Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

PENDINGINAN AIR

Nama : I Putu Adi Surya Mahardika


NIM : 1208105002
Kelompok :2
Dosen : Drs. Ida Bagus Alit Paramarta, M.Si
I Ketut Sukarasa, S.Si, M.Si
Asisten Dosen : Arianti
Wahyulianti

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
PENDINGINAN AIR

I. TUJUAN
 Menentukan suhu ruangan.
 Menentukan suhu cairan.
 Menentukan konstanta pendinginan air.
 Dapat mengamati laju pendinginan air.
 Dapat membandingkan konstanta pendinginan air terhadap waktu.

II. DASAR TEORI


Energi adalah sebuah konsep yang sukar di pahami. Ia tidak memiliki bentuk fisik. Kita
hanya mengetahui bahwa ia ada karena kita dapat melihat akibatnya, dan kita hanya menilainya
atas apa yang dapat dikerjakannya bagi kita. Para ilmuwan mendefinisikan energi sebagai
kemampuan melakukan kerja. Hukum kekekalan energi berbunyi sebagai berikut: "Energi tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya dapat berubah dari bentuk satu ke
bentuk yang lain.” Panas merupakan contoh energi yang sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari.
A. Energi Panas
Energi panas adalah segala kemampuan yang terjadi akibat adanya pengaruh panas.
Matahari merupakan sumber energi utama pada bumi. Panas merupakan salah satu bentuk
energi yang penting bagi makhluk hidup. Energi panas sering disebut kalor.
Semua benda yang dapat menghasilkan panas disebut sumber energi panas. Gesekan dua
buah benda dapat menimbulkan energi panas. Dua telapak tangan yang saling bergesekan dapat
menghasilkan panas. Panas dapat ditimbulkan karena gesekan terus menerus. Makin kasar
permukaan benda yang digesekan, semakin cepat panas. Energi panas dapat timbul dari api.,
untuk membuat api membutuhkan bahan bakar dan udara. Matahari merupakan sumber energi
panas terbesar di muka Bumi. Bumi menjadi hangat karena adanya energi panas matahari.
Panas matahari membuat suhu udara di Bumi sesuai untuk kehidupan. Seiring dengan
perkembangan teknologi, panas matahari telah banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
Panas adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. Panas bergerak dari daerah
bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah. Setiap benda memiliki energi dalam yang berhubungan
dengan gerak acak dari atom-atom atau molekul penyusunnya. Energi dalam ini secara langsung
akan proporsional terhadap suhu benda. Ketika dua benda dengan suhu berbeda menyatu, mereka
akan bertukar energi sampai suhu kedua benda tersebut seimbang. Jumlah energi yang disalurkan
adalah jumlah energi yang bertukar. Kesalahan umum untuk menyamakan panas dan energi
internal. Perbedaaannya adalah panas dihubungkan dengan pertukaran energi internal dan kerja
yang dilalukan oleh sistem. Memahami perbedaan ini dibutuhkan untuk mengerti hukum pertama
termodinamika. Radiasi inframerah sering dihubungkan dengan panas, karena objek dalam suhu
ruangan atau di atasnya akan memancarkan radiasi yang kebanyakkan terkonsentrasi dalam
“band” inframerah tengah. Energi panas dapat berpindah melalui tiga cara, yaitu radiasi,
konduksi dankonveksi.
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara. Konduksi adalah perpindahan panas
melalui zat perantara. Namun, zat perantara tersebut tidak ikut berpindah (bergerak). Sedangkan
konveksi adalah perpindahan kalor yang diikuti oleh perpindahan partikel-partikel zatnya disebut
konveksi/aliran.Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair dan gas. Perpindahan
kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan massa jenis dalam zat tersebut. Selain
perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair, ternyata konveksi juga dapat terjadi pada
gas atau udara. Peristiwa konveksi kalor melalui penghantar gas sama dengan konveksi kalor
melalui penghantar air. Perpindahan panas secara konveksi terjadi melalui aliran zat.
B. Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam
suatu perubahan atau reaksi kimia. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan atau diserap
menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Ada 2 tipe kalorimeter yaitu calorimeter bom
dan kalorimeter larutan. Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna suatu senyawa. Contohnya
adalah kalorimeter makanan. Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam system larutan(Mubi, 2010). Prinsip penting
yang digunakan dalam kalorimeter adalah hokum kekekalan energi. Hukum ini menyatakan
bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, melainkan berubah dari bentuk yang satu
menjadi bentuk yang lain (Esomer, 1996).
Menurut Bresnick(2000), prinsip kerja calorimeter didasarkan azas Black :
1. Jika suatu benda yang suhunya berbeda didekatkan satu sama lain maka suhu akhir kedua
benda akan sama.
2. Jumlah kalor yang diterima sama dengan kalor yang diberikan. Kalorimeter tersusun dari
wadah yang terbuat dari logam kalor seperti sterofom.
Usaha peningkatan efektifitas dari alat penukar kalor perlu ditingkatkan karena dengan
meningkatkan efektisitas alat penukar kalor dapat menghemat energydisektorindustry(Zainuddin,
2005).
C. Pendinginan
Jika suatu benda yang memiliki suhu lebih tinggi dari suhu lingkungannya diletakkan
begitu saja, tanpa diberikan perlakuan apapun seperti, benda diberi kalor atau benda dapat
menyerap kalor yang dapat mempertahankan atau menaikkan suhu benda tersebut. Maka secara
perlahan benda yang memiliki suhu lebih tinggi dari lingkungannya akan menyamakan suhunya
dengan suhu lingkungannya, sehingga benda yang bersuhu tinggi tersebut mengalami
pendinginan.
Secara teoritis peristiwa suatu benda mengalami pendinginan sesuai dengan bunyi Hukum
Pendinginan Newton, yaitu bahwa laju perubahan pendinginan suhu suatu benda sebanding dengan
perbedaan antara suhu sendiri dan suhu lingkungan sekitarnya.
Secara matematis hal tersebut dapat dirumuskan dengan

T = Temperatur cairan (0C)


To=Temperatur lingkungan (0C)
= Konstanta pendinginan air
t = Waktu (s)
Sehingga memiliki penyelesaian
ln(T-To) = t

III. ALAT DAN BAHAN


Alat: Bahan:
1. Kalorimeter 1. Air panas
2. Termometer
3. Stopwatch
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Dicatat suhu kamar atau lingkungan (To).
2. Air panas dimasukkan ke dalam termometer hingga termometer tercelup.
3. Dicatat penurunan suhu yang ditunjukkan termometer setiap 2 menit.

V. Hasil pengamatan

Suhu pada waktu (s)


No Percobaan Suhu ruangan (oC) Suhu awal (oC)
120 240 360 480 600

1 I 31 85 80 76 72 69 66

II 31 85 80 78 74 71 69
2

3 III 30,5 86 81 78 73 70 67

4 IV 30,5 72 70 68 66 64 62

5 V 30,5 72 70 68 65 63 61

VI. Analisa / pengolahan data


A. Perhitungan dan Ralat

1. Perhitungan percobaan I
120 detik
T = (80±0,05o)c
TO= (31±0,05o)C
t= (120±0,5)s
ln (T-To) = α.t
 Ln (T-To) = ln [ (80±0,05o)c – (31±0,05o)c]

= ln [ (80-31)±(80-31)( )]

= ln [49 ± 49 (6,25. + 0,16 . )


= ln [49 ± 49 (6,41. )]
= ln [49 ± 314,09. ]
= 3,89 ± 3,46
 α=

= ( )

= 0,03 ± 0,03 (0,889 + 0,004)


= 0,03 ± 0,03 (0,893)
= 0,03 ± 0,02679
Dari perhitungan diatas dengan cara perhitungan yang sama , maka didapatkan hasil perhitungan
:
Waktu (s) Suhu ruangan Suhu cairan (oc) Konstanta pendingin air
(oc) (α)
240 31 76 0,015 ± 0,013806
360 31 72 0,010 ± 0,000965
480 31 69 0,075 ± 0,008302
600 31 66 0,0059 ± 0,009450

2. Perhitungan percobaan II
120 detik
T = (80±0,05o)c
TO= (31±0,05o)C
t= (120±0,5)s
ln (T-To) = α.t
 Ln (T-To) = ln [ (80±0,05o)c – (31±0,05o)c]

= ln [ (80-31)±(80-31)( )]

= ln [49 ± 49 (6,25. + 0,16 . )


= ln [49 ± 49 (6,41. )]
= ln [49 ± 314,09. ]
= 3,89 ± 3,46
 α=

= ( )

= 0,03 ± 0,03 (0,889 + 0,004)


= 0,03 ± 0,03 (0,893)
= 0,03 ± 0,02679
Dari perhitungan diatas dengan cara perhitungan yang sama ,maka didapatkan hasil perhitungan :
Waktu (s) Suhu ruangan Suhu cairan (oc) Konstanta pendingin air
o
( c) (α)
240 31 78 0,032 ± 0,0104
360 31 74 0,010 ± 0,0064
480 31 71 0,007 ± 0,0023
600 31 69 0,006 ± 0,0050

3. Perhitungan percobaan III


120 detik
T = (81±0,05o)c
TO= (30,5±0,05o)C
t= (120±0,5)s
ln (T-To) = α.t
 Ln (T-To) = ln [ (81±0,05o)c – (30,5±0,05o)c]

= ln [ (81-30,5)±(81-30,5)( )]

= ln [50,5 ± 50,5 (6,17. + 1,64 . )


= ln [50,5 ± 50,5 (0,62. )]
= ln [50,5 ± 114,13. ]
= 3,92 ± 2,17

 α=

=
= ( )

= 0,03 ± 0,03 (0,55 + 0,004)


= 0,03 ± 0,03 (0,554)
= 0,03 ± 0,0166
Dari perhitungan diatas dengan cara perhitungan yang sama , maka didapatkan hasil perhitungan
:
Waktu (s) Suhu ruangan Suhu cairan (oc) Konstanta pendingin air
o
( c) (α)
240 30,5 78 0,02 ± 0,0116
360 30,5 73 0,01 ± 0,0062
480 30,5 76 0,008 ± 0,12
600 30,5 67 0,006 ± 0,0093
4. Perhitungan percobaan IV

120 detik

T = (70±0,05o)c

TO= (30,5±0,05o)C

t= (120±0,5)s

ln (T-To) = α.t

 Ln (T-To) = ln [ (70±0,05o)c – (30,5±0,05o)c]

= ln [ (70-30,5)±(70-30,5)( )]

= ln [39,5 ± 39,5 (7,14. + 0,16 . )


= ln [39,5 ± 39,5 (7,3. )]
= ln [39,5 ± 288,35. ]
= 3,67 ± 5,66

 α=

=
= ( )

= 0,03 ± 0,03 (1,54 + 0,004)

= 0,03 ± 0,03 (1,544)

= 0,03 ± 0,46

Dari perhitungan diatas dengan cara perhitungan yang sama , maka didapatkan hasil perhitungan
:

Suhu ruangan Konstanta pendingin air


Waktu (s) Suhu cairan (oc)
(oc) (α)
240 30,5 70 0,03 ± 0,46
360 30,5 68 0,015 ± 0,023
480 30,5 64 0,0073 ± 0,0052
600 30,5 62 0,0057 ± 0,0042

5. Perhitungan Percobaan V

120 detik

T = (70±0,05o)c

TO= (30,5±0,05o)C

t= (120±0,5)s

ln (T-To) = α.t

 Ln (T-To) = ln [ (70±0,05o)c – (30,5±0,05o)c]


= ln [ (70-30,5)±(70-30,5)( )]
= ln [39,5 ± 39,5 (0,000714286 + 0,00163934)
= ln [39,5 ± 39,5 (0,002353626)]
= ln [39,5 ± 92,97. ]
= 3,676 ± 2,375

 α=
=
= ( )

= 0,0306 ± 0,0306 (0,646082699 + 0,004166667)

= 0,0306 ± 0,0306 (0,650249366)

= 0,0306 ± 0,0199

Dari perhitungan diatas dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan hasil perhitungan :

Waktu (s) Suhu Ruangan (oC) Suhu Cairan (oC) Konstanta pendingin
air ( )
240 30,5 68 0,015± 0,100005
360 30,5 65 0,009± 0,00633
480 30,5 63 0,003± 0,0511
600 30,5 61 0,00057± 0,00571

B. Grafik

1. Percobaan 1

Grafik Perbandingan Antara α dengan t Pada


Percobaan 1
Konstanta pendingin air (α)

0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
120 240 360 480 600
waktu (t) s
2. Percobaan 2

Grafik Perbandingan Antara α dengan t Pada


Percobaan 2
0.035
Konstanta pendingin air (α)
0.03

0.025

0.02

0.015

0.01

0.005

0
120 240 360 480 600
waktu (t) s

3. Percobaan 3

Grafik Perbandingan Antara α dengan t Pada


Percobaan 3
0.035
Konstanta pendingin air (α)

0.03

0.025

0.02

0.015

0.01

0.005

0
120 240 360 480 600
waktu (t) s
4. Percobaan 4

Grafik Perbandingan Antara α dengan t Pada


Percobaan 4
Konstanta pendingin air (α) 0.035

0.03

0.025

0.02

0.015

0.01

0.005

0
120 240 360 480 600

waktu (t) s

5. Percobaan 5

Grafik Perbandingan Antara α dengan t Pada


Percobaan 5
0.035
Konstanta pendingin air (α)

0.03

0.025

0.02

0.015

0.01

0.005

0
120 240 360 480 600

waktu (t) s

Grafik hubungan antara konstanta pendinginan air (α) terhadap waktu pada percobaan ke-3
hingga percobaan ke-5 menunjukkan hubungan ketidaksebandingan dimana besar konstanta
pendinginan air akan semakin kecil seiring dengan bertambahnya waktu. Sementara pada
percobaan ke-1 dan ke-2 tidak terjadi hubungan antara konstanta pendinginan air (α) terhadap
waktu.
C. Tugas
1. Jelaskan makna fisis dari konstanta pendinginan air!
Jawaban :
Konstanta pendinginan air berbanding lurus dengan ln (T-To) dan berbanding terbalik
dengan waktu sehingga satuan fisis dari konstanta pendinginan air adalah 1/s .
2. Jelaskan proses pemindahan panas yang anda ketahui
Jawaban :
Perpindahan panas dari benda suhu tinggi ke benda suhu rendah, perpindahan panas
melalui radiasi, konveksi dan konduksi. Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara.
Konveksi adalah perpindahan panas karena terjadinya perpindahan zat. Peristiwa konveksi atau
aliran zat terjadi pada perubahan suhu suatu zat. Konduksi adalah perpindahan panas melalui
benda padat. Benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik disebut konduktor.

VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan konstanta pendinginan air. Yang dilakukan
dalam praktikum ini, yaitu pertama-tama mengukur suhu lingkungan menggunakan termometer.
Kemudian air panas dituangkan ke dalam kalorimeter dan diukur suhu awal air panas. Setelah
mengukur suhu awal dari air panas, selanjutnya memerhatikan penurunan suhu yang akan
ditimbulkan air panas setiap dua menit hingga menit ke-10. Percobaan ini diulang hingga 5 kali
percobaan.
Dalam literatur menurut hukum pendinginan newton dikatakan bahwa apabila suatu benda
yang memiliki suhu lebih tinggi dengan lingkungannya diletakkan begitu saja tanpa ada
perlakuan apapun, maka suhu benda yang lebih tinggi akan mengalami pendinginan sehingga
suhun dengan lingkungan dan sekitarnya sama. Ditegaskan pula bahwa laju perubahan pendinginan
suhu suatu benda sebanding dengan perbedaan antara suhu sendiri dan suhu lingkungan sekitarnya. Dan
semakin lama pula pengukuran suhu dilakukan, maka penurunan suhu yang ditimbulkan oleh air
panas semakin kecil. Dan pada percobaan kali ini sesuai dengan pernyataan-pernyataan tersebut
dimana suhu tinggi dari air panas perlahan-lahan mengalami penurunan hingga suhu air tersebut
sama dengan suhu lingkungannya apabila pengukuran suhu dilakukan lebih lanjut dengan waktu
yang lama. Serta dari data hasil pengamatan yang diperoleh terlihat bahwa penurunan suhu pada
menit awal lebih besar dari penurunan suhu pada menit akhir. Pada percobaan I perubahan suhu
paling besar terjadi ketika menit ke-2 menuju menit ke-4. Pada percobaan II perubahan suhu
paling besar terjadi ketika menit ke-4 menuju menit ke-6. Pada percobaan III perubahan suhu
paling besar terjadi ketika menit ke-4 menuju menit ke-6. Pada percobaan IV perubahan suhu
dari menit ke 2 hingga menit ke 10 yang diukur setiap 2 menit sama besar. Pada percobaan V
perubahan suhu paling besar terjadi ketika menit ke-4 menuju menit ke-6.
Pada percobaan I, konstanta pendinginan air yang didapatkan dari menit ke-2 hingga ke-10
adalah 0,03 ± 0,02679, 0,015 ± 0,013806, 0,010 ± 0,000965, 0,075 ± 0,008302, 0,0059 ±
0,009450. Pada percobaan II, konstanta pendinginan air yang didapatkan dari menit ke-2 hingga
ke-10 adalah 0,03 ± 0,02679, 0,032 ± 0,0104, 0,010 ± 0,0064, 0,007 ± 0,0023, 0,006 ± 0,0050.
Pada percobaan III, konstanta pendinginan air yang didapatkan dari menit ke-2 hingga ke-10
adalah 0,03 ± 0,0166, 0,02 ± 0,0116, 0,01 ± 0,0062, 0,008 ± 0,12 , 0,006 ± 0,0093. Pada
percobaan IV, konstanta pendinginan air yang didapatkan dari menit ke-2 hingga ke-10 adalah
0,03 ± 0,46 , 0,03 ± 0,46 , 0,015 ± 0,023 , 0,0073 ± 0,0052 , 0,0057 ± 0,0042. Pada percobaan V,
konstanta pendinginan air yang didapatkan dari menit ke-2 hingga ke-10 adalah 0,0306 ± 0,0199
, 0,015 ± 0,100005 , 0,009 ± 0,00633 , 0,003 ± 0,0511 , 0,00057 ± 0,00571. Berdasarkan analisis
data dan ditunjukkan dengan grafik, khususnya pada percobaan ke-3 sampai ke-5 besarnya
konstanta pendinginan air akan menurun seiring dengan pertambahan waktu pengamatan. Maka
besarnya konstanta pendinginan air berbanding terbalik dengan lamanya waktu pengamatan.
Namun pada percobaan ke-1 dan ke-2 tidak terdapat hubungan konstanta terhadap waktu, yang
dapat disebabkan oleh beberapa faktor kekeliruan praktikan dalam mengambil data.
Pada praktikum ini terdapat kendala teknis yang menyebabkan alat-alat tidak digunakan
sebagaimana mestinya. Hal tersebut menyebabkan suhu yang turun secara tidak stabil dan
mengakibatkan konstanta pendinginan air pada percobaan ini kurang akurat sehingga pada
percobaan ke-1 dan ke-2, konstanta pendinginan air tidak mempunyai hubungan terhadap waktu.
Selain itu ketidakakuratan data yang diperoleh juga akibat praktikan kurang teliti saat mengukur
waktu yang ditentukan maupun dalam pembacaan skala thermometer saat mengukur suhu.
.
VIII. KESIMPULAN

1. Panas berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
2. Apabila suatu benda yang suhunya lebih tinggi dari suhu lingkungan sekitarnya, maka akan
terjadi perpindahan panas pada benda tersebut menuju lingkungan hingga suhu benda sama
dengan suhu lingkungannya.
3. Laju perubahan pendinginan suhu suatu benda sebanding dengan perbedaan antara suhu
benda tersebut dan suhu lingkungan sekitarnya.
4. Semakin lama pengukuran suhu dilakukan, penurunan suhu dari benda panas semakin
kecil.
5. Besar konstanta pendinginan air ( ) berbanding terbalik dengan lama waktu pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Alit Paramartha, Ida Bagus. 2013. Penuntun Praktikum Fisika Dasar II. Bali: Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
Arthur,Beiser. 1995. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Tipler, P.A.,1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Zemansky, Sears. 1983. Fisika untuk Universitas 1. Bandung: Binacipta.

Anda mungkin juga menyukai