Anda di halaman 1dari 17

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Misel merupakan suatu yang dihasilkan dari penggabungan (agregasi) dari ion-ion
surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan . Misel terdiri dari beberapa jenis. Sabun, alkil
sulfat dan alkil sulfonat termasuk misel anion, garam amina termasuk misel kation sedangkan
polietilena termasuk misel non ionik. Kenaikan temperatur dapat menaikkan konsentrasi kritis
misel (KKM). Elektrolit dapat menurunkan konsentrasi kritis misel. Pembentukan misel dapat
terjadi pada konsentrasi diatas KKM. Surfaktan juga banyak digunakan dalam industri
sebagai emulsifier, foamming, dan anti foamming agent. Misel yang terbentuk dapat
emempengaruhi sifat larutan seperti tegangan permukaan, viskositas, daya hantar listrik
sehingga dapat dimanfaatkan dengan maksud penelitian.

1.2 Tujuan
Menentukan konsentrasi kritis misel surfaktan pada pelarut air dan penentuan harga
entalpinya.

1.3 Tinjauan Pustaka


Sejumlah konsentrasi surfaktan yang terlarut dalam air, akan membentuk monomer dan
terkonsentrasi pada permukaan air membentuk lapisan tunggal dimana grup yang bersifat
hidrofil (menyukai air) akan berikatan kebawah permukaan air, sedangkan ekor hidrokarbon
yang bersifat hidrofob akan menjauh dari permukaan air. Konsentrasi surfaktan yang lebih
tinggi menyebabkan terbentuknya agregasi atau asosiasi dari ion-ion surfaktan berupa sperikal
yang merupakan zat aktif permukaan, yang dikenal dengan misel. Miselisasi terjadi akibat
interaksi hidrofobik. Interaksi hidrofobik akan menolak atau menjauhkan ekor hidrokarbon
dari surfaktan terhadap air, dan akan menghasilkan agregasi, sedangkan grup kepala yang
hidrofilik akan tetap berkontak langsung dengan air. Konsentrasi setimbang dimana monomer
surfaktan membentuk misel disebut konsentrasi kritis misel. Satu misel umumnya akan berisi
50-100 monomer. Terbentuknya misel membuat larutan akan berubah secara mendadak
seperti tegangan permukaan-antarmukanya, viskositasnya, daya hantar listriknya dan lain-lain
(Reeves, 1977).
Penambahan surfaktan secara kontinyu akan menyebabkan suatu keadaan dimana larutan
menjadi jenuh atau tertutupi oleh surfaktan dan adsorbsi surfaktan ke permukaan tidak terjadi
lagi. Misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus hidrofilik
bersinggungan dengan pelarut yang mengelilinginya, menjauhkan ekor gugus hidrofobik di
dalam pusat misel (Atkins, 2006).

Gambar 1. Kepala gugus hidrofobik dalam pusat misel.


Kesetimbangan diantara molekul-molekul atau ion-ion dari misel yang tidak berikatan
berlaku hukum aksi massa. Dimana C merupakan konsentrasi stoikiometri larutan, x
merupakan fraksi satuan monomer, m merupakan jumlah satuan monomer per misel. X
menjadi semakin kecil pada nilai C tertentu dan sesudah itu naik dengan tepat. Penentuan
entalpinya didapat dengan cara membuat grafik in (kkm) lawan 1/T, sehingga diperoleh harga
Ho/R sebagai slopenya (Bird, 1993).
Termodinamika pembentukan misel menunjukkan bahwa entalpi pembentukannya dalam
sistem air mungkin positif (endotermik). KKM menunjukkan bahwa perubahan entropi yang
menyertai pembentukan pati positif pada temperatur kamar. Perubahan entalpi (entropi) yang
positif walaupun molekul itu berkumpul menunjukkan adanya kontribusi pelarut pada entropi
dan molekul akan lebih bebas bergerak setelah molekul terlarut terkumpul menjadi kumpulan
kecil. Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang mendadak pada
daerah konsentrasi tertentu. Ketika surfaktan berada diatas KKM, surfaktan dapat berfungsi
sebagai pengemulsi yang akan melarutkan senyawa secara normal tidak larut dalam pelarut
yang digunakan. Hal ini terjadi karena spesies yang tidak mudah larut dapat dimasukkan
kedalam inti misel dimana spesies tersebut terlarut didalam sebagian besar pelarut oleh
kebalikan kepala gugus yang berinteraksi dengan baik pada spesies pelarut (Sukardjo, 2004).
Misel tersusun atas surfaktan ionik yang dikelilingi oleh awan ion-ion. Ion-ion inti
memiliki muatan berlawanan dengan muatan ionik surfaktan disebut ion berlawanan. Ikatan
ion berlawanan menetralisir muatan misel (hampir 90%), efek dari muatan misel dapat
mempengaruhi struktur pelarut yang mengelilinginya pada jarak tertentu dari misel. Misel
hanya terbentuk apabila konsentrasi surfaktan lebih besar daripada KKM dan temperatur
sistem lebih besar daripada temperatur kritis misel. KKM dapat diamati dari kurva yang
diskontinyu dari sifat fisik sistem sebagai suatu fungsi dari jumlah surfaktan yang
ditambahkan. Misel dapat terbentuk secara spontan karena keseimbangan antara entropi dan
entalpi. Di dalam air efek hidrofobik merupakan gaya pendorong pembentukan misel,
meskipun faktanya pengumpulan molekul surfaktan menurunkan entropinya (Sukardjo,
2004).
Prinsip kerja konduktometer yaitu larutan dengan konsentrasi dan suhu tertentu akan
dimasuki elektroda sehingga elektroda akan menerima rangsang dari ion-ion yang menempel
atau menyentuhnya. Selanjutnya data akan diproses menjadi output yang keluar pada layar
konduktometer.
Surfaktan yang digunakan adalah gelatin. Gelatin merupakan produk yang diperoleh dari
proses hidrolisis parsial dari kolagen yang berasal dari kulit jaringan ikan putih dan tulang
hewan. Gelatin sangat ringan dan bubuknya berwarna jerami. Gelatin mudah larut dalam air
panas dan larut pula dalam air dingin dengan membentuk jelas cahaya ambar solusi. Gelatin
memiliki titik didih pada temperatur 100 oC. Gelatin akan mengalami pembakaran sempurna
pada suhu 500 oC. Gelatin tidak mudah terbakar, stabil serta tidak tunduk pada polimerisasi
berbahaya, serta tidak kompatibel dengan oksidator kuat. Gelatin tidak berbahaya atau
beracun, tidak akan menyebabkan resiko jika terhirup, tertelan atau bersentuhan dengan kulit
atau mata. Apabila berkontak langsung dengan tubuh dalam skala besar jika tertelan akan
menyebabkan gastro intestinal merah. Gelatin disimpan dalam wadah tertutup rapat dan
diletakkan di tempat sejuk, kering dan daerah yang berventilasi karena akan melindunginya
dari kerusakan fisik (Anonim, 2014).
BAB 2. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain :
- Labu ukur 100 mL
- Labu ukur 1 L
- Gelas beker
- Gelas arloji
- Pipet ukur 5 mL
- Konduktometer
2.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
- Surfaktan (Gelatin)
- Akuades
2.2 Skema Kerja

1 gr Surfaktan

- dilarutkan dalam 100 mL akuades


- diambil sebanyak 75, 50, 25, 10 mL dari larutan tersebut
- diencerkan larutan yang diambil dalam labu ukur 100 mL
- diukur daya hantar masing-masing larutan pada suhu kamar
- diulangi pengukuran daya hantar pada suhu 35, 40, 45, dan 50oC

Larutan encer
BAB 3. HASIL

3.1 Hasil
1. Tabel Arus Listrik

Suhu Larutan 1 % Larutan 0,75 % Larutan 0,5 % Larutan 0,25 % Larutan 0,1 %

25o C 4,0 mA 2,5 mA 1,1 mA 1,5 mA 1,6 mA

35o C 4,3 mA 3,3 mA 1,7 mA 1,3 mA 2,2 mA

40o C 4,2 mA 3,3 mA 1,8 mA 1,5 mA 1,6 mA

45o C 4,3 mA 2,0 mA 1,5 mA 1,6 mA 1,5 mA

50o C 4,0 mA 1,8 mA 3,0 mA 1,5 mA 1,6 mA

2. Tabel Daya Hantar Listrik

Suhu Larutan 1 % Larutan 0,75 % Larutan 0,5 % Larutan 0,25 % Larutan 0,1 %

25o C 2 10-3 1,25 10-3 0,55 10-3 7,7 10-4 8 10-4

35o C 2,1 10-3 1,6 10-3 0,8 10-3 6,6 10-4 1,1 10-3

40o C 2,08 10-3 1,6 10-3 9,09 10-4 7,7 10-4 8 10-4

45o C 2,1 10-3 1 10-3 7,7 10-4 8 10-4 7,7 10-4

50o C 2 10-3 9,09 10-4 1,5 10-3 7,7 10-4 7,7 10-4
Grafik hubungan konduktivitas dengan konsentrasi
1. Suhu 25oC

Grafik Hubungan Konduktivitas


dengan Konsentrasi (Suhu 25oC
0.01
0.008
Konduktivitas

0.006 y = -0.0079x + 0.008


0.004 R = 0.624 Series1
0.002 Linear (Series1)
0
0 0.5 1 1.5
Konsentrasi (%)

2. Suhu 35oC

Grafik Hubungan Konduktivitas


dengan Konsentrasi (Suhu 35oC)
0.007
0.006
Konduktivitas

0.005 y = -0.0017x + 0.0033


0.004 R = 0.0648
0.003 Series1
0.002
Linear (Series1)
0.001
0
0 0.5 1 1.5
Konsentrasi (%)

3. Suhu 40oC

Grafik Hubungan Konduktivitas


dengan Konsentrasi (Suhu 40oC)
0.01
0.008
Konduktivitas

y = -0.008x + 0.0098
0.006 R = 0.6698
0.004 Series1
0.002 Linear (Series1)
0
0 0.5 1 1.5
Konsentrasi (%)
4. Suhu 45oC

Grafik Hubungan Konduktivitas


dengan Konsentrasi (Suhu 45oC)
0.01

0.008
Konduktivitas

y = -0.0081x + 0.0095
0.006
R = 0.7331
0.004 Series1
Linear (Series1)
0.002

0
0 0.5 1 1.5
Konsentrasi (%)

5. Suhu 50oC

Grafik Hubungan Konduktivitas


dengan Konsentrasi (Suhu 50oC)
0.01

0.008
y = -0.0043x + 0.0078
Konduktivitas

0.006 R = 0.1942

0.004 Series1
Linear (Series1)
0.002

0
0 0.5 1 1.5
Konsentrasi (%)

3. Tabel In KKM dan 1/T

In kkm 1/T (oC-1)

-0,007 0.04

-0,001 0,03

-0,008 0,025

-0,008 0,022

-0,004 0,02
Grafik Hubungan In kkm dengan 1/T

Grafik Hubungan In kkm dengan 1/T


0
-0.001 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
-0.002
-0.003
In KKM

-0.004
Series1
-0.005
Linear (Series1)
-0.006
-0.007
-0.008 y = -0.0161x - 0.0045
R = 0.2049
-0.009
1/T

4. Tabel H

Suhu (K) H (J/mol)

298 17,3
308 2,5

313 20,8

318 21,2
323 10,7
BAB 4. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini adalah tentang konsentrasi kritis misel dengan sampel surfaktan yaitu
gelatin. Gelatin dipilih karena termasuk surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan yang
mengandung kedua kelompok hidrfobik maupun hidrofilik. Larutan gelatin dibuat dengan
melarutkan 1 g serbuk gelatin kedalam 100 mL akuades sehingga didapatkan konsentrasi
larutan sebesar 1%. Larutan gelatin 1% selanjutnya diencerkan kembali menjadi 4 konsentrasi
berbeda yaitu 0,75%; 0,5%; 0,25% dann 0,1%. Larutan gelatin 0,75% dibuat dengan
mengencerkan 75 mL larutan gelatin 1% kedalam 100 mL akuades. Larutan gelatin 0, 5%
dibuat dengan mengencerkan 50 mL larutan gelatin 1% kedalam 100 mL akuades. Larutan
gelatin 0,25% dibuat dengan mengencerkan 25 mL larutan gelatin 1% kedalam 100 mL
akuades. Larutan gelatin 0,1% dibuat dengan mengencerkan 10 mL larutan gelatin 1%
kedalam 100 mL akuades.
Larutan dengan lima konsentrasi berbeda tersebut selanjutnya diukur arusnya dengan
konduktometer pada lima suhu berbeda pula yaitu suhu kamar (25oC), 35oC, 40oC, 45oC,
50oC. Pengukuran dilakukan pada beda potensial atau tegangan 2 V menggunakan elektroda
karbon. Elektroda selanjutnya akan menerima rangsang dari ion-ion yang menyentuh
permukaan elektroda sehingga hasilnya akan diproses dan dilanjutkan pada output yang
tertera pada konduktometer (sesuai prinsip kerja konduktometer). Hasil yang diperoleh pada
pengukuran arus menggunakan konduktometer sangat buruk.
Literatur menyebutkan seharusnya nilai arus semakin kecil seiring berkurangnya
konsentrasi dan semakin besar seiring penambahan suhu. Data yang diperoleh tidak sesuai
literatur. Tidak adanya hubungan antara penambahan suhu maupun berkurangnya konsentrasi
terhadap nilai arus sehingga berpengaruh pada nilai konduktivitas. Grafik seharusnya akan
terus naik dan bukan turun. Hal ini disebabkan karena rusaknya alat konduktometer sehingga
output yang keluar tidak relevan. Adanya human error juga menjadi penyebab
ketidakrelevanan data yaitu pada saat pembacaan output dari kuat arus. Output yang keluar
seharusnya ditunggu hingga angkanya konstan, namun karena ketidaktelitian praktikan
sehingga kami kurang memperhatikan data konstan yang ditampilkan pada konduktometer.
Slope hubungan antara konduktivitas dengan konsentrasi larutan sangat kecil. Hal ini
menandakan banyaknya data praktikan yang tidak sesuai dengan literatur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar listrik adalah perubahan suhu dan
konsentrasi. Nilai daya hantar listrik akan semakin besar apabila konsentrasi misel dalam
larutan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena ion-ion yang menempel pada elektroda semakin
banyak dan juga sifatnya yang seperti senyawa elektrolit yaitu memiliki energi kinetik yang
besar untuk mencapai suatu larutan koloid. Nilai daya hantar listrik juga semakin besar
dengan bertambahnya suhu karena penambahan suhu juga akan memberi tambahan energi
dari luar sehingga energi kinetiknya semakin tinggi (gerakan antar partikel semakin cepat).
Nilai entalpi yang didapat adalah positif sehingga dapat disimpulkan reaksi berlangsung
secara endoterm.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum tentang konsentrasi kritis misel ini adalah
sebagai berikut :
1. Konsentrasi kritis misel adalah konsentrasi dimana misel mulai terbentuk
2. Daya hantar listrik bertambah seiring bertambahnya pula konsentrasi dan suhu larutan
3. Konsentrasi kritis misel sangan ditentukan oleh suhu
5.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya ada lebih dari satu hot plate sehingga praktikum
berjalan lebih cepat. Dan harap praktikan memeriksa peralatan yang akan digunakan
sebeblum praktikum untuk memastikan alat tidak rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Gelatin.


