Anda di halaman 1dari 6

Laporan Hasil Praktikum Biologi

“Respirasi”

Disusun oleh:

Kelompok 7 (XI MIPA 5)


Adinda Farizka Huayda
Denis Ramdani
Prissilia Tasya
Sulastri Aulia

SMA NEGERI 1 CIBADAK


Jl. Perintis Kemerdekaan No.72 Telp. (0266) 531001
CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI
Fax (0266) 535431/Email.smandak1cibadak@yahoo.co.id Web. www.sman1cibadak.sch.go.id
2017
Judul: Respirasi
Kelompok: 7 (Tujuh)
Nama: 1) Adinda Farizka H.
2) Denis Ramdani
3) Prissilia Tasya
4) Sulastri Aulia
Hari dan Tanggal Praktikum: Jum’at, 26 Januari 2018

A. Tujuan
- Mengetahui pernapasan pada hewan
- Mengetahui perbedaan kecepatan bernapas dalam suhu dingin dan normal
- Mengetahui perbedaan kecepatan bernapas berdasarkan bobot tubuh
- Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada hewan
saat bernapas.
- Mengetahui pengaruh berat serangga yaitu, jangkrik terhadap laju respirasi.
B. Alat dan Bahan
a. 3 ekor Jangkrik i. Kapas
b. Neraca j. KOH (Soda Api)
c. Metilen Blue k. Vaseline (Lemak)
d. Plastik Ziplock l. Stopwatch
e. Jarum suntik m. Es batu
f. Label n. Sudip
g. Bolpoin o. Tisu gulung
h. Respirometer

C. Langkah Kerja
Untuk praktikum respirasi ini, dilakukan 2 kali praktikum.

Praktek 1 : Perbandingan berdasarkan Bobot Tubuh Jangkrik


1. Untuk langkah pertama, yang harus dilakukan adalah menimbang berat tubuh
jangkrik dan plastik secara bergantian menggunakan neraca. Lalu, masukkan jangkrik
ke dalam plastik ziplock dan beri tanda pada plastik menggunakan label. (Contoh:
berat plastik 1 gram dan jangkrik 0,25 gram. Ditulis, Jangkrik 1 : 1,25).
2. Selanjutnya, set alat respirometer dan buka tabung respirometer. Siapkan kapas
secukupnya, lalu kapas dibentuk jadi pipih. Kapas yang dipipihkan tidak boleh
sampai berlubang, jika berlubang maka tambal kapas.
3. Kemudian, kapas yang sudah dibentuk pipih tersebut diisi dengan KOH seujung ibu
jari, gulung kapas dan dimasukkan ke dalam tabung respirometer.
4. Keluarkan jangkrik dari dalam plastik, kemudian masukan ke dalam tabung
respirometer yang didalamnya terdapat kapas yang sudah diisi dengan KOH.
5. Oleskan vaseline (semacam lemak) ke atas tutup kapiler, guna untuk mencegah
adanya udara luar yang masuk (kedap udara). Juga, pastikan tidak ada gelembung air
pada tabung kapiler. Jika ada gelembung air didalamnya, maka keluarkan dengan cara
ditiup, bersihkan menggunakan tisu. Set kembali alat-alat tersebut.
6. Selanjutnya, ambil metilen blue menggunakan jarum suntik, masukan metilen blue ke
dalam tabung kapiler sampai ke garis 0 mL. Jangan terlalu banyak memberikan
metilen blue. Pemberian metilen blue ini berfungsi untuk mengukur konsumsi
oksigen (O2) pada jangkrik.
7. Siapkan stopwatch, atur waktu selama 5 menit. Perhatikan perpindahan metilen blue
pada pipa kapiler setiap menitnya. Lihat juga, apakah jangkrik yang ada didalam
tabung kapiler bergerak pasif atau aktif. Karena, hal tersebut mempengaruhi
kecepatan respirasi.
8. Tuliskan hasil penelitian tersebut pada sebuah tabel.

Praktek 2 : Perbandingan berdasarkan Suhu Lingkungan (Dingin)

1. Timbang berat tubuh jangkrik dan plastik secara bergantian menggunakan neraca.
Lalu, masukkan jangkrik ke dalam plastik ziplock dan beri tanda pada plastik
menggunakan label. (Contoh: berat plastik 1 gram dan jangkrik 0,25 gram. Ditulis,
Jangkrik 1 : 1,25).
2. Selanjutnya, set alat respirometer dan buka tabung respirometer. Siapkan kapas
secukupnya, lalu kapas dibentuk jadi pipih. Kapas yang dipipihkan tidak boleh
sampai berlubang, jika berlubang maka tambal kapas.
3. Kemudian, kapas yang sudah dibentuk pipih tersebut diisi dengan KOH seujung ibu
jari, gulung kapas dan dimasukkan ke dalam tabung respirometer.
4. Keluarkan jangkrik dari dalam plastik, kemudian masukan ke dalam tabung
respirometer yang didalamnya terdapat kapas yang sudah diisi dengan KOH.
5. Oleskan vaseline (semacam lemak) ke atas tutup kapiler, guna untuk mencegah
adanya udara luar yang masuk (kedap udara). Juga, pastikan tidak ada gelembung air
pada tabung kapiler. Jika ada gelembung air didalamnya, maka keluarkan dengan cara
ditiup, bersihkan menggunakan tisu. Set kembali alat-alat tersebut.
6. Siapkan es batu dan masukan ke dalam 2 kantung plastik ziplock.
7. Tempelkan plastik ziplock yang berisi es batu ke sekitar tabung respirometer.
Kantung berisi es batu ini berperan sebagai lingkungan untuk sistem.
8. Hitung perpindahan yang terjadi dan masukan ke dalam tabel pengamatan.
D. Hasil Pengamatan

Menit
No. Suhu Hewan Rata-rata
1 2 3 4 5
Jangkrik I 0.015 0.12 0.15 0.21 0.27 0.153
1 Normal Jangkrik II 0.2 0.41 0.52 0.67 0.77 0.514
Jangkrik III 0.08 0.23 0.31 0.37 0.41 0.28
Jangkrik I 0.9 1.66 2.73 3.15 4 2.4888
2 Dingin Jangkrik II 1.05 1.69 2.43 3.05 3.57 2.358
Jangkrik III 1.04 1.75 2.61 3.28 3.9 2.516

Berat (gram)
Plastik 1
Jangkrik I 0.25
Jangkrik II 0.49
Jangkrik III 0.55

E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami menggunakan respirometer yang berfungsi untuk
mengukur laju respirasi serangga, yaitu jangkrik. Bobot tubuh jangkrik merupakan faktor
utama pada praktikum ini. Maka dari itu, sebelum melakukan praktikum, jangkrik harus
ditimbang terlebih dahulu.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah respirometer, metilen blue,
KOH/NaOH.
Serangga bernapas menggunakan trakea. Udara yang keluar-masuk tidak melalui
mulut, melainkan melalui lubang-lubang yang terdapat disepanjang sisi tubuhnya.
Lubang-lubang itu disebut stigma atau spirakel.
Pada masing-masing ruas tubuh serangga terdapat sepasang stigma, satu di
sebelah kanan dan yang satu lagi ada di sebelah kiri. Stigma selalu terbuka dan
merupakan lubang yang menuju ke pembuluh trakea. Trake bercabang-cabang sampai ke
pembuluh halus yang mencapai seluruh bagian tubuh.
Udara yang masuk melalui stigma, kemudian menyebar mengikuti cabang-cabang
pada trakea. Jadi, udara yang masuk tidak diedarkan dengan darah, melainkan langsung
melalui pmbuluh trakea ke sel-sel yang ada disekitarnya. Dengan begitu, cairan tubuh
serangga (darah serangga) tidak berfungsi mengangkut udara pernapasan, melainkan
hanya berfungsi untuk mengedarkan sari-sari makanan dan hormon.
Proses pernapasan serangga terjadi dikarenakan otot-otot yang bergerak secara
teratur. Kontraksi otot tersebut menyebabkan pembuluh trakea mengembang dan
mengempis, sehingga udara keluar dan masuk melalui stigma.
Pada saat trakea mengembang, udara akan masuk melalui stigma. Selanjutnya,
masuk ke dalam trakea, lalu ke dalam trakeolus, dan akhirnya masuk ke dalam sel-sel
tubuh. Oksigen (O2) berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. CO2 yang dihasilkan dari
pernapasan kemudian dikeluarkan melalui sistem trakea yang pada akhirnya dikeluarkan
melalui stigma pada saat trakea mengempis.
Untuk praktikum kali ini, kami menggunakan KOH yang masih berbentuk kristal
(padat). KOH digunakan pada praktikum kali ini, karena KOH dapat mengikat CO2
(karbon dioksida) agar tekanan di dalam respiromeer menurun. Apabila CO2 tidak diikat,
maka tekanan parsial gas di dalam respirometer akan tetap dan metilen blue tidak bisa
bergerak. Mengakibatkan volume oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur.
KOH dapat mengikat CO2 karena bersifat higroskopis.
Reaksi antara KOH dengan CO2 adalah:
(i) KOH + CO2  KHCO3
(ii) KHCO3 + KOH  K2CO3
Yang menyebabkan pergeseran metilen blue pada tabung kapiler adalah
kecepatan bernapas dari serangga yang sedang diamati. Tetesan metilen blue itu akan
bergeser karena terhirup saat serangga bernapas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan bernapas, diantaranya:
1. Berat tubuh. Berat tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kecepatan bernapas. Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak
oksigen yang dibutuhkan, dan semakin cepat respirasinya.
2. Ukuran tubuh. Semakin besar ukuran tubuh, maka oksigen yang dibutuhkan pun
semakin banyak.
3. Kadar O2. Bila kadar oksigen rendah, maka frekuensi respirasi akan meningkat
sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen.
4. Aktivitas. Makhluk hidup membutuhkan energi untuk beraktivitas. Semakin tinggi
aktivitas yang dilakukan, semakin banyak energi yang dibutuhkan, sehingga
pernapasannya semakin cepat.
5. Usia. Balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan dengan manula.
Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin menurun.
6. Jenis kelamin. Laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan
dengan perempuan. Hal ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki lebih
banyak dibandingkan dengan aktivitas yang dilakukan oleh perempuan.
7. Posisi tubuh. Frekuensi pernapasan akan meningkat saat sedang berjalan atau berlari
dibandingkan dengan posisi diam, frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat
dibandingkan posisi duduk, frekuensi pernapasan posisi tidur terlentang lebih cepat
dibandingkan dengan posisi tengkurap.
8. Suhu. Pada saat kedinginan tubuh akan aktif melakukan pembakaran untuk
menghangatkan tubuh. Oleh karena itu, tubuh memerlukan banyak oksigen saat
berada di suhu dingin
Seperti yang dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan, bahwa pada jangkrik
dengan bobot tubuh paling ringan kecepatan menghirupnya paling lambat. Hal tersebut
dikarenakan jangkrik tersebut memiliki berat tubuh dan ukuran tubuh yang kecil dan juga
karena aktivitas tubuhnya yang pasif.
Lain halnya dengan jangkrik 2 dan 3. Walaupun jangkrik 2 dan 3 bergerak pasif,
tapi karena ukuran tubuh dan bobotnya besar, menyebabkan kecepatan bernapasnya pun
besar dibandingkan dengan jangkrik 1.
Saat melakukan percobaan di suhu normal, jangkrik 1, 2, dan 3 melakukan
respirasi dengan cepat. Hal ini dikarenakan lingkungan yang dingin membuat tubuh
jangkrik aktif melakukan pembakaran untuk menghangatkan tubuhnya, yang dimana
pembakaran itu membutuhkan banyak oksigen.
F. Kesimpulan
Serangga bernapas dengan menggunakan trakea. Setiap pernapasan yang
dilakukan memiliki kecepatan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan beberapa faktor.
Hal-hal yang mempengaruhi perbedaan keecepatan pernapasan ini diantaranya:
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Aktivitas
4. Berat tubuh
5. Ukuran tubuh
6. Posisi tubuh
7. Suhu
8. Kadar oksigen
Cairan metilen blue yang digunakan berfungsi sebagai indikator oksigen yang
dihirup oleh organisme (jangkrik) pada respirometer.
Prinsip kerja respirometer adalah bahwa dalam pernapasan ada oksigen yang
digunakan oleh organisme, ada karbon dioksida yang dikeluarkan. Jika organisme yang
bernapas itu disimpan dalam ruangan tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh
organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka akan terjadi penyusutan udara.

G. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai