FISIOLOGI HEWAN
“Konsumsi Oksigen”
Disusun oleh:
Nama : DIANOVI GITA PERTIWI
NIM : K4316021
Kelas :A
Kelompok :3
FISIOLOGI HEWAN
ALAT BAHAN
VI. PEMBAHASAN
1. Proses Respirasi Jangkrik
d) Jangkrik Jantan
Suhu Panas (360C)
𝑠
s t V= 𝑡
0 0 0
0,04 1 0,04
0,10 2 0,05
0,21 3 0,07
0,32 4 0,08
0,52 5 0,10
Rata-rata 0,068
3. Analisis Kualitatif
a. Jangkrik Besar Suhu Panas
0.1
0.05
0
2 4 6 8 10
suhu panas
Suhu Panas
- Laju respirasi jangkrik kecil pada suhu panas yaitu 0,081 cm3/menit
- Pada 6 menit terakhir, terjadi penurunan laju respirasi. Hal tersebut
dikarenakan suhu pada jangkrik mulai kembali normal.
Laju Respirasi Jangkrik Besar > Jangkrik Kecil
c. Jangkrik Betina (Suhu Panas)
Series 2
- Laju respirasi jangkrik betina pada suhu panas yaitu 0,26 cm3/menit
- Pada 6 menit terakhir, terjadi penurunan laju respirasi. Hal tersebut
dikarenakan suhu pada jangkrik mulai kembali normal.
d. Jangkrik Jantan (Suhu Panas)
0.1
0.05
0
1 2 3 4 5
Suhu Panas
- Laju respirasi jangkrik jantan pada suhu panas yaitu 0,068 cm3/menit
- Laju respirasi pada jangkrik jantan terus mengalami kenaikan.
Laju Respirasi Jangkrik betina > Jangkrik Jantan
0.1
0.05
0
2 4 6 8 10
Suhu Dingin
- Laju respirasi jangkrik besar pada suhu dingin yaitu 0,087 cm3/menit
Suhu Dingin
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5
Suhu Dingin
- Laju respirasi jangkrik betina pada suhu dingin yaitu 0,218 cm3/menit
Series 1
- Laju respirasi jangkrik betina pada suhu dingin yaitu 0,08 cm3/menit
Laju Respirasi Jangkrik betina > Jangkrik Jantan
i. Jangkrik Besar (Suhu Normal)
Suhu Normal
Laju respirasi jangkrik besar pada suhu normal yaitu 0,075 cm3/menit
j. Jangkrik Kecil (Suhu Normal)
0.04
0.02
0
2 4 6 8 10
Series 3
Laju respirasi jangkrik kecil pada suhu normal yaitu 0,04 cm3/menit
Laju Respirasi Jangkrik Besar > Jangkrik Kecil
k. Jangkrik Betina (Suhu Normal)
Suhu Normal
Laju respirasi jangkrik betina pada suhu dingin yaitu 0,0198 cm/menit
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5
Suhu Normal
Laju respirasi jangkrik betina pada suhu dingin yaitu 0,08 cm/menit
Laju Respirasi Jangkrik betina > Jangkrik Jantan
VII. FUNGSI BAHAN
ALAT
Respirometer : untuk mengukur rata-rata pernapasan organisme dengan
mengukur rata-rata pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Pipet tetes : untuk memasukkan eosin ke dalam pipa respirometer
Timer : pengatur waktu pengamatan jarak eosin
Neraca : untuk menimbang berat tubuh jangkrik
BAHAN
1. Jangkrik, sebagai hewan uji.
2. KOH, peran KOH adalah mengikat CO2 dan meningkatkan tekanan pada pipa
respirometer. Reaksi KOH ini akan menghasilkan air, karena KOH bersifat
hidrofil (Hydrofilic) maka H2O hasil respirasi akan diserap oleh KOH. Maka dari
itu KOH dilapisi tissue agar sifat kaustik dari KOH tidak terlalu berefek pada
makhluk hidup yang ada di dalam tabung ketika melakukan ekspirasi.
3. Vaseilin, fungsi vaselin ini diharapkan agar udara yang berada di dalalm tabung
tidak dapat keluar dan udara yang diluar tidak dapat masuk melalui celah-celah
antara mulut tabung dengan penutup.
4. Eosin, sebagai indikator kadar oksigen atau laju oksigen di dalam pipa
respirometer. Dimana hewan invertebrata ataupun hewan vertebrata akan
menghirup oksigen yang ada pada tabung dan pipa respirometer sehingga dengan
adanya penghirupan oksigen maka akan mengakibatkan eosin yang ada di pipa
akan bergerak menuju tabung respirometer sesuai dengan pengambilang oksigen
yang di ambil oleh hewan tersebut (Sazali, 2015).
5. Plastisin, plastisin yang kami gunakan pada penelitian kali ini adalah supaya pada
tabung respirometer laju respirasi atau penggunaan tidak mengalami kebocoran.
Apabila mengalami kebocoran maka penelitian yang sedang di lakukan percuma
di karenakan hasil tidak murni. Sehingga laju respirasi ini haruslah sangat di jaga
supaya di dalam tabung tetap terjadi respirasi yang baik dan murni sehingga hasil
yang di dapatkan pun valid.
6. Kapas, untuk membungkus KOH.
VIII. PENJABARAN TEORI
Bernapas artinya melaksanakan pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2)
dan mengeluarkan Karbondioksisa (CO2). Oksigen merupakan zat yang sangat penting
untuk segenap kehidupan. Hewan dapat ber “puasa” tetapi oksigen harus tersdia terus.
Kepompong kupu-kupu yang tampak tidak bergerak juga memerlukan oksigen,
sehingga apabila sekelilingnya dilapisi cat, kepompong akan mati. Pertukaran gas
O2 dengan CO2 dapat berlangsung melalui proses difusi (Campbell, 2002).
Serangga merupakan hewan terestial yang tidak memiliki paru-paru tetapi
menggunakan system trakea untuk pertukaran gas. Kulit pada serangga terletak dikedua
sisi bagian toraks dan abdomen, memiliki sederatan paru-paru atau disebut juga
spirakel, yang tersusun pada setiap segmen dan behubungan dengan system saluran
trakea spirakel dilindungi katub atau rambut-rambut untuk mencegah evaporasi yang
berlebihan lewat pori-pori ini. Trakea tersusun dengan teratur, sebagian berjalan
longitudinal dan sebagian lagi tranpersal. Diameter trakea yang besar berkisar sekitar
1mm dan selalu terbuka dengan penebalan berbentuk spiral dan melingkar, terbentuk
dari khitin yang keras, merupakan suatu bahan yang juga terdapat pada kutikula
(Darmadi Goenarso, 2005)
Trakea merupakan invaginasi (lekukan kedalam)dari ectoderm dan umumnya
mempunyai lubang keluar yang disebut spirakel. Bentuknya berupa pembuluh yang
silindris yang mempunyai lapisan kitin (chitin). Lapisan kitin ini mempunyai penebalan
seperti spiral. Spirakel terdapat sepasang tiap ruas tubuh yang kadang-kadang
mempunyai katup untuk menjaga penguapan air. Trakea mempunyai cabang-cabang
dan cabang yang terkecil yang menembus jaringan disebut trakeolus dengan diameter
1-24. Trakeolus tidak mempunyai lapisan kitin dan dibentuk oleh sel yang disebut
trakeoblas, trakeolus pada serangga ujungnya buntu dan berisi udara atau kadang-
kadang berisi cairan (Djamhur Winatasasmita, 1985).
Alat pernapasan pada serangga berupa trakea, udar masuk dan keluar melalui
lubang kerut yang disebut spirakel atau stigma yang terletak di kanan kiri tubuhnya.
Dari stigma udara terus masuk ke pembuluh trakea memanjang dan sebagian ke kantung
hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh. Pada system trakea ini pengangkutan
oksigen dan karbon dioksida tidak memerlukan bantuan system transportasi khususnya
darah (Cartono,2005).
Fungsi spirakel dan trakea untuk memungkinkan lewatnya udara kepercabangan
saluran yang disebut trakeol, yang merupakan saluran lembut intraseluler dengan
diameter sekitar 1μm. Jumlahnya sangat banyak dan berada diberbagai jaringan,
terutama otot. Berbeda dengan trakease, saluran-saluran lembut ini tidak dilapisi
dengan kutikula, pertukaran gas terjadi dengan mudah melewati dinding saluran ini.
System pernapasan pada serangga melalui sejumlah percabangan saluran udara pada
system trakea. Oksigen langsung dibawa ke jaringan, jadi tidak dilaksanakan melewati
aliran darah. Distribusi oksigen dan pengeluaran karbondioksida tidak dilakukan lewat
system peredaran. Pada kebanyakan serangga dengan difusi saja sudah tercukupi oleh
karena itu tubuh serangga pada umumnya berukurab kecil. Pada beberapa spesies difusi
ini dibantu dengan gerakan ritmiks toraks atauabdomen. Cara mengalirkan udara
(ventilsi) seperti itu, pada belalang spirakel dibuka dan ditutup bergantian, sehingga
udara dapat masuk ke tubuh lewat spirakel toraks dan keluar tubuh lewat spirakel
abdomen. Selain itu serangga dapat mengendalikan laju masuknya oksigen ke jaringan.
Bila terjadi peningkatan otot (saat terbang ) akan terjadi penumpukan asam laktat di
jaringan. Akibatnya tekanan osmosis cairan jaringan meningkat sehingga cairan di
trakeol terserap masuk, sehingga jalan udara lebih leluasa mencapai jaringan dan difusi
oksigen ke jaringan lebih cepat (Darmadi Goenarso dkk, 2005).
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Respirasi
1. Usia : Semakin tua usia, semakin sedikit rspirasi yang dibutuhkan. Hal ini
disebabkan oleh penurunan regenerasi sel sehingga respirasi yang dibutuhkan pun
sedikit
2. Berat Badan: Organisme yang berat badannya lebih berat, lebih banyak respirasi
yang dibutuhkan karena jumlah sel yang dimiliki lebih banyak dibanding
organisme yang lebih ringan berat tubuhnya.
3. Jenis Kelamin: Betina lebih banyak melakukan respirasi karena betina memiliki
sistem hormonal yang lebih kompleks dibanding jantan.
4. Suhu: Semakin tinggi suhunya, semakin banyak respirasi yang dibutuhkan karena
H2O yang dihasilkan oleh respirasi berguna untuk menyesuaikan tubuh dengan
menurunkan suhu.
5. Aktivitas: Semakin banyak aktivitas, semakin banyak respirasi yang dibutuhkan.
Hal ini disebabkan akibat banyaknya energi yang dibutuhkan.
6. Emosi: Semakin tinggi emosi, semakin banyak respirasi yang dilakukan karena
adanya hormon-hormon tertentu yang memengaruhi metabolisme sehingga
respirasi lebih cepat (Isnaeni, 2006).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi Pada Serangga
1) Berat tubuh. Semakin berat tubuh suatu organisme, semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
2) Ukuran tubuh, Semakin besar ukuran tubuh, semakin banyak keperluan
oksigennya.
3) Kadar O2, Bila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat
sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen
4) Aktivitas, Makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi
semakin tinggi aktivitasnya, semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga
pernapasannya semakin cepat (Ville, 1988).
Asisten Praktikan
LAMPIRAN FOTO
LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA