Anda di halaman 1dari 15

Laporan Akhir

MS3202 - Praktikum Fenomena Dasar Mesin


Modul Percobaan Kalorimeter Bom

Kelompok : 25
Anggota : Jerry Setiawan 13115084
Josua Dokmatua Partogi 13115085
Philips Adi P. Hutabarat 13115088
Allessandro Renzo R. 13115089
Ahmad Al Mujtahid 13115097
Maulida Rahma 13115103

Tanggal Praktikum : 29 Maret 2018


Tanggal Penyerahan Laporan : 04 April 2018
Nama Asisten (NIM) : Reza Maulid Ghiffary (13114010)
Gigih Wira W. (13114027)

Laboratorium Motor Bakar dan Sistem Propulsi


Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2018
1. Tujuan Praktikum
a. Menentukan nilai kalor bahan bakar yang diujikan.
b. Menentukan jenis dari nilai kalor bahan bakar yang diujikan.
2. Landasan Teori
a. Kalorimeter Bom
Kalorimeter Bom merupakan alat yang khusus digunakan untuk
menentukan kalor dari reaksi pembakaran. Kalorimeter bom digunakan
untuk mengukur jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran
sempurna (dengan O2 berlebih) pada suatu senyawa, bahan makanan,
maupun bahan bakar. Namun, kalorimeter bom lebih banyak digunakan
untuk penentuan nilai kalor bahan bakar padat maupun cair. Pengukuran
kalorimeter bom dilakukan pada kondisi volume konstan tanpa aliran
masuk dan keluar, pembakaran dilakukan tanpa menggunakan nyala api
tetapi menggunakan gas oksigen sebagai penyala dan pembakar dengan
tekanan tinggi. Prinsip kerja kalorimeter bom adalah bahan bakar yang
akan diukur dimasukkan kedalam bejana logam yang kemudian diisi
oksigen pada tekanan tinggi. Bom itu ditempatkan didalam bejana berisi
air dan bahan bakar itu dinyalakan dengan mengalirkan arus listrik dari
sumber arus. Temperatur itu diukur sebagai fungsi waktu setelah
penyalaan. Pada saat pembakaran, temperatur bom tinggi, sehingga
kehomogenan temperatur air disekeliling bom harus dijaga dengan suatu
pengaduk. Selain itu dalam beberapa hal tertentu diberikan pemanasan dari
luar melalui selubung air untuk menjaga supaya suhu seragam agar kondisi
bejana air adiabatik.

b. Perhitungan Kalor Hasil Pembakaran


Berdasarkan Gambar 2.1 diatas dapat dilihat bahwa yang diukur
pada percobaan dengan kalorimeter bom adalah perubahan temperatur air.
Sehingga untuk mendapatkan nilai kalor hasil pembakaran bahan bakar
diperlukan beberapa langkah.
Langkah pertama adalah menganalisis bejana tekan sebagai sebuah
sistem masa atur yang tertutup rapat dan tidak ada perubahan volume
selama proses berlangsung.
Gambar 2.1. Komponen Percobaan dengan Kalorimeter Bom.
(sumber: http://dhiniauliaphasa.blogspot.co.id/2013/03/kalorimeter-bom.html)

Berdasarkan hukum termodinamika I diperoleh:


∆E= Q – W,
karena pada sistem tersebut terdapat bahan bakar, kapsul/wadah bahan
bakar dan kawat, sehingga diperoleh nilai
∆E= ∆Ebahan bakar + ∆Ekawat + ∆Ekapsul ………………………………………………………...(1)
Dengan asumsi bahwa tidak ada perubahan energi potensial dan
energi kinetik diperoleh

∆U= ∆Ubahan bakar + ∆Ukawat + ∆Ukapsul ,

Dan dengan tidak adanya perubahan volume pada bejana tekan


sehingga W=0, dan persamaan (1) menjadi
∆Ubahan bakar + ∆Ukawat + ∆Ukapsul = Qout ……………………………………………………..(2)
Setelah itu ditinjau sistem air pada bejana air tanpa adanya bejana
tekan dan berdasarkan hukum termodinamika I diperoleh persamaan
∆E= Q – W
Karena sistem bejana air adiabatik sehingga dapat diketahui bahwa
tidak ada nilai Qout pada sistem tersebut serta sistem dianggap rigid
sehingga W=0, namun terdapat nilai Qin dari bejana tekan dan dengan
diasumsikan tidak ada perubahan energi potensial dan kinetik pada sistem
maka dapat didapatkan persamaan
∆Uair= Qin

∆Uair= ∆Ubahan bakar + ∆Ukawat + ∆Ukapsul

dengan

∆Uair = H x ∆T

∆Ukapsul = (N x m)kp

∆Ukawa t= (N x m)kw

∆Ubahan bakar = Nbb x mbb

Sehingga dapat dicari nilai kalor hasil pembakaran bahan bakar


Nbb= (H x ∆T) - (N x m)kapsul - (N x m)kawat

Gambar 2.2 Grafik Temperatur terhadap Waktu Hasil Pengujian sebagai Acuan
Percobaan.
3. Prosedur Percobaan
Langkah-langkah persiapan:
a. Membersihkan bejana tekan, ember air, wadah bahan bakar, dan seluruh
alat yang digunakan.
b. Mengukur massa kawat yang digunakan dan mengukur panjang kawat.
c. Mengukur massa kapsul kosong.
d. Mengisi kapsul dengan bahan bakar dan merangkai kawat sedemikan rupa,
lalu mengukur massanya.
e. Meletakkan kapsul yang sudah terisi pada rangka pemegangnya dan
memasang kawat ke terminal yang telah tersedia.
f. Meneteskan akuades sebanyak 1 ml dalam wadah pada bejana tekan.
g. Memasang penutup bejana dan memastikan bejana sudah tertutup rapat.
h. Mengisi bejana tekan dengan gas oksigen hingga bertekanan 25 atm
(gauge).
i. Meletakkan bejana tekan pada bak yang berisi air dan memasang kabel
pada terminalnya.
j. Menutup bak dan memasang kipas dan termometer dan memastikan
keduanya tidak bersentuhan dengan bak maupun bejana tekan.

Langkah-langkah pengukuran:
a. Menghidupkan kipas pengaduk pada kalorimeter dan stopwatch.
b. Mengukur temperatur setiap 1 menit sampai akhir menit ke-7.
c. Menekan tombol “ignition” tepat setelah pengukuran temperatur pada
menit ke-7, lalu mengukur temperatur setiap 15 detik hingga mencapai
temperatur maksimum.
d. Setelah temperatur maksimum, pengukuran temperatur dilakukan setiap
menit sekali sampai 8 kali pengamatan.
e. Memeriksa isi bejana tekan, mengukur massa kawat yang tersisa dan
mengecek apakah tetesan akuades masih ada atau tidak
Langkah-langkah membuka kalorimeter:
a. Melepaskan termometer dan mengangkat kipas pada kalorimeter.
b. Melepaskan kabel dari bejana tekan.
c. Mengangkat bejana tekan dan membuka tutupnya perlahan-lahan hingga
tekanan dalam bejana tekan sama dengan tekanan udara sekeliling.
d. Membuka tutup bejana dan meletakannya pada rangka bejana tekan.
4. Data Pengamatan

Besaran Kawat Kapsul

Nilai pembakaran 5860.4 kJ//kg 19222.04 kJ/kg

Massa awal 30.9 mg 63.6 mg

Massa sisa 12 mg 0 mg

Massa yang terbakar 18.9 mg 63.6 mg

Massa kapsul + bahan bakar = 250.08 mg


Massa bahan bakar = 155.58 mg

Data Temperatur

t (menit) 1’ 2’ 3’ 4’ 5’ 6’ 7’

T (oC) 25.26 25.28 25.3 25.31 25.32 25.33 25.34

7’15” 7’30” 7’45” 8’ 8’15” 8’30” 8’45” 9’

25.39 25.55 25.66 25.74 25.79 25.82 25.85 25.88

9’15” 9’30” 9’45” 10’ 10’15” 10’30” 10’45” 11’

25.9 25.91 25.93 25.95 25.95 25.96 25.97 25.98

11’15” 11’30” 11’45” 12’ 12’15” 12’30” 12’45” 13’

25.99 25.99 26 26 26 26 26 26.01

13’15” 13’30” 13’45” 14’ 14’15” 14’30” 14’45” 15’

26.01 26.01 26.02 26.02 26.02 26.02 26.03 26.03


16’ 17’ 18’ 19’ 20’ 21’ 22’ 23’

26.04 26.04 26.04 26.05 26.06 26.06 26.07 26.07

24’ 25’ 26’ 27’ 28’ 29’ 30’ 31’

26.08 26.09 26.09 26.1 26.11 26.12 26.13 26.13

32’ 33’ 34’ 35’ 36’ 37’ 38’ 39’

26.14 26.15 26.16 26.17 26.18 26.18 26.19 26.2

40’ 41’ 42’ 43’ 44’ 45’ 46’ 47’

26.2 26.21 26.22 26.23 26.24 26.25 26.26 26.26

48’ 49’ 50’

26.27 26.28 26.29

Kondisi Ruangan

Temperatur (oC) Tekanan (cmHg)

Sebelum 29.5 -

Sesudah 29.0 -
5. Perhitungan dan Analisis
Pengujian dengan kalorimeter bom bertujuan untuk menentukan nilai kalor
dari suatu bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah jenis bahan bakar cair bensin (gasoline) untuk kendaraan bermotor bakar
torak jenis spark ignition engine yang dapat ditemukan di kota-kota di Indonesia
yaitu Pertamax Turbo produksi PT. Pertamina. Setelah bahan bakar dimasukkan
ke dalam kapsul lalu dimasukkan kedalam bejana tekan dan selanjutnya
diletakkan di ember berisi air, dilakukan pengukuran temperatur menggunakan
termometer. Kipas pengaduk digunakan untuk membuat temperatur air menjadi
homogen. Dari data hasil pengamatan dari menit ke-1 hingga ke-7, temperatur
naik perlahan dari 25.26oC hingga 25.34oC.
Setelah tombol ignition dinyalakan sehingga menambah panas melalui
fuse coil sehingga terjadi pembakaran. Temperatur meningkat cepat hingga
mencapai 26oC. Proses pembakaran terjadi menurut persamaan umum

CxHy + a (O2 + 3.76 N2) → b CO2 + c H2O + d N2 + energi

CxHy merupakan rumus kimia dari bahan bakar hidrokarbon yang diuji.
Persamaan diatas merupakan contoh dari reaksi pembakaran stoikiometri.
Percobaan yang seharusnya dilakukan selama 23 menit pada kenyataannya
tidak cukup untuk membuat temperatur air di dalam ember menjadi konstan. Dari
hasil diskusi, kami sepakat bahwa hal ini terjadi karena bahan bakar cair pada
kapsul terlalu sedikit dimasukkan ke dalam kapsul. Proses pembakaran sampai
bahan bakar habis memerlukan waktu yang lebih lama. Dilihat dari grafik
temperatur terhadap waktu hasil pengujian yang terdapat di modul sebagai acuan,
temperatur mulai meningkat pada menit ke-13 hingga ke-18 akan mengalami
penurunan bertahap. Setelah menit ke-18, secara teoretis temperatur air akan
steady. Tetapi pada hasil percobaan yang kami lakukan dari menit ke-13 hingga
akhir percobaan hingga 49 menit, temperatur merangkak naik sekitar
0.01oC/menit. Percobaan dihentikan setelah 49 menit tidak menghasilkan
penurunan temperatur seperti pada grafik teoretis..
Penggunaan akuades pada percobaan ini berfungsi untuk menentukan
apakah nilai kalor yang didapat merupakan LHV (Lower Heating Value) atau
HHV (Higher Heating Value). LHV dan HHV adalah jenis suatu nilai kalor dari
bahan bakar yang berguna untuk pemilihan bahan bakar untuk suatu engine. Jika
pada akhir percobaan 1 cc akuades tersebut telah berubah fasa menjadi uap, maka
nilai kalor yang didapat adalah LHV. Sebaliknya, jika akuades tetap pada fasa
cairan / liquid, maka nilai kalor yang didapat merupakan HHV. Pada percobaan
kami, akuades telah menjadi uap, jadi nilai kalor dari perhitungan percobaan ini
adalah LHV.
Perhitungan nilai kalor bahan bakar dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
(𝐻𝑥∆𝑇) − (𝑁𝑥𝑚)𝑘𝑎𝑝𝑠𝑢𝑙 − (𝑁𝑥𝑚)𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡
𝑁𝑏𝑏 =
𝑚𝑏𝑏
(11.5664 𝑥 1.03)−(19222.04 𝑥 63.6 𝑥 10−6 ) 𝑥 (5860.4 𝑥 18.9 𝑥 10−6 )
𝑁𝑏𝑏 = 155.58 𝑥 10−6

Nbb = 67552,28 kJ/kg


Dengan nilai H, N kapsul, dan N kawat diketahui dari literatur sedangkan
nilai massa kapsul, massa kawat, massa bahan bakar, dan perubahan temperatur
diketahui dari hasil pengukuran, diperoleh nilai kalor bahan bakar LHV (Nbb)
yakni sebesar 67552.28 kJ/kg.
Data-data yang telah diperoleh pada percobaan digambarkan pada suatu
kurva temperatur terhadap waktu pembakaran bahan bakar yang digunakan.

