Anda di halaman 1dari 15

I.

Judul : Destilasi Campuran Biner


II. Tujuan Praktikum :
1. Mengukur indeks bias suatu latrutan menggunakan alat
refractometer dengan benar.
2. Melakukan percobaan distilasi fraksionasi pada campuran biner
3. Membuat diagram titik didih terhadap komposisi berdasarkan
percobaan.
III. Dasar Teori
Larutan adalah campuran homogen antara duat zat atau lebih dan
jika campuran yang hanya terdiri dari dua zat disebut campuran biner.
Campuran ini dapat dipisahkan dengan metode distilasi. Pemisahan
cara ini didasarkan pada perbedaan titik didih dengan zat yang
mempunyai titik didih rendah akan mengalami penguapan lebih
dahulu.
Berdasarkan sifatnya, larutan dibedakan menjadi dua jenis yaitu,
larutan ideal dan non-ideal. Larutan ideal umumnya akan mengikuti
Hukum Roult yaitu P1=X1 x P⁰, namun pada kenyataannya tidak ada
larutan ideal. Suatu larutan dikatakan ideal jika homogen pada seluruh
system mulai dari fraksi 0 sampai 1 dan tidak terdapat entalphi sama
dengan nol. Menurut Hukum Roult (dalam gas ideal) terdapat grafik
hubungan antara tekanan uap dan fraksi mol adalah sebagai berikut :

Grafik 1 Hubungan Tekanan Uap dengan Fraksi Mol

Dalam keyataannya larutan yang benar-benar ideal tidak ada,


umumnya larutan merupakan larutan non ideal. Larutan non-ideal
adalah larutan yang menyimpang dari larutan ideal sehingga
menyimpang juga dari Hukum Roult. Larutan non-ideal ini juga
dapat dikatakan sebagai campuran azaetrop. Dalam campuran
azaeotrop terdapat dua penyimpangan, yaitu penyimpangan positif
dan penyimpangan negatif.
Penyimpangan negatif mempunyai volume kontraksi sehingga
tekanan uap minimal pada sistem campuran. Sedangkan azaeotrop
positif mempunyai volume eksapansi sehingga tekanan uap
maksimum pada sistem campuran. Dari penjelasan diatas dapat
dibentuk grafik berdasarkan penyimpangan azeotrop negatif maupun
positif sebagai berikut.

Grafik 2 Azeotrop Negatif dan Azeotrop Positif

Campuran azaetrop merupakan campuran yang tidak dapat


dipisahkan penyusunnya melalui distilasi sederhana, karena setiap
komponen saling terikat kuat dan sulit untuk dipisahkan. Selain itu
titik didih komponen memiliki titik didih yang konstan, maka fase
uap yang dihasilkan memiliki titik didih yang sama dengan fasa
cairnya. Sehingga campuran azaetrop dipisahkan dengan destilasi
fraksionasi.
Pada prinsipnya distilasi fraksionasi terjadinya pemisahan
didasarkan pada gejala bila campuran zat cair dalam keadaan
setimbang dengan uapnya, maka fasa uapnya akan lebih banyak
mengandung komponen yang lebih mudah menguap. Apabila uap
tersebut kemudian dikondensasikan, maka akan didapatkan cairan
yang berbeda komposisinya dari cairan yang pertama. Cairan yang
didapatkan dari kondensasi mengandung lebih banyak komponen
yang lebih mudah menguap (volatile).
Bila cairan yang berasal dari kondensasi diuapkan lagi
sebagian, maka didapatkan uap dengan komponen volatile yang
lebih tinggi. Keberhasilan destilasi tergantung pada keadaan
setimbang yang terjadi antara fasa uap dan fasa cair dari suatu
campuran biner yang terdiri dari komponen volatile dan non-volatile
(Perry's, 1988).

Gambar 1 Desikator

Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut


destilator. Yang terdiri dari thermometer, labu didih, steel head,
pemanas, kondensor, dan labu penampung destilat. Termometer
digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama
proses destilasi berlangsung yang harus memenuhi syarat sebagai
berikut:

a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan
didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung
atas reservoir HE sejajar dengan pipa penyalur uap ke
kondensor.
Labu didih berfungsi sebagai tempat suatu campuran zat cair
yang akan didestilasi. Steel head berfungsi sebagai penyalur uap
atau gas yang akan masuk ke alat pendingin (kondensor) dan
biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi sebagai steel
head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah
keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran
air keran. Pendingin yang digunakan biasanya adalah air yang
dialirkan dari dasar pipa agar bagian dari dalam pipa lebih lama
mengalami kontak dengan air sehingga pendinginan lebih sempurna
dan hasil yang diperoleh lebih sempurna. Penampung destilat bisa
berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi tergantung
pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas,
ataupun mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada
destilator.

Indeks Bias

Indeks bias dan cara memeriksanya, kecepatan merambat


gelombang adalah tidak sama dalam semua media. Dimana berkas
cahaya akan dibiaskan dan sudut dating tidak sama dengan sudut
bias. Besaranya sudut dating dan sudut bias bergantung dari massa
jenis, suhu, dan jenis media ruang yang dilewati, serta Panjang
gelombang cahaya meski perbandingan Sudut dating dengan sudut
bias disebut indeks bias.

sin 𝑖
𝑛𝑑 =
sin 𝑟
IV. Alat dan Bahan
 Alat
1. Reaktor (labu bermulut dua)
2. Kondensor
3. Kolom fraksionasi
4. Termostat
5. Selang
6. Adapter pendingin
7. Adapter penampung destilat
8. Waterbatch (penangan air)
9. Termometer
10. Refraktometer
11. Pipet tetes
12. Pipet volume
13. Gelas ukur
14. Erlenmeyer
15. Alumunium foil

 Bahan
1. Aseton
2. Kloroform
3. Aquades

V. Prosedur Kerja

Siapkan semua peralatan yang akan dipakai.

Berilah Vaseline pada setiap sambungan.

Buatlah komposisi campuran aseton dan kloroform


dalam reactor dengan perbandingan sebagai berikut :

Tentukan indeks bias setiap komposisi menggunakan


refractometer dan catat besarnya indeks bias.

c
Mulailah merangkai alat

Cek rangkaian yang telah dibuat

Mulailah setiap komposisi dipanaskan sampai


mendidih.

Catat titik didih setiap komposisi.

Hentikan distilasi setelah keluar distilat sekitar.

Catat titik didih setiap komposisi.

Tentukan indeks bias residu dan distilat dari setipa


komposisi dan catat indeks biasnya.

Bereskan peraltan dan bersihkan tempat


kerja.

VI. Pengolahan Data

1. Data Berdasarkan Literatur

No. Nama Rumus Massa Densitas Indeks Titik Titik


Zat Molekul Molekul (gr/ml) Bias didih didih
(gr/mol) (oC) Azaetrop

1. Aseton CH3COCH3 58 0,79 1,360 56,53

2. Kloroform CHCl3 119,5 1,4899 1,446 61,2


2. Data Indeks Bias

No. Keterangan Komposisi

1. Aseton (ml) 10 8 6 4 2 0

2. Kloroform 0 2 4 6 8 10
(mL)
3 Indeks Bias 1,45 1,375 1,385 1,405 1,409 1,56

3. Penentuan Titik Didih

No. Aseton Kloroform Titik Indeks Bias Indeks Bias


(ml) (ml) Didih (℃) Residu Destilat
1. 10 0 57 1,3522 1,3543
2. 8 2 55,5 1,3709 1,3692
3. 6 4 56 1,3576 1,3427
4. 4 6 55 1,3978 1,3837
5. 2 8 52 1,42 1,423
6. 0 10 57 1,2205 1,428

Grafik Suhu Terhadap Fraksi Mol Aseton-


Kloroform
1.2
1 1 1
Fraksi Mol

0.8 0.78 0.82


0.6 0.57 0.63
0.4 0.43 0.37
0.2 0.22 0.18
0 0 0
52 54 55 55.5 56 57
Suhu (oC)

Aseton Kloroform
Grafik Suhu Terhadap Indeks Bias Aseton-
Kloroform
1.45

Indeks Bias
1.4
1.35
1.3
1.25
52 54 55 55.5 56 57
Suhu (oC)

Destilat Residu Series 3

VII. Pembahasan

7.1.Pembahasan Oleh Alifia Nuraeni

Percobaan destilasi campuran biner dilakukan untuk


memisahkan larutan dari beberapa komponennya dengan berdasarkan
kemudahan menguap suatu zat. Hal pertama yang dilakukan yaitu
buat komposisi campuran aseton dan kloroform dalam reaktor sesuai
dengan perbandingan nya. Setelah itu tentukan indeks bias masing
masing campuran. Tahap selanjutnya, rangkat alat destilasi dan
berikan vaselin pada setiap sambungan. Kemudian lakukan proses
destilasi. Dimana setiap komposisi dipanaskan sampai mendidih.
Dalam proses ini akan terjadi penguapan dan uap ini akan mengalir ke
arah tabung destilat. Saat perjalanan nya uap ini akan melewati
kondensor yang dimana kondensor ini membantu penurunan suhu
pada uap sehingga menyebabkan uap itu menjadi cair kembali.
Titik didih setiap campuran dilihat dari suhu termometer
ketika tetesan pertama pada tabung destilat. Pada titik didih aseton 2
ml dan kloroform 8 ml, didapat pada suhu 52oC. Dimana seharusnya
memiliki titik didih di atas 55oC. Hal ini dikarenakan aseton yang
dipakai tidak 100% murni, dan adanya campuran zat lain pada reaktor.
Sehingga mempengaruhi titik didih pada percobaan. Lalu setelah
proses destilasi, didapat residu dan destilat. Kemudian indeks bias
residu dan destilat ditentukan. Didapat indeks bias residu dan
destilasnya. Pada percobaan satu 1,322 dan 1,3543. Percobaan kedua
1,3709 dan 1,3692. Percobaan ketiga 1,3576 dan 1,3427. Percobaan
keempat 1,3978 dan 1,3837. Percobaan kelima 1,42 dan 1,473. Dan
percobaan keenam 1,4405 dan 1,428.

7.2.Pembahasan Oleh Alyana Natadina

Dalam distilasi, campuran dua zat (biner) dididihkan


sehingga menguap dan uap ini kemudian mengalir ke tempat
dengan tekanan yang lebih rendah (ke arah tabung distilat). Dalam
perjalanannya uap zat yang memiliki titik didih lebih rendah
mengalami penurunan suhusehingga terjadi kondensasi yang
menyebabkan uap tersebut mencair kembali. Pendingin tersebut
berasal dari air yang mengalir berlawanan arah dengan arah uap
tersebut sehingga pendinginan lebih efektif.Prinsip dasar dari destilasi
ini adalah sejumlah tertentu campuran yang akan
dipisahkan,dicampurkan dalam reaktor kemudian dipanaskan hingga
suhu tertentu, sehingga didapat destilatyang di inginkan lalu dicatat
suhunya. Karena destilasi merupakan suatu metode pemisahan fasa
cair-cair, berdasarkan perbedaan titik didih. Komponen alat destilasi
terdiri atas reaktor (tempat untuk mereaksikan sekaligus tempat untuk
memanaskan), kemudian diatasnya ada termometer,yang berfungsi
untuk megukur suhu uap yang menguap akibat pemanasan.
Kemudian adakomponen yang berfungsi untuk mendinginkan uap
hasil pemanasan menjadi embun-embun yang bersatu menjadi
tetesan-tetesan larutan. Karena kondensor untuk destilasi dipasang
miring,sehingga tetesan-tetesan zat hasil pendinginan tersebut
mengalir menuju ke adapter. Adapteradalah alat yang
menghubungkan antara kondensor dengan penampung destilat,
sehingga semuadestilat dapat terkumpul dalam satu penampung.Pada
praktikum kali ini zat yang digunakan yaitu aseton dan klorofom.
Campuran zat tersebut memiliki titik didih yang berdekatan (56,53°C
dan 61,2°C), sehingga biasa disebut campuran azeotrop.
Campuran azeotrop merupakan campuran dua atau lebih
komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak
bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Oleh karena itu, pemisahan
dilakukan dengan cara kolom fraksionasi. Distilasi fraksionasi
merupakan suatumetode pemisahan zat berdasarkan perbedan titik
didih yang bedekatan. Adapun prinsip kerjadari pemisahan dengan
distilasi fraksionasi yaitu pemisahan suatu campuran dimana
komponen-komponennya diuapkan dan diembunkan secara
bertingkat.
Pada tahapan pemisahannya, distilasi ini menggunakan zat
yang dapat dipisahkan melalui alat distilasi faksionasi zat yang mudah
menguap dan memiliki perbedaan titik didih yang saling
berdekatan.Karena zat yang dianalisa merupakan 2 buah
campuran zat dengan variasi konsentrasi tertentu dengan titik didih
aseton sebesar 56,53 °C dan klorofom memiliki titik didih sebesar
61,2°C sehingga campuran tersebut sering disebut azeotrop. Prinsip
kerja dari kolom fraksinasi ini adalah mendinginkan uap yang
terbentuk denganjonjot-jonjot yang terdapat pada kolom fraksinasi,
yang berhubungan langsung dengan udaraluar, sehingga fungsinya
hampir sama dengan kondensor udara, yang dapat mengembunkan
uapdalam jumlah yang relatif sedikit dan pada suhu tertentu.
destilasi fraksionasi adalahmemisahkan komponen-komponen cair,
dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaantitik
didihnya.Pada proses distilasi campuran biner yang pertama keluar
sebagai distilat adalah aseton.Hal ini disebabkan karena aseton
memiliki titik didih yang lebih rendah yaitu sebesar
56,53oCdibandingkan dengan kloroform yaitu sebesar 61,2 oC,
sehingga aseton menguap terlebih dahulu.Pada penentuan titik didih
campuran, titik didih dilihat pada saat terjadinya tetesan pertama,
halini menunjukkan telah tercapai nya titik didih campuran. Fraksi
mol aseton terhadap titik didih menunjukkan bahwa semakin kecil
fraksi mol zatdengan titik didih lebih rendah (aseton) menyebabkan
titik didih campuran menjadi lebih besar.Ini dapat dijelaskan dengan
hukum raoult.Grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar
fraksi mol menyababkan titik didihlarutan menjadi lebih rendah.
Tetapi pada fraksi mol aseton = 0 titik didihnya malah turun
yaitu57 °C, mungkin terjadi ke kurang teitian saat menghitung titik
didh. Sehinga tidak sesuai teori, dimana seharusnya semakin besar
fraksi mol maka titik didih akan semakinrendah. Mengenai
besarnya indeks bias, dapat dilihat ditabel pengamatan bahwa indeks
bias residusebelum dan setelah dipanaskan dengan komposisi yang
sama memiliki hasil yang berbeda.Indeks bias sebelum pemanasan
lebih besar dibandingkan indeks bias setelah dipanaskan. Hal
inidikarenakan pada saat melakukan pemanasan, aseton menguap
lebih cepat sehingga yang tersisadalam residu yaitu sebagian aseton
yang tidak menguap dan kloroform. Sehingga indeks biasmenjadi
naik. Hubungan indeks bias terhadapkemurnian tidak bisa diukur
dengan kuantitatif, yang dapat dihitung adalah selisih indeks
biasantara distilat terhadap zat murninya. Makin besar
selisihnya menunjukkan makin kecil kemurniannya.

7.3.Pembahasan Oleh Andin Faranitha Tsamarah


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur indeks bias
larutan biner,melakukan distilasi fraksionasi terhada larutan biner
tersebut dan membuat diagram titik didih terhadap komposisi larutan.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu kloroform dan
aseton, kedua larutan tersebut dibagi menjadi beberapa larutan dengan
perbandingan aseton dan kloroform tertentu. Setelah membuat
campuran, larutan tersebut duikur indeks biasnya menggunakan alat
refrakto meter.
Larutan selanjutnya di detilasi fraksionasi dengan alat yang
sudah disiapkan sebelumnya. Campuran zat memiliki titik didih yang
bedekatan, sehingga disebut campuran azaetrop. Campuran azaetrop
adalah campuran yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang tidak
dapat dipisahkan dengan destilasi biasa.Sehingga harus diproses
dengan destilasi fraksionasi. Diamana komponen-komponennya akan
diuapkan dan diembunkan secara bertingkat. Zat yang pertama keluar
adalah aseton, karena aseton memiliki titik didih yang lebih rendah
dibandingkan dengan kloroform.
Semakin kecil fraksi mol zat titik didih lebih rendah (aseton)
menyebabkan titik didih campuran menjadi lebih besar sesuai dengan
hokum roult. Dari proses destilasi ini didapat residu dan desitilat dari
masing-masing campuran serta data suhu destilasi dari campuran
tersebut. Destilat dan residu diukur kembali indeks biasnya
menggunakan alat refractometer sehingga didapat data indeks bias
serta titik didih:
1. Larutan A →Aseton 10 ml : 1, 45 dengan suhu 57℃
2. Larutan B →Aseton 8 ml+ Kloroform 2 ml : 1,375 dengan
suhu 55,5℃
3. Larutan C →Aseton 6 ml+ Kloroform 4 ml : 1,385 dengan suhu
56℃
4. Larutan D →Aseton 4 ml+ Kloroform 6 ml : 1,405 dengan
suhu 55℃
5. Larutan E →Aseton 2 ml+ Kloroform 8 ml : 1,409 dengan suhu
52℃
6. Larutan B →Aseton 0 ml+ Kloroform 10 ml : 1,56 dengan suhu
57℃

Jika suhunya dirata-rata kan didapat suhu rata-rata sebesar 56,25 ℃


tidak berbeda jauh dengan teori yaitu sebesar 56,53℃.

