Anda di halaman 1dari 19

RESPIRASI

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia
dibina oleh Prof. Dr. Abdul Gofur, M.Si dan Wira Eka Putra, S.Si., M.Med.Sc.

Oleh :
Offering C/ Kelompok 2
Alfanny Abied Maulana S. (180341617546)
Caroline Densenlina K. (180341600134)
Hapsari Kamaratih K. (180341617581)
Laurenz Mega K. (180341617531)
Murniati Agustin (180341617524)
Siti Widyawati (180341617501)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2020
A. Hari dan Tanggal Kegiatan
Hari : Rabu
Tanggal : 11 Maret 2020
B. Dasar Teori
Pernafasan adalah proses pertukaran gas yang terjadi antara mahkluk hidup
dengan lingkungannya. Berdasarkan suatu penelitian medis, jumlah pernafasan yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai penanda disfungsi paru-paru (Das, 2013).
Pernafasan berhubungan dengan sistem respirasi. Sistem respirasi merupakan proses
perombakan makanan menggunakan oksigen sehingga diperoleh energi dan karbon
dioksida (CO2). Proses respirasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu respirasi yang
membutuhkan oksigen, disebut juga respirasi aerob dan respirasi yang tidak
membutuhkan oksigen, disebut juga respirasi anaerob (Rahmat, 2007).
Peran dari sistem respirasi yaitu untuk mengelola pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah. Selain itu juga dapat digunakan untuk
pertukaran gas, sistem kardiovaskular dan sistem respirasi. Sistem pernapasan
memiliki dua fungsi terpisah yaitu ventilasi dan respirasi (Handoko, 2001). Respirasi
dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu repirasi internal dan repirasi eksternal.
respirasi internal merupakan proses pertukaran gas antara darah dan sel jaringan
Respirasi internal (pernapasan selular) dapat berlangsung diseluruh sistem tubuh.
Struktur utama sistem pernapasan terdiri dari saluran nafas atas, saluran napas bawah,
dan paru-paru (parenkim paru). Sedangkan Respirasi eksternal merupakan proses
pertukaran gas antara darah dan atmosfer (Molenaar, 2014).
Saluran pada system respirasi meliputi, nares, hidung bagian luar, hidung bagian
dalam (internal nose), sinus paranasal, faring, laring. Saluran napas bawah terdiri dari
trakea, bronki dan bronkioli. Parenkim paru dapat diartikan sebagai organ berupa
kumpulan alveoli yang mengelilingi cabang-cabang bronkus. Paru kanan terdiri atas tiga
bagian, yaitu lobus atas kanan, lobus tengah kanan, dan lobus bawah kanan. Setiap lobus
mempunyai bronkus lobus. Paru kiri memiliki dua lobus, yaitu lobus atas kiri dan lobus
bawah kiri serta setiap lobus mempunyai bronkus lobus seperti pada paru kanan
(Guyton, 2007 ; Djojodibroto, 2009). Pada paru-paru terdapat volume dinamis pasa saat
proses respirasi. Volume dinamis pada paru-paru dapat dibedakan menjadi Forced Vital
Capacity (FVC) dan Forced Expired Volume in one second (FEV-1). Forced Vital
Capacity (FVC) adalah volume udara maskimum yang dapat dihembuskan secara paksa,
dan dapat diketahui kapasitas vitalnya . Secara umum dapat dicapai dalam 3 detik serta
nilai normalnya sebanyak 4 liter. Kemudian yaitu Forced Expired Volume in one second
(FEV-1) yang dapat diartikan sebagai volume udara yang dihembuskan paksa pada satu
detik pertama. Nilai normalnya 3,2 liter. Umumnya orang yang sehat dapat
menghembuskan 75-80% atau lebih FVC dalam satu detik (Miller. et al, 2005; West,
2003).
Kapasitas dari paru-paru dapat dihitung dengan cara menjumlah semua volume
udara paru-paru. Pada paru-paru terdiri dari kapasitas inspiratori, kapasitas residu
fungsional, kapasitas vital dan kapasitas total. Kapasitas inspiratori merupakan
keseluruhan kemampuan inspiratori paru-paru, yaitu jumlah volume udara tidal serta
volume udara cadangan inspiratori = 500 ml + 3.100 ml = 3.600 ml. Kapasitas residu
fungsional ialah jumlah volume udara residu + volume udara cadangan ekspiratori =
2.400 ml. Kemudian, kapasitas vital adalah volume udara cadangan inspiratori +
volume udara tidal + volume udara cadangan ekspiratori = 4.800ml. Selanjutnya yaitu
kapasitas total paru-paru, yang berarti jumlah semua volume udara, yaitu = 6.00 0ml
(Soewolo, 2003).
Pada keadaan normal, umumnya kegiatan inspirasi dan ekspirasi dalam bernapas
hanya menggunakan sekitar 500 cc volume dari udara pernapasan (kapasitas tidal = ±
500cc ) . Proses Ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma yang
kembali pada posisi semula dan mengembang, sehingga rongga dada mengecil serta
tekanan menjadi lebih besar. Hal ini menyebabkan udara dapat keluar dari paru-paru
(Mrwaldi, 2009). Pada setiap orang memiliki perbedaan frekuensi irama pernafasan
yang berbeda. Perbedaan frekuensi irama pernafasan dapat disebabkan karena jenis
kelamin, faktor usia dan berat tubuh. Irama dasar respirasi dapat ditentukan oleh
sistem saraf. Otot pernafasan mempengaruhi ukuran dari rongga dada. Otot-otot
pernafasan berkontraksi dan relaksasi sebagai respon dari impuls saraf yang
ditransmisi dari pusat di otak (Soewolo, 2003).
C. Alat dan Bahan
Alat :
- Gelas piala 100 ml
- Neraca analitik
- Pipet tetes
- Respirometer
- Kawat kecil
- Spatula
- Jarum suntik
Bahan :
- Kristak KOH
- Kapas
- Mencit
- Vaselin
- Kain kassa
- Pewarna makanan
- Wadah plastik
D. Prosedur Kerja

Ditimbang kristal KOH seberat 3,25 gram atau 3,5 gram

Dibungkus kristal KOH yang sudah ditimbang dengan kapas dan kain
kasa, kemudian diletakkan di dasar botol alat respirasi mencit. Diberi
pembatas dengan menggunakan kawat kecil.

Dilarutkan pewarna makanan 1 tetes dengan air 20 ml


Ditimbang berat badan mencit yang akan diukur laju respirasinya pada
masing-masing mencit.

Dimasukkan mencit ke dalam botol dan menutup botol dengan pipa


berskala. Dioleskan vaselin pada pinggir tutup botol.

Dimasukkan larutan pewarna makanan menggunakan jarum suntik ke


dalam pipa berskala dimulai dari 0.

Dihidupkan stopwatch untuk melihat berapa lama waktu yang diperlukan


untuk larutan dapat berpindah sampai pada skala akhir yaitu 0,9 ml.
Dicatat hasilnya dan diulangi dengan mencit yang berbeda.

Dilakukan pengukuran volume pernapasan pada manusia. Langkah 1


dihirup udara dengan inspirasi normal, kemudian dihembuskan sekuat
mungkin udara pada spirometer. Angka pada spirometer yang terbaca
menunjukkan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Diulangi 3
kali dan diambil rata-ratanya.

Langkah 2 dihembuskan udara dengan ekspirasi normal, kemudian


dihembuskan lagi udara sekuat mungkin. Ini adalah cadangan ekspirasi.
Diulangi 3 kali dan diambil rata-ratanya.

Langkah 3 diikurangkan langkah 1 dan 2 makan diperoleh volume tidal.


Langkah 4 dihembuskan sebanyak mungkin udara setelah bernapas
dalam-dalam. Diulangi 3 kali dan dirata-ratakan maka diperoleh kapasitas
vital.

Dikurangkan hasil langkah 4 dengan langkah 1 maka diperoleh volume


cadangan inspirasi.

Dilakukan percobaan irama pernapasan manusia. Langkah 1 pelaku


duduk santai, dihitung frekuensi pernapasannya dalam 1 menit.

Langkah 2, pelaku bernapas dengan cepat selama 1 menit setelah itu


bernapas normal selama 1 menit, dihitung frekuensi pernapasan per menit

Langkah 3, pelaku memegang kantung plastik sedemikian rupa sehingga


mulut dan hidung berada di dalam kantung. Pelaku bernafas selama 2
menit. Dihitung frekuensi pernapasan per menit di luar kantung

Langkah 4, pelaku lari di tempat 60 langkah, setelah itu duduk di kursi,


dihitung frekuensi pernapasannya per menit.

Langkah 5, diulangi langkah 1 – 4, setiap kali selesai melakukan kegiatan


pelaku menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama
mungkin sampai pelaku harus bernapas lagi, dicatat waktunya.
Diulangi langkah 5, tetapi pelaku mrnghembuskan napas panjang, dicatat
hasilnya.

E. Data Pengamatan

1. Percobaan mengukur laju respirasi pada mencit

Tabel Hasil Pengamatan Laju Respirasi pada Mencit

No No mencit Berat mencit Waktu yang Laju respirasi Keterangan


(g) dibutuhkan (ml/)
(s)
Kelompok Mencit BB Kecil
1 1 24,94 42,82 0,021
2 2 26,77 24,71 0,036
3 3 23,16 55,57 0,016
4 4 28,75 73 0,072
5 5 29 44 0,02
6 6 13,74 102 0,008
Rata Rata 24,392 57,017 0,025
Kelompok Mencit BB Besar
1 1 28,89 29,63 0,030
2 2 29,14 187,71 0,005
3 3 29,89 38,24 0,024
4 4 28,95 67 0,013
5 5 33 35 0,025
6 6 24,94 53 0,016
Rata Rata 29,135 68,43 0,018

2. Percobaan respirasi pada manusia

Tabel Hasil Pengamatan Volume pernafasan

No Volume Permapasan Ulangan Ke Rata Rata


yang Diukur 1 2 3
1 Volume Tidal + 3,6 Liter 3,1 liter 3,5 liter 3,4 liter
Volume cadangan
ekspirasi
2 Volume cadangan 1,6 liter 1,8 liter 1,6 liter 1,7 liter
ekspirasi
3 Volume Tidal (langkah 2 liter 1,3 liter 1,9 liter 1,7 liter
1 dikurangi 2)
4 Kapasitas Vital 4 liter 4,3 liter 4 liter 4,1 liter

5 Volume cadangan 0,4 liter 1,2 liter 0,5 liter 0,7 liter
Inspirasi (langkah 4
dikurangi 1)

Tabel Hasil Pengamatan Irama pernapasan

No Perlakuan Frekuensi Pernafasan


1 2 3
Normal (awal) Tahan nafas Hembus nafas
1 Bernafas Normal 31/Menit 32 detik 6 detik

2 Bernafas Cepat 71/Menit 38 detik 8 detik

3 Bernafas Menggunakan 21/Menit 34 detik 7 detik


kantong plastik

4 Lari di tempat 60 Langkah 53/Menit 33 detik 7 detik

F. Analisis Data
Pada praktikum respirasi diberlakulan 2 perlakuan yaitu pada mencit dan manusia
untuk mengukur Laju respirasi dari keduanya. Percobaan pertama adalah
menggunakan mencit untuk mengukur laju respirasi pada mencit. pada percobaan ini
di bagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok mencit dengan berat badan kecil dan
berat badan besar dan tiap kelompok terdapat 6 mencit dengan ukuran yang berbeda.
Pada kelompok mencit dengan berat badan kecil diperoleh data bahwa mencit
pertama mempunyai berat 24,94 gram dengan laju respirasi sekitar 0,021 Ml/detik
dan membutuhkan waktu sekitar 42,82 detik. Kemudian pada mencit kedua dengan
berat mencit 26,77 gram diperoleh laju respirasi 0,036 Ml/detik dan membutuhkan
waktu sekitar 24,71.Pada mencit ketiga dengan berat mencit 23,16 gram diperoleh
laju respirasi 0,016 ml/detik dan membutuhkan waktu 55,57 detik. Pada mencit
keempat dengan berat badan 28,75 gram diperoleh laju reaksi 0,072 dengan waktu 73
detik, sementara pada mencit ke 5 dengan berat badan 29 gram diperoleh data laju
reaksi 0,020 dengan membutuhkan waktu 44 detik, dan pada mencit ke 6 dengan
berat badan 13,74 diperoleh laju reaksi sebesar 0,008 dengan membutuhkan waktu
102 detik. Setelah semua diketahui diperoleh bahwa rata rata berat badan mencit pada
kelompok mencit dengan berat badan kecil adalah 24,393 gram dan rata rata laju
reaksinya adalah 0,025 dengan membutuhkan waktu rata rata sekitar 57,017 detik.
Pada kelompok mencit dengan berat badan besar diperoleh data bahwa mencit
pertama mempunyai berat 28,89 gram dengan laju respirasi sekitar 0,030 Ml/detik
dan membutuhkan waktu sekitar 29,63 detik. Kemudian pada mencit kedua dengan
berat mencit 29,14 gram diperoleh laju respirasi 0,005 Ml/detik dan membutuhkan
waktu sekitar 187,71.Pada mencit ketiga dengan berat mencit 29,89 gram diperoleh
laju respirasi 0,024 ml/detik dan membutuhkan waktu 38,24 detik. Pada mencit
keempat dengan berat badan 28,95 gram diperoleh laju reaksi 0,013 dengan waktu 67
detik, sementara pada mencit ke 5 dengan berat badan 33 gram diperoleh data laju
reaksi 0,025 dengan membutuhkan waktu 35 detik, dan pada mencit ke 6 dengan
berat badan 24,94 diperoleh laju reaksi sebesar 0,016 dengan membutuhkan waktu 52
detik. Setelah semua diketahui diperoleh bahwa rata rata berat badan mencit pada
kelompok mencit dengan berat badan kecil adalah 29,135 gram dan rata rata laju
reaksinya adalah 0,018 dengan membutuhkan waktu rata rata sekitar 68,43 detik.
Kemudian pada percobaan respirasi pada manusia dilakukan 2 percobaan yaitu
volume pernapasan manusia dan irama pernapasan manusia. Pada pengamatan
volume pernafasan manusia dilakukan 5 volume untuk diukur yaitu volume tidal +
colume cadangan ekspirasi, volume cadangan ekspirasi, volume tidal, kapasitas vital
dan volume cadangan inspirasi dengan 3 kali pengulangan di masing masing volume.
Pada pengamatan volume tidal + volume cadangan ekspirasi manusia diperoleh
data pada ulangan pertama sejumlah 3,6 liter, pada ulangan kedua sejumlah 3,1 liter
dan pada ulangan ketiga 3,5 liter dengan rata rata sebesar 3,4 liter. Kemudian pada
pengamatan volume cadangan ekspirasi diperoleh data pada ulangan pertama
sejumlah 1,6 liter, pada ulangan kedua sebesar 1,8 liter dan pada ulangan ketiga
sejumlah 1,6 liter dengan rata rata sebsar 1,7 liter. Pada pengamatan volume tidal
diperoleh dengan cara hasil dari volume tidal+volume cadangan ekspirasi dikurangi
volume cadangan ekspirasi pada perlakuan pertama sebsar 2 liter, pada perlakuan
kedua sebesar 1,3 liter dan pada perlakuan ketiga sebesar 1,9 liter dengan rata rata 1,7
liter. Kemudian pada pengamatan kapasitas vital diperoleh data sebesar 4 liter pada
ulangan pertama, 4,3 liter pada ulangan kedua, dan 4 liter pada ulangan ketiga dengan
rata rata 4,1 liter. Dan yang terakhir adalah pengamatan volume cadangan inspirasi
yang diperoleh dari hasil kapasitas vital dikurangi dengan hasil volume tidal +
volume cadangan ekspirasi sebesar 0,4 pada ulangan pertama, 1,2 liter pada ulangan
kedua , dan 0,5 cm pada ulangan ketiga dan mempunyai rata rata 0,7 liter.
Kemudian pada pengamatan irama pernafasan manusia diberlakukan 4 perlakuan
yaitu bernafas normal, bernafas cepat, bernafas menggunakan kantung plastik, dan
lari di tempat 60 langkah dengan 3 kali frekuensi pernafasan yaitu normal, tahan
nafas dan hembuskan nafas. Pada perlakuan bernafas dengan normal diperoleh data
ketika frekuensi pernafasan normal sebesar 31/menit, ketika tahan nafas lamanya
sekitar 32 detik dan menghembuskan nafas sekitar 6 detik lamanya. Kemudian pada
perlakuan bernafas cepat diperoleh data pada keadaaan normal dengan frekuensi
sebesar 71/menit dengan menahan nafas sekitar 38 detik dan menghembuskan nafas
sekitar 8 detik lamanya. Kemudian pada perlakuan bernafas menggunakan kantong
plastik diperoleh data dengan keadaan normal dengan frekuensi 21/menit dengan
menahan nafas sekitar 34 detik dan menghembuskan nafas sekitar 7 detik. dan yang
terakhir adalah perlakuan lari di tempat 60 langkah diperoleh data pada keadaan
normal dengan frekuensi 53/menit dan menahan nafas sekitar 33 detik dan
menghembuskan nafas sekitar 7 detik lamanya.

