JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEPTEMBER 2019
A. Hari dan Tanggal Kegiatan
Rabu, 18 September 2019
B. Dasar Teori
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Pada hewan,
pergerakannya terutama gerak cepat dihubungkan dengan adanya otot. Sel otot
memiliki suatu sifat khusus yang tidak memiliki oleh sel lain,.sifat khusus tersebut
antara lain kontraktilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas. Kontraktilitas dapat
dikatakan sebagai kemampuan otot untuk berkontraksi yang disebabkan oleh adanya
protein kontraktil yang mampu mengubah bentuknya menjadi panjang atau pendek.
Ekstensilitas merupakan kemampuan otot untuk memanjang apabila diberi suatu
gaya berupa beban atau tarikan. Sedangkan elastisitas adalah lawan dari sifat
ekstabilitas dimana otot memiliki sifat untuk kembali pada bentuk semula apabila
gaya yang telah diberikan dihilangkan (Soewolo,2000).
Ekstensibilitas dapat diukur berdasarkan selisih panjang otot sebelum diberi
tambahan beban dan panjang otot setelah diberi beban (Gofur, dkk,2019).
Berdasarkan Hukum Starling yang mengatakan bahwa kuat kontraksi otot
berbanding lurus dengan panjang mula-mula otot tersebut, maka jika otot diberi sutu
gaya akan berkontraksi menghasilkan kerja yang lebih besar daripada otot yang tidak
diberi gaya (Soewolo, 2000). Seuatu otot dapat dikatakan memiliki ekstensibilitas
yang besar apabila otot mampu meregang menjadi lebih panjang ketika diberi beban
yang sama, dan otot dikatakan tidak memiliki ekstensibilitas ketika suatu otot diberi
beban yang cukup tetapi otot tidak mengalami pemanjangan sama sekali (Gofur,
dkk,2019).
Berkaitan dengan elastisitas, kecepatan otot untuk memendak sangat
dipengaruhi oleh beban yang diberikan pada otot. Semakin berat beban yang
diberikan, maka kemampuan otot untuk dapat memendek kembali akan semakin
lambat. Sebaliknya, kemampuan otot untuk dapat memendek dapat maksimal apabila
beban eksternal yang diberikan dihilangkan, dan kecepatan memendek akan menjadi
nol apabila beban yang diberikan sama atau melebihi tegangan maksimal suatu otot
(Soewolo,2000).
C. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai
sifat ekstensibilitas dan elastisitas otot polos dan otot lurik.
E. CARA KERJA
1. Pembuatan Sediaan Otot lurik
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
Data
Dihitung data pada otot lurik dan otot polos menggunakan rumus
Hasil
Dihitung data pada otot lurik dan otot polos menggunakan rumus
Hasil
DATA PENGAMATAN
PERLAKUAN OTOT LURIK ( OTOT POLOS
cm) (cm)
Ekstensibilitas
1. Panjang P01 (panjang awal 2 2
tanpa beban)
Elastisitas
1. Panjang P40 3.1 3.6
Pada pengukuran ekstensibilitas otot polos yaitu usus katak, usus katak
terlebih dahulu ditekan-tekan untuk mengeluarkan kotoran di dalamnya, lalu
dipotong dengan ukuran 3 cm, kemudian dilakukan pengukuran panjang awal otot
antara dua ikatan tanpa diberi beban (P01 ) sepanjang 2 cm, lalu setelah diberi
beban 10 gr terjadi kenaikan panjang menjadi 2,5 cm (P10), setelah diberi beban
20 gr menjadi 2.9 cm (P20), kemudian setelah diberi beban 30 gr panjang menjadi
3.2 cm, selanjutnya diberi beban 40 gr sehingga panjang otot menjadi 3.5 cm, dan
pada penambahan beban terakhir yaitu beban 50 gr panjang menjadi 3.7 cm. Pada
otot polos juga terjadi penambahan panjang yang signifikan seiring dengan
penambahan beban.
Sedangkan dalam pengukuran elastisitas otot polos yaitu usus katak, pada
pengurangan beban 10 gr panjang otot menjadi 3,6 cm (P40) dan pada
pengurangan beban selanjutnya hingga pengurangan beban 40 gr tidak terjadi
pengurangan panjang pada otot, panjang otot tetap 3.6 cm (P30) (P20) (P10), dan
pada pengukuran panjang tanpa diberi beban, terjadi pengurangan panjang sebesar
0,1 cm sehingga panjang otot menjadi 3,5 cm (P02). Pada pengurangan beban
mulai dari 20 gr hingga 40 gr tidak terjadi pengurangan panjang otot sama sekali.
Hal ini dapat terjadi karena sifat elastisitas otot polos yang rendah dibandingkan
otot lurik.
Otot lurik yang digunakan pada praktikum ini adalah otot gastroknemius katak
(Rana sp.) yang terletak pada paha. Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif
karena dapat berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan
tulang dan tubuh. Secara mikroskopis otot lurik tampak tersusun atas garis-garis
gelap dan terang. Penampakan tersebut disebabkan adanya miofibril. Setiap
miofibril tersusun atas satuan kontraktil yang disebut sarkomer.
Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan satu sama lain. Hal ini
menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang melekat pada tulang bergerak.
Jika otot dirangsang berulang-ulang secara teratur dengan interval waktu yang
cukup, otot akan berelaksasi sempurna di antara 2 kontraksi. Namun jika jarak
rangsang singkat, otot tidak berelaksasi melainkan akan berkontraksi maksimum
atau disebut tonus.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kemampuan otot gastroknemius untuk
meregang (ekstensibilitas) paling panjang tampak pada beban 50 gram, dimana
pada beban ini penambahan panjang otot adalah 1,4 cm dari panjang awal.
Penambahan panjang otot dari awal (tanpa beban) sampai akhir (beban 50 gram)
secara berkala adalah 0,4cm ; 0,1cm ; 0,4cm; 0,1cm; 0,4cm. Pertambahan panjang
dari otot gastroknemius ini tidak konstan meskipun beban yang diberikan atau
ditambahkan sama yaitu sebesar 10 gram setiap penambahan. Berdasarkan data
tersebut, maka dapat diketahui bahwa semakin besar beban yang diberikan, maka
akan semakin besar pula kemampuan otot untuk melakukan ekstensibilitas.
Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Fisiologi Hewan, (2012) hal yang
menyebabkan otot lurik tidak mengalami pemanjangan secara stabil atau konstan
karena aktin dan myosin dan tegangan dalam otot meningkat, sarkomernya pun
juga memanjang dan ketika beban terus ditambah maka otot akan beradaptasi
meregang dan memanjang akan tetapi pertambahan panjang tidaklah
permanen,melainkan hanya sementara.
2. Elastisitas Otot Lurik (Rektus Abdominis)
Elastisitas otot merupakan kemampuan otot untuk kembali pada bentuk dan
ukuran semula apabila gaya atau beban yang diberikan kepada otot dihilangkan
(Soewolo, 2000). Pengurangan beban ini disertai pula dengan pengurangan
panjang dari otot tersebut. Pengurangan beban ini menyebabkan panjang otot
berkurang pula dimana setiap pengurangan beban sebesar 10 gram, panjang yang
berkurang sekitar 0,2-0,3 cm dari panjang awal 2 cm dan panjang akhir 3,4 cm.
Sedangkan untuk nilai elastisitas dari otot lurik ini adalah 100 %.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kemampuan otot untuk kembali ke
keadaan semula (elastisitas) yang mendekati panjang tampak pada Panjang P02
(Panjang akhir tanpa beban) gram, dimana pada beban ini penambahan panjang
otot tidak menyimpang jauh dari panjang awal yaitu 0,1 cm. Hal ini disebabkan
karena massa beban yang diberikan tidak ada. Sedangkan untuk berat beban 10
gram, 20 gram, 30 gram, 40 gram, semakin berkurangnya beban, semakin
berkurang pula panjang otot gastroknemius, namun tidak kembali seperti asalnya.
Hal ini tidak sesuai dengan praktikum yang dilakukan oleh Ananda, dkk
(2012) yang menyatakan bahwa kemampuan otot untuk kembali pada bentuk atau
ukuran semula apabila gaya atau beban yang diberikan kepada otot semakin
berkurang dan tingkat elastisitas pada otot lurik ini cukup baik yang mencapai
nilai 100 %. Ketidaksesuaian hasil percobaan ini mungkin dikarenakan kesalahan
dalam melakukan tahapan dalam praktikum,
B. OTOT POLOS
KESIMPULAN
Sel otot memiliki beberapa sifat diantaranya ekstensibilitas dan elastisitas.
Ekstensibilitas adalah sifat sel-sel otot dapat meregang (memanjang) sampai batas
tertentu apabila kepadanya diberikan gaya (beban atau tarikan). Elastisitas adalah
sifat sel-sel otot dapat kembali pada bentuk semula apabila gaya yang diberikan
kepadanya dihilangkan.
Otot polos diwakilkan oleh otot usus dan otot lurik diwakilkan oleh otot
rektus abdominis. Setelah dilakukan percobaan, diketahui nilai ekstensibilitas otot
polos sebesar 85% lebih besar daripada nilai ekstensibilitas otot lurik yang hanya
sebesar 70% dan nilai elastisitas otot polos sebesar 11,7 % lebih kecil daripada
nilai elastisitas otot lurik yang mencapai 70%.
DAFTAR PUSTAKA
1.Katak di single pith 2.Diambil otot rectus abdominis dan usus halusnya
3.Otot rectus abdominalis dipotong 2 cm 4. Diukur ekstensibilitas dan elastisitas otot lurik
dengan lebar sesuai lebar usus halus (selalu
ditetesi larutan Ringer). Usus halus dipotong
sesuai ukuran potongan otot rectus
abdominalis