TERMODINAMIKA
Oleh:
Yanuar Angga Pratama
NIM A1C020027
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... i
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 2
III. METODOLOGI......................................................................................... 4
A. Alat dan Bahan..................................................................................... 4
B. Prosedur Kerja...................................................................................... 4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 5
A. Hasil...................................................................................................... 5
B Pembahasan............................................................................................ 7
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 11
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
LAMPIRAN..................................................................................................... 14
i
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
III. METODOLOGI
1. Es Batu
2. Kompor
3. Panci
4. Stop Watch/jam
5. Thermometer
B. Prosedur Kerja
1. Kalibrasi
4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
3. Evaporasi (ml)
Tabel 3. Pengamatan Hasil Praktikum Evaporasi
No Jam Senin Selasa Rabu Kamis
1 06.00 0 40 70 50
4. Ombrometer (ml)
Tabel 4. Pengamatan Hasil Praktikum Ombrometer
No Jam Senin Selasa Rabu Kamis
1 06.00 0 50 20 150
5. Termometer Maksimum
Tabel 5. Pengamatan Hasil Praktikum Termometer Maksimum
5
No Waktu (Jam ) Maksimum
6. 1 06.00-06.30 21,97° C
2 13.01-13.30 31,51° C
3 17.31-18.00 30,92° C
Termometer Minimum
Tabel 6. Pengamatan Hasil Praktikum Termometer Minimum
6
A = πr², diketahui d = 14 cm, r = 7 cm, maka r = 70 mm
A = 3,14 × (70)2 = 15386 mm
a. Senin Pukul 06.00
V 0
Curah hujan = = = 0 ml/mm2
A 15386
b. Selasa Pukul 06.00
V 50
Curah hujan = = = 0,003 ml/mm2
A 15386
c. Rabu Pukul 06.00
V 20
Curah hujan = = = 0,001 ml/mm2
A 15386
d. Kamis Pukul 06.00
V 150
Curah hujan = = = 0,009 ml/mm2
A 15386
B. Pembahasan
7
kecepatan arah angin, intensitas penyinaran yang diterima oleh suatu permukaan,
dan kelembaban udara (Santi dkk., 2019).
Iklim mikro adalah kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat
terbatas sampai batas kurang lebih setinggi dua meter dari permukaan
tanah. Iklim mikro merupakan iklim dalam ruang kecil yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti hutan, rawa, danau, dan aktivitas manusia.
Keadaan unsur-unsur iklim ini akan mempengaruhi tingkah laku dan
metabolisme yang berlangsung pada tubuh makhluk hidup, sebaliknya
keberadaan makhluk tersebut (terutama tumbuhan) akan pula
mempengaruhi keadaan iklim mikro di sekitarnya. Pengaruh lingkungan
terhadap iklim mikro misalnya terhadap suhu udara, suhu tanah, kecepatan
arah angin, intensitas penyinaran yang diterima oleh suatu permukaan, dan
kelembaban udara (Holton, 2012).
Ikim mikro merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas tanaman pada kondisi iklim disekitar atau
setempat wilayah tersebut . Faktor-faktor iklim mikro yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan bagi tanaman adalah radiasi matahari, suhu,
dan curah hujan. Iklim mikro tanaman adalah kondisi disekitar tanaman
mulai dari perakaran terdalam hingga tajuk teratas tanaman (Indrawan et
al., 2017).
Menurut Anggraeni (2017) iklim mikro adalah iklim yang dalam
suatu ruang sangat terbatas, tetapi dalam komponen iklim ini penting bagi
kehidupan manusia, tanaman & fauna lantaran syarat udara dalam skala
mikro akan berkontak pribadi denga makhluk-makhluk tersebut.
Modifikasi iklim mikro dapat dilakukan salah satunya dengan
meningkatkan efek pendinginan secara pasif. Air bisa digunakan sebagai
salah satu strategi pengendali thermal pada iklim mikro suatu bangunan
atau site. Air juga berperan penting dalam menurunkan temperatur dan
menaikkan kelembapan pada suatu ruangan dalam bangunan. Modifikasi
iklim mikro dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan vegetasi
melalui desain lansekap dan pengadaan vegetasi dibangunan sehingga
8
diperoleh iklim mikro yang dapat menunjang kenyamanan termal
(Hendrawati, 2016)
Menurut Noorhadi dan Sudadi (2003) dalam Herdani dkk (2015)
modifikasi iklim mikro disekitar tanaman terutama tanaman hortikultura
merupakan suatu usaha yang telah banyak dilakukan agar tanaman yang
dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Modifikasi iklim mikro dilakukan pada pertanaman lada yang sudah
produktif dengan pendekatan pengaturan penyinaran matahari. Pengaturan
penyinaran yang dicobakan adalah (1) Kontrol (penyinaran <25%), (2)
Penyinaran matahari antara 25–30%, (3) Penyinaran matahari antara 50–
55%, dan (4) Penyinaran antara 75–80%. Pengaturan penyinaran
dilakukan dengan cara pemangkasan tanaman pelindung sesuai perlakuan
masing-masing. Perlakuan dipertahankan selama penelitian berjalan, jika
ada cabang yang tumbuh dan mengurangi cahaya yang masuk pada
masing-masing perlakuan, maka dilakukan pemangkasan. Masing-masing
perlakuan dicobakan pada 30 tanaman lada, diulang sebanyak 5 kali. Jarak
tanam lada 2 m x 2 m. Setiap perlakuan dibuat parit sedalam 60 cm
dengan lebar 40 cm. Pemeliharaan lainnya adalah pemupukan dan
penyiangan terbatas (bobokor) yang dilakukan pada sekeliling tanaman
lada sebatas kanopi tanaman (Salim dkk., 2017).
Modifikasi iklim mikro karena suatu obyek (misal keberadaan
taman, area parkir, jalan dan lain-lain) dilakukan dengan tujuan untuk
menciptakan lingkungan yang lebih nyaman bagi manusia atau
menciptakan kualitas lingkungan (taman) untuk lebih optimal. Sejauh ini
kehadiran tanaman dalam suatu lingkungan yang “keras” terbukti
menciptakan kualitas ambiance lebih nyaman. Artinya kehadiran tanaman
akan membuat suatu lingkungan lebih terasa nyaman, karena disamping
memperindah lingkungan, tanaman itu juga dapat memodifikasi unsur-
unsur iklim mikronya (Prianto dkk., 2019).
Hasil praktikum sudah tercantum misalnya yg tertera dalam tabel-
tabel dalam sub-bab hasil. Pada pengamatan pengamatan bola hasil yg
9
didapat berdasarkan hasil pengamatan dalam 10 Oktober 2005 yang
diamati dalam jam 10.00, 13.00, 16.00, & 19.00. Sedangkan hasil
pengamatan dalam 11 Oktober 2005 menghasilkan yang diamati dalam
jam 10.00, 13.00, 16.00, & 19.00. Dan dalam hasil pengamatan dalam 12
Oktober 2005 hasil yang diamati dalam jam 10.00, 13.00, 16.00, & 19.00 .
Pada pengamatan termometer bola basah yg diamati dalam 10 Oktober
2005 menghasilkan yang diamati pada pukul 10.00, 13.00, 16.00, & 19.00.
Dan dalam hasil pengamatan dalam 11 Oktober 2005 yang diamati dalam
jam 10.00, 13.00, 16.00, & 19.00. Dan dalam hasil pengamatan dalam 12
Oktober 2005 yang diamati dalam jam 10.00, 13.00, 16.00, & 19.00. Pada
pengamatan hasil evaporasi yang dihasilkan hasil 0, 40, 70, & 50 mililiter
yang diamati dalam pukul 06.00 pada hari senin, selasa, rabu & kami
menggunakan hasil perhitungan secara berurutan yaitu 0, 0,0035, 0,0062,
& 0,0044. Dan dalam pengamatan ombrometer hasil 0, 40, 70, & 50
mililiter yang diamati pada pukul 06. 00 pada hari senin, selasa, rabu, &
kamis menggunakan hasil perhitungan curah hujan yaitu 0, 0,0032,
0,0013, & 0,01.
Alat yang digunakan dalam pengukuran iklim mikro adalah
termohigrometer, anemometer multipurpose, kamera untuk pengambilan
gambar, Sound Level Meter untuk mengukur tingkat kebisingan, Lux
meter dan software untuk mengolah data dan gambar seperti R-3.5.1,
Microsoft Office 2010, Microsoft Excel 2010, CorelDraw X7 dan Adobe
Photoshop CC4. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta
Taman Denggung dan slip kuesioner. Data yang dibutuhkan mencakup
data fisik, biofisik, data iklim, dan data letak geografis (Irwan & Kastono,
2018).
Menurut Fitriani dkk. (2016) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pengukuran iklim cuaca mikro adalah sebagai berikut:
1. Faktor tingkat perkerasan suatu tempat, kawasan terbangun sekitar ruang
terbuka hijau, jenis pohon, dan luas tajuk pohon.
2. Terdapat perbedaan kenyamanan termal pada dua waktu yang berberda.
10
3. Kerapatan vegetasi, semakin rapat suatu vegetasi maka keadaan iklim
mikronya akan semakin tidak nyaman.
4. Umur lahan suksesi, semakin tua umur lahan suksesi maka keadaan iklim
mikronya akan semakin nyaman.
Kendala saat praktikum tidak ada namun kendala saat membuat laporan
praktikum kesulitan saat mencari jurnal atau literatur.
11
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F., Arifin, H., Dahlan, E., Effendy, S., dan Kurniawan, R. 2012. Analisis
hubungan luas ruang terbuka hijau (RTH) dan perubahan suhu di Kota
Palu. Jurnal Hutan Tropis. 13(2):173-180
Fajri, M.,& Ngatiman. 2017. Studi Iklim Mikro Dan Topografi Pada Habitat
Parashorea Malaanonan Merr. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Vol. 3 No.1, Juli 2017: 1-12.
Herdani, R., Sarjanti, E., & Suwarsito, S. (2015). Kajian Produksi Budidaya
Jamur Tiram Putih Berdasarkan Ketinggian Tempat Di Kabupaten
Banyumas. Geo Edukasi, 4(2), 42-45.
Indrawan, R., Agus S. dan Roedy. 2017. Kajian Iklim mikro Terhadap Berbagai
Sistem Tanam Dan Populasi Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt.). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
5(1) 92-99.
Irwan, S. N. R., & Kastono, D. 2018. Fungsi Ekologis Vegetasi Taman Denggung
Sleman sebagai Pengendali Iklim Mikro dan Peredam Kebisingan. Jurnal
Vegetalika, 8(3): 139-152.
Permatasari PA. 2012. Pengaruh RTH terhadap iklim mikro (Studi kasus Kebun
Raya Bogor). Skripsi. IPB. Bogor. 94 p.
13
Putra IP. 2014. Pelaksanaan Pengaturan Ruang Terbuka Hijau dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah di Kota Metro. Skripsi. Universitas Lampung. 69 p.
Prianto, E., Suyono, B., Sinaga, N., & Windarta, D. (2019). STRATEGI
MENGHIDUPKAN KOTA LAMA SEMARANG (Bagian 01/02)(SUATU
KAJIAN PENGARUH IKLIM MIKRO-KENYAMANAN TERMAL-
TATA LAMPU PADA TAMAN SRI GUNTING). Jurnal Riptek, 11(2),
111-134.
Salim, A., & Sultra, B. P. T. P. (2017). Kajian Pengendalian Penyakit Busuk
Pangkal Batang Lada dengan Modifikasi Iklim Mikro. Jurnal Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 20(1): 59-67.
Sanger, Y. Y., & Rombang, J. A. (2016). Pengaruh tipe tutupan lahan terhadap
iklim mikro di Kota Bitung. Agri-Sosioekonomi, 12(3A), 105-116.
Santi, S., Belinda, S., & Rianty, H. (2019). IDENTIFIKASI IKLIM MIKRO DAN
KENYAMAN TERMAL RUANG TERBUKA HIJAU DI
KENDARI. NALARs, 18(1), 23-34.
14
LAMPIRAN
15
16