G. Pembahasan

Respirometer adalah alat yang digunakan sebagai pengukur laju respirasi dari
organisme maupun tumbuhan yang berukuran kecil (Sholikah et al., 2018). respiro
meter ini dapat mengukur laju konsumsi oksigen melalui pergerakan cairan aerosin
pada pipa respirometer tersebut. Yang dihitung adalah penyerapan O2 pada pipa oleh
organisme, cairan erosin pada pipa akan maju sesuai dengan pengambilan O2 tersebut
dan akan terlihat skalanya pada pipa (Suharsono et al., 2018). Agar oksigen yang
dihirup oleh organisme dapat diukur, maka gas sisa dari metabolisme berupa karbon
dioksida tersebut harus diserap atau diikat. Pengikat dari gas sisa metabolisme
tersebut adalah basa kuat KOH atau kalium hidroksida. Berikut adalah reaksi
pengikatan CO2 oleh KOH.
KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
KOH memiliki sifat higroskopis dimana sangan mudah untuk mengikat uap air.
Saat KOH sudah banyak menyerap uap air maka penyerapannya terhadap CO2 akan
menurun, oleh sebab itu dilakukan pembungkusan pada KOH tersebut untuk
menghindari KOH mengikat uap air terlalu banyak (Bakri et al., 2017).Untuk
menghindari kebocoran, dialukan pengolesan vaselin dan pemberian plastisin pada
sambungan anatar pipa dengan botol respirometer tersebut (Suharsono et al., 2018).
Pada percobaan yang telah dilakukan terlihat bahwa mencit dengan berat badan
besar memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan dengan mencit yang
memiliki berat badan kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agung (2018), bahwa
semakin besar ukuran organisme maka semakin lambat laju repirasinya. Hal ini
disebabkan oleh saat suatu organisme memiliki ukuran tubuh yang besar maka ia
cenderung diam, meskipun berat dan besarnya tubuh mempengaruhi laju metabolisme
yang otomatis juga mempengaruhi laju respirasi yang menjadi cepay namun hal ini
tidak akan berpengaruh saat organisme tersebut dalam keadaan diam karena laju
,etabolisme dan repirasimya akan terkontrol dengan teratur. Karena diam tersebut,
maka aktivitas dari organisme akan berkurang, saat organisme beraktofitas maka akan
mempengarusi suhu tubuh yang akan meningkat sejalan dengan banyaknya aktivitas,
aktivitas yang dilakukan jug amembutuhkan energi sehingga semakin banyk aktivitas
yang dilakukan oleh organisme maka semakin besar pula laju respirasinya.
Pada beberapa mencit hal ini tidak berlaku, mencit dengan ukuran lebih besar
memiliki laju respirasi yang lebih cepat. Hal ini karena faktor laju respirasi dari
organisme tidak hanya berat badan. Menurut Isnaeni (2006), laju respirasi dari
organisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, suhu, usia, berat
badan, aktivitas, dan emosi. Usia menjadi salah satu faktor yang mempengarusi laju
respirasi karena semakin tua maka terjadi penurunan regenerasi sel tubuh, sehingga
semakin tua usia organisme maka semakin sedikit aktivitas respirasi yang dilakukan.
Organisme betina memiliki laju respirasi yang lebih cepat karena betina meiliki
sistem hormonal lebih kompleks apabila dibandingkan dengan organisme jantan.
Suhu menjadi salah satu faktor karena pada saat suhu tinggi diperlukan H2O yang
dihasilakan dari respirasi untuk menurunkan suhu internal tubuh, sehingga semakin
tinggi suhu tubuh maka tingkat respirasi akan semakin besar pula. Saat organisme
melakukan aktivitas maka diperlukan pula energi, oleh sebab itu hubungan antara
aktivitas dengan repirasi juga berbabnding lurus. Faktor yang terakhir adalah emosi,
diaman semakin tinggi emosi maka semakin cepat laju respirasi.
Respirasi merupakan serangkaian peristiwa pertukaran antara oksigen di udara
dengan karbondioksida yang bertujuan untuk metabolisme tubuh. Oksigen yang
diperoleh melalui respirasi digunakan sel-sel untuk pembakaran zat makanan di
dalam tubuh. Alat dan mekanime pernapasan setiap makhluk hidup tidaklah sama,
contohnya antara vertebrata dan invertebrate (Waluyo, 2010).
Pada praktikum respirasi digunakan alat spirometer. Spirometer adalah alat untuk
mengukur volume dari pernafasan (Vanputte et al, 2016). Hasil dari volume
pernafasan bisa digunakan untuk mengetahui kesehatan paru-paru dari individu.
Setelah dilakukan percobaan praktikum respirasi, diperoleh hasil rerata volume
cadangan ekspirasi dan volume tidal setelah tiga kali pengulangan. Rerata volume
cadangan ekspirasi yaitu sebesar 1700 ml. Hal ini tidak sesuai dengan literature
menurut Silverthorn (2010), bahwa volume cadangan eskpirasi manusia umumnya
1100 ml. Sedangkan volume tidal yang diperoleh yaitu sebesar 1700 ml. Hasil ini
juga tidak sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa volume tidal normal
umunya adalah 500 ml (Silverthorn, 2010).
Setelah dilakukan pengukuran volume cadangan ekspirasi dan volume tidal,
dilakukan pengukuran kapasitas vital dan volume cadangan ekspirasi dengan tiga kali
pengulangan. Kapasitas vital merupakan total jumlah dari volume cadangan inspirasi,
volume tidal, dan volume ekspirasi. Hasil dari rerata volume kapasitas vital yaitu
sebesar 4100 ml. Hal ini tidak sesuai dengan literature menurut Vanputte et al (2016),
yang menyatakan bahwa volume tidal atau volume maksimal yang dapat dikeluarkan
setelah inspirasi maksimal yaitu sebesar 4600 ml. Selanjutnya hasil dari volume
cadangan inspirasi yang diperoleh adalah 700 ml. Hal ini juga tidak sesuai dengan
literature yang menyatakan bahwa volume cadangan inspirasi secara umum yaitu
sebesar 3000 ml (Silverthorn, 2010).
Dari serangkaian praktikum untuk uji respirasi, hasil atau data yang diperoleh
tidak sesuai dengan literature. Hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
usia, jenis kelamin, dan ukuran tubuh. Menurut Vanputte et al (2016), faktor yang
dapat memengaruhi volume dan kapasitas respirasi adalah usia, jenis kelamin, dan
ukuran tubuh. Misalnya kapasitas vital pria dewasa lebih tinggi 20-25% dibanding
kapasitas vital perempuan dewasa (Lutfi, 2017). Selain itu, kapasitas vital dari orang
pendek biasanya lebih rendah dibanding dengan kapasitas vital dari orang yang tinggi
(Adesola et al, 2013). Oleh karena itu, dari beberapa faktor tersebut dapat
menyebabkan perbedaan volume dan kapasitas respirasi antara individu satu dengan
lainnya.
Pada praktikum irama pernapasan, saat dilakuakn parnapasan normal dalam satu
menit diperoleh hasil yaitu sebesar 31. Hal ini tidak sesuai dengan literatur menurut
Vanputte et al (2016), yang menyatakan frekuensi pernafasan normal orang dewasa
yaitu berkisar antara 12 hingga 20 permenit. Praktikum irama pernapasan selanjutnya
dilakuakan dengan bernapas secara cepat, bernapas setelah lari di tempat selama 60
detik, dan bernapas menggunakan kantung plastic. Hasilnya irama pernapasan
meningkat saat bernapas cepat dan setelah berlari. Hal ini sesuai dengan literature
bahwa laju pernafasan bisa meningkat jika ada stimulus dari otot. Laju pernafasan
dikendalikan oleh neuron pada medulla oblongata yang distimulasi oleh otot-otot
pernapasan (Vanputte et al, 2016). Sedangkan setelah bernapas dengan kantung
plastic lalu bernapas biasa, maka laju pernapasan menurun. Hal ini disebabkan karena
saraf pernapasan dirangsang dari stimulus kadar karbondioksida. Jika kaadar karbon
dioksida tinggi maka akan mengakibatkan irama pernapasan menurun. Selain itu,
menurut Waluyo (1993), laju pernapasan seseorang dipengaruhi beberapa faktor
seperti umur, jenis kelamin, posisi tubuh, suhu tubuh, dan kegiatan tubuh.
H. Kesimpulan
1. Untuk menentukan volume tidal, volume cadangan ekspirasi, kapasitas
vital, dan volume cadangan inspirasi dapat dilakukan dengan
menggunakan spirometer. Berdasarkan praktikum, diketahui bahwa
volume cadangan ekspirasi sebesar 1,7 liter, volume tidal sebesar 1,7 liter,
kapasitas vital sebesar 4,1 liter, dan volume cadangan inspirasi sebesar 0,7
liter.
2. Berdasarkan praktikum diketahui bahwa frekuensi pernapasan pada setiap
jenis aktivitas dan setiap orang berbeda. Hal ini dikarenakan irama
pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin,
suhu tubuh, posisi tubuh, dan aktivitas tubuh atau kebiasaan berolahraga.
3. Berdasarkan praktikum telah diketahui bahwa semakin lelah tubuh
seseorang, maka kandungan dalam udara ekspirasi semakin tinggi
dari pada kondisi normal.
4. Berdasarkan praktikum, dapat diketahui bahwa semakin kecil berat badan
mencit, laju respirasinya semakin cepat dan sebaliknya.
I. Lampiran

