Anda di halaman 1dari 26

TUGAS I

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

LAPORAN TUGAS TUTORIAL

Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah MS4120 Sistem Instalasi Mekanikal

Kelompok 2 :
Zhafirah Ariana Ramadhani 13116041
Rahayu Nur Madina 13116075
Alya Thallafadhila L 13116076
Danah Rana Zahirah 13116101
Dianing Kiranasari 13116112

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tugas-2 Sistem Pemadam Kebakaran ini dibuat sebagai salah satu syarat
kelulusan mata kuliah MS4120 Sistem Instalasi Mekanikal. Dalam tugas ini akan
dirancang sistem pemadam kebakaran untuk gedung X yang memiliki 5 lantai dan
1 basement.

1.2. Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah:
1. Menggambarkan denah letak sprinkler dan hydrant untuk gedung X.
2. Menentukan debit yang dibutuhkan oleh sistem pemadam kebarakan
(sprinkle, hydrant dan total).
3. Menentukan head loss untuk sistem pemadam kebakaran yang ada di
gedung X..
4. Menentukan head loss untuk pipa tegak pada sistem pemadam kebakaran
yang ada di gedung X.
5. Menentukan head pompa yang diperlukan pada sistem pemadam
kebakaran gedung X.

2
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Definisi Kebakaran


Kebakaran disebabkan karena adanya api yang tidak terkontrol. Teori
Segitiga Api menjelaskan tentang munculnya api, yakni berupa reaksi
oksidasi cepat yang timbul apabila muncul tiga faktor pembentuk api secara
bersamaan, yakni bahan yang mudah terbakar, adanya oksigen, serta adanya
panas sehingga menyebabkan temperature meningkat hingga titik
penyalaannya.

Gambar 2.1Teorisegitigaapi
Tiga faktor diatas ini sering dianggap sebagai teori segitiga api,
dimana masing-masing unsur menjadi sisi dari segita tersebut.
Menghilangkan salah satu atau lebih sisi dari segitiga ini akan mematahkan
teori ini dan mengakibatkan kebakaran berhenti. Ketidak-lengkapan salah
satu dari tiga unsur segitiga api akan mengakibatkan kebakaran tidak pernah
terjadi.Terdapat 5 produk hasil dari sebuah pembakaran yaitu gas hasil
pembakaran,nyala api (flame), panas, asap, dan pengurangan kadar oksigen.

2.1 Klasifikasi Bangunan


Bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah wujud fisik
hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,

3
sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau didalam tanah dan/atau air,
yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, naik hunian
atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus. Bangunan gedung dapat diartikan sebagai
wadah dengan fungsi yang beragam tempat manusia melakukan segala
bentuk aktifitasnya.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008
diklasifikasikan sesuai dengan jenis peruntukan atau penggunaan bangunan
gedung, klasifikasi bangunan adalah sebagai berikut :
a. Kelas 1 : Bangunan gedung hunian biasa.
b. Kelas 2 : Bangunan gedung hunian, terdiri atas 2 atau lebih unit hunian
yang masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah.
c. Kelas 3 : Bangunan gedung hunian di luar bangunan gedung kelas 1 atau
kelas 2, yang umum digunakan sebagai tempat tinggal lama atau
sementara oleh sejumlah orang yang tidak berhubungan.
d. Kelas 4 : Bangunan gedung hunian campuran. Tempat tinggal yang
berada di dalam suatu bangunan gedung kelas 5, 6, 7, 8 atau 9 dan
merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan gedung tersebut.
e. Kelas 5 : Bangunan gedung kantor. Bangunan gedung yang dipergunakan
untuk tujuan -tujuan usaha profesional, pengurusan administrasi, atau
usaha komersial, di luar bangunan gedung kelas 6, 7, 8 atau 9.
f. Kelas 6 : Bangunan gedung perdagangan. Bangunan gedung toko atau
bangunan gedung lain yang dipergunakan untuk tempat penjualan
barangbarang secara eceran atau pelayanan kebutuhan langsung kepada
masyarakat.
g. Kelas 7 : Bangunan gedung penyimpanan/Gudang. Bangunan gedung
yang dipergunakan untuk penyimpanan termasuk tempat parkir dan
gudang.
h. Kelas 8 : Bangunan gedung Laboratorium/Industri/Pabrik. Bangunan
gedung laboratorium dan bangunan gedung yang dipergunakan untuk
tempat pemrosesan suatu produk, perakitan, perubahan, perbaikan,

4
pengepakan, finishing, atau pembersihan barang -barang
barang produksi dalam
rangka perdagangan atau penjualan.
i. Kelas 9 : Bangunan gedung Umum. Bangunan gedung yang
dipergunakan untuk melayan
melayanii kebutuhan masyarakat umum.
j. Kelas 10 : Bangunan gedung atau struktur yang bukan hunian.