Gambar 5.1 Kurva Temperatur terhadap Waktu Pengujian Bahan Bakar Cair
Pertamax Plus.
Pada Gambar 5.1, kenaikkan temperatur mengalami kenaikan sangat tajam
yakni pada menit ke-8. Waktu ini merupakan saat terjadi penyalaan atau panas
hasil reaksi pembakaran mengalami perpindahan panas ke air sebagai medium di
dalam selubung kalorimeter. Percobaan kali ini, kami tidak dapat menemukan
temperatur steady karena waktu yang terbatas.
6. Diskusi dan Kesimpulan
 Nilai kalor dari bahan bakar yang diujikan adalah sebesar 67552.28 KJ/kg.
 Akibat 1cc aquades telah berubah fasa menjadi uap, maka jenis nilai kalor
dari bahan bakar yang didapat merupakan LHV (Low Heating Value).
 Kondisi temperatur steady tidak tercapai pada pengujian. Pada akhir
pengujian pada menit ke-50, temperatur terus mengalami kenaikkan secara
bertahap pada nilai yang kecil. Jika percobaan dilanjutkan, temperatur
seharusnya akan mencapai titik steady lalu mengalami penurunan
temperatur.
Lampiran
Tugas setelah praktikum
1. Tentukan jenis bahan bakar yang dipakai dalam pengujian tersebut.
➢ Bahan bakar yang dipakai dalam pengujian tersebut adalah bahan bakar
cair jenis bensin (gasoline) dengan merk dagang Pertamax Plus produksi
PT. Pertamina. Nilai oktan dari pertamax plus adalah 95. Bahan bakar ini
menghasilkan kadar Nox dan COx yang lebih sedikit dibandingkan dengan
jenis gasoline lainnya yang diproduksi oleh PT. Pertamina.

2. Hitung nilai kalor bahan bakar dari data yang anda peroleh. Termasuk
bahan bakar LHV atau HHV?
➢ Nilai kalor bahan bakar dari perhitungan menggunakan data yang kami
peroleh adalah 67752.28 kJ/kg. Nilai tersebut adalah nilai Lower Heating
Value (LHV). Hal ini terbukti dari 1cc aquades yang habis menguap setelah
proses percobaan selesai.

3. Berikan analisis dan kesimpulan dari nilai kalor bahan bakar yang anda
peroleh.
➢ Analisis dan kesimpulan dari nilai kalor bahan bakar yang diperoleh telah
dibahas pada Bab 5 Perhitungan dan Analisis

4. Pada persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai kalor bahan


bakar terdapat tanda minus. Kenapa? sebutkan asumsi-asumsi apa saja
yang digunakan.
➢ Nilai kalor bahan bakar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
𝑄
umum 𝑄 = 𝑚 𝑥 𝑐 𝑥 ∆𝑇, kemudian diubah menjadi 𝑚 = 𝑐 𝑥 ∆𝑇. Nilai kalor

per satuan masa (Q/m) pada persamaan tersebut merupakan jumlah dari
seluruh kalor yang terjadi pada reaksi, yaitu kalor yang diberikan oleh
bahan bakar, kawat, dan kapsul. Dengan demikian persamaan tersebut
dapat diubah menjadi
𝑄 𝑄 𝑄
(𝑚) 𝑏𝑏 + (𝑚) 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡 + (𝑚) 𝑘𝑎𝑝𝑠𝑢𝑙 = 𝑐 𝑥 ∆𝑇
Persamaan tersebut dapat diturunkan dari persamaan energy balance
dengan asumsi sebagai berikut
1) Sistem tertutup (massa tetap).
2) Volume tetap.
3) Tabung terisolasi (tidak terjadi perpindahan panas ke lingkungan)
4) Tidak ada kerja yang diberikan dan atau dihasilkan pada sistem.

Anda mungkin juga menyukai