Dimasukkan mencit ke Diukur laju respirasi Diukur laju respirasi


dalam respirometer mencit dengan mencit dengan
respirometer respirometer

Dioleskan vaseline pada Lari di tempat 60 langkah Menghembuskan udara


bibir respirometer dan pernapasan pada
pinggir tutup botol spirometer

Bernafas normal Bernafas menggunakan Pengukuran volume


kantong plastik pernapasan dengan
spirometer
Pengukuran volume Pengukuran volume Pengukuran volume
pernapasan dengan pernapasan dengan pernapasan dengan
spirometer spirometer spirometer

Pengukuran volume Pengukuran volume Pengukuran volume


pernapasan dengan pernapasan dengan pernapasan dengan
spirometer spirometer spirometer

Pengukuran volume Pengukuran volume Pengukuran volume


pernapasan dengan pernapasan dengan pernapasan dengan
spirometer spirometer spirometer

Pengukuran volume Pengukuran volume Pengukuran volume


pernapasan dengan pernapasan dengan pernapasan dengan
spirometer spirometer spirometer

J. Daftar Pustaka

Adesola, O. O., Adeniran, S. A., Olubayo, F., & Onagbiye, S. 2013. Relationship
between body circumferences and lung function tests among undergraduate
students of a Nigerian university. Journal of Physiology. 9(1):3–6.

Agung Nugroho, Rudy. 2018. Mengenal Mencit Sebagai Hewan Laboratorium.


Mulawarman University Press. Samarinda

Bakri, Ali, Mohammad Kanedi, dan Endang Pujiliningsih. 2017. Alternatif Bahan
Pembungkus Kalium Hidroksida (KOH) dalam Penyerapan O2 dalam
Percobaan Respirasi. Jurnal Penelitian Sains Volume 19 Nomor 1 Januari 2017

Das, Souvik. 2013. Development Of A Respiration Rate Meter –A Low-Cost Design


Approach. An International Journal (AIJ). Vol 2 No 2.

Djojodibroto D.2009. Respirologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Guyton & Hall.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.

Handoko. 2001. Sistem Pernapasan Manusia. Jakarta: Esis.


Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius

Lutfi, M. F. 2017. The physiological basis and clinical significance of lung volume
measurements. Multidisciplinary Respiratory Medicine. Volume 12, No 3.

Molenaar . 2014. Forced Expiratory Volume In One Second (Fev-1) Pada Penduduk
Yang Tinggal Di Dataran Tinggi. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 2, No
3.

Silverthorn, D. U. 2010. Human Physiology, 5th Edition. USA: Pearson Benjamin


Cummings

Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sholikah, Nur, Kurnia Widi Rahmawati, Setiyo Prajoko. 2018. PENGEMBANGAN


RESPIROMETER SEDERHANA DARI BAHAN DAUR ULANG.
Indonesian Journal of Natural Science Education (IJNSE) Volume 01, Nomor
01, 2018, pp: 41-47 p-ISSN: 2621-8747, e-ISSN : 2621- 8755

Suharsono, Liah badriah, Dani Ramdani. PERBEDAAN JUMLAH KONSUMSI


OKSIGEN (O2) PADA RESPIRASI BERBAGAI HEWAN
INVERTEBRATA KELAS INSEKTA. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husa
hal. 212-220

Rahmat. 2007. Biologi Universitas. Jakarta: Gramedia.

M.R. Miller, R. Crapo, J. Hankinson, V. Brusasco, F. Burgos, R. Casaburi, et


al.2005.General considerations for lung function testing. Eur Respir J ; 26
p.153-161.

Mrwaldi. 2009. Sistem Respirasi Pada Manusia. [online].


http://doc/23376022/Sistem-Pernafasan-Inspirasi- Dan-Ekspirasi. Diakses
pada tanggal 15 Maret 2020.
Vanputte, C., Regan, J., & Russo, A. 2016. Seeley’s Anatomy and Physiology. 9th
Edition. USA: McGraw-Hill.

Waluyo, Joko. 1993. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jember: Universitas Negeri
Jember.

Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember: Universitas Negeri Jember.

West J.B. 2003. Respiratory Physiology, 6th ed. Baltimore: Williams and Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai