LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia
dibina oleh Prof. Dr. Abdul Gofur, M.Si dan Wira Eka Putra, S.Si., M.Med.Sc.
Oleh :
Offering C/ Kelompok 2
Alfanny Abied Maulana S. (180341617546)
Caroline Densenlina K. (180341600134)
Hapsari Kamaratih K. (180341617581)
Laurenz Mega K. (180341617531)
Murniati Agustin (180341617524)
Siti Widyawati (180341617501)
Dibungkus kristal KOH yang sudah ditimbang dengan kapas dan kain
kasa, kemudian diletakkan di dasar botol alat respirasi mencit. Diberi
pembatas dengan menggunakan kawat kecil.
E. Data Pengamatan
5 Volume cadangan 0,4 liter 1,2 liter 0,5 liter 0,7 liter
Inspirasi (langkah 4
dikurangi 1)
F. Analisis Data
Pada praktikum respirasi diberlakulan 2 perlakuan yaitu pada mencit dan manusia
untuk mengukur Laju respirasi dari keduanya. Percobaan pertama adalah
menggunakan mencit untuk mengukur laju respirasi pada mencit. pada percobaan ini
di bagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok mencit dengan berat badan kecil dan
berat badan besar dan tiap kelompok terdapat 6 mencit dengan ukuran yang berbeda.
Pada kelompok mencit dengan berat badan kecil diperoleh data bahwa mencit
pertama mempunyai berat 24,94 gram dengan laju respirasi sekitar 0,021 Ml/detik
dan membutuhkan waktu sekitar 42,82 detik. Kemudian pada mencit kedua dengan
berat mencit 26,77 gram diperoleh laju respirasi 0,036 Ml/detik dan membutuhkan
waktu sekitar 24,71.Pada mencit ketiga dengan berat mencit 23,16 gram diperoleh
laju respirasi 0,016 ml/detik dan membutuhkan waktu 55,57 detik. Pada mencit
keempat dengan berat badan 28,75 gram diperoleh laju reaksi 0,072 dengan waktu 73
detik, sementara pada mencit ke 5 dengan berat badan 29 gram diperoleh data laju
reaksi 0,020 dengan membutuhkan waktu 44 detik, dan pada mencit ke 6 dengan
berat badan 13,74 diperoleh laju reaksi sebesar 0,008 dengan membutuhkan waktu
102 detik. Setelah semua diketahui diperoleh bahwa rata rata berat badan mencit pada
kelompok mencit dengan berat badan kecil adalah 24,393 gram dan rata rata laju
reaksinya adalah 0,025 dengan membutuhkan waktu rata rata sekitar 57,017 detik.
Pada kelompok mencit dengan berat badan besar diperoleh data bahwa mencit
pertama mempunyai berat 28,89 gram dengan laju respirasi sekitar 0,030 Ml/detik
dan membutuhkan waktu sekitar 29,63 detik. Kemudian pada mencit kedua dengan
berat mencit 29,14 gram diperoleh laju respirasi 0,005 Ml/detik dan membutuhkan
waktu sekitar 187,71.Pada mencit ketiga dengan berat mencit 29,89 gram diperoleh
laju respirasi 0,024 ml/detik dan membutuhkan waktu 38,24 detik. Pada mencit
keempat dengan berat badan 28,95 gram diperoleh laju reaksi 0,013 dengan waktu 67
detik, sementara pada mencit ke 5 dengan berat badan 33 gram diperoleh data laju
reaksi 0,025 dengan membutuhkan waktu 35 detik, dan pada mencit ke 6 dengan
berat badan 24,94 diperoleh laju reaksi sebesar 0,016 dengan membutuhkan waktu 52
detik. Setelah semua diketahui diperoleh bahwa rata rata berat badan mencit pada
kelompok mencit dengan berat badan kecil adalah 29,135 gram dan rata rata laju
reaksinya adalah 0,018 dengan membutuhkan waktu rata rata sekitar 68,43 detik.
Kemudian pada percobaan respirasi pada manusia dilakukan 2 percobaan yaitu
volume pernapasan manusia dan irama pernapasan manusia. Pada pengamatan
volume pernafasan manusia dilakukan 5 volume untuk diukur yaitu volume tidal +
colume cadangan ekspirasi, volume cadangan ekspirasi, volume tidal, kapasitas vital
dan volume cadangan inspirasi dengan 3 kali pengulangan di masing masing volume.
Pada pengamatan volume tidal + volume cadangan ekspirasi manusia diperoleh
data pada ulangan pertama sejumlah 3,6 liter, pada ulangan kedua sejumlah 3,1 liter
dan pada ulangan ketiga 3,5 liter dengan rata rata sebesar 3,4 liter. Kemudian pada
pengamatan volume cadangan ekspirasi diperoleh data pada ulangan pertama
sejumlah 1,6 liter, pada ulangan kedua sebesar 1,8 liter dan pada ulangan ketiga
sejumlah 1,6 liter dengan rata rata sebsar 1,7 liter. Pada pengamatan volume tidal
diperoleh dengan cara hasil dari volume tidal+volume cadangan ekspirasi dikurangi
volume cadangan ekspirasi pada perlakuan pertama sebsar 2 liter, pada perlakuan
kedua sebesar 1,3 liter dan pada perlakuan ketiga sebesar 1,9 liter dengan rata rata 1,7
liter. Kemudian pada pengamatan kapasitas vital diperoleh data sebesar 4 liter pada
ulangan pertama, 4,3 liter pada ulangan kedua, dan 4 liter pada ulangan ketiga dengan
rata rata 4,1 liter. Dan yang terakhir adalah pengamatan volume cadangan inspirasi
yang diperoleh dari hasil kapasitas vital dikurangi dengan hasil volume tidal +
volume cadangan ekspirasi sebesar 0,4 pada ulangan pertama, 1,2 liter pada ulangan
kedua , dan 0,5 cm pada ulangan ketiga dan mempunyai rata rata 0,7 liter.
Kemudian pada pengamatan irama pernafasan manusia diberlakukan 4 perlakuan
yaitu bernafas normal, bernafas cepat, bernafas menggunakan kantung plastik, dan
lari di tempat 60 langkah dengan 3 kali frekuensi pernafasan yaitu normal, tahan
nafas dan hembuskan nafas. Pada perlakuan bernafas dengan normal diperoleh data
ketika frekuensi pernafasan normal sebesar 31/menit, ketika tahan nafas lamanya
sekitar 32 detik dan menghembuskan nafas sekitar 6 detik lamanya. Kemudian pada
perlakuan bernafas cepat diperoleh data pada keadaaan normal dengan frekuensi
sebesar 71/menit dengan menahan nafas sekitar 38 detik dan menghembuskan nafas
sekitar 8 detik lamanya. Kemudian pada perlakuan bernafas menggunakan kantong
plastik diperoleh data dengan keadaan normal dengan frekuensi 21/menit dengan
menahan nafas sekitar 34 detik dan menghembuskan nafas sekitar 7 detik. dan yang
terakhir adalah perlakuan lari di tempat 60 langkah diperoleh data pada keadaan
normal dengan frekuensi 53/menit dan menahan nafas sekitar 33 detik dan
menghembuskan nafas sekitar 7 detik lamanya.
G. Pembahasan
Respirometer adalah alat yang digunakan sebagai pengukur laju respirasi dari
organisme maupun tumbuhan yang berukuran kecil (Sholikah et al., 2018). respiro
meter ini dapat mengukur laju konsumsi oksigen melalui pergerakan cairan aerosin
pada pipa respirometer tersebut. Yang dihitung adalah penyerapan O2 pada pipa oleh
organisme, cairan erosin pada pipa akan maju sesuai dengan pengambilan O2 tersebut
dan akan terlihat skalanya pada pipa (Suharsono et al., 2018). Agar oksigen yang
dihirup oleh organisme dapat diukur, maka gas sisa dari metabolisme berupa karbon
dioksida tersebut harus diserap atau diikat. Pengikat dari gas sisa metabolisme
tersebut adalah basa kuat KOH atau kalium hidroksida. Berikut adalah reaksi
pengikatan CO2 oleh KOH.
KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
KOH memiliki sifat higroskopis dimana sangan mudah untuk mengikat uap air.
Saat KOH sudah banyak menyerap uap air maka penyerapannya terhadap CO2 akan
menurun, oleh sebab itu dilakukan pembungkusan pada KOH tersebut untuk
menghindari KOH mengikat uap air terlalu banyak (Bakri et al., 2017).Untuk
menghindari kebocoran, dialukan pengolesan vaselin dan pemberian plastisin pada
sambungan anatar pipa dengan botol respirometer tersebut (Suharsono et al., 2018).
Pada percobaan yang telah dilakukan terlihat bahwa mencit dengan berat badan
besar memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan dengan mencit yang
memiliki berat badan kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agung (2018), bahwa
semakin besar ukuran organisme maka semakin lambat laju repirasinya. Hal ini
disebabkan oleh saat suatu organisme memiliki ukuran tubuh yang besar maka ia
cenderung diam, meskipun berat dan besarnya tubuh mempengaruhi laju metabolisme
yang otomatis juga mempengaruhi laju respirasi yang menjadi cepay namun hal ini
tidak akan berpengaruh saat organisme tersebut dalam keadaan diam karena laju
,etabolisme dan repirasimya akan terkontrol dengan teratur. Karena diam tersebut,
maka aktivitas dari organisme akan berkurang, saat organisme beraktofitas maka akan
mempengarusi suhu tubuh yang akan meningkat sejalan dengan banyaknya aktivitas,
aktivitas yang dilakukan jug amembutuhkan energi sehingga semakin banyk aktivitas
yang dilakukan oleh organisme maka semakin besar pula laju respirasinya.
Pada beberapa mencit hal ini tidak berlaku, mencit dengan ukuran lebih besar
memiliki laju respirasi yang lebih cepat. Hal ini karena faktor laju respirasi dari
organisme tidak hanya berat badan. Menurut Isnaeni (2006), laju respirasi dari
organisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, suhu, usia, berat
badan, aktivitas, dan emosi. Usia menjadi salah satu faktor yang mempengarusi laju
respirasi karena semakin tua maka terjadi penurunan regenerasi sel tubuh, sehingga
semakin tua usia organisme maka semakin sedikit aktivitas respirasi yang dilakukan.
Organisme betina memiliki laju respirasi yang lebih cepat karena betina meiliki
sistem hormonal lebih kompleks apabila dibandingkan dengan organisme jantan.
Suhu menjadi salah satu faktor karena pada saat suhu tinggi diperlukan H2O yang
dihasilakan dari respirasi untuk menurunkan suhu internal tubuh, sehingga semakin
tinggi suhu tubuh maka tingkat respirasi akan semakin besar pula. Saat organisme
melakukan aktivitas maka diperlukan pula energi, oleh sebab itu hubungan antara
aktivitas dengan repirasi juga berbabnding lurus. Faktor yang terakhir adalah emosi,
diaman semakin tinggi emosi maka semakin cepat laju respirasi.
Respirasi merupakan serangkaian peristiwa pertukaran antara oksigen di udara
dengan karbondioksida yang bertujuan untuk metabolisme tubuh. Oksigen yang
diperoleh melalui respirasi digunakan sel-sel untuk pembakaran zat makanan di
dalam tubuh. Alat dan mekanime pernapasan setiap makhluk hidup tidaklah sama,
contohnya antara vertebrata dan invertebrate (Waluyo, 2010).
Pada praktikum respirasi digunakan alat spirometer. Spirometer adalah alat untuk
mengukur volume dari pernafasan (Vanputte et al, 2016). Hasil dari volume
pernafasan bisa digunakan untuk mengetahui kesehatan paru-paru dari individu.
Setelah dilakukan percobaan praktikum respirasi, diperoleh hasil rerata volume
cadangan ekspirasi dan volume tidal setelah tiga kali pengulangan. Rerata volume
cadangan ekspirasi yaitu sebesar 1700 ml. Hal ini tidak sesuai dengan literature
menurut Silverthorn (2010), bahwa volume cadangan eskpirasi manusia umumnya
1100 ml. Sedangkan volume tidal yang diperoleh yaitu sebesar 1700 ml. Hasil ini
juga tidak sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa volume tidal normal
umunya adalah 500 ml (Silverthorn, 2010).
Setelah dilakukan pengukuran volume cadangan ekspirasi dan volume tidal,
dilakukan pengukuran kapasitas vital dan volume cadangan ekspirasi dengan tiga kali
pengulangan. Kapasitas vital merupakan total jumlah dari volume cadangan inspirasi,
volume tidal, dan volume ekspirasi. Hasil dari rerata volume kapasitas vital yaitu
sebesar 4100 ml. Hal ini tidak sesuai dengan literature menurut Vanputte et al (2016),
yang menyatakan bahwa volume tidal atau volume maksimal yang dapat dikeluarkan
setelah inspirasi maksimal yaitu sebesar 4600 ml. Selanjutnya hasil dari volume
cadangan inspirasi yang diperoleh adalah 700 ml. Hal ini juga tidak sesuai dengan
literature yang menyatakan bahwa volume cadangan inspirasi secara umum yaitu
sebesar 3000 ml (Silverthorn, 2010).
Dari serangkaian praktikum untuk uji respirasi, hasil atau data yang diperoleh
tidak sesuai dengan literature. Hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
usia, jenis kelamin, dan ukuran tubuh. Menurut Vanputte et al (2016), faktor yang
dapat memengaruhi volume dan kapasitas respirasi adalah usia, jenis kelamin, dan
ukuran tubuh. Misalnya kapasitas vital pria dewasa lebih tinggi 20-25% dibanding
kapasitas vital perempuan dewasa (Lutfi, 2017). Selain itu, kapasitas vital dari orang
pendek biasanya lebih rendah dibanding dengan kapasitas vital dari orang yang tinggi
(Adesola et al, 2013). Oleh karena itu, dari beberapa faktor tersebut dapat
menyebabkan perbedaan volume dan kapasitas respirasi antara individu satu dengan
lainnya.
Pada praktikum irama pernapasan, saat dilakuakn parnapasan normal dalam satu
menit diperoleh hasil yaitu sebesar 31. Hal ini tidak sesuai dengan literatur menurut
Vanputte et al (2016), yang menyatakan frekuensi pernafasan normal orang dewasa
yaitu berkisar antara 12 hingga 20 permenit. Praktikum irama pernapasan selanjutnya
dilakuakan dengan bernapas secara cepat, bernapas setelah lari di tempat selama 60
detik, dan bernapas menggunakan kantung plastic. Hasilnya irama pernapasan
meningkat saat bernapas cepat dan setelah berlari. Hal ini sesuai dengan literature
bahwa laju pernafasan bisa meningkat jika ada stimulus dari otot. Laju pernafasan
dikendalikan oleh neuron pada medulla oblongata yang distimulasi oleh otot-otot
pernapasan (Vanputte et al, 2016). Sedangkan setelah bernapas dengan kantung
plastic lalu bernapas biasa, maka laju pernapasan menurun. Hal ini disebabkan karena
saraf pernapasan dirangsang dari stimulus kadar karbondioksida. Jika kaadar karbon
dioksida tinggi maka akan mengakibatkan irama pernapasan menurun. Selain itu,
menurut Waluyo (1993), laju pernapasan seseorang dipengaruhi beberapa faktor
seperti umur, jenis kelamin, posisi tubuh, suhu tubuh, dan kegiatan tubuh.
H. Kesimpulan
1. Untuk menentukan volume tidal, volume cadangan ekspirasi, kapasitas
vital, dan volume cadangan inspirasi dapat dilakukan dengan
menggunakan spirometer. Berdasarkan praktikum, diketahui bahwa
volume cadangan ekspirasi sebesar 1,7 liter, volume tidal sebesar 1,7 liter,
kapasitas vital sebesar 4,1 liter, dan volume cadangan inspirasi sebesar 0,7
liter.
2. Berdasarkan praktikum diketahui bahwa frekuensi pernapasan pada setiap
jenis aktivitas dan setiap orang berbeda. Hal ini dikarenakan irama
pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin,
suhu tubuh, posisi tubuh, dan aktivitas tubuh atau kebiasaan berolahraga.
3. Berdasarkan praktikum telah diketahui bahwa semakin lelah tubuh
seseorang, maka kandungan dalam udara ekspirasi semakin tinggi
dari pada kondisi normal.
4. Berdasarkan praktikum, dapat diketahui bahwa semakin kecil berat badan
mencit, laju respirasinya semakin cepat dan sebaliknya.
I. Lampiran
J. Daftar Pustaka
Adesola, O. O., Adeniran, S. A., Olubayo, F., & Onagbiye, S. 2013. Relationship
between body circumferences and lung function tests among undergraduate
students of a Nigerian university. Journal of Physiology. 9(1):3–6.
Bakri, Ali, Mohammad Kanedi, dan Endang Pujiliningsih. 2017. Alternatif Bahan
Pembungkus Kalium Hidroksida (KOH) dalam Penyerapan O2 dalam
Percobaan Respirasi. Jurnal Penelitian Sains Volume 19 Nomor 1 Januari 2017
Guyton & Hall.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.
Lutfi, M. F. 2017. The physiological basis and clinical significance of lung volume
measurements. Multidisciplinary Respiratory Medicine. Volume 12, No 3.
Molenaar . 2014. Forced Expiratory Volume In One Second (Fev-1) Pada Penduduk
Yang Tinggal Di Dataran Tinggi. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 2, No
3.
Waluyo, Joko. 1993. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jember: Universitas Negeri
Jember.
West J.B. 2003. Respiratory Physiology, 6th ed. Baltimore: Williams and Wilkins.