IKLIM MIKRO
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iklim adalah keadaan suhu, kelembaban, awan, hujan, dan sinar
matahari pada suatu daerah dalam jangka waktu yang lama (30 tahun) (KBBI).
Berdasarkan luasan daerahnya, iklim dapat dibagi menjadi iklim makro, iklim
meso, iklim mikro, dan iklim global. Iklim makro adalah iklim dengan cakupan
wilayah yang luas, sedangkan iklim mikro terbatas pada kondisi sekitar obyek
yang diamati. Batas iklim mikro secara vertikal adalah 2 meter diatas dan dibawah
obyek yang diamati. Sedangkan batas horizontal iklim mikro sulit ditentukan.
Untuk dapat mengamati iklim mikro, maka digunakanlah alat-alat
pengamatan cuaca. Alat pengamatan cuaca yang digunakan adalah alat pengukur
suhu udara, alat pengukur suhu tanah, alat pengukur kelembaban relatif udara, dan
alat pengukur intensitas cahaya. Alat-alat tersebut memiliki fungsi dan kegunaan
masing-masing. Pengamatan dilakukan dengan dua kondisi yang berbeda yaitu
tempat yang berkanopi dan tempat yang tidak berkanopi. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana perbedaan keadaan iklim mikro yang ada di daerah yang
berkanopi dan daerah yang tidak berkanopi.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara pengukuran beberapa anasir iklim mikro.
2. Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap iklim mikro.
3. Membandingkan hasil pengamatan iklim mikro pada daerah yang berkanopi
dan daerah yang tidak berkanopi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
75 cm 31,50C 320C
75 cm 310C 320C
75 cm 310C 30,50C
75 cm 30,50C 30,50C
75 cm 39% 41%
75 cm 42% 41%
75 cm 42% 45%
75 cm 45% 47%
20 cm 29,70C 33,70C
10 cm 29,50C 31,50C
20 cm 28,90C 310C
10 cm 29,40C 31,80C
20 cm 28,20C 31,40C
4 40 menit 0 cm 30,40C 300C
10 cm 29,60C 31,10C
20 cm 28,60C 31,80C
10 cm 290C 31,10C
20 cm 28,60C 30,10C
INTENSITAS 1 48 FC 100 FC
PENYINARAN
2 54 FC 160 FC
(FC)
3 60 FC 210 FC
4 42 FC 140 FC
5 42 FC 100 FC
V. PEMBAHASAN
25
Berkanopi
20
Tidak Berkanopi
15
10
5
0
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
Berkanopi
32
Tidak Berkanopi
31
30
29
28
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
32 Berkanopi
31 Tidak Berkanopi
30
29
28
27
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
Aras 75
30 Aras 150
29
28
27
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
32 Aras 75
31 Aras 150
30
29
28
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
2. Kelembaban Udara
cm
50
40
Berkanopi
30
Tidak Berkanopi
20
10
0
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
50
40
Berkanopi
30
Tidak Berkanopi
20
10
0
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
50
40 Aras
25
30
Aras
20 75
10 Aras
150
0
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
50
Kelembaban nisbi udara (%)
40 Aras 25
Aras 75
30 Aras 150
20
10
0
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
32
Berkanopi
30
Tidak Berkanopi
28
26
24
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
29.5 Aras 0
29 Aras 10
28.5
Aras 20
28
27.5
27
26.5
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
31 Aras 10
Aras 20
30
29
28
10 20 30 40 50
Waktu pengamatan ke- (menit)
Grafik 3.5. Grafik pengamatan suhu tanah pada areal tanpa kanopi
Hasil Pengamatan diatas juga menunjukkan bahwa suhu udara
pada tempat tak berkanopi fluktuatif dimana suhu mengalami kenaikan dan
penurunan.. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Seharusnya penurunan
suhu tanah berbanding lurus dengan kedalaman dikarenakan semakin dalam suhu
tanah diukur, maka tingkat porositas tanah semakin kecil dan kandungan lengas
tanah akan semakin naik yang membuat suhu tanah menjadi semakin rendah.
Namun pada pengamatan ini fluktuatif suhu bisa terjadi karena kelembaban tanah
itu sendiri. kelembaban yang tinggi menyebabkan suhu udara menjadi rendah dan
berbanding lurus dengan suhu tanah. Suhu udara pada saat praktikum rata-rata
lebih dari 30o C, yang tergolong tinggi dan cerah serta berawan. Adanya awan
menyebabkan suhu sewaktu-waktu dapat berubah, yang berpengaruh langsung
pada suhu. Saat suhu udara turun akibat adanya awan, suhu tanah juga akan turun,
sedangkan saat tidak ada penutupan oleh awan, maka suhu udara akan kembali
naik, menyebabkan kenaikan suhu tanah.
150 Berkanopi
Tidak berkanopi
100
50
0
10 20 30 40 50
Selang waktu pengamatan
IV. KESIMPULAN
Ainy, C. N. 2012. Pengaruh ruang terbuka hijau terhadap iklim mikro di kawasan
kota Bogor.
<http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/61101/A12
cna.pdf?sequence=1&isAllowed=y>. Diakses pada 19 Oktober 2016.
Irawan, A. dan T. June. 2013. Hubungan iklim mikro dan bahan organik tanah
dengan emisi CO2 dari permukaan tanah di hutan alam babahaleka
taman nasional lore lindu, sulawesi tengah. Jurnal Agromet Indonesia
25: 21-31.
Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi dan Kendala. Penerbit Kanisius:
Yogyakarta.
Reijntjes, C., B. Haverkort, and A. W. Bayer. 1992. Pertanian Masa Depan.
Kanisius. Yogyakarta.
Sari, O., B. Priyono, dan N. R. Utami. 2012. Suhu, kelembaban, serta produksi
telur itik pada kandang tipe litter dan slat. Unnes Jurnal of Life
Science 1: 95-100.