Anda di halaman 1dari 9

Uang adalah seperti yang kita ketahui, yaitu suatu benda yang dapat ditukarkan dengan benda lain,

dapat digunakan untuk menilai benda lain, dan dapat kita simpan. Selanjutnya, jangan lupa bahwa uang
dapat juga digunakan untuk membayar utang di waktu yang akan datang.

Dengan kata lain, uang adalah suatu benda yang pada dasarnya dapat berfungsi sebagai:

(1) alat tukar (medium of exchange),

(2) alat penyimpan nilai (store of value),

(3) satuan hitung (unit of account), dan

(4) ukuran pembayaran yang tertunda (standard for deffered payment).

Perlu dikemukakan pula bahwa pada awalnya uang hanya berfungsi sebagai alat penukar saja tetapi,
sejalan dengan perkembangan peradaban manusia dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, fungsi
tersebut telah berkembang dan bertambah sehingga mempunyai fungsi seperti uang pada saat ini.

Pada dasarnya, peranan dan keterkaitan yang erat antara uang dengan kegiatan suatu perekonomian
dapat dianggap sebagai suatu hal yang bersifat alami karena semua kegiatan perekonomian moderen,
misalnya produksi, investasi, dan konsumsi, selalu melibatkan uang. Bahkan, dalam perkembangannya
uang tidak hanya digunakan untuk mempermudah transaksi perdagangan di pasar barang namun uang
itu sendiri juga menjadi suatu komoditas yang dapat diperdagangkan di pasar uang. Dengan kondisi
tersebut, sangatlah sulit dibayangkan apabila tidak ada benda yang namanya uang.

Ilustrasi sederhana mengenai aliran atau arus perputaran barang dan uang terjadi dalam suatu
perekonomian dapat dijelaskan sebagai berikut. Masyarakat membutuhkan uang untuk memperlancar
kegiatan ekonominya baik berupa kegiatan produksi, investasi, maupun konsumsi. Sebagaimana
diketahui, dalam setiap kegiatan ekonomi tersebut selalu terdapat dua macam aliran, yaitu aliran barang
dan aliran uang atau dana. Sebagai contoh, dalam suatu kegiatan produksi, untuk menghasilkan suatu
produk perusahaan membutuhkan input, misalnya berupa bahan baku dan tenaga kerja. Dalam proses
tersebut perusahaan akan membeli bahan baku dan menyewa tenaga (keahlian) dari masyarakat
sehingga akan terjadi aliran barang dan jasa berupa bahan baku dan tenaga kerja dari masyarakat. Pada
saat yang sama juga terjadi aliran uang dari perusahaan untuk pembayaran bahan baku yang dibeli
tersebut. Aliran uang keluar tersebut bagi perusahaan akan menjadi pos biaya, sementara bagi
masyarakat, aliran uang masuk tersebut merupakan pos pendapatan. Sementara itu, setelah perusahaan
menghasilkan suatu produk dan menjualnya ke masyarakat akan terjadi aliran uang keluar dari
masyarakat dan sebaliknya terjadi aliran uang masuk yang merupakan pendapatan perusahan.
Mekanisme yang serupa juga terjadi pada kegiatan investasi dan kegiatan ekonomi lainnya. Berdasarkan
contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pentingnya peran UANG dalam perekonomian.
1. Manajemen strategik dalam bentuknya seperti yang kini saudara kenal tidak terjadi seketika,
melainkan melalui proses evolusi yang panjang. Jelaskan secara detail proses perkembangan dan pasang
surut manajemen strategik tersebut!

Dengan penyederhanaan yang agak berlebihan, sejarah perkembangan manajemen strategik - dengan
menggunakan tolok ukur waktu di negara maju, dapat dikelompokkan dalam empat tahapan berikut ini:
(1) anggaran dan pengawasan keuangan, (2) perencanaan jangka panjang, (3) perencanaan strategik
perusahaan, dan (4) manajemen strategik (Gluck, Kaufman, dan Walleck, 1980 dikutip dari Rue dan
Holland, 1989).

Anggaran perusahaan dan pengawasan keuangan adalah model perencanaan perusahaan yang dikenal
pertama kali oleh para eksekutif perusahaan. Model ini lahir kurang lebih tujuh puluh tahun yang lalu,
Ketika lingkungan bisnis masih cenderung memiliki tingkat stabilitas yang tinggi. Ini tidak berarti bahwa
model ini tidak lagi dijumpai lagi. Biasanya model ini masih digunakan oleh perusahaan yang relatif
muda dan berukuran kecil.

Model yang ada pada tahapan kedua - perencanaan jangka panjang (long-range planning) - pada
dasarnya tidak berbeda jauh dengan model yang ada pada tahapan pertama. Semua konsep, teknik, dan
alat analisis yang digunakan pada model tahap pertama tetap digunakan. Hanya saja pada tahapan
kedua ini perusahaan sudah mulai menerapkannya untuk jangka waktu panjang, biasanya mencakup
lima tahunan. Secara teknis, biasanya dimulai dengan melakukan peramalan penjualan untuk beberapa
tahun ke depan dan kemudian menerjemahkan hasil ramalan tersebut lebih jauh ke dalam bidang
produksi, sumber daya manusia, keuangan, dan pemasaran. Teknik analisis peramalan yang digunakan
masih sepenuhnya mendasarkan diri pada data sejarah.

Model ketiga berbeda jauh dengan model sebelumnya. Dalam model ini muncul berbagai konsep dan
teknik analisa baru. Ini terjadi karena lingkungan bisnis yang mengitarinya telah banyak berubah,
khususnya sejak pertengahan dasawarsa enam puluhan. Ekonomi tidak lagi tumbuh sepesat masa
sebelumnya dan oleh karena itu tingkat persaingan antarperusahaan semakin tajam. Pada saatnya ini
menjadi sebab berubahnya perhatian manajemen. Analisis lingkungan bisnis mulai diperhatikan. Pada
masa sebelumnya mereka lebih menitikberatkan pada hal ihwal produksi, kini perhatian lebih banyak
dicurahkan pada soal pemasaran, khususnya dalam hal pemenuhan kepuasan konsumen. Posisi tawar
menawar konsumen meningkat. Pada masa inilah sesungguhnya pola pokok berpikir strategis dalam
manajemen dimulai. Dasar-dasar dari model manajemen strategic mulai terbentuk. Di saat yang sama
juga mulai ada kekhawatiran tentang adanya penekanan yang berlebihan pada aspek rasional dan
analitis yang melekat pada perencanaan. Aspek seni (art) dan kepemimpinan (leadership), dan
kewiraswastaan mulai tertinggal, tidak termasuk yang diperhatikan. Ada kecenderungan untuk secara
berlebihan memberikan perhatian pada pentingnya fungsi perencanaan, khususnya perencanaan jangka
panjang dan global. Seakan-akan hanya dengan perencanaan yang jitu, organisasi akan berjalan dengan
sendirinya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Perencanaan memang merupakan alat komunikasi manajemen yang canggih untuk menyampaikan
gagasan eksekutif dan pemilik, akan tetapi itu saja belum menjadikan jaminan adanya mobilisasi seluruh
sumber daya dan dana yang ada di dalam perusahaan. Perlu ada dukungan dari aspek manajemen yang
lain, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pengawasan: struktur organisasi, sistem
kompensasi, informasi dan komunikasi, motivasi dan iklim kerja, budaya perusahaan, serta pengendalian
dan pengawasan.
Dari semua kritik yang baru saja diuraikan inilah muncul apa yang kini disebut dengan manajemen
strategik (strategic management). Pola berpikir strategis digabung dengan proses manajemen. Segala
sesuatu yang bersifat strategis tak hanya berhenti sampai pada perencanaan, apalagi hanya sekedar
perencanaan yang bersifat global. Strategi operasi juga teramat diperlukan. Mobilisasi dana dan daya
yang diperlukan untuk menggerakkan roda perusahaan baru akan terjadi jika perencanaan diikuti oleh
eksekusi dan pengendalian yang konsisten. Bahkan dua fungsi manajemen yang disebut belakangan
itulah yang lebih menentukan kegagalan atau keberhasilan perusahaan. Jadi pada dasarnya, manajemen
strategik adalah perkembangan lebih jauh dari model-model yang sudah ada, khususnya tahapan ketiga.
Konsep, teknik dan alat analisa tetap digunakan - hampir tanpa ada pengurangan yang berarti - hanya
ada beberapa penambahan dengan lebih mengintegrasikan dengan keseluruhan fungsi pokok
manajemen, termasuk unsur seni manajerial.

