Anda di halaman 1dari 31

V.

ANALISIS RANTAI PASOK

5.1. Struktur Rantai Pasokan


a. Anggota Rantai dan Aliran Komoditas
Struktur rantai pasok sawit terdiri atas bebagai faktor . Diawali dengan sumber
bahan baku, yaitu tandan buah segar (TBS) dari berbagai sumber, proses
pengolahan menjadi minyak kasar (CPO) hingga proses lanjut pengolahan minyak
kasar menjadi minyak murni (minyak goreng) dengan standar mutu dan kemanan
pangan yang dipersyaratkan. Model rantai pasok sawit dapat dilhat pada Gambar
17.
Aliran komoditas sawit pada model rantai pasok dapat digambarkan dalam beberapa
rantai, yaitu :
1) Struktur Rantai Pasok 1
Kebun Inti → Pabrik PKS → Eksportir → Pasar Luar Negeri
Aliran pada rantai ini menggambarkan bahan baku berasal dari kebun inti.
Kebun inti PT ASL terdiri atas 9 afdeling, dengan luasan masing-masing
afdeling sekitar 800 – 900 ha. Total luasan kebun sawit inti adalah 8.144 ha.
Mutu bahan baku yang olah di pabrik pengolah kelapa sawit (PKS) sangat
ketat dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude palm Oil) dengan
kualitas super.

2) Struktur Rantai Pasok 2


Kebun Inti → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary
→ Pedagang → Pasar Tradisional
Aliran rantai pasok menggambarkan bahan baku yang dipergunakan dari
kebun inti kemudian memasuki pabrik pengolahan kelapa sawit untuk
menjadi minyak kasar (CPO). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di
pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di
jual dengan sistem curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan
keamanan pangan sepanjang proses produksi hingga pelepasan produk di
pasar.

43

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Kebun
Eksportir Pasar luar
Inti negeri
Kebun KKPA = Kredit Pabrik
Plasma koperasi PKS1
Primer
Pemasok pabrik Pasar
anggota Pedagang
Kebun Luar Bandar refinary Tradisonal

Pabrik
Pemasok Ritel /
Pabrik Refinery ritel/ supermarket
PKS2
supermarket

Pabrik Pasar luar


Eksportir
PKS3 negeri

Gambar 16. Stuktur Rantai Pasok Sawit

44

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
3) Struktur Rantai Pasok 3
Kebun Inti → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary
→ Pemasok Ritel / Supermarket → Ritel / Supermarket
Aliran rantai pasok tipe 3 memiliki kesamaan dengan rantai pasok tipe 2
untuk seluruh kegiatan di bagian hulu. Setelah menjadi produk minyak
goreng sasaran pasar yang dituju adalah pemasok ritel/supermarket untuk
selanjutnya dilakukan penjualan secara ritel atau satuan di supermarket.

4) Struktur Rantai Pasok 4


Kebun Inti → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary
→ Eksportir →Pasar Luar Negeri
Aliran rantai pasok tipe 4 menggambarkan kesamaan dengan tipe 2, yaitu
bahan baku yang dipergunakan dari kebun inti kemudian memasuki pabrik
pengolahan kelapa sawit untuk menjadi minyak kasar (CPO). Tahapan
berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan
menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem curah, dengan tetap
memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan sepanjang proses produksi
hingga pelepasan produk di pelabuhan untuk di ekspor.

5) Struktur Rantai Pasok 5


Kebun Plasma →KKPA→ Pabrik PKS → Eksportir → Pasar Luar Negeri
Aliran pada rantai ini menggambarkan bahan baku berasal dari kebun plasma
yang disalurkan melalui koperasi-koperasi melalui persyaratan mutu yang
ketat untuk bahan baku selanjutnya diolah di pabrik kelapa sawit dan
menghasilkan produk minyak kasar (Crude palm Oil) untuk ekspor.
Pengadaan bahan baku melalui koperasi, PT ASL membina 8 (delapan)
KKPA sebagai koperasi yang memasok buah sawit untuk diolah di pabrik
pengolah kelapa sawit. Jumlah buah sawit yang diterima dari KKPA sebesar
30% dari total seluruh buah sawit yang dipergunakan PT ASL.

45

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
6) Struktur Rantai Pasok 6
Kebun Plasma →KKPA→ Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary →
Pabrik Rafinary → Pedagang → Pasar Tradisional
Aliran pada rantai ini menggambarkan bahan baku berasal dari kebun plasma
yang disalurkan melalui koperasi-koperasi, untuk diolah di pabrik kelapa
sawit menjadi CPO. Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik
pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual
dengan sistem curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan
pangan sepanjang proses produksi hingga pelepasan produk di pasar.

7) Struktur Rantai Pasok 7


Kebun Plasma →KKPA→ Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary →
Pabrik Rafinary → Pemasok Ritel / Supermarket → Ritel / Supermarket
Aliran rantai pasok memiliki kesamaan dengan tipe 4. Perbedaan terletak
pada sumber bahan baku yang dipergunakan berasal dari kebun plasma dan
didistribusikan melalui koperasi kemudian memasuki pabrik pengolahan
kelapa sawit untuk menjadi minyak kasar (CPO). Tahapan berikutnya CPO
diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak
goreng yang di jual dengan sistem curah, dengan tetap memperhatikan aspek
mutu dan keamanan pangan sepanjang proses produksi hingga pelepasan
produk kepada pemasok ritel/supermarket untuk dipasarkan secara ritel atau
satuan di supermarket.

8) Struktur Rantai Pasok 8


Kebun Plasma →KKPA→ Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary →
Pabrik Rafinary → Eksportir →Pasar Luar Negeri
Aliran rantai pasok memiliki kesamaan dengan tipe 7. Bahan baku yang
dipergunakan berasal dari kebun plasma dan didistribusikan melalui koperasi
kemudian memasuki pabrik pengolahan kelapa sawit untuk menjadi minyak
kasar (CPO). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO
(Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem
curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan

46

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
sepanjang proses produksi hingga penyimpanan produk di pelabuhan untuk
selanjutnya di ekspor sebagai pemenuhan kebutuhan pasar luar negeri.

9) Struktur Rantai Pasok 9


Kebun Luar → Bandar → Pabrik PKS → Eksportir → Pasar Luar Negeri
Pada aliran rantai pasok ini menggambarkan bahan baku sawit diperoleh dari
kebun luar. Hal ini dilakukan sebagai pemenuhan kapasitas produksi yang
berjalan selama 24 jam. Buah yang diperoleh dari luar, dikumpulkan oleh
bandar-bandar untuk dilakukan sortasi mutu, sehingga kualitas tandan buah
sawit yang dikirim ke pabrik memiliki keseragaman dengan buah yang
berasal dari kebun inti dan kebun plasma. Bahan baku selanjutnya diolah di
pabrik kelapa sawit dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude Palm Oil)
untuk ekspor.

10) Struktur Rantai Pasok 10


Kebun Luar → Bandar → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik
Rafinary → Pedagang → Pasar Tradisional
Bahan baku yang diperoleh sama dengan struktur rantai tipe 9. Bahan baku
diolah di pabrik kelapa sawit dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude
palm Oil). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO
(Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem
curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan
sepanjang proses produksi hingga pelepasan produk di pasaran.

11) Struktur Rantai Pasok 11


Kebun Luar → Bandar → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik
Rafinary → Pemasok Ritel / Supermarket → Ritel / Supermarket
Struktur rantai menyerupai tipe 10. Bahan baku diolah di pabrik kelapa sawit
dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude palm Oil). Tahapan
berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan
menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan kemasan, dengan tetap
memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan sepanjang proses produksi

47

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
hingga pelepasan produk di pemasok ritel/supermarket untuk dipasarkan
secara ritel atau satuan di supermarket.

12) Struktur Rantai Pasok 12


Kebun Luar → Bandar → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik
Rafinary → Eksportir →Pasar Luar Negeri
Bahan baku yang diperoleh sama dengan struktur rantai tipe 9. Bahan baku
diolah di pabrik kelapa sawit dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude
Palm Oil). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO
(Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem
curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan
sepanjang proses produksi hingga penyimpanan produk di pelabuhan untuk
selanjutnya di ekspor sebagai pemenuhan kebutuhan pasar luar negeri.

Anggota rantai pasok yang menjelaskan aliran komoditas mulai dari hulu sampai
hilir dijelaskan pada Tabel 13.

Tabel 13. Anggota Rantai Pasok


Tingkatan Anggota Proses Aktivitas
Produsen  Petani kebun inti  Budidaya Melakukan pembelian
 Petani plasma  Pembelian bibit, penanaman,
 Petani luar  Pengolahan perawatan, pemanenan.
 Distribusi Kebun inti melakukan
 Penjualan distribusi kelapa sawit,
petani plasma menjual
kepada koperasi sedangkan
petani luar melakukan
penjualan ke bandar.
Pengolah  KPPA  Pembelian Melakukan pembelian
 Bandar  Sortasi sawit dari koperasi dan
Hulu
 Eksportir  Pengolahan bandar, selanjutnya
 Penyimpanan disortasi oleh KPPA dan
 Penjualan bandar. Kelapa sawit
didistribusikan untuk
diproduksi dan
menghasilkan CPO.
distributor/ritel/eksportir

48

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Tabel 13. Anggota Rantai Pasok (lanjutan)
Tingkatan Anggota Proses Aktivitas
Pengolah Hilir  Pemasok  Pembelian CPO selanjutnya
supermarket  Sortasi didistribusikan untuk
 Pedagang pasar  Pengolahan dipasarkan dan juga
 Eksportir  Penyimpanan didistribusikan sebagai
 Penjualan pasokan bahan baku untuk
produksi minyak goreng ,
dan dilakukan penjualan ke
Ritel  Supermarket  Pembelian Melakukan pembelian dari
 Pasar tradisional  Penyimpanan distributor/eksportir untuk
 Penjualan selanjutnya penjualan ke
konsumen (end user)
Konsumen  Industri  Pembelian Melakukan pembelian
 Masyarakat minyak goreng dari
umum distributor, ritel,
supermarket dan eksportir.

b. Entitas Rantai Pasokan


1. Produk
Entitas rantai pasokan menggambarkan elemen-elemen di dalam rantai
pasokan. Elemen-elemen ditinjau dari produk, pasar, stakeholder rantai pasokan
dan situasi persaingan. Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan
ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya
besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya
tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera.
Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing
induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil.
Ketersediaan lahan sawit di Indonesia hamper tersebar di seluruh pulau, seperti
Bangka Belitung (107,070 Ha), Bengkulu (180,693 Ha), Irian Jaya Barat
(180,171 Ha), Jambi (388,265 Ha), Kalimantan Barat (431,882 Ha), Kalimantan
Tengah (840,730 Ha) dan Sulawesi Barat (54,568 Ha). Standar kualitas buah
sawit dan Minyak Sawit Kasar yang ditetapkan oleh PT ASL dapat dilihat pada
Tabel 14. Standar minyak goreng yang ditetapkan oleh PT PKB dapat dilihat

49

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
pada Tabel 15. Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 14. Standar Kualitas Buah Sawit
No PARAMETER STANDAR
HASIL PANEN
1. Kriteria Buah Matang Panen Buah matang yang telah
membrondol secara alamiah, yang
ditunjukkan dengan adanya
brondolan normal di piringan
2 Panjang gagang ± 1 cm
3 Bentuk potongan gagang Berbentuk cangkem kodok (V)
PENERIMAAN DI PABRIK PENGOLAH KELAPA SAWIT
4 Buah Busuk Maks 5%
5 Buah Mentah Maks 5%
6 Tandan Kosong 0%
7 Tangkai Panjang Maks 1%

Tabel 15. Standar Kualitas Minyak Sawit Kasar (CPO)


No PARAMETER STANDAR
1. FFA Maks 2,5%
2 Moisture Maks 0,2%
3 Dirt Maks 0,02%
4 DOBI Min 0,2
5 Karoten Min 500 ppm

2. Pasar
Penjualan minyak sawit kasar bersumber dari permintaan pasar luar
negeri dan pasar dalam negeri dan mekanisme penjualan melalui tender.
Minyak sawit kasar hasil pengolahan PT ASL di simpan di pelabuhan Talang
Duku dan Teluk Bayur. Setelah diketahui pemenang dari peserta tender dan
jumlah yang akan dijual, minyak sawit kasar selanjutnya didistribusikan.
Perusahaan yang menjadi peserta tender minyak sawit kasar dapat dilihat
pada tabel 17.

50

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Tabel 16. Standar Kualitas Minyak Goreng
Persyaratan
No. Kriteria Uji Satuan
Mutu I Mutu II
1. Keadaan
1.1 Bau Normal Normal
1.2 Rasa Normal Normal
1.3 Warna Putih, kuning pucat sampai kuning
2 Kadar air % b/b maks 0,1 maks 0,3
3 Bilangan asam mg KOH/g maks 0,6 maks 2
4 Asam linolenat (C18:3)
dalam komposisi asam % Maks 2 Maks 2
lemak minyak
5 Cemaran logam
5.1 Timbal (Pb) mg/kg maks 0,1 maks 0,1
5.2 Timah (Sn) mg/kg maks 40,0/250* maks 40,0/250*
5.3 Raksa (Hg) mg/kg maks 0,05 maks 0,05
5.4 Tembaga (Cu) mg/kg maks 0,1 maks 0,1
6 Cemaran Arsen (As) mg/kg maks 0,1 maks 0,1
7 Minyak Pelikan ** negatif negatif
CATATAN * Dalam kemasan kaleng
CATATAN ** Minyak pelikan adalah minyak mineral dan tidak bisa disabunkan
Sumber : Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng

Tabel 17. Perusahaan Peserta Tender CPO Pengiriman Melalui Pelabuhan Talang
Duku dan Teluk Bayur
No Nama perusahaan No Nama perusahaan
1 PT Inti Benua Perkasatama 9 PT Asianagro Agung Jaya
2 SMART Tbk 10 PT Ecogreen Oleochemicals
3 PT Wilmar Nabati Indonesia 11 PT Victorindo Alam Lestari
4 PT Sari Dumai Sejati 12 PT Nagamas Palmoil Lestari
5 PT Bina Karya Prima 13 PT Multimas Nabati Asahan
6 PT Panca Nabati Prakarsa 14 PT Budi Nabati Perkasa
7 PT Pacific Indopalm Industries 15 PT Wira Inno Mas
8 PT Pacific Palmindo Industries

51

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
CPO selanjutnya diproses untuk menghasilkan minyak goreng di PT
PKB. Bahan baku yang dipergunakan diantaranya berasal dari PT ASL.
Persyaratan standar CPO yang ditetapkan untuk diproses telah disepakati
pada saat pemberkasan administrasi tender, yaitu berdasarkan kandungan
asam lemak bebas (FFA) bernilai maksimal 5%.
Pemasaran minyak goreng dilakukan melalui distributor. Salah satu
distributor yang melakukan penjualan minyak goreng PT PKB yaitu PT FP
dengan sasaran penjualan pasar-pasar tradisional dan PT FI dengan sasaran
penjualan supermarket.

3. Pemangku Kepentingan (Stakeholder)


Banyak pihak yang berperan sebagai pemangku kepentingan dalam
anggota rantai pasokan. Pemangku tersebut adalah pemasok bibit, pemasok
kelapa sawit, petani, koperasi dan bandar, pengolah, pemasok ritel, pemasok
supermarket dan eksportir. Pemasok bibit yang dipergunakan di PT ASL dan
petani koperasi berasal dari Kebun Marihat, Socfindo dan Lonsu Medan.

4. Kemitraan
Peningkatan yang terus menerus terhadap CPO, dengan keterbatasan
jumlah lahan yang dimiliki PT ASL, kemitraan dengan petani terus
ditingkatkan, melalui Koperasi Primer Petani Anggota (KPPA). Saat ini
anggota KPPA terdiri atas 8 kelompok tani, dan masing-masing kelompok
tani terdiri atas 5-20 petani sawit.
Kemitraan yang dijalin antara PT ASL dengan petani tertuang dalam
kontrak, dengan pembahasan sebagai berikut:
1. Lahan yang dipergunakan untuk penanaman kelapa sawit adalah lahan
masyarakat
2. Proses penanaman, dimulai dari bibit sampai pohon menghasilkan,
dibiayai oleh perusahaan sebagai pinjaman kepada petani. Pengembalian
pinjaman dilakukan melalui pemotongan pembayaran hasil penjualan
TBS petani yang masuk ke perusahaan.
3. Untuk proses pemanenan menjadi tanggung jawab petani.

52

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
4. Sistem bagi hasil yaitu 30 % untuk perusahaan dan 70 % untuk petani
dikurangi pinjaman petani (alokasi untuk membayar cicilan pinjaman
sekitar 10-20%).

Pada pabrik pengolah CPO menjadi minyak goreng di PT PKB,


kemitraan terjalin hanya pada bagian pemasaran. Kemitraan yang terjalin
dengan pihak distributor atau ritel dan pasar tradisional atau modern
diharapkan mampu meningkatkan minyak goreng yang dihasilkan oleh PT
PKB, terutama dapat bersaing dari sisi harga tanpa mengurangi aspek mutu
minyak goreng.

5.2. Sasaran Rantai


a. Sasaran Pasar.
Produk hulu yang dihasilkan dari kelapa sawit yaitu CPO. Berdasarkan
standar dan persyaratan mutu yang dihasilkan dibedakan menjadi dua jenis
yaitu CPO dengan kualitas super untuk sasaran pasar ekspor dan sedikit untuk
kebutuhan pasar lokal, dan CPO dengan kualitas standar untuk memenuhi
pasar dalam negeri. Konsumen CPO dengan kualitas super ditujukan untuk
memenuhi permintaan PT Budi Nabati Perkasa dan PT Wira Inno Mas.
Produk hilir yang dihasilkan dari kelapa sawit yaitu minyak goreng. Produk
yang dihasilkan tidak ada perbedaan standar / persyararatan mutu. Seluruh
minyak goreng yang dihasilkan ditujukan untuk seluruh pasar. Dimulai dari
pasar tradisional, supermarket, hingga pasar luar negeri. Perbedaan terletak
pada jenis kemasan yang dipergunakan yaitu minyak goreng yang dikemas
dan minyak goreng di jual sistem curah.

b. Sasaran Pengembangan
Performance PT ASL dalam mengolah kelapa sawit dapat terlihat pada Tabel
18. Permintaan CPO yang diprediksi akan naik di kisaran 9-11%, perusahaan
berupaya meningkatkan performance dengan meningkatkan hasil produksi
dengan terus mengembangkan sumber bahan baku melalui kelompok-
kelompok tani di daerah Hitam Ulu Merangin Jambi.

53

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Tabel 18. Performance Pabrik PT ASL Tahun 2010
No. Performance Hasil
1. Kapasitas Crude Palm Oil Mill 60 ton TBS/Jam
2. Kapasitas Kernel Crushing Plant 100 tons kernel / hari
3. Tandan Buah Segar Olah 314.746 ton
4. Rendemen 23,13%
5. FFA 3,04 %
6. CPO Produksi 72,816 ton

c. Pengembangan Kemitraan
Pengembangan di kelompok tani diberikan melalui pendanaan proses
penanaman dan sosialisasi terkait dengan faktor mutu sawit agar
menghasilkan buah sawit yang sesuai dengan standar.
Tujuan sosialisasi adalah :
1. Menghasilkan buah sawit yang sesuai dengan standar PT ASL.
2. Mengurangi buah mentah masuk ke dalam proses pengolahan.
3. Mengurangi buah terlalu masak (over ripe) dan buah busuk dengan
melakukan percepatan pengangkutan / distribusi TBS pada hari yang
sama dengan pemanenan.
4. Meningkatkan pendapatan petani
5. Meningkatkan pendapatan daerah

d. Performance perusahaan
Buah kelapa sawit yang berasal dari kebun plasma, pengadaan bibit
seluruhnya dari PT ASL. Proses perawatan dan pemanenan dilakukan oleh
petani plasma secara mandiri. Proses perawatan dan pemanenan masih belum
dapat dilakukan secara baik sehingga hasil yang diperoleh masih belum
seluruhnya memenuhi persyaratan perusahaan pembeli. Tandan buah segar
yang telah disortasi di koperasi hasil pengumpulan dari petani-petani plasma,
masih banyak buah mentah dan buah yang terlalu masak. Persentase dari
tandan buah segar yang tidak memenuhi standar rata-rata dari 8 koperasi
mencapai 23,3%. Buah kelapa sawit yang berasal dari petani luar, memiliki
kriteria yang hampir mirip dengan petani plasma, namun persentase buah

54

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
yang tidak masuk standar mencapai 28,1%. Tingkat keperluan penggunaan
buah sawit dari kebun luar sangat kecil. Dalam setahun, penggunaan buah
dari luar hanya sekitar 6.000 ton, khususnya pada musim penghujan, dimana
area kebun inti berpotensi terendam banjir sehingga beberapa afdeling tidak
menghasilkan buah secara maksimal. Dari gambaran kegiatan tersebut,
strategi dan sosialisasi intensif harus lebih ditingkatkan agar buah yang
masuk ke perusahaan seluruhnya memenuhi standar.
Sosialisasi dan strategi yang dapat diberikan kepada petani plasma dan petani
dari kebun luar melalui program Good Farming Practices (GFP), diantaranya
penjelasan mengenai:
1. Pemilihan bibit unggul.
2. Tehnik perawatan tanaman sawit mulai dari penanaman, pemupukan,
perawatan tanaman, proses pemanenan buah pasir dan buah panen.
3. Tehnik pemanenan yang tepat, dengan ditandai jatuhnya brondolan
sebanyak 10% dari perkiraan berat buah sawit.

Strategi lain yang dapat dilakukan kepada koperasi atau Bandar adalah
penerapan sistem Good Handling Practices, GHP, yaitu sistem yang
mengatur bagaimana penanganan buah sawit setelah dipanen untuk
selanjutnya didistribusikan. Salah satu contoh yaitu buah sawit yang telah
dipanen diserahkan oleh petani plasma ke koperasi pada hari yang sama, hal
yang sama dengan petani dari luar mendistribusikan kelapa ke Bandar dihari
yang sama dengan panen. Setelah terkumpul di koperasi atau bandar, buah
kelapa sawit distribusikan ke perusahaan pengolah sawit pada hari yang sama
juga.

Bahan baku yang dipergunakan di PT PKB, dalam mengolah CPO menjadi


minyak goreng, berasal dari beberapa daerah, terutama berasal dari 3 (tiga)
pulau besar di Indonesia, yaitu pulau Sumatera (diantaranya berasal dari PT
ASL), pulau Kalimantan (diantaranya berasal dari PT GSDI dan GSIP) dan
Pulau Irian Jaya. Persyaratan yang ditetapkan dalam penerimaan CPO yaitu
kandungan FFA maksimal 4,5%, yang telah disepakati oleh perusahaan
penjual CPO saat pelelangan CPO. Kapasitas produksi minyak goreng PT

55

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
PKB adalah 1.230.000 ton per tahun. Umumnya, bahan baku yang
dipergunakan tidak mengalami permasalahan terutama terkait dengan mutu.
Begitu juga selama proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng, aspek
mutu diperhatikan dan dijaga. Yang menjadi perhatian adalah pasca proses,
dimana minyak goreng yang sudah dihasilkan untuk didistribusikan, banyak
faktor yang dapat menurunkan faktor mutu minyak goreng.

Sosialisasi dan strategi diperlukan dalam pendistribusian minyak goreng


melalui program Good Distribution Practices, yaitu suatu program/sistem
yang dijalankan oleh distributor untuk menjamin seluruh produk yang
didistribusikan tetep aman sampai ke konsumen (end user). Strategi lain
yaitu pemberian training mengenai tehnik distribusi yang baik, tata letak
penempatan produk dalam mobil distribusi, penggunaan alat transportasi
khusus untuk produk pangan, dan keamanan pangan.

a. Pemilihan Mitra
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, kemitraan dengan petani kelapa
sawit sangat diperlukan. Selain kuantitas yang diperlukan untuk pemenuhan
proses dalam pabrik pengolah kelapa sawit, aspek kualitas juga diperhatikan
untuk pemenuhan aspek mutu dalam membina kemitraan. Seluruh kegiatan
kemitraan disepakati dalam kontrak kerjasama antara petani dengan PT ASL.
Kemitraan yang dibangun oleh PT PKB adalah kemitraan dengan distribusi
untuk produk yang dikemas dan non kemas. Pemasaran yang dilakukan oleh
PT PKB adalah melakukan kerjasama dengan distributor untuk menjual
produk yang dihasilkan, diantaranya minyak goreng. Produk yang dijual
tanpa kemasan (dengan istilah Curah), PT PKB menggunakan truk tangki
minyak dengan sasaran pasar tradisional. Sedangkan produk untuk memenuhi
pasar luar negeri, distribusi dilakukan dengan menggunakan kontainer.
Beberapa hal yang menjadi faktor pemilihan mitra dapat dilihat pada Tabel
19.

56

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Tabel 19. Kriteria Faktor Pemilihan Mitra
No. Mitra Kerja Kegiatan
1. Petani 1. Menghasilkan buah sawit sesuai dengan mutu /
standar PT ASL.
2. Mendistribusikan buah sawit hasil panen tepat waktu.
3. Mampu memasok buah sawit secara sinambung.
4. Mampu untuk memenuhi seluruh persyaratan, bekerja
sama dan bertanggung jawab terhadap kontrak kerja
yang telah disepakati.
2. Agen/Ritel/ 1. Memiliki prosedur kerja yang baik mengenai ritel
Distributor atau distribusi.
2. Komitmen untuk menjalankan Good Handling
Practices.
3. Memiliki fasilitas dan infrastruktur yang baik dalam
penyimpanan produk.
4. Terletak di lokasi yang strategi, untuk memudahkan
dalam pendistribusian barang/produk.

Selain penilaian terhadap petani dan agen/ritel/distributor juga


diperlukan pertimbangan lain dalam pemilihan mitra. Kriteria yang
dipertimbangkan dalam pemilihan mitra rantai pasok, menurut Dickson
dalam Pujawan (2010) dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Kriteria Pemilihan Mitra menurut Dickson dalam Pujawan (2010)
1. Kualitas 12. Organisasi dan manajemen
2. Pengiriman 13. Kontrol operasi

3. Sejarah kinerja 14. Perbaikan pelayanan


4. Kebijakan jaminan dan klaim 15. Sikap

5. Harga 16. memberi kesan yang baik


6. Kemampuan teknis 17. kemampuan mengemas

7. Posisi keuangan 18. Laporan hubungan pekerja

8. Prosedur keluhan 19. Lokasi geografi


9. Sistem komunikasi 20. Jumlah bisnis

10. Posisi dalam industri 21. Bantuan pelatihan

11. Keinginan untuk berbisnis 22. Perjanjian timbal balik.

Sumber : Dickson dalam Pujawan (2010)

57

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
b. Kesepakatan Kontraktual dan Dukungan Kebijakan

Dalam menjalin kerjasama dengan petani plasma dan distributor, kegiatannya


disepakati dalam bentuk kontrak. Kesepakatan yang tertuang dalam kontrak
antara PT ASL dengan petani antara lain berisi :
a. Bersedia dilakukan sampling 100% terhadap buah yang masuk
masuk.
b. Panjang tangkai buah maksimal 1 cm.
c. Mampu mengirimkan buah sawit dengan
dengan persyaratan buah sawit matang,
dengan kriteria seperti terlihat pada Gambar 17,
1 18 dan 119.

X
Ditolak

Gambar 17. Buah Sawit Mentah


Diterima

Gambar 18. Buah Sawit Matang

X
Ditolak

Gambar 19. Buah Sawit Busuk

d. Harga Tandan Buah Sawit yang diterima adalah Rp. 1.650,


1.650,-/kg dan
pembayaran dilakukan setiap hari jumat minggu ke dua dan minggu ke
empat, dengan potongan sebesar 10% - 30% sebagai pengurang hutang
yang telah diberikan oleh perusahaan kepada petani/koperasi.
e. Bersedia untuk mengirimkan tandan buah segar pada hari yang sama
dengan hari panen.
f. PT ASL bersedia untuk menyediakan bibit bagi koperasi dan anggotanya
serta pendanaan untuk perawatan tanaman,
tanaman, pemupukan hingga panen.

58

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
g. PT ASL bersedia untuk memberikan sosialisasi dan training bagi petani
untuk meningkatkan hasil panen petani.

Kesepakatan juga dilakukan oleh PT ASL dengan kendaraan ekspedisi yaitu


truk tangki minyak CPO. Perjanjian meliputi jumlah armada yang disewa
(yaitu 3 armada), riwayat penggunaan armada yaitu belum atau tidak pernah
digunakan untuk angkut solar, dan sistem pembayaran dilakukan saat
penandatanganan perjanjian dengan jangka waktu 1 (satu) tahun, dan
dilakukan evaluasi sebelum diperpanjang kontraknya.
Kesepakatan yang terjalin sebagai bentuk dukungan kebijakan pemerintah
UU No.18/2004 tentang Perkebunan mensyaratkan apabila ada pelaku usaha
yang berkeinginan untuk berusaha di bidang industri pengolahan hasil
perkebunan maka harus dapat menjamin ketersediaan bahan bakunya dengan
mengusahakan budidaya tanaman perkebunan sendiri, melakukan kemitraan
dengan pekebun, perusahaan perkebunan dan atau bahan baku dari sumber
lainnya, sebagaimana ditegaskan di dalam Pasal 17 ayat (4).
Bentuk pengintegrasian sebagaimana diatur dalam UU No.18/1999 tentang
usaha perkebunan tidak mengharuskan bahwa pelaku usaha yang
membidangi usaha pengolahan hasil perkebunan juga harus melakukan usaha
budidaya tanaman perkebunan sendiri. Pola terintegrasi antara usaha
pengolahan dengan usaha budidaya perkebunan sendiri dapat saja dilakukan,
namun tidak melarang bentuk pengintegrasian dalam bentuk kerjasama. Pola
kemitraan adalah salah satu bentuk kerjasama yang dapat dilakukan untuk
mengintegrasikan usaha budidaya tanaman perkebunan dengan usaha
pengolahan hasil perkebunan. (Pasal 15 jo 17 jo 22 UU No.18/1999).
Kesepakatan antara PT PKB dengan pihak distributor dengan tujuan
memasarkan produk yang dihasilkan. Perjanjian yang dituang dalam kontrak
meliputi :

a. Pihak pembuat produk (PT PKB) menitipkan produknya kepada


Distributor untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan. Tujuan
dan pangsa pasar yang akan dibidik seluruhnya menjadi kewenangan
pihak distributor.

59

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
b. PT PKB akan menghasilkan produk yang aman dan memenuhi
persyaratan mutu produk.
c. Distributor ikut bertanggungjawab terhadap mutu produk yang
didistribusikan/dipasarkan sepanjang rantai distribusi hingga sampai di
konsumen (end user).
d. Distributor memiliki prosedur kerja yang sesuai dengan Good Handling
Practices dan Good Distribution Practices.
e. Penetapan harga minyak yang dikemas, berkisar antara Rp. 9.900 – Rp.
10.800 per 1 Liter; Rp. 19.800 – Rp. 22.600 per 2 liter dan Rp. 49.900 –
Rp. 51.500 per 5 liter. Pihak distributor melakukan pembayaran setiap
tanggal 30.
f. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh distributor akan dievaluasi setiap 6
(enam) bulan sekali dan menjadi faktor pertimbangan diakhir tahun
apakah kerjasama akan dilanjutkan atau dihentikan.

5.3. Sumber Daya Rantai


a. Fisik
Sarana dan infrastruktur dalam sumberdaya rantai pasok kelapa sawit,
terdiri atas areal perkebunan, kondisi jalan, bangunan pabrik pengolah kelapa
sawit, bangunan pabrik pengolah CPO, sarana transportasi dan sarana
penyimpanan produk di pelabuhan. Ketersediaan lahan sawit di Indonesia
tersebar di hampir seluruh pulau, data tersaji pada Tabel 21.
PT ASL terletak di disebelah timur laut kota Bangko, sebelah Tenggara Kota
Bungo, sebelah selatan kota tebo dan sebelah barat laut kota sarolangun.
Disebelah timur lokasi merupakan hutan lindung berupa taman Nasional
bukit Dua Belas. Lokasi kebun (inti dan plasma) tersebar pada tiga kabupaten
dengan 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Tabir (2 desa) dan Tabir Selatan (2
desa) Kabupaten Merangin, Kecamatan Hitam Ulu (3 desa) Kabupaten
Sarolangun dan kecamatan Muara Tabir (3 desa) Kabupaten Tebo.
Berdasarkan hamparan, lokasi kebun terbagi atas tiga hamparan. Hamparan
Muara Delang dengan 6 desa pada Kecamatan Tabir Selatan, yakni Desa
Muara Delang, Rawa jaya, Bungo Tanjung, Bungo Antoi, Sinar Gading dan

60

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Sungai Sahut, hamparan Bukit Suban dengan 3 desa pada Kecamatan Hitam
Ulu serta hamparan Tanah Garo dengan 2 desa masuk ke Kecamatan Tabir,
yakni Desa Sei. Bulian dan Sei Sembilan. Sedangkan PKS terletak di Desa
Muara Delang Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin. Kebun inti PT
ASL terdiri atas 9 afdeling, dengan luasan masing-masing afdeling sekitar
800 – 900 Ha. Total luasan kebun sawit inti adalah 8.144 Ha.
Tabel 21. Ketersediaan Lahan Produksi Kelapa Sawit
No. Nama Daerah Lahan yang sudah Sisa lahan Status Lahan
dipergunakan (Ha) yang tersedia
(Ha)
1 Bangka Belitung 107.070,00 - -
2 Bengkulu 180.693,00 - -
3 Irian Barat 30.171,00 150.000,00 Tanah Negara
dan Ulayat
4 Jambi 274.265,00 114.000,00 Tanah
masyarakat dan
tanah negara
yang sudah
digarap
masyarakat
5 Jawa Barat 7.115,00 - -
6 Kalimantan Barat 373.162,00 58.720,00 Tanah negara
dan tanah
masyarakat
7 Kalimantan Selatan 160.753,00 216.474,00 Tanah negara
8 Kalimantan Tengah 343.303,00 497.427,00 Tanah negara
dalam ajuan
permohonan
hak
9 Kalimantan Timur 171.581,00 652.135,00 Tanah negara
dan tanah
masyarakat
10 Kepulauan Riau 5.590,00 - -
11 Maluku Utara 100.000,00 Tanah Negara
12 Nangroe Aceh 227.590,00 - -
Darussalam
13 Papua 89.827,00 - Tanah negara
dan tanah
ulayat
14 Riau 1.307.880,00 30.000,00 Tanah
masyarakat
15 Sulawesi Barat 9.568,00 45.000,00 Tanah negara
dan tanah
masyarakat
16 Sulawesi Selatan 11.894,00 120.298,00 Tanah negara
dan tanah
masyarakat
17 Sulawesi Tenggara 74.000,00 - Tanah negara
Sumber : Dirjenbun, 2008

61

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Atribut penting yang membutuhkan perhatian dalam rantai pasok
sawit adalah kondisi jalan/transportasi yang rusak. Kondisi jalan penghubung
dalam areal perkebunan rusak menghambat pengiriman hasil panen buah
sawit. Dan jalan penghubung antar pabrik ke pelabuhan Teluk Bayur Padang,
terlalu jauh dan sebagian besar jalan rusak. Begitu pula jalur transportasi
menuju pelabuhan Talang Duku Jambi, kondisi jalan hampir 50% rusak.
PT ASL melakukan pengelolaan sarana dan prasarana kebun yang
terdiri atas bangunan perumahan untuk pekerja kebun inti, instalasi listrik, air,
dan sekolah. Sarana dan prasarana pabrik meliputi mess staff, polibun, mess
tamu, lapangan olahraga, pabrik pengolah kelapa sawit berkapasitas 60
ton/jam, bengkel tehnik, kantor utama, kantor produksi, akntor QC,
Laboratorium dan gudang.
Lokasi pabrik refinery PT PKB terletak di Bekasi Barat, dengan luas
areal 30.000 m2 dan jumlah tenaga kerja plant minyak goreng 120 orang,
didukung dengan personal QC dan R&D sejumlah 18 orang. Pabrik pengolah
CPO ini selain menghasilkan minyak goreng, juga menghasilkan produk
turunan sawit lainnya yaitu margarine, shortening, perfume, perfume soap¸
dan laundry soap.
Yang menjadi perhatian dalam aspek mutu sepanjang rantai
pengolahan minyak goreng adalah cara/tehnik distribusi dan penyimpanan
selama di gudang distributor. Distributor harus memperhatikan dari sifat
minyak goreng diantaranya yaitu tidak terkena langsung sinar matahari dan
tidak disimpan berdekatan dengan produk yang beraroma, seperti sabun,
pengharum ataupun produk lainnya yang tidak bersifat racun. Penurunan
aspek mutu yang mungkin terjadi jika penyimpanan tidak sesuai dengan
persyaratan Good Distribution Practices diantaranya yaitu aroma dari produk
yang menggunakan parfum akan menyerap ke minyak goreng dan proses
oksidasi minyak yang menyebab proses ketengikan pada minyak.

b. Teknologi
Penggunaan teknologi untuk menghasilkan kualitas sawit yang baik,
ditentukan oleh bibit yang ditanam. Pembibitan adalah tempat untuk
menumbuhkan kecambah hingga menjadi semai/bibit. Dan memeliharanya

62

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
sampai bibit siap ditanam di lapangan. Sistem pembibitan yang digunakan
adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage nursery). Tahap pertama
disebut dengan pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main
nursery).
Kecambah kelapa sawit yang dibudidayakan yaitu varietas Tennera,
berasal dari kebun Marihat dan Socfindo. Pemeliharaan bibit ditujukan untuk
memperoleh keseragaman pertumbuhan dan bibit sehat. Pemeliharaan
meliputi penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama
dan penyakit serta seleksi bibit.
Perbedaan perlakuan dalam pemeliharaan menyebabkan perbedaan
mutu sawit yang dihasilkan. Selain perbedaan perlakuan, tehnik pemanen
yang berbeda menyebabkan perbedaan mutu sawit, contoh pengetahuan
petani yang berbeda-beda dalma merawat pohon, tehnik memanen dan
tingkat kematangan buah sawit yang baik untuk dipanen.
Setelah dilakukan pemanenan, buah sawit didistribusikan ke pabrik
kelapa sawit untuk diolah menjadi minyak sawit kasar (CPO). Gambaran
proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 20. CPO yang
dihasilkan oleh Pabrik Pengolah Kelapa Sawit menjadi bahan baku bagi
industri hilir yaitu pabrik refineri / pembuatan minyak goreng. CPO diproses
dengan menggunakan mesin-mesin modern closed loop circuit system,
sehingga diyakini dapat menghindarkan interaksi langsung material proses
produksi dari cemaran. Gambaran secara lengkap mengenai proses
pembuatan minyak goreng dapat dilihat pada Gambar 21.

63

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
RECEIVING Proses penerimaan TBS

TBS yang diterima di pabrik pengolah di timbang


WEIGH BRIDGE

Tahap pembongkaran disertai dengan sortasi 100%


NOK PEMBONGKARAN
TBS Reject buah masak. Buah yang tidak memenuhi syarat
SORTASI TBS
dikembalikan kepada petani
OK
Buah yang memenuhi syarat dimasukkan ke dalam
LOADING RAMP loading ramp dan dimasukkan ke dalam lori

Buah yang sudah dimasukkan dalam lori direbus


STRERILIZER
di sterilizer

Dengan menggunakan hoisting crane, buah yang


TANDAN KOSONG THRESHER
telah direbus dimasukkan ke dalam autofeeder dan
dilakukan pemisahan antara buah dan janjang

FRUIT

DIGESTER
Buah rebus selanjutnya dilumatkan didigester dan
dikempa discrew press untuk mendapatkan minyak
Ampas
Kernel Crushing SCREW PRESS
Plant Minyak

VIBRATING SCREEN Minyak selanjutnya disaring di vibrating screen

Sludge
Minyak yang telah disaring dipisahkan antara
Sludge Tank CLARIFIER minyak dan sludge atau pengotor
Minyak

Minyak yang dihasilkan selanjutkan dilakukan


PURIFIER pemurnian kadar kotoran di purifier

Selanjutnya minyak dialirkan ke vacuum drier


VACUUM DRIER
untuk dilakukan pengurangan kadar air

STORAGE TANK Tahap terakhir minyak disimpan di storage tank

Gambar 20. Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit

64

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
RECEIVING Proses penerimaan CPO

WEIGH BRIDGE TBS yang diterima di pabrik pengolah di timbang

Tahap pengecekan meliputi:


- Segel harus utuh, dan no segel harus
NOK sesuai dengan yang tertera di surat jalan
PENGECEKAN - Memastikan bahwa tidak saluran lain kecuali
CPO Reject c. CPO yang dipasang segel
- Dilakukan pengecekan parameter FFA dan
OK Moisture CPO

Jika seluruh pengecekan telah memenuhi syarat


PEMBONGKARAN CPO mutu CPO, selanjutnya dibongkar dan dialirkan ke
tangki penyimpanan bahan baku

Degumming yaitu proses menghilangkan getah


DEGUMMING
minyak dengan memberikan reaksi fosfatasi hingga
getah menggumpal dan terpisah dari minyak

Bleaching yaitu proses penjernihan dengan


BLEACHING memasukan absorben (bleaching earth) yang dapat
membuat CPO menjadi lebih terang

DeaodorizIng yaitu proses pemisahan free fatty acid


DEODORIZING dan penghilangan bau

Crystallization yaitu pembentukan kristal-kristal


stearin yang disebabkan karena perbedaan titik beku
CRYSTALLIZATION
antara stearin dan olein. Pengkristalan ini dilakukan
dengan cara mendinginkan minyak RBDPO secara
bertahap dalam beberapa segmen temperatur.

Fractination yaitu memisahkan fraksi stearin


FRACTINATION yang telah mengkristal dari fraksi olein yang
masih berwujud cair

STEARIN OLEIN

Gambar 21. Diagram Alir Proses Minyak Goreng

65

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
5.4. Proses Bisnis Rantai
a. Pola Distribusi
Pola distribusi yang dibangun oleh anggota rantai pasokan memiliki pola
yang berbeda. Adanya kemudahan aplikasi di lapangan dan upaya untuk
menghemat biaya merupakan landasan dibangunnya pola distribusi. Terdapat
6 (enam) pola jaringan distribusi yang berbeda untuk memindahkan produk
dari produsen ke konsumen, yaitu :
1. Manufacturer storage with direct shiping, yaitu produk dikirim secara
langsung dari produsen ke konsumen akhir tanpa melalui perantara ritel.
2. Manufacturer storage with direct shipping and in-transit merge, yaitu
produk dikirim ke konsumen akhir dengan sebelumnya disimpan
digudang transit.
3. Distributor storage with package carrier delivery, yaitu produk dikirim
ke konsumen akhir melalui jasa kurir atau perusahaan ekspedisi.
Persediaan disimpan di gudang distributor atau ritel sebagai perantara.
4. Distributor storage with last mile delivery, seperti pada pola distribusi
melalui jasa kurir namun pihak ekspedisi memiliki tempat penyimpanan
yang menyebar dan berdekatan dengan lokasi konsumen.
5. Manufacturer/distributor storage with customer pickup, yaitu produk
dikirim ke lokasi penjemputan sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
6. Retail storage with customer pickup, yaitu stok disimpan secara lokal di
toko-toko ritel. Konsumen dapat memesan produk dengan menelepon
atau mendatangi secara langsung toko-toko ritel.

PT ASL dalam pola distribusi mengikuti pola Manufacturer storage with


direct shiping dan Manufacturer storage with direct shipping and in-transit
merge. Produk yang dihasilkan oleh PT ASL didistribusikan secara langsung
ke konsumen tanpa mengikuti perantara ritel. Artinya, seluruh CPO dikirim
kepada pembeli langsung / konsumen. Selain distribusi secara langsung,
pengiriman CPO melalui pengapalan umumnya disimpan di tangki-tangki
penyimpanan sementara di pabrik dan didistribusikan di pelabuhan.

66

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Aspek penting yang diperhatikan dalam pendistribusian produk CPO yaitu
aspek mutu. Dimana indikator yang mampu melihat secara cepat kualitas dari
CPO yaitu kandungan asam lemak bebas (FFA). Nilai FFA CPO yang
dipersyaratkan standar konsumen dan standar nasional Indonesia yaitu
maksimal 5%. Nilai tersebut harus tetap terjaga agar tidak meningkat.

PT PKB dalam pendistribusian produknya menggunakan pola distribusi


Distributor storage with package carrier delivery, yaitu mempercayakan
distributor untuk melakukan penjualan produk yang dihasilkan. Distributor
yang ditunjuk telah menyepakati ketentuan-ketentuan yang dituangkan dalam
kontrak kerjasama.

Aspek penting yang diperhatikan dalam pendistribusian minyak goreng yaitu


tehnik penyimpanan dan tata letak pengelompokkan minyak goreng di
distributor, dimana sifat minyak yang mudah menyerap harus terpisah dari
produk yang beraroma. Faktor lain yang diperhatikan yaitu faktor sinar
matahari yang dapat merusak mutu minyak goreng dalam display produk di
pasar tradisional.

b. Pendukung Anggota Rantai


Peningkatan kemampuan seluruh sumber daya manusia sepanjang rantai
pasok dilakukan melalui pelatihan dan sosialisasi. Dimulai dari petani kebun
inti dan kebun plasma melalui KPPA, training yang diberikan sebagai
berikut:
a. Cara perawatan pohon sawit yang benar, meliputi perawatan pohon,
pemberian pupuk, dan pengendalian gulma.
b. Cara pemanenan sawit yang benar, meliputi alat panen yang
dipergunakan sesuai dengan standar, buah yang dipanen adalah buah
matang, dan cara distribusi buah yang dipanen.
c. Cara pengolahan buah sawit dengan baik dan benar hingga menjadi
CPO yang bermutu dan sesuai dengan standar, serta melakukan
pendistribusian secara benar.

67

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
d. Cara pengolahan CPO menjadi produk minyak goreng dengan cara
dan tehnik yang benar guna menghasilkan produk yang bermutu dan
sesuai dengan standar, serta melakukan pendistribusian secara benar.
e. Sosialisasi sistem manajemen keamanan pangan yang diterapkan di
setiap industri pengolah kepada seluruh pegawai yang terkait.

5.5. Desain Metrik Pengukuran Rantai Pasok Komoditi Berbasis Kelapa


Sawit dengan Pendekatan SCOR Model.

Salah satu aspek yang erat kaitan dengan rantai pasok adalah
manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan
manajemen kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu
mengevaluasi kinerja rantai pasok dengan tujuan untuk (i) melakukan
pemantauan dan pengendalian; (ii) mengkomunikasikan tujuan organisasi ke
fungsi-fungsi rantai pasok; (iii) mengetahui posisi organisasi terhadap
tujuan yang ingin dicapai; dan (iv) menentukan arah perbaikan untuk
menciptakan keunggulan dalam bersaing.
Pengembangan sistem pengukuruan kinerja rantai pasok menurut
Aramyam et al. (2006) perlu mempertimbangkan karakter-karakter khusus
dari rantai pasok yang akan diukur. Secara umum rantai pasok produk
tanaman perkebunan sangat beragam sifatnya, tergantung produk berasal
dari bagian apa dari tanaman yang diusahakan, dan hasil akhir yang
diharapkan dari pengolahan hasil perkebunan tersebut. Berdasarkan
sifatnya, biasanya pengolahan dibedakan menjadi pengolahan primer dan
sekunder. Pengolahan primer menghasilkan produk antara, dan dapat
dianggap sebagai penanganan pascapanen, sedangkan pengolahan sekunder
merupakan lanjutan dari pengolahan primer dan menghasilkan produk yang
siap dikonsumsi. Hasil tanaman perkebunan harus segera diolah untuk
menghindari kerusakan dan penurunan mutu. Contoh pada sawit bila tidak
segera diolah kandungan minyak akan mengalami reaksi kimia yang
berujung pada penurunan mutu dan rendeman pengolahan.
Menurut Aramyam et al. (2006), dampak yang paling besar dalam
kinerja rantai pasok produk perkebunan secara keseluruhan adalah aspek

68

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
kualitas produk dan lingkungan. Karena itu, dalam mengembangkan sistem
pengukuran kinerja, indikator yang menggambarkan aspek kualitas produk
dan proses adalah sangat relevan dan bersama-sama dengan indikator-
indikator proses, finansial dan non-finasial lainnya tergabung dalam satu
sistem pengukuran kinerja. Dalam penelitian ini, aspek kualitas atau
kesesuaian denganstandar kualitas merupakan aspek yang dikaji dan
dimasukkan dalam penyesuaian metrik kinerja dengan pendekatan SCOR.
Pendekatan proses dalam merancang sistem pengukuran kinerja rantai
pasok memungkinkan untuk mengidentifikasikan masalah pada suatu proses
sehingga dapat mengambil tindakan koreksi sebelum permasalahan meluas.
SCOR adalah suatu model acuan dari operasi rantai pasok yang berdasarkan
proses, dengan membagi-bagi dalam lima proses yang terintegrasi yaitu
perencanaan (plan), pengadaan (source), produksi (make), distribusi
(deliver), dan pengembalian (return).
1. Perencanaan (Plan)
Adalah proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk
menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan,
produksi dan pengiriman. Perencanaan diawali dengan kegiatan
penetapan sumber daya rantai pasok yang disertai dengan berbagai
perencanaan yaitu perencanaan sumber bahan baku, produksi,
penyimpanan, penjualan yang merupakan agregasi besarnya
permintaan dan pendistribusian. Perencanaan ditujukan untuk
pengembangan strategi dalam mengatur sumberdaya yang diperlukan
agar perencanaan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan atau
permintaan konsumen.
2. Pengadaan (Source)
Adalah proses pengadaan bahan baku untuk memenuhi permintaan.
Lingkup proses yang dicakup adalah penjadwalan pengiriman dari
petani, penerimaan dan pemeriksaan bahan baku, dan melakukan
pembayaran kepada petani. Cara pembayaran dilakukan berdasarkan
kesepakatan antara petani atau koperasi atau bandar dengan pihak
pengolah/pembuat produk. Salah satu kesepakatan yang menjadi

69

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
faktor penting pembayaran dan penilaian bagi pemasok adalah bahan
baku yang dikirim sesuai dengan standar mutu.
3. Produksi (make)
Adalah proses mentranformasi bahan baku menjadi produk yang
diinginkan konsumen. Proses yang terlibat didalamnya yaitu
penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi, melakukan
pengawasan kualitas, dan memelihara fasilitas serta infrastruktur
produksi. Dalam penelitian, kegiatan produksi dilakukan atas dasar
perencanaan untuk memenuhi target stok (make to stok) dan atas
dasar pesanan (make to order).
4. Distribusi (deliver)
Adalah proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang yang
melibatkan diantaranya adalah memilih perusahaan jasa pengiriman,
menangani kegiatan pergudangan produk jadi, menangani pesanan
pelanggan, menjaga kualitas sepanjang rantai pasok dan pengiriman
tagihan.
5. Pengembalian (Return)
Adalah proses pengembalian bahan baku atau menerima
pengembalian produk yang disebabkan berbagai penyebab. Kegiatan
yang menjadi penyebab pengembalian yaitu karakteristik bahan baku
yang diterima tidak memenuhi standar mutu, deskripsi produk yang
dihasilkan tidak memenuhi standar mutu, kesalahan penjadwalan dan
proses pengembalian.

Metrik Pendekatan SCOR Model

Untuk pengukuran kinerja, SCOR menggunakan beberapa dimensi umum


yaitu reliabilitas, resposivitas, fleksibilitas, biaya dan aset. Tabel 21. Menunjukkan
metrik level 1 yang terdapat pada model SCOR. Metrik-metrik tersebut terdiri atas
dua kepentingan yaitu kepentingan konsumen dan kepentingan monitoring internal.
Dalam metrik yang disusun, dijabarkan kembali dalam tiga level penjabaran.
Penjabaran metrik secara lengkap disajikan dalam Tabel 21.

70

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Tabel 21. Metrik Level 1 dan Atribut Performa SCOR
Atribut Mutu
Metrik Level 1 Eksternal (konsumen) Internal
Reliabilitas Responsivitas Fleksibilitas Biaya Aset
Pemenuhan pesanan √
Pengiriman √
Kesesuaian dengan standar √
mutu
Siklus pemenuhan pesanan √
Lead time pemenuhan √
pesanan
Fleksibilitas produksi √
Biaya manajemen rantai √
pasok
Siklus cash-to-cash √
Inventory days of supply √
Sumber : Supply Chain Council 2006, disesuaikan

Metrik kinerja pengiriman pemenuhan pesanan dan kesesuaian dengan


standar adalah metrik yang mencoba menjelaskan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi permintaan konsumen. Pemenuhan permintaan dikategorikan baik jika
aspek-aspek didalamnya dapat terpenuhi, seperti ketepatan jumlah pengiriman,
kesesuaian dengan persyaratan mutu produk yang diinginkan pelanggan, ketepatan
tujuan atau tempat pengiriman dan ketepatan dokumentasi data pengiriman. Faktor
mutu yang dikaji dalam penelitian mencakup aspek karakteristik bahan baku,
keamanan dan kesehatan prok, pengamatan secara visual dan keterandalan produk,
secara lengkap tersaji pada Tabel 22.

71

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Tabel 22. Tabel Hierarki Metrik
Hierarki Level Metrik
Atribut Level 3
Level 1 Level 2
Pasca Panen PKS Refinery
Reliabilitas Pemenuhan % pemenuhan pesanan  Ketepatan buah matang  Ketepatan jenis CPO
-
pesanan  ketepatan jumlah  Ketepatan jumlah
Dokumentasi Dokumentasi pengiriman  Dokumentasi pengiriman  Dokumentasi
 Keluhan pengiriman
 Waktu pembayaran  Keluhan
 Waktu pembayaran
Kinerja % Pesanan terkirim - - -
pengiriman Ketepatan jadwal  Ketepatan waktu  Ketepatan waktu  Ketepatan waktu
 Ketepatan lokasi  Ketepatan lokasi  Ketepatan lokasi
% Kehilangan berat - - -
Kesesuaian % Pemenuhan standar  Tingkat kematangan Kandungan asam lemak bebas Kandungan asam lemak
dengan mutu buah CPO bebas minyak goreng
standar mutu  Buah tidak rusak/cacat
 Buah tidak terkena
penyakit
Responsivitas Siklus Siklus source  Waktu transfer  Waktu transfer  Waktu transfer
pemenuhan  Validasi pembayaran  Validasi pembayaran  Validasi pembayaran
pesanan Siklus make  Waktu penyediaan bahan  Waktu penyediaan
baku bahan baku
-
 Pengolahan (produksi)  Pengolahan (produksi)
 Penyimpanan  Penyimpanan
Siklus deliver  Pemuatan bahan baku  Pemuatan bahan baku  Waktu pengemasan
 Transportasi  Transportasi  Pemuatan bahan baku
 Verifikasi pengiriman  Verifikasi pengiriman  Transportasi
 Verifikasi pengiriman

72

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Tabel 22. Tabel Hierarki Metrik (lanjutan)
Hierarki Level Metrik
Atribut Level 3
Level 1 Level 2
Pasca Panen PKS Refinery
Responsivitas Lead time Waktu pemesanan - - -
pemenuhan Waktu pengiriman Maks 24 jam setelah panen
- -
pesanan
Fleksibilitas Fleksibilitas Fleksibilitas source Maks (0 - 100%) ± 0 (45 % – 50%) + stok (90% - 100%) + stok
rantai pasok Fleksibilitas make - - -
Fleksibilitas deliver - - -
Biaya rantai Biaya Biaya plan Biaya perencanaan : Biaya perencanaan :
pasok manajemen  Penjualan  Penjualan
rantai pasok Biaya perencanaan panen
 Pembelian bahan baku  Pembelian bahan baku
 Produksi  Produksi
Biaya source - Biaya bahan baku Biaya bahan baku
Biaya make  Biaya produksi  Biaya produksi
 Biaya inbound  Biaya inbound
-
transportation transportation
 Biaya loss  Biaya loss
Biaya deliver Biaya outbound
Biaya transportasi Biaya outbound transportation
transportation
Biaya return  Biaya return bahan baku
Biaya return bahan baku Biaya return bahan baku
 Biaya return produk
Aset rantai Siklus cash- Rentang hari
- - -
pasok to-cash pembayaran utang
Rentang hari
- - -
pembayaran piutang
Inventory Jumlah persediaan - - -
days of Lama persediaan
- - -
supply

73

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/

Anda mungkin juga menyukai