7.4.Pembahasan Oleh Arlin Dini Anindya

Pada percobaan kali ini dilakukan distilasi pada campuran


biner. Distilasi dilakukan untuk memisahkan suatu campuran
berdasarkan perbedaan titik didihnya. Untuk campuran biner seperti
air dan alkohol dapat dilakukan dengann distilsi sederhana karena
kedua zat tersebut memiliki perbedaan titik didih yang jauh (100 oC
dan 78oC). Namun pada percobaan kali ini digunakan bahan berupa
aseton dan kloroform, dimana kedua zat ini memiliki perbedaan titik
didih yang tidak terlalu besar (56oC dan 61,2oC). Campuran aseton
dan kloroform ini disebut dengan campuran azeotrop. Campuran
azeotrop adalah campuran yang memiliki perbedaan titik didih yang
tidak terlalu jauh dan dalam pemisahannya tidak dapat dikaukan
menggunakan distilasi sederhana, tetapi harus menggunakan distilasi
fraksionasi atau bertingkat. Pada distilasi frasionasi ini terjadi
pemanasan yang bertahap pada setiap platnya sehingga didapatkan
distilat murni yang diinginkan..
Distilasi campuran aseton-kloroform menghasilkan distilat
berupa aseton dan residu berupa kloroform. Aseton yang memiliki
titik didih lebih rendah dari kloroform akan mengalami penguapan
lebih cepat daripada kloroform sehingga uap aseton akan lebih cepat
bergerak didalam fraksi. Uap aseton yang dihasilkan dari penasan
akan mengalami pendinginan di kondensor sehingga fase uap aseton
dapat berubah menjadi tetesan embun aseton yang akan dikumpulkan
didalam labu distilat diujung alat distilasi sebagai distilat murni.
Distilasi campuran aseton-kloroform menghasilkan titik didih
distilat (titik didih saat distilat sudah terbentuk) mengahasilkan titik
didih yang berbeda setiap komposisinya. Sepert saat komposisi
aseton kloroform 10ml-0ml, 8ml-2ml, 6ml-4ml, 4ml-6ml, 2ml-8ml,
dan 0ml-10ml menghasilkan masing-masing titik didih sebesar 54oC,
55,5oC, 56oC, 55oC, 52oC, dan 57oC. Hasil rata-rata titik didih pada
percobaan adalah sebesar 56,25oC yang tidak jauh berbeda dengan
titik didih aseton berdasarkan literatur yaitu sebesar 56,53oC.
Selain melakukan distilasi dilakukukan pengukuran indeks
bias pada campuran aseton-kloroform sebelum destilasi, pada residu
(kloroform), dan pada distilat (aseton). Pengukan indeks bias ini
dilakukan menggunakan alat refractometer. Dari hasil perhitungan
yang sudah dilakukan didapat rata-rata indeks bias residu (kloroform)
sebesar 1,353 dan rata-rata indeks bias disilat (aseton) sebesar1,38.
Indeks bias kloroform dan aseton berdasarkan literatur masing-
masing adalah 1,360 dan 1,446. Adanya perbedaan nilai indeks bias
antara percobaan dan literatur disebabkan karena adanya beberapa
kesalahan yang terjadi pada saat percobaan seperti pencahayaan yang
tidak pas terhadap zat sehingga pembiasan tidak terjadi sempurna dan
sulit untuk menentukan gelap terang pada refractometer. Selain itu
kesalahan yang tejadi adalah penguapan zat yang berlangsung cepat
sehigga saat zat diamati di refractometer zat yang tersisa hanya
sedikit.

VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat dismpulkan sebagai berikut :
1. Distilasi fraksionisasi dilakukan pada campuran azeotrop yaitu
campuran yang memiliki perbedaan titik didih yang tidak terlalu
jauh.
2. Distilasi campuran aseton-kloroform menghasilkan distilat aseton
dan residu kloroform.
3. Indeks bias residu (klorofom) adalah 1.353 dan indeks bias distilat
(aseton) adalah 1,38.

IX. Daftar Pustaka

Tim, Pembimbing Kimia Fisika 2016. Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.


Bandung: Polban
Sanjaya Rio, dkk. 2013.Destilasi Biner.file:///D:/dokumen.tips_destilasi-
biner.pdf. Diakses (20 November 2019 pukul 21.30 WIB).
Solihah,Siti. 2014. Pemisaha dan Pemurnian Zat Cair.
Academiaedu.com. Diakses (20 November 2019 pukul 21.30 WIB).

Anda mungkin juga menyukai