2.2 Sprinkler
Sprinkler adalah suatu
uatu sistem instalasi pemadam kebakaran yang
dipasang secara tetap di dalam bangunan yang dapat memadamkan
kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air di tempat mula
terjadi kebakaran.

Gambar 2.2 Sprinkler


Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah
akibat adanya panas dari api kebakaran.Menurut FSS Code sistem sprinkler
dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
a. Antifreeze
reeze system
Sistem
istem pipa basah yang bekerja secara otomatis, alat penyiram terdapat
pada sistem perpipaan yang mengandung solusi antibeku dan terhubung
ke pasokan air. Solusi antibeku habis, diikuti oleh air, segera setelah
pengoperasian alat penyiram dibu
dibuka oleh panas dari api.
b. Deluge System
Sistem
istem sprinkler mempekerjakan alat penyiram terbuka yang melekat
pada sistem perpipaan dan terhubung ke pasokan air melalui katup yang
dibuka oleh pengoperasian pendeteksi yang dipasang di daerah yang
sama dengann sprinkler. Ketika katup ini membuka, air mengalir ke sistem
pipa dan membuka semua sprinkler yang terhubung dengan sistem.

5
c. Dry pipe system
Sistem sprinkler kering merupakan suatu instalasi sistem sprinkler
otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang
mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut
akibat adanya panas, mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe
valve.
d. Preaction system
Komponen sistem pra aksi memiliki alat deteksi dan kutub kendali
tertutup, instalasi perpipaan kosong berisi udara biasatidak bertekanan
dan seluruh kepala sprinkler tertutup. Valve untuk persediaan air dibuka
oleh suatu sistem operasi detektor otomatis yang dengan segera
mengalirkan air dalam pipa. Penggerak sistem deteksi membuka katup
yang membuat airdapat mengalir ke sistem pipa sprinklerdan air akan
dikeluarkan melalui beberapa sprinkler yang terbuka. Kepekaan alat
deteksi pada sistem pra aksi ini diatur berbeda dan akan lebih peka,maka
dari itu disebut sistem pra aksi karena ada aksi pendahuluan sebelum
kepala sprinkler pecah.
e. Wet pipe system
Wet pipe system adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler
otomatis yang disambungkan ke suplai air. Dengan demikian air akan
segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas
dari api.
Penempatan kepala sprinkler didasarkan pada luas lingkup maksimum
tiap kepala sprinkler didalam satu deret dan jarak maksimum deretan yang
berdekatan. Berikut adalah macam-macam penempatan kepala sprinkler
menurut bahaya kebakarannya:
1. Bahaya Kebakaran Ringan
Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler :
Sprinkler berdinding : 17m2
Sprinkler lain : 20m2

6
Gambar 0.1 Penempatan dan Peletakan Kepala Sprinkler

Gambar 0.2 Penempatan Kepala Sprinkler Selang Seling

Di bagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan seperti : ruang


langit-langit, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu,
gudang, ruang kerja bengkel dan sebagainya, luas maksimum dibatasi
menjadi sebesar 9 m2 tiap kepala sprinkler dan jarak maksimum antara
kepala sprinkler 3,7 m.

7
2. Bahaya Kebakaran Sedang
Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler:
Sprinkler dinding : 9 m2
Sprinkler lain : 12 m2
Jarak maksimum kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak
maksimum deretan yang berdekatan:
Sprinkler dinding : 17m2
Sprinkler lain : jika penempatan standart 4 m dan jika kepala
sprinkler dipasang dengan jarak maksimum antara dua kepala sprinkler
4,6 m dan jarak maksimum pipa cabang 4 m
3. Bahaya Kebakaran Berat
Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler :
Umum : 9 m2
Dalam rak penyimpanan : dengan satu jajar sprinkler 10 m2 dan dengan
dua jajar sprinkler 7,5 m2.
Jarak maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak
maksimum deretan yang berdekatan :
Umum : 3,7 m2
Dalam rak penyimpanan : 2,5 m2
Sprinkler memiliki beberapa pewarnaan khusus yang di dasarkan pada
klasifikasi temperatur pada area yang dilindungi. Sprinkler hanya dapat di
beri pewarnaan dari pabrik, di mana sprinkler yang telah memiliki warna
tertentu diterapkan oleh yang lain dari sprinkler produsen, mereka dapat
digantikan dengan sprinkler baru yang terdaftar memiliki karakteristik yang
sama, termasuk k-factor, respon termal, dan distribusi air. Peraturan
klasifikasi temperatur pada FSS Code dapat diliht pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Klasifikasi Temperatur


Glass bulb nozzles Fusible element nozzles
Nominal release Liquid colour Nominal release Frame colour
temperature (°C) code temperature (°C) code

8
57 orange 57 to 77 uncoioured
68 red 80 to 107 white
79 yellow 121 to 149 blue
93 to 1 00 green 163 to 191 red
121 to 141 blue 204 to 246 green
1 63 to 1 82 mauve 260 to 343 orange
204 to 343 black

Susunaninstalasi sprinkler dapat dibagi menjadi 2, yaitu susunan cabang


ganda dan susunan cabang tunggal.
1. Susunan Cabang Ganda
Susunan cabang ganda, merupakan susunan sambungan pada springkler
dimana pipa cabang disambungkan ke dua sisi pipa pembagi pemasukan
springkler di tengah dan di ujung.
2. Susunan Cabang Tunggal
Susunan cabang tunggal merupakan susunan sambungan pada springkler
dimana pipa cabang disambungkan ke satu sisi dari pipa pembagi.
3. Susunan Pemasukan Tengah
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran air dari
tengah.

Gambar 2.3 Susunan pemasukan tengah


4. Susunan Pemasukan Diujung

9
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran dari
ujung.

Gambar 2.4 Susunan pemasukan di ujung


Terdapat beberapa komponen yang menyusun sprinkler, antara lain:
a. Branch (cabang) adalah pipa dimana sprinkler dipasang, baik
secaralangsung atau melalui riser.
b. Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik
secara langsung atau melalui riser.
c. Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa
pembagi,baik secara langsung maupun melalui riser.

2.3 Hydrant
Instalasi hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem persediaan air,
pompa, perpipaan, coupling outlet dan inlet serta selang dan nozzle.
Terdapat beberapamacam hydrant sebagaiberikut:
1. Hydrant Gedung
Hydrant gedung ialah hydrant yang terletak atau dipasang didalam
bangunan dan sistem serta peralatannya disediakan / dipasang oleh pihak
pengelola bangunan / gedung tersebut. Berdasarkan penggunaannya
hydrant jenis ini diklasifikasikan kedalam 3 kelompok sebagai berikut :
a. Hydrant Kelas I

10
Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 2,5” yang
penggunaannya diperuntukan secara khusus bagi petugas Pemadam
Kebakaran atau orang yang telah terlatih.
b. Hydrant Kelas II
Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 1,5” yang
penggunaannya diperuntukan bagi penghuni gedung atau para petugas
yang belum terlatih.
c. Hydrant Kelas III
Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter gabungan antara
Hydrant Kelas I dan Hydrant Kelas II.

2. Sistem Hydrant Halaman


Hydrant Halaman ialah hydrant yang terletak diluar bangunan instalasi
dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pihak pemilik/ pengelola
bangunan.

11
BAB III
STUDI KASUS

Pada kasus perancangan yang dilakukan mengenai perancangan sistem


pemadam kebakaran kali ini, didapatkan data denah dua buah lantai gedung yaitu
basement dan lantai 2 dari gedung tersebut. Selanjutnya akan dirancang sistem
pemadam kebakaran dengan gedung baru yang terdiri dari 1 basement dan 5 lantai
dengan rancangan luas yang sama. Di bawah ini merupakan denah dari basement
serta lantai 2 dari gedung. Berdasarkan denah tersebut, maka didapatkan luas
bangunan sebesar :
Luas lantai 2 = 762.325 m2
Karena tidak ada dimensi pada denah basement, maka luasnya diasumsikan sama
dengan luas lantai 2.

