Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KIMIA FISIKA I

PERCOBAAN 6
PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN
TITIK BEKU (Cryoscopic)

Dosen Pembina :
Dr. Sumari, M.Si
Ridwan Joharmawan, Drs., M.Si., H.

Disusun oleh : Kelompok 3


Nimatus Sholihah (140332603404)
Qurrota Ayun (140332600933)**

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
Maret 2016
PERCOBAAN 6
PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN
TITIK BEKU (Cryoscopic)

A. Tujuan Percobaan
a. Mahasiswa dapat menentukan berat molekul zat non elektrolit melalui
penurunan titik beku larutan
b. Mahasiswa dapat menentukan persentase kesalahan penentuan berat
molekul zat non elektrolit melalui penurunan titik beku larutan
B. Dasar Teori
Titik beku merupakan kesetimbangan antara tekanan uap cair dan tekanan
uap padatannya. Sehingga temperatur tekanan uap cair sama dengan tekanan
uap padatannya. Titik beku pelarut yang ditambahkan dengan zat terlarut
akan lebih rendah dari pada zat pelarut murni. Hal ini disebabkan zat
pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Sehingga
setiap larutan akan memiliki titik beku yang berbeda-beda. Titik beku
merupakan temperatur pada tekanan tetap yaitu 1 atm. Pada saat ini terdapat
perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva peleburan.
Penurunan titik beku sama halnya seperti penurunan tekanan uap sebanding
dengan konsentrasi dari fraksi molnya. Penurunan titik beku larutan
sebanding dengan jumlah partikel zat terlarut dalam sejumlah tertentu pelarut.
Oleh karena itu, jumlah molekul atau ion terlarut dalam jumlah yang sama
pelarut akan menghasilkan penurunan titik beku dengan nilai yang sama pula.
Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa penurunan titik beku yang
disebabkan oleh satu mol zat non elektrolit adalah sama, tanpa
memperhatikan jenis zat terlarutnya, asalkan jenis dan pelarutnya sama.
Penurunan titik beku yang diakibatkan oleh satu mol partikel zat terlarut
dalam satu Kg pelarut disebut penurunan titik beku molal, yang digunakan
sebagai tetapan untuk penentuan berat molekul zat terlarut. Jika g gram zat
terlarut mempunyai berat molekul M terlarut dalam p gram pelarut,
menghasilkan penurunan titik beku sebesar Tf, dan tetapan penurunan titik
beku molal Kf, maka berat molekul zat terlarut tersebut dapat dihitung
menggunakan persamaan :
1000
Mm =
. Tf
Titik beku dan titik didih larutan tergantung pada kesetimbangan
pelarut yang berada dalam larutan dengan pelarut padatan atau uap pelarut
murni. Kesetimbangan yang lainnya adalah antara pelarut dalam larutan
dengan pelarut murni. Pada saat kesetimbangan itu terjadi, maka pula titik
beku maupun titik didihnya tercapai. Setiap pelarut memiliki harga tetapan K f
tertentu. Tetapan Kf ini menyatakan besarnya penurunan titik beku larutan 1
molal. Air memiliki harga Kf sebesar 1.86 sedangkan titik bekunya 0C (pada
tekanan 1 atm). Tetapan Kf hanya bergantung pada jenis besarnya penurunan
titik beku untuk larutan 1 molal. Pada umumnya efek penurunan titik beku
akan lebih besar daripada efek kenaikan titik didih atau penurunan tekanan
uap. Oleh karena itu penurunan titik beku relatif lebih banyak digunakan
dalam penentuan berat molekul. Penurunan titik beku larutan tergantung pada
konsentrasi dari zat terlarut di dalamnya. Semakin berat larutan, maka titik
bekunya semakin rendah sehingga perubahannya sebanding dengan perubahan
konsentrasi. Selain itu jumlah partikel zat terlarut juga akan mempengaruhi
penurunan titik beku.Berat molekul dapat diketahui dengan persamaan
menurut Hukum Clausius Claypeyron. Konstanta penurunan titik beku
dikalikan dengan berat zat terlarut dikalikan seribu. Hasilnya dibagi
penurunan titik beku larutan dan berat molekul terlarut. Harga penurunan titik
beku sebelumnya dapat dicari dengan selisih dari titik beku pelarut murni dan
titik beku larutan. Sedangan harga konstanta penurunan titik beku dapat dicari
dengan persamaan dalam Hukum Clausius Claypeyron.

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Satu set peralatan pengukuran penurunan titik beku
2. Neraca
3. Gelas Arloji
Bahan :
1. Aquades
2. Zat non elektrolit (urea, glukosa, atau sukrosa)
D. Prosedur Percobaan
1. Pengukuran Titik Beku Pelarut
No Prosedur Gambar

1 -Ditimbang massa tabung reaksi


dan gelas beaker
-Diambil 50 mL pelarut (air) dalam
gelas ukur
-Ditimbang massa pelarut (air)
pada neraca ohaus

2 -Dimasukkan pendingin (es batu)


pada bejana
-Ditambah NaCl pada es batu

3 Ditempatkan tabung reaksi yang


berisi pelarut (air) dalam bejana
yang bersi pendingin (es batu)

4 -Dimasukkan termometer
Beckmann dan batang pengaduk
pada tabung reaksi yang berisi
pelarut(air)
-Ditutup bejana dan tabung reaksi
dengan lap

-
5 Dibaca termometer Beckmann tiap
menit

6 Dikeluarkan tabung pelarut dengan


termometer Beckmann didalamnya
jika Kristal mulai terbentuk
(keadaan overcooling)
Catatan: Diangkat jika suhu sudah
konstan

7 Dipanaskan dengan tangan agar


Kristal yang terbentuk mencair
Ketika Kristal mencair,
Ditempatkan kembali tabung reaksi
yang berisi pelarut (air) dalam
bejana yang bersi pendingin (es
batu)
8 Diulangi percobaan 5-7

1. Pengukuran Titik Beku Larutan


No Prosedur Gambar

1 -Ditimbang massa zat non


elektrolit (urea)
-Dimasukkan massa urea dalam
tabung pelarut yang sudah diukur
pada bagian 1
-Diaduk sampai larut sempurna
2 Diulangi prosedur pengukuran
penurunan titik beku ke 4 sampai 7
seperti pada bagian 1
3 -Ditentukan penurunan titik beku
berdasarkan perbedaan titik beku
antara pelarut dan larutan
- Dihitung berat molekul

E. Data Pengamatan
Hasil pengamatan Data

Massa tabung reaksi besar + gelas beaker 160,42 g

Massa tabung reaksi besar + gelas beaker + air 209,94 g

Volume pelarut (air) 50 mL

Massa air 49,52 g

Berat urea yang ditimbang 1,597 g

Tabel 1. Hubungan Antrara Suhu dan Waktu pada Pendinginan Pelarut

Waktu (Menit) Suhu ()

Percobaan 1 Percobaan 2
1 BT BT
2 BT 7,00
3 BT 3,95
4 BT 2,25
5 5,20 2,50
6 3,40 2,83
7 1,80 2,85
8 0,35 2,85
9 2,84 2,85
10 2,84 2,85
11 2,85
12 2,85
13 2,85
14 2,85

Tabel 2. Hubungan Antrara Suhu dan Waktu pada Pendinginan Larutan

Suhu (C)
Waktu (menit)
Percobaan 1 Percobaan 2
1 BT BT
2 BT BT
3 BT BT
4 5.55 BT
5 3.60 BT
6 2.03 BT
7 0.70 4.65
8 Kurang dari 0 4.00
9 1.79 3.25
10 1.80 2.85
11 1.78 2.15
12 1.75 1.40
13 1.77 0.89
14 1.77 0.40
15 1.77 Kurang dari 0
16 1.74 Kurang dari 0
17 1.70 Kurang dari 0
18 1.68 1.77
19 1.64 1.80
20 1.58 1.83
21 1.52 1.83
22 1.44 1.83
23 1.35 1.80
24 1.25 1.78
25 1.15 1.74
26 1.04 1.69
27 0.87 1.65
28 0.73 1.60
29 0.58 1.55
30 0.38 1.50

Keterangan ; BT= Belum terbaca

F. Analisa Data

Diketahui =

Massa tabung reaksi besar + gelas beaker = 160,42 gram

Massa tabung reaksi besar + gelas beaker + air = 209,94 gram

Massa air = (209,94-160,42) gram= 49,52 g

Kf air = 1,86oC/m

Berat molekul urea = 60 gram/mol

Tf = 10 C

g
Mm p Tf 60 mol 49,52 g 1
massa urea = =
1000 Kf 1000 1,86 mol

2971,2
massa urea = = 1,597 g
1860

Jadi, massa urea yang ditimbang sebesar ,


Data data yang diperoleh pada praktikum dapat digunakan untuk
menentukan dengan cara ekstrapolasi grafik hubungan antara suhu dan
waktu pada pendinginan pelarut dan hubungan antara suhu dan waktu pada
pendinginan larutan sehingga didapat Tf pelarut dan Tf larutan kemudian
didapat ( ). Pembahasan pada
percobaan ini digunakan data pada percobaan 1
Tabel 1. Hubungan Antrara Suhu dan Waktu pada Pendinginan Pelarut

Waktu (Menit) Suhu ()

Percobaan 1
1 BT
2 BT
3 BT
4 BT
5 5,20
6 3,40
7 1,80
8 0,35
9 2,84
10 2,84
11 2,85
12 2,85
13 2,85
14 2,85
Data yang diperoleh dibuat kurva pendinginan yang menunjukkan hubungan
antara suhu dan waktu sebagai berikut.

6
Suhu ()

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (Menit)

Grafik 1 . Kurva pendinginan pelarut yang menunjukkan hubungan antara


suhu dan waktu
Tabel 2. Hubungan Antrara Suhu dan Waktu pada Pendinginan Larutan

Suhu (C)
Waktu (menit)
Percobaan 1
1 BT
2 BT
3 BT
4 5.55
5 3.60
6 2.03
7 0.70
8 Kurang dari nol
9 1.79
10 1.80
11 1.78
12 1.75
13 1.77
14 1.77
15 1.77
16 1.74
17 1.70
18 1.68
19 1.64
20 1.58
21 1.52
22 1.44
23 1.35
24 1.25
25 1.15
26 1.04
27 0.87
28 0.73
29 0.58
30 0.38

Data yang diperoleh dibuat kurva pendinginan larutan yang menunjukkan


hubungan antara suhu dan waktu sebagai berikut.
Grafik 2 . Kurva pendinginan larutan yang menunjukkan hubungan antara
suhu dan waktu

Grafik yang telah diekstrapolasikan kemudian didapat kurva pendinginan


pelarut yang menunjukkan hubungan antara suhu dan waktu diperoleh Tf pelarut

sebesar 2,8 . Sedangkan kurva pendinginan larutan yang menunjukkan

hubungan antara suhu dan waktu diperoleh Tf larutan sebesar 1,8 .

G. Pembahasan

Tujuan dari percobaan ini adalah dapat menentukan berat molekul zat
non elektrolit melalui penurunan titik beku larutan dan menentukan persentase
penentuan berat molekul zat non elektrolit melalui penurunan titik beku
larutan. Percobaan ini dilakukan dengan cara pendinginan pada pelarut dan
juga larutan, kemudian dilakukan pengukuran temperatur titik beku pelarut dan
larutan. Dari data eksperimen diperoleh Titik beku pelarut 2,8oC. Untuk
mengukur titik beku larutan, ditambahkan zat terlarut (urea) sebesar 1,597
gram ke dalam pelarut (air) sehingga diperoleh Titik beku larutan sebesar 1,8
o
C.

= () ; Tf = Titik beku larutan

= = , , =

=


=


, , ,
= = = , /
, ,

Jadi, diperoleh Berat Molekul Urea sebesar 59,98 g/mol

Sehingga dapat dihitung persen kesalahan pada percobaan penentuan berat


molekul urea melalui metode penurunan titik beku sebagai berikut.

60 59,98
% Kesalahan [


] 100% = 0.033 %
60

H. Kesimpulan

Titik beku pelarut murni akan mengalami penurunan jika ke dalam pelarut
tersebut ditambahkan zat terlarut. Dari percobaan yang telah dilakukan
diperoleh berat molekul urea sebesar 59,98 gram/mol dan persentase kesalahan
dalam menentukan berat molekul urea melalui penurunan titik beku larutan
sebesar 0,033%.
I. Daftar Pustaka

Atkins, Peter dan Julio De Paula.2010.Physical Chemistry 9thedition.New York:


W. H. Freeman and Company
Oxtoby, D.W., et al. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Erlangga. Jakarta
Sumari,Yahmin, Ida Bagus Suryadharma.2016.Petunjuk Praktikum Kimia
Fisika.Malang:Kimia FMIPA UniversitasNegeri Malang
_______.2014.Laporan Praktikum Kimia Fisika. Online
(http://ninafitriana4301412060.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-kimia-
fisika.html) diakses 28 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai