Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PPRAKTIKUM

PENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK TERHADAP OKSIGEN


LINGKUNGANNYA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan dan Manusia


yang diampu oleh Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si dan Wira Eka Putra, S.Si., M.Med.Sc.

Oleh Kelompok 5 Offering G :


Ainul Mardiah (180342618063)
Dita Ayu Eka Saputri (180342618051)
Reeno Al Hikmatus S. (180342618034)
Riv'an Ahbab Shorih (180342618046)
Riza Aliyya (180342618066)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 BIOLOGI
NOVEMBER 2019
PENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK TERHADAP OKSIGEN LINGKUNGANNYA

A. HARI/ TANGGAL KEGIATAN : Selasa, 5 November 2019

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh penurunan suhu dan kenaikan suhu terhadap
jumlah O2 yang ada di lingkungan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara jumlah gerak operculum dengan
kandungan O2 yang ada di lingkungan akibat pengaruh dari penurunan suhu dan kenaikan
suhu.

C. DASAR TEORI
Oksigen terlarut sangat berpengaruh terhadap proses kehidupan, terutama dalam hal
respirasi, proses metabolisme, maupun pertukaran zat (Salmin, 2005). Respirasi meliputi dua
proses penting, yaitu respirasi ekternal dan respirasi internal. Pertukaran gas dapat dilakukan
melalui proses difusi pada organisme bersel satu dan melalui insang atau paru-paru pada
organisme tingkat tinggi (Gofur dkk, 2019). Pada ikan proses respirasinya menggunanakan
pertukaran lawan arus, yaitu pertukaran zat termasuk panas melewati dua cairan yang mengalir
berlawanan arah. Pada insang ikan, proses pertukaran lawan arus ini memaksimalkan efisiensi
pertukaran gas (Campbell, 2004).
Komposisi gas dalam lingkungan luar suatu organisme mmpengaruhi respirasi eksternal
dari organisme tersebut. Di udara kandungan oksigen maksimum adalah 20,95% atau 159
mmHg, sedangkan di dalam air, kandungan oksigen bergantung pada kelarutan oksigen dalam
air. Kelarutan oksigen dalam air sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekanan
partial oksigen di atas permukaan air (pO2), suhu air, dan salinitas air (Gofur dkk, 2019)
Ikan merupakan hewan yang memiliki sifat poikiloterm dimana suhu tubuhnya
ditentukan oleh keseimbangan kondisi lingkungannya. Suhu memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap proses fisiologis, dimana peningkatan suhu akan mempercepat banyak proses
fisiologis selama masih dalam batas tertentu. Dalam hal ini, selama suhu masih berada pada
batas toleransi suatu hewan, maka suhu lingkungan yang meningkat dapat meningkatkan
kecepatan konsumsi oksigen (Soewolo, 2000).
Rentangan toleransi suhu dari setiap hewan berbeda-beda, dimana toleransi tersebut
dapat berubah dipengaruhi oleh waktu dan derajat adaptasi (Soewolo, 2000). Suhu yang baik
bagi kehidupan ikan di daerah tropis adalah antara 25 – 32°C (Riyadi, 2006). Pada suhu 50°C,
hewan sudah tidak lagi dapat hidup dan mengalami siklus hidupnya (Soewolo, 2000). Dalam hal
ini semakin tinggi temperatur air, maka akan semakin kecil kelarutan oksigen dalam air,
sehingga kebutuhan oksigen bagi biota akan semakin besar karena adanya peningkatan
metabolisme ikan (Riyadi, 2006). Sedangkan semakin dingin suhu air, konsentrasi oksigen
terlarut akan semakin tinggi. Suhu lingkungan yang dingin secara langsung akan mempengaruhi
suhu badan ikan dan suhu darah, semakin dingin suhu darah tingkat viskositas darah akan
mengental dan mengakibatkan aliran darah yang lebih lambat sehingga berdampak pada
penurunan konsumsi oksigen (Wijayanti, 2011)

D. ALAT DAN BAHAN


Alat
- Akuarium
- Termometer
- Ember Plastik
- Gayung Plastik
- Neraca
- Panci
- Kompor gas
- Alat penghitung
- Spidol besar
- Alat tulis
- Stopwatch

Bahan
- Ikan Nila ukuran sedang
- Kain lap
- Es Batu
- Air
E. PROSEDUR KERJA

1. Pengaruh Penurunan Suhu Air terhadap Jumlah Gerak Operculum

Ikan Nila

Ditimbang menggunakan Neraca.


Dicatat hasil penimbangan ke dalam kertas laporan praktikum.
Dimasukkan ke dalam akuarium yang telah diisikan air dengan suhu ruang dan telah
diberi batas air menggunakan spidol.
Dihitung gerak operculum ikan Nila selama satu menit, dicatat hasilnya pada laporan
praktikum.
Diulang perhitungan operculum yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
Dinaikkan suhu air sebesar 3 derajat dengan cara memasukkan air mendidih ke dalam
akuarium tanpa menuangkan air panas tersebut pada ikan secara langsung.
Dihitung gerak operculum ikan Nila selama satu menit, dicatat hasil pada laporan.
Diulang perhitungan operculum yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
Dilakukan penaikan suhu air sebanyak 3 derajat lagi dan dilakuakan perhitungan
operculum juga setiap kali selesai perhitungan operculum pada suhu sebelumnya secara
terus menerus sampai keseimbangan ikan tidak normal.
Dihentikan perhitungan ketika keseimbangan ikan tidak normal.
Dipindahkan ikan dari akuarium ke air suhu ruang.

Hasil

2. Pengaruh Penurunan Suhu Air terhadap Jumlah Gerak Operculum.

Ikan Nila

Dimasukkan ke dalam akuarium yang telah diisikan air dengan suhu ruang dan telah
diberi batas air menggunakan spidol.
Dihitung gerak operculum ikan Nila selama satu menit, dicatat hasilnya pada laporan
praktikum.
Diulang perhitungan operculum yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
Diturunkan suhu air sebesar 3 derajat dengan cara memasukkan es batu ke dalam
akuarium tanpa menyentuhkan es batu pada ikan.
Dihitung gerak operculum ikan Nila selama satu menit, dicatat hasil pada laporan.
Diulang perhitungan operculum yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
Dilakukan penurunan suhu air sebanyak 3 derajat lagi dan dilakuakan perhitungan
operculum juga setiap kali selesai perhitungan operculum pada suhu sebelumnya secara
terus menerus sampai keseimbangan ikan tidak normal.
Dihentikan perhitungan ketika keseimbangan ikan tidak normal.
Dipindahkan ikan dari akuarium ke air suhu ruang.

Hasil
Campbell, Neil A., Reece, Jane B., Mitchell, Lawrence G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gofur, A., Lestari, S. R., Susanto, H., Wulandari, N., Putra, W. E., Atho’illah, M. F. 2019.
Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan dan Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Riyadi, Agung. 2006. Kajian Kualitas Air Waduk Tirta Shinta Di Kota Bumi Lampung.
Jurnal Hidrosfir, 1, 75-82.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah
Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, 30(3), 21-26.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah
Menengah.
Wijayanti, Ima. 2011. Pengaruh Temperatur Terhadap Kondisi Anastesi Bawal Tawar
(Colossoma macropomum) dan Lobster Tawar (Cherax quadricarinatus). Jurnal
Penelitian, 1, 1-15.

Anda mungkin juga menyukai