http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 [diakses pada tanggal 7 maret
2014]
Atkins, P.W. 2006. Physical Chemistry. Oxford : Oxford University Press.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Reeves, L. R., Harkaway, S. A,. 1977. Micellization, Solubilition and Microemulsion, Vol.2.
New York : Mital Plenum Press.
Sukardjo, Prof. 2004. Kimia Fisika. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
LAMPIRAN

Presentase larutan

1. Larutan gelatin 1 %
Massa gelatin : 1 g
Volume aquades : 100 mL
1
Larutan 1 % = 100 100 % = 1%
2. Larutan gelatin 0,75 %
Larutan gelatin 1 % = 75 mL
Volume aquades : 100 mL
75
Larutan gelatin 0,75 % = 1% 100
100 % = 0,75%
3. Larutan gelatin 0,5 %
Larutan gelatin 1 % = 50 mL
Volume aquades : 100 mL
50
Larutan gelatin 0,5 % = 1% 100 % = 0,5%
100
4. Larutan gelatin 0,25 %
Larutan gelatin 1 % = 25 mL
Volume aquades : 100 mL
25
Larutan gelatin 0,25 % = 1% 100 % = 0,25%
100
5. Larutan gelatin 0,1 %
Larutan gelatin 1 % = 10 mL
Volume aquades : 100 mL
10
Larutan gelatin 0,1 % = 1% 100
100 % = 0,1%

Daya hantar listrik

a. Larutan 1 %
1. Suhu kamar
V=2V
I = 4,0 mA = 4,0 10-3 A
2
R= = 4,0 103
= 5 102
1 1
DHL = =
5 102
= 2 10-3
2. Suhu 350c
V=2V
I = 4,3 mA = 4,3 10-3 A
2
R= = 4,3 103
= 4,6 102
1 1
DHL = =
4,6 102
= 2,1 10-3
3. Suhu 400c
V=2V
I = 4,2 mA = 4,2 10-3 A
2
R= = = 4,8 102
4,2 103
1 1
DHL = =
4,8 102
= 2,08 10-3
4. Suhu 450c
V=2V
I = 4,3 mA = 4,3 10-3 A
2
R= = 4,3 103
= 4,6 102
1 1
DHL = = = 2,1 10-3
4,6 102
5. Suhu 500c
V=2V
I = 4,0 mA = 4,0 10-3 A
2
R= = = 5 102
4,0 103
1 1
DHL = =
5 102
= 2 10-3
b. Larutan 0,75 %
1. Suhu kamar
V=2V
I = 2,5 mA = 2,5 10-3 A
2
R= = = 8 102
2,5 103
1 1
DHL = =
8 102
= 1,25 10-3
2. Suhu 350c
V=2V
I = 3,3 mA = 3,3 10-3 A
2
R= = = 6,06 102
3,3 103
1 1
DHL = =
6,06 102
= 1,6 10-3
3. Suhu 400c
V=2V
I = 3,3 mA = 3,3 10-3 A
2
R= = = 6,06 102
3,3 103
1 1
DHL = =
6,06 102
= 1,6 10-3
4. Suhu 450c
V=2V
I = 2,0 mA = 2,0 10-3 A
2
R= = 2,0 103
= 1 103
1 1
DHL = =
1 103
= 1 10-3
5. Suhu 500c
V=2V
I = 1,8 mA = 1,8 10-3 A
2
R= = 1,8 103
= 1,1 103
1 1
DHL = =
1,1 103
= 9,09 10-4
c. Larutan 0,5 %
1. Suhu kamar
V=2V
I = 1,1 mA = 1,1 10-3 A
2
R= = 1,1 103
= 1,8 103
1 1
DHL = =
1,8 103
= 0,55 10-3
2. Suhu 350c
V=2V
I = 1,7 mA = 1,7 10-3 A
2
R= = 1,7 103
= 1,2 103
1 1
DHL = = = 0,8 10-3
1,2 103
3. Suhu 400c
V=2V
I = 1,8 mA = 1,8 10-3 A
2
R= = = 1,1 103
1,8 103
1 1
DHL = =
1,1 103
= 9,09 10-4
4. Suhu 450c
V=2V
I = 1,5 mA = 1,5 10-3 A
2
R= = 1,5 103
= 1,3 103
1 1
DHL = =
1,3 103
= 7,7 10-4
5. Suhu 500c
V=2V
I = 3,0 mA = 3,0 10-3 A
2
R= = 3,0 103
= 6,6 102
1 1
DHL = = = 1,5 10-3
6,6 102
d. Larutan 0,25 %
1. Suhu kamar
V=2V
I = 1,5 mA = 1,5 10-3 A
2
R= = 1,5 103
= 1,3 103
1 1
DHL = = = 7,7 10-4
1,3 103
2. Suhu 350c
V=2V
I = 1,3 mA = 1, 3 10-3 A
2
R= = 1,3 103
= 1,5 103
1 1
DHL = =
1,5 103
= 6,6 10-4
3. Suhu 400 c
V=2V
I = 1,5 mA = 1,5 10-3 A
2
R= = 1,5 103
= 1,3 103
1 1
DHL = =
1,3 103
= 7,7 10-4
4. Suhu 450 c
V=2V
I = 1,6 mA = 1,6 10-3 A
2
R= = 1,6 103
= 1,25 103
1 1
DHL = =
1,25 103
= 8 10-4
5. Suhu 500 c
V=2V
I = 1,5 mA = 1,5 10-3 A
2
R= = 1,5 103
= 1,3 103
1 1
DHL = = = 7,7 10-4
1,3 103
e. Larutan 0,1 %
1. Suhu kamar
V=2V
I = 1,6 mA = 1,6 10-3 A
2
R= = 1,6 103
= 1,25 103
1 1
DHL = =
1,25 103
= 8 10-4
2. Suhu 350 c
V=2V
I = 2,2 mA = 2,2 10-3 A
2
R= = = 0,90 103
2,2 103
1 1
DHL = =
0,90 103
= 1,1 10-3
3. Suhu 400c
V=2V
I = 1,6 mA = 1,6 10-3 A
2
R= = 1,6 103
= 1,25 103
1 1
DHL = =
1,25 103
= 8 10-4
4. Suhu 450 c
V=2V
I = 1,5 mA = 1,5 10-3 A
2
R= = 1,5 103
= 1,3 103
1 1
DHL = = = 7,7 10-4
1,3 103
5. Suhu 500c
V=2V
I = 1,6 mA = 1,6 10-3 A
2
R= = 1,6 103
= 1,25 103
1 1
DHL = =
1,25 103
= 8 10-4

Perhitungan H

1. Suhu 250C
T = 298 K
H = ln kkm RT = 0,007 8,314 J/K mol 298 K = 17,3 J/mol
2. Suhu 550C
T = 308 K
H = ln kkm RT = 0,001 8,314 J/K mol 308 K = 2,5 J/mol
3. Suhu 400C
T = 313 K
H = ln kkm RT = 0,008 8,314 J/K mol 313 K = 20,8 J/mol
4. Suhu 450C
T = 318 K
H = ln kkm RT = 0,008 8,314 J/K mol 318 K = 21,2 J/mol
5. Suhu 500C
T = 323 K
H = ln kkm RT = 0,004 8,314 J/K mol 323 K = 10,7 J/mol

Anda mungkin juga menyukai