2. Apakah praktik manajemen strategik di Indonesia sebelum dan sesudah krisis ekonomi benar-benar
mengikuti apa yang dijelaskan secara teoritik. Jelaskan!

Dugaan tentang praktik manajemen strategik di Indonesia yang disampaikan dalam bagian ini tidak
dibuat berdasarkan penelitian, melainkan hanya berdasar pengalaman penulis dalam melakukan praktik
konsultasi dan lokakarya pada cukup banyak perusahaan besar di Indonesia sejak tahun 1998 dan
sumber bacaan yang tersedia. Dugaan ini dikaitkan dengan empat komponen pokok manajemen
strategik. Dugaan juga dibuat dengan dua kerangka waktu yang berbeda: sebelum krisis ekonomi yang
terjadi sejak pertengahan kedua tahun 1997 dan sesudahnya. Krisis ekonomi dinilai sebagai momentum
yang tepat untuk banyak melakukan perubahan praktik manajemen strategik di Indonesia. Dalam
kenyataannya, harapan yang sempat melimpah tersebut tidak berjalan seintensif seperti apa yang
diprakirakan.

Dalam sejarah perkembangannya sejak tahun 1966 sampai dengan pertengahan tahun 1997, ekonomi
Indonesia - bersama ekonomi negaranegara Asia Timur – mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi – di
sekitar angka 7 persen - dan berkelanjutan untuk jangka waktu yang relatif lama. Indonesia kemudian
dikategorikan sebagai salah satu negara industri baru di kawasan Asia Timur. Bahkan tingginya kinerja
ekonomi di sebagian besar negara-negara Asia tersebut pernah dinamai sebagai fenomena keajaiban
Asia (Asian miracle). Akibatnya, pendapatan per kapita masyarakat mengalami peningkatan, yang
berujung pada meningkatnya daya beli masyarakat.

Ketika itu, pemerintah Indonesia dikatakan sebagai salah satu pemerintahan yang kuat secara politik. Di
saat yang sama, pemerintah juga memiliki dana yang besar yang tercermin dalam anggaran pendapatan
dan belanjanya. Dengan dua bekal tersebut – kuat secara politis dan ekonomis – pemerintah dapat
dilihat sebagai salah satu lingkungan bisnis makro yang menjadi penentu dominan keberhasilan kinerja
perusahaan. Perusahaan tidak dapat begitu saja mengabaikan apa yang dilakukan oleh pemerintah,
sejak dari kebijaksanaan baru yang dimunculkan sampai pada kekuatan ekonomi yang dimiliki. Produk
hukum dan peraturan yang mengikutinya tampak begitu condong pada kepentingan bisnis. Pemerintah
dan aparatnya terkesan pro pasar (market friendly).

Monopoli masih dinikmati oleh sebagian besar perusahaan negara dan daerah. Akan tetapi perusahaan
swasta tidak juga berada dalam struktur industri yang kompetitif, apalagi sampai pada tingkatan hiper.
Paling banyak berada pada struktur pasar oligopoli dominan atau pekat. Tidak juga tersedia produk
pengganti yang memadai. Menariknya, sering kali justru sudah ditemukan halangan memasuki pasar
yang tinggi, terutama halangan politik dan hukum. Tidak kalah pentingnya halangan merek, karena
umumnya konsumen masih memiliki loyalitas yang tinggi. Mereka tidak begitu mudah berpindah merek.

Rasanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa amat sulit menemukan perusahaan di Indonesia yang
konsisten melakukan pilihan dari salah satu strategi bersaing, kepemimpinan biaya atau diferensiasi
(Basri dan van der Eng, ed., 2004; Forrester, ed., 1999; Williamson, 2004). Kepemimpinan biaya sulit
dilakukan secara berkelanjutan karena perusahaan bekerja tidak efisien. Kalaulah ada efisiensi hanya
terbatas pada manajemen operasi, tidak sampai pada wilayah manajemen fungsional lainnya.

Setelah krisis ekonomi 1997, banyak harapan dilontarkan bahwa perilaku korporat Indonesia akan
banyak mengalami perubahan. Sumber daya dan dana tidak lagi melimpah pada masa lalu, maka
seyogianya mereka juga lebih berhati-hati dalam mengelola uang – khususnya dalam melakukan
pinjaman - dan bekerja dengan cara lebih efisien. Tidak sebatas pada manajemen produksi saja. Mereka
juga semestinya tidak lagi berpikir jangka pendek, akan tetapi juga mulai memberikan perhatian pada
dimensi waktu yang lebih panjang, misalnya dengan memberikan porsi perhatian yang lebih besar pada
inovasi dan implementasi visi. Adakah pasar domestik kini masih menjanjikan ketika masyarakat tidak
lagi memiliki daya beli setinggi masa sebelumnya. Tidak kalah pentingnya menjadikan perusahaan
dikelola dengan prinsip tata kelola yang baik. Transparansi dan etika diharapkan dapat mengemuka.

Masih diragukan apakah semua harapan baru tentang praktik manajemen strategik tersebut mudah
untuk mewujud, sekalipun sesungguhnya dorongan dan sekaligus tuntutan untuk ada perbaikan
signifikan telah tampak terang benderang. Perubahan memang selalu tidak mudah dilakukan, sekalipun
itu untuk perbaikan, apalagi yang memerlukan komitmen jangka panjang.

Pendekatan Neoklasik muncul dari serangkaian percobaan yang dilaksanakan oleh Elton Mayo dan
kelompoknya antara tahun 1927 hingga 1932 pada pabrik Hawthorne milik perusahaan elektronika
Western Electric Company di Amerika. Pendekatan ini berpegang pada beberapa prinsip. Antara lain…

Salah satu percobaan dilakukan untuk mempelajari pengaruh kondisi fisik tempat bekerja terhadap
prestasi pekerja. Pada awalnya, kondisi fisik yang diteliti adalah kuat penerangan ruangan kerja.
Beberapa pekerja wanita yang tugasnya melakukan assembling komponen elektronik, ditempatkan pada
sebuah ruang kerja khusus yang kuat penerangannya bisa diatur. Para pekerja ini sebelumnya bekerja di
sebuah ruangan besar dengan ratusan pekerja wanita lainnya. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa
prestasi pekerja selalu meningkat walaupun kuat penerangan di tempat kerja berubah, baik menjadi
lebih terang ataupun menjadi lebih gelap.

Secara tidak sengaja, percobaan ini menunjukkan bahwa selain pengaruh kondisi fisik ruangan, juga ada
faktor lain yang mempengaruhi prestasi pekerja, yaitu ikatan sosial. Ikatan sosial mempengaruhi prestasi
pekerja, karena mereka dipisahkan menjadi kelompok kecil dan ditempatkan pada sebuah ruang kerja
khusus, terpisah dari para pekerja assembling lainnya. Ikatan sosial yang terjadi, kemudian berkembang
menjadi solidaritas kelompok sehingga semua pekerja berusaha bekerja dengan prestasi yang baik agar
tidak mengecewakan ataupun memalukan kelompoknya.

Percobaan Hawthorne ini segera diikuti dengan percobaan-percobaan lain yang sejenis, yang akhirnya
melahirkan Pendekatan Neoklasik atau disebut juga pendekatan Human Relations karena perhatiannya
bertumpu pada aspek hubungan antar manusia dalam organisasi.

Pendekatan ini berpegang pada beberapa prinsip berikut.

a. Organisasi adalah suatu sistem sosial, dimana hubungan antara anggotanya merupakan interaksi
sosial.

b. Interaksi sosial ini menyebabkan munculnya kelompok non-formal organisasi, yang memiliki norma
tersendiri yang berlaku dan merupakan pegangan bagi seluruh anggota kelompok. Norma ini
berpengaruh terhadap sikap maupun prestasi para anggota kelompok.

c. Interaksi sosial antara anggota organisasi bisa dan perlu diarahkan agar pengaruhnya bersifat positif
bagi individu maupun kelompok. Oleh karena itu, diperlukan saluran komunikasi yang efektif untuk
mengarahkan interaksi sosial tersebut, sebab kelompok-kelompok nonformal bisa saja mempunyai
tujuan yang berbeda dari kepentingan organisasi.

Oleh karena beberapa alasan tersebut, dalam organisasi diperlukan pemimpin yang selain
memperhatikan struktur formal, juga mempunyai perhatian terhadap aspek psikososial. Diperlukan
keterampilan sosial di samping keterampilan teknis agar mampu membina munculnya ikatan sosial yang
sehat dalam organisasi.

Dari penjelasan tersebut tampak bahwa perhatian Pendekatan Neoklasik terfokus pada aspek hubungan
antarmanusia dalam organisasi, dan kurang memperhatikan struktur pembagian tugas, tanggung jawab,
dan wewenang ataupun secara lebih luas anatomi organisasi. Hal ini sering kali dipandang sebagai
kelemahan utama Pendekatan Neoklasik.

Sumber: Modul 1 Hal 9-10; Materi pokok organisasi / EKMA4157 /3 sks/ S.B. Hari Lubis. -- Cet.20; Ed 1--.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2019.
1. Bisnis ekstraktif

Bisnis ekstraktif adalah jenis bisnis yang bergerak dalam kegiatan pertambangan atau menggali bahan
tambang. Contoh perusahaan dari bisnis ekstraktif adalah PT Pertamina Persero, PT Aneka Tambang,
Tbk., dan PT Timah, Tbk.

2. Bisnis agraris

Bisnis agraris adalah bisnis yang bergerak pada sektor pertanian, perikanan, peternakan perkebunan dan
kehutanan. Contoh perusahaan yang bergerak di bidang agraris adalah PT Asian Agri, Tbk., PT Sumatera
Plantation, Tbk., dan PT Great Giant Pineaple.

3. Bisnis manufaktur

Bisnis manufaktur (terkadang ada yang menyebut bisnis industri) adalah bisnis yang mengolah bahan
baku menjadi produk jadi (selesai) dengan bantuan tenaga manusia dan mesin-mesin peralatan.
Sebagian perusahaan manufaktur menggunakan bahan baku yang dihasilkannya sendiri dan sebagian
lain tidak menghasilkan bahan baku yang diolahnya, melainkan memperolehnya dari pemasok atau
bisnis lain. Produksi minuman ringan yang mengunakan bahan dasar dari teh atau kopi tidak dapat
dikategorikan sebagai perusahaan agraris, tetapi tergolong perusahaan manufaktur. Namun,
perusahaan yang hanya memproduksi daun teh atau biji kopi tanpa mengolah lanjut menjadi produk
akhir tidak dapat disebut sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur, tetapi tergolong
bisnis agraris. Contoh bisnis manufaktur adalah Astra International Tbk (ASII), Astra Otopart Tbk (AUTO)
Indo Kordsa Tbk (BRAM), Gajah Tunggal Tbk (GJTL).

Suatu Bisnis yang dijalankan tanpa melalui perumusan perencanaan pemasaran tidak akan bertahan
lama dan cenderung berjalan tidak teratur. Setujuhkah Anda dengan pernyataan tersebut? Jelaskan
alasan Anda!

Sangat Setuju. Dalam situasi ekonomi global yang ditandai dengan perubahan – perubahan yang
semakin cepat, menjadi sangat perlu bagi bisnis untuk memiliki kemampuan dalam membaca dan
memahami perubahan-perubahan tersebut demi menjaga keberlangsungan hidup yang kompetitif.

Bisnis perlu memahami posisinya di tengah percaturan persaingan yang semakin keras. Keterkaitan
antardisiplin ilmu yang menjadi semakin kompleks dan saling mempengaruhi satu sama lain
mengharuskan bisnis untuk berpikir dan bertindak semakin cepat dan tepat. Keputusan yang dibuat
tidak lagi bersifat reaktif, namun proaktif, partisipatif serta tidak berdasarkan intuisi semata.

Perusahaan menjalani proses manajemen dalam mengembangkan perencanaan pemasaran. Pada


perusahaan kecil dengan unit usaha tunggal, proses ini dapat berlangsung informal. Pada perusahaan
yang lebih besar dengan organisasi yang lebih terdiversifikasi, proses dilakukan secara sistematik. Secara
konsep, proses ini relatif sederhana. Namun demikian, dalam pelaksanaannya, untuk membuat sebuah
perencanaan pemasaran perlu dilakukan kajian situasi, formulasi asumsi-asumsi dasar, penetapan
sasaran apa yang dijual dan kepada siapa akan dijual, memutuskan bagaimana sasaran akan dicapai,
serta penjadwalan dan pembiayaan kegiatan yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan rencana
tersebut.

Perencanaan pemasaran adalah hal yang penting untuk setiap operasi bisnis yang bertujuan untuk
mengefisienkan dan mengefektifkan pemasaran suatu produk atau layanan. Perencanaan pemasaran
menolong Anda memvisualisasikan secara jelas ke mana Anda akan menuju dan apa yang hendak Anda
capai. Pada saat yang sama, perencanaan pemasaran memberi detail langkah-langkah penting yang
dibutuhkan untuk menuju posisi yang Anda inginkan dari posisi Anda sekarang. Selain itu, manfaat lain
adalah pada saat mengompilasi dan mengembangkan perencanaan pemasaran, berarti Anda juga
sedang merencanakan berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap langkah, serta
beberapa sumber daya uang, dan usaha apa yang dibutuhkan.

Tidak dipungkiri bahwa perencanaan pemasaran penting. Kemampuan Anda untuk memperoleh
keuntungan penjualan dipengaruhi oleh ratusan faktor internal dan eksternal yang saling berinteraksi
dalam cara yang kompleks. Keuntungan penjualan dapat disimpulkan dalam empat poin berikut:

a. memaksimalkan pendapatan (revenue);

b. memaksimalkan keuntungan;

c. memaksimalkan Return on Investment;

d. dan meminimalkan biaya.

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen manakah faktor yang paling
mendominasi dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa?

Proses keputusan konsumen dipengaruhi oleh 3 faktor utama: strategi pemasaran, perbedaan individu,
dan faktor lingkungan. Dan faktor yang paling dominan adalah faktor perbedaan individu.

Faktor perbedaan individu adalah motivasi, kepribadian, konsep diri, pengelolaan informasi, proses
belajar, pengetahuan, sikap, maupun agama. Hal-hal tersebut adalah hal-hal yang bersifat pribadi yang
mempengaruhi proses keputusan konsumen. Setelah memahami proses keputusan konsumen, maka
pengambil kebijakan dapat merumuskan kebijakan yang tepat untuk melindungi konsumen. Pemasar
yang memahami keputusan konsumen, maka ia dapat merumuskan strategi pemasaran yang tepat. Para
pendidik konsumen yang memahami proses keputusan konsumen, maka ia dapat membuat program
dan kegiatan pemberdayaan konsumen cerdas dan bijak.

Apakah ada perbedaan dalam faktor yang paling dominan dalam keputusan membeli konsumen
disetiap negara?

Ada terdapat perbedaan faktor yang paling dominan dalam pengambilan keputusan, antara lain:

1. Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan
bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh
seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari
sub budaya – sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik
untuk para anggotanya. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme,
kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar
penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen.

2. Kelas Sosial

Mengelompokkan individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak
hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh pekerjaan,
pendidikan, kekayaan.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk
membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi. Konsumen mengambil banyak
macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli
konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana
mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus
mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah
penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya yang ada di masyarakat dapat
memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan
pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam
memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang
memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan
tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen
misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.

Apakah negara yang berada di benua Asia memiliki faktor dominan yang berbeda dengan negara yang
berada di benua Eropa?

Benua Asia memiliki faktor dominan yang berbeda dengan negara di Benua Eropa. Menurut saya yang
paling berbeda adalah faktor PRIBADI. Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakterisitik
pribadi diantaranya usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta
kepribadian dan konsep-diri pembeli.

a. Usia dan siklus hidup keluarga


Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya yang dimana setiap kegiatan
konsumsi ini dipengaruhi oleh siklus hidup keluarga

b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi

Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsinya. Cotohnya,
direktur perusahaan akan membeli pakaian yang mahal, perjalanan dengan pesawat udara, keanggotaan
di klub khusus, dan membeli mobil mewah. Selain itu, biasanya pemilihan produk juga dilakukan
berdasarkan oleh keadaan ekonomi seseorang seperti besaran penghasilan yang dimiliki, jumlah
tabungan, utang dan sikap terhadap belanja atau menabung.

c. Gaya hidup

Gaya hidup dapat di artikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang  terungkap dalam aktivitas, minat
dan opininya yang terbentuk melalui sebuah kelas sosial, dan pekerjaan. Tetapi, kelas sosial dan
pekerjaan yang sama tidak menjamin munculnya sebuah gaya hidup yang sama. Melihat hal ini sebagai
sebuah peluang dalam kegiatan pemasaran, banyak pemasar yang mengarahkan merek mereka kepada
gaya hidup seseorang. Contohnya, perusahaan telepon seluler berbagai merek berlomba-lomba
menjadikan produknya sesuai dengan berbagai gaya hidup remaja yang modern dan dinamis seperti
munculnya telepon selular dengan fitur multimedia yang ditujukan untuk kalangan muda yang kegiatan
tidak dapat lepas dari berbagai hal multimedia seperti aplikasi pemutar suara, video, kamera dan
sebagainya. Atau kalangan bisnis yang menginginkan telepon selular yang dapat menujang berbagai
kegiatan bisnis mereka.

d. Kepribadian

Setiap orang memiliki berbagai macam karateristik kepribadian yang bebeda-beda yang dapat
mempengaruhi aktivitas kegiatan pembeliannya. Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia
yang berbeda yang menghasilkan sebuah tanggapan relatif konsiten dan bertahan lama terhadap
rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan
seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan kemapuan
beradaptsi (Harold H kasarjian 1981:160). Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna
dalam  menganalisis pilihan merek konsumen. Hal ini disebakan karena beberapa kalangan konsumen
akan memilih merek yang cocok dengan kepribadiannya.

Anda mungkin juga menyukai