(a)

12
(b)
Gambar 3. 1 (a) dan (b) Studi kasus

13
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS

4.1 Penentuan Letak Sprinkler dan Hydrant

Bangunan diasumsikan termasuk jenis bangungan dengan klasifikasi


hunian resiko ringan. Pada resiko ringan, hydrant dipasang pada dua titik tiap
1000 m2. Oleh karena itu hydrant ditempatkan seperti pada denah di bawah
ini. Sedangkan untuk sprinkler, berdasarkan SNI 03-3989- 2000 tentang Tata
cara perencanaan dan pemasangan sistem sprinkler otomatik untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, jarak antar sprinkler
maksimum untuk resiko ringan adalah sebesar 4.6 m. Penulis menempatkan
sprinkler pada tiap ruangan yang dibatasi sekat serta memberi jarak antar
sprinkler sebesar 4 m untuk menambah safety factor dari luas jangkauan
sprinkler. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibuat denah seperti gambar
di bawah ini.

14
Gambar 4.1 Denah letak sprinkler dan hydrant pada lantai basement

15
Gambar 4.2 Denah letak sprinkler dan hydrant pada lantai 1 hingga lantai 5

16
Gambar 4.3 Denah letak sprinkler dan hydrant pada bangunan

4.2 Perhitungan Flowrate

Berdasarkan literatur yang didapatkan penulis, flow rate dari hidran


berkisar antara 100-150 gpm. Penulis memilih nilai minimal yaitu 100 gpm.
Sedangkan untuk sprinkler perhitungannya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

17
Gambar 4.4 Jarak antar sprinkler

Jarak antar sprinkler yang digunakan sebesar 4 m. Sedangkan kepadatan


pancaran yang direncanakan untuk lantai 2 sebesar 2.25 mm/menit dan untuk
basement ditambah kepadatannya sebesar 5 mm/menit sehingga pada
basement kepadatannya 7.25 mm/menit. Debit untuk 4 kepala sprinkler
didapatkan dari persamaan Q = A x v, dengan A luas daerah kerja yaitu 16 m2
(4mx4m). Dan v merupakan kepadatan pancaran yang direncanakan.
Sehingga didapatkan nilai debit masing-masing sprinkler, hydrant, dan total
sebagai berikut.
Tabel 4.1 Perhitungan debit untuk sprinkler, hydrant, dan total lantai 2

Lantai 2
Jenis Sistem: Ringan
Kecepatan
aliran sprinkler 2.25 mm/menit Hydrant
Luas 4 spinkler 16 m2 Q/hydran 100 GPM
2.16 m3/jam Jumlah 2 Buah
Q 9.51019
5 GPM Total Q hydran 200 GPM
2.37754
Q/sprinkler 9 GPM
Jumlah
Sprinkler 50 buah TOTAL Q 318.877436 GPM
Total Q 118.877
Sprinkler 4 GPM

18
Tabel 4.2 Perhitungan debit untuk sprinkler, hydrant, dan total lantai basement 2

Basement
Jenis Sistem: Ringan
Kecepatan
aliran sprinkler 7.25 mm/menit Hydrant
Luas 4 spinkler 16 m2 Q/hydran 100 GPM
6.96 m3/jam Jumlah 2 Buah
Q 30.6439
6 GPM Total Q hydran 200 GPM
Q/sprinkler 7.66099 GPM
Jumlah 544.744564
Sprinkler 45 buah TOTAL Q 4 GPM
Total Q 344.744
Sprinkler 6 GPM

4.3 Perhitungan Headloss pada Lantai 2


Headloss pada tiap lantai dihitung dengan persamaan di bawah ini:
𝐿 𝑥 3.28 𝑓
𝐻𝐿 = 𝑥 𝑥 (1 + 𝑆𝐹)
100 3.28
Keterangan :
L = panjang pipa (m)
f = friction factor (psi/100 ft)
3.28 = konversi dari psi/100 ft ke m
SF = safety factor (0.1 untuk pipa saja dan 0.2 untuk pipa dengan aksesoris)
Friction factor didapatkan dari kurva di bawah ini.

19
Gambar 4.5 Kurva friction loss

Berdasarkan kurva di atas, untuk mendapatkan friction factor maka


dibutuhkan data debit (gpm) dan diameter pipa. Nilai debit bergantung
berapa sprinkler dan hydrant yang harus disupport oleh masing-masing
pipa. Sedangkan diameter pipa untuk pipa cabang sprinkler bergantung
berapa sprinkler yang disupport. Sesuai dengan tabel perencanaannya,
semakin banyak sprinkler maka diameter akan semakin besar. Sedangkan
untuk diameter pipa hydrant yang digunakan seharusnya sebesar 1.25 in

20
untuk tipe resiko ringan. Namun akan digunakan expander sehingga pipa
yang digunakan sama dengan pipa utama sprinkler. Aksesoris yang
digunakan terdiri dari tees, valve, expander, dan elbow. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka didapatkan hasil perhitungan headloss pada lantai
2 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Perhitungan head loss pada lantai 2

PERHITUNGAN HEAD LOSS PADA LANTAI 2


Kecepatan
Panjang Diameter f Jum Headloss
Daerah Nomor Aliran
Pipa (m) (in) (psi/100ft) lah (mH2O)
(gpm)
1 7.78 2.38 1 0.45 1 0.038511
2 4.28 2.38 1 0.45 1 0.021186
A 3 1.56 2.38 1 0.45 2 0.015444
4 2.918 4.76 1 1.2 2 0.0840384
5 4.28 7.14 1.25 1 1 0.05136
6 4 2.38 1 0.45 2 0.0396
B
7 4 4.76 1 1.2 1 0.0528
8 4.28 2.38 1 0.45 1 0.021186
C 9 3.3 2.38 1 0.45 2 0.03267
10 1.56 2.38 1 0.45 1 0.007722
11 4 2.38 1 0.45 1 0.0198
12 4 4.76 1 1.2 1 0.0528
D
13 1 7.14 1.25 1 1 0.012
14 3 4.76 1 1.2 1 0.0396
15 4 2.38 1 0.45 16 0.3168
16 2 4.76 1 1.2 16 0.4224
17 4 9.52 1.5 0.65 2 0.0572
18 4 19.04 2 0.6 2 0.0528
E
19 4 28.56 2.5 0.35 1 0.0154
20 4 38.08 2.5 0.65 1 0.0286
21 3 47.6 2.5 1 1 0.033
22 1 28.56 2.5 0.35 1 0.00385
23 2.918 104.72 3.5 0.9 1 0.0315144
24 10.5 95.2 3.5 0.75 1 0.0945
PIPA 25 11.09 19.04 3.5 0 1 0
UTAM 26 2.918 9.52 3.5 0 1 0
A 27 1.75 7.14 3.5 0 1 0
28 1.167 4.76 3.5 0 1 0
29 2.72 2.38 3.5 0 1 0

21
Kecepatan
Panjang Diameter f Jum Headloss
Daerah Nomor Aliran
Pipa (m) (in) (psi/100ft) lah (mH2O)
(gpm)
HYDRA 30 7.78 100 3.5 0.9 1 0.084024
NT 1 31 4.863 100 3.5 0.9 1 0.0525204
HYDRA 32 8.365 100 3.5 0.9 1 0.090342
NT 2 33 23.345 100 3.5 0.9 1 0.252126
TOTAL 2.0237942

4.4 Perhitungan Headloss pada Basement

Pethitungan headloss pada basement menggunakan cara yang sama dengan


perhitungan lantai 2, sehingga didapatkan hasil headloss sebagai berikut.

Tabel 4.4 Perhitungan head loss pada basement

PERHITUNGAN HEAD LOSS PADA BASEMENT


Panjan Kecepatan f
Nom Diamete Jumla Headloss
Daerah g Pipa Aliran (psi/100ft
or r (in) h (mH2O)
(m) (gpm) )
1 2 7.66 1 3 1 0.066
2 3.2 7.66 1 3 1 0.1152
3 0.8 15.32 1 11 1 0.1056
A
4 2 7.66 1 3 1 0.066
5 1 7.66 1 3 1 0.033
6 4 15.32 1 11 1 0.528
B 7 4 7.66 1 3 1 0.132
8 4.6 7.66 1 3 1 0.1518
C
9 7.4 15.32 1 11 1 0.8954
10 8 7.66 1 3 6 1.584
11 4 22.98 1.25 9 2 0.864
12 4 45.96 2 3 1 0.144
D
13 4 68.94 2 7 1 0.336
14 1 91.92 2.5 4 1 0.048
15 3 45.96 2 3 1 0.108

22
Panjan Kecepatan f
Diamete Jumla Headloss
Daerah Nomor g Pipa Aliran (psi/100ft
r (in) h (mH2O)
(m) (gpm) )
16 2 7.66 1 3 6 0.396
17 4 15.32 1 11 1 0.528
18 4 30.64 1.5 5 1 0.24
E 19 1 45.96 2 3 1 0.036
20 2 7.66 1 3 2 0.132
21 4.4 15.32 1 11 1 0.5808
22 1 22.98 1.25 9 1 0.108
23 2 7.66 1 3 10 0.66
24 4 15.32 1 11 1 0.528
25 1 30.64 1.5 5 1 0.06
F
26 2 15.32 1 11 1 0.264
27 2.4 30.64 1.5 5 1 0.144
28 2 45.96 2 3 1 0.072
29 1 30.64 3.5 0 1 0
30 2.4 314.06 3.5 9.5 1 0.2736
PIPA 31 3 298.74 3.5 6 1 0.216
UTAM 32 6 283.42 3.5 5.5 1 0.396
A 33 9 145.54 3.5 1.5 1 0.162
34 2 99.58 3.5 0.9 1 0.0216
35 3 76.6 3.5 0.5 1 0.018
HYDRA
NT 1 36 8 100 3.5 0.9 1 0.0864
HYDRA
NT 2 37 12.5 100 3.5 0.9 1 0.135
TOTAL 10.2344

4.5 Perhitungan Headloss Pipa Tegak

Persamaan dan kurva yang digunakan untuk menghitung headloss pipa


tegak sama dengan perhitungan headloss pada tiap lantai. Namun pada pipa
tegak diameter pipa yang digunakan sebesar 8 in karena sesuai literatur yang
didapat, gpm yang harus dipenuhi sebesar 1820 gpm.

23
Tabel 4.5 Tabel pipe schedule standpipes and supply piping minimum nominal pipe sizes
(in inches)

Berdasarkan penjelasan tersebut, didapatkan headloss pada pipa tegak


sebagai berikut.

Tabel 4.5 Tabel perhitungan head loss pada pipa tegak

PERHITUNGAN HEAD LOSS PADA PIPA TEGAK


Panja Headlo
Kecepata f
ng Diamete Jumla ss
LANTAI n Aliran (psi/100ft
Pipa r (in) h (mH2O
(gpm) )
(m) )
BASEME
NT-1 4 1820.26 8 3 1 0.144
LANTAI
1-2 4 1275.52 8 1.5 1 0.072
LANTAI
2-3 4 956.64 8 1.1 1 0.0528
LANTAI
3-4 4 637.76 8 0.5 1 0.024
LANTAI
4-5 4 318.88 8 0.1 1 0.0048
TOTAL 0.2976

4.6 Perhitungan Head Pompa

Setelah dihitung headloss pada masing-masing, pipa, maka selanjutnya


dapat dihitung head pompa yang merupakan penjumlahan dari headloss pipa,
head statik, dan head residual sebagai berikut.

24
Tabel 4.6 Tabel perhitungan head pompa

HEAD POMPA
JENIS NILAI
HEAD (mH2O)
HEADLOSS
LANTAI 1-5 10.118971
HEADLOSS
BASEMENT 10.2344
HEADLOSS
PIPA TEGAK 0.2976
HEAD
STATIK 24
HEAD
RESIDUAL 70
TOTAL 114.65097

25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
1. Denah letak sprinkler dan hydrant untuk sistem pemadam kebakaran pada
gedung X terdapat pada Subbab 4.1 Gambar 4.1, Gambar 4.2 dan
Gambar 4.3.
2. Debit yang dibutuhkan oleh sistem pemadam kebarakan (sprinkle,
hydrant dan total) terdapat pada Subbab 4.2 Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
3. Headloss untuk sistem pemadam kebakaran yang ada di gedung X
terdapat pada Subbab 4.3 Tabel 4.3 dan Subbab 4.4 tabel 4.4
4. Headloss untuk pipa tegak pada sistem pemadam kebakaran yang ada di
gedung X terdapat pada Subbab 4.5 Tabel 4.5.
5. Head pompa yang diperlukan pada sistem pemadam kebakaran gedung X
terdapat pada Subbab 4.6 Tabel 4.6.
.

3.2. Saran
1. Dilakukan analisis untuk penginstalasian sistem pemadam kebakaran.
2. Dilakukan analisis biaya pada sistem pemadam kebakaran.
3. Setelah penginstalasian, dilakukan pengujian hidrostatis pada instalasi pipa
untuk sistem pemadam kebakaran dengan memberi tekanan sesuai dengan
peraturan dan standar yang berlaku.

26

Anda mungkin juga menyukai