dalam suatu perairan, maka
ikan akan berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah volume yang banyak.
Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktifitas pernafasannya sehingga oksigen yang
dipompa lebih banyak daripada keadaan normal. Suhu pada air mempengaruhi kandungan
oksigen, semakin tinggi suhu maka semakin rendah kadar oksigennya sehingga mengakibatkan
gerakan membuka dan menutup operkulum semakin cepat. Sebaliknya jika suhu air rendah
maka kadar oksigennya tinggi, mengakibatkan gerak membuka dan menutup operkulum,
sehingga gerak operkulum yang dihasilkan lebih lambat.

V. Daftar Pustaka

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta, Jakarta
Hardjojo, dan Djokosetiyanto. 2005.Pengukuran dan Analisis Kualitas Air. Edisi Kesatu, Modul 1 -6.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Kasmiyati, Sri., Hastuti Susanti P.,Sukmana Andreas B.A., Sastrodihardjo,S.2019. Asistensi dan Petunjuk
Pratikum Biologi Umum. Fakultas Biologi : Universitas Kristen Satya Wacana.
Maulana, Resha A. 2012. Perubahan kondisi fisiologis ikan mas (cyprinus carpio l.) akibat pengaruh
perbedaan ukuran dan suhu lingkungan
https://repository.ipb.ac.id (diakses 19 November 2019)
Nybakken,J.W.1992.Biologi laut Suatu Pendekatan Ekologis.Diterjemahkan
oleh:M.Eidman,Koesoebiono dan D. G.Bengen. PT. Gramedia. Jakarta. 456 hal.9.
Pariani Gus,2018.. Bab.II.
scholar.unand.ac.id
Tobin Aj. 2005. Asking about life. Canada : Thomson brooks/cole.
Laporan Praktikum Fisika
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2019

Tabel 1. Gerak Operkulum pada Suhu Ruang/awal (28°C)


Ulangan
Ikan ke- Rata- rata
1 2 3
1 142 159 171 157,3
2 120 132 115 122,3
3 118 119 124 120,3
4 139 173 171 143
Rata-rata 135,73

Tabel 2.Gerak Operkulum pada Suhu Rendah (23°C)


Ulangan
Ikan ke- Rata-rata
1 2 3
1 89 110 110 103
2 99 97 84 93,3
3 78 79 86 81
4 77 81 84 80,67
Rata-rata 89,5

Tabel 3. Gerak Operkulum pada Suhu Tinggi (33°C)


Ulangan
Ikan Ke- Rata-rata
1 2 3
1 147 200 179 175,3
2 167 173 130 156,67
Laporan Praktikum Fisika
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2019

3 142 134 162 146


4 198 164 210 190,6
Rata-rata 167,1

Anda mungkin juga menyukai