Anda di halaman 1dari 6

Tugas Akhir Fluidisasi Bagian II

(Kelompok 5)
Nama: Athalia Limbong NPM:
Nama: Himia Zahra NPM:
Nama: Mark Philip Purba NPM:
Nama: Nur Annisa Luthfiyah A NPM: 1706038172

1. Bagaimana Anda menjelaskan hubungan antara kecepatan laju alir gas dengan ketinggian
unggun dalam proses fluidisasi berdasarkan hasil percobaan Anda? (sertakan grafik dari
percobaan yang Anda lakukan).
2. Bagaimana Anda menjelaskan hubungan antara ΔP (pressure drop) dengan kecepatan laju
alir gas dalam proses fluidisasi berdasarkan hasil percobaan Anda? (sertakan grafik dari
percobaan yang Anda lakukan).
Data percobaan diambil dengan cara menaikkan dan menurunkan laju alir udara (kecepatan
superfisial). Dengan mengubah variasi laju alir fluida, maka diperoleh data berupa tekanan
dan ketinggian unggun sebelum terfluidisasi dan setelah terfluidisasi.
Laju alir fluida dipengaruhi oleh ketinggian unggun dan penurunan tekanan (pressure
drop). Ketika suatu aliran fluida melewati partikel bed, maka akan timbul gaya seret (drag
force) pada partikel. Gaya seret berbanding lurus dengan gaya berat, yang menyatakan
kelembaman suatu materi. Gaya berat sebanding dengan penurunan tekanan. Dengan
demikian, semakin besar laju alir udara (kecepatan superfisial), semakin besar pula
penurunan tekanan yang terjadi. Namun, pada laju alir tertentu penurunan tekanan yang
terjadi akan konstan, yakni ketika gaya seret fluida sudah dapat mengimbangi gaya berat
partikel, sehingga tekanan menjadi tetap.
3. Bagaimana menentukan kecepatan minimum fluidisasi dari hasil percobaan yang Anda
lakukan? Jelaskan hasil yang diperoleh dari percobaan!
4. Bagaimana pengaruh kecepatan laju alir fluida terhadap proses perpindahan kalor dalam
chamber? Jelaskan hasil yang Anda dapatkan dari percobaan! (Sertakan grafik dari
percobaan yang saudara lakukan).
Pada percobaan 2 dilakukan pengukuran suhu chamber dan unggun (bed) serta penurunan
tekanan pada bed chamber dan orifice. Percobaan ini dilakukan dengan memberikan
perlakuan berbeda pada temperature kontrol 80℃ dan 110℃ dengan laju alir 0.6 L/s dan
1.4 L/s. Keadaan I yaitu pada laju alir 80℃, sedangkan keadaan II yaitu pada laju alir 110℃.
Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara laju alir udara dengan
koefisien transfer panas pada unggun.
Data pengamatan

T t T (°C) T t T (°C)
Q Q
set (minute) chamber bed set (minute) chamber bed
0 30.5 31.1 0 29.4 33
5 30.7 31.6 5 27 33
0.6 80 10 31 32.3 0.6 120 10 29.1 33.2
15 31.2 32.9 15 30.5 33.8
20 31.4 33.2 20 31.1 34.3
0 31.6 33.5 0 31.1 34.8
5 31.4 34.2 5 31.5 35.5
1.4 80 10 31.7 33.7 1.4 120 10 32.3 35.2
15 26.8 33.7 15 25.9 35.3
20 27.3 33 20 25.8 34.7

Grafik hubungan suhu chamber dan bed dengan waktu

Q = 0.6 L/s
35
Suhu, T(°C)

30

25
0 5 10 15 20 25
Waktu, t(menit)

T Chamber at 80°C T bed at 80°C T Chamber at 110°C T bed at 110°C


Q = 1.4 L/s
40

35
Suhu, T(°C)

30

25
0 5 10 15 20 25
Waktu, t(menit)

T Chamber at 80°C T bed at 80°C T Chamber at 110°C T bed at 110°C

Pada peristiwa ini terjadi perpindahan panas yang berpindah dari heater (sumber panas) ke
partikel bed. Berdasarkan kurva pertama dengan laju alir 0.6 L/s, didapatkan bahwa
semakin lama waktu percobaan, suhu pada chamber akan semakin meningkat. Sedangkan
pada kurva kedua dengan laju alir 1.4 L/s, didapatkan bahwa semakin lama waktu
percobaan, suhu pada chamber akan semakin turun.

Berdasarkan kedua kurva di atas, suhu pada chamber lebih rendah jika dibandingkan
dengan suhu pada bed. Hal ini disebabkan karena heater akan memiliki lebih banyak kontak
dengan permukaan partikel bed yang suhunya lebih kecil sehingga panas akan lebih banyak
berpindah ke partikel bed daripada ke udara (heat loss yang terjadi lebih kecil).

Sebelum terjadi fluidisasi, partikel akan diam (fixed bed). Ketika laju dinaikkan dan suhu
heater dinaikkan, maka akan terjadi perpindahan panas secara konduksi antara dua
permukaan zat padat, yaitu dari heater ke partikel bed.

Perpindahan panas yang terjadi ketika bed dalam keadaan tetap akan meningkatkan suhu
partikel bed yang berada di dekat heater hingga mendekati suhu heater Saat terjadi
fluidisasi, terjadi pergantian kontak antara heater dengan partikel bed lain yang suhunya
lebih kecil. Aliran fluida ini akan menyebabkan pergantian kontak yang terus-menerus
(antara heater dengan satu partikel dan partikel-partikel yang lain).

Hubungan kecepatan laju alir fluida dengan koefisien perpindahan kalor pada
chamber
Hubungan antara kecepatan laju alir fluida terhadap proses perpindahan kalor dalam
chamber dapat digambarkan berdasarkan pengolahan data sebagai tabel dan grafik berikut:

T (°C) T (K)
T t
Q Pr μ Ar Nu k h
set (minute)
chamber bed chamber bed

0 30.5 31.1 303.5 304.1 0.715 1.89E-05 217.4063 0.22417 0.02644878 47.432505

5 30.7 31.6 303.7 304.6 0.71496 1.89E-05 217.2262 0.22409 0.02646234 47.438916

0.6 80 10 31 32.3 304 305.3 0.71489 1.89E-05 216.9564 0.22396 0.02648269 47.448527

15 31.2 32.9 304.2 305.9 0.71484 1.89E-05 216.7768 0.22388 0.02649626 47.454929

20 31.4 33.2 304.4 306.2 0.7148 1.89E-05 216.5975 0.22379 0.02650982 47.461328

0 31.6 33.5 304.6 306.5 0.71476 1.89E-05 216.4184 0.22371 0.02652338 47.467723

5 31.4 34.2 304.4 307.2 0.7148 1.89E-05 216.5975 0.22379 0.02650982 47.461328

1.4 80 10 31.7 33.7 304.7 306.7 0.71473 1.89E-05 216.3289 0.22366 0.02653017 47.47092

15 26.8 33.7 299.8 306.7 0.71585 1.87E-05 220.783 0.22575 0.02619758 47.313237

20 27.3 33 300.3 306 0.71574 1.87E-05 220.3218 0.22554 0.02623155 47.329427

0 29.4 33 302.4 306 0.71525 1.88E-05 218.4015 0.22464 0.02637414 47.397177

5 27 33 300 306 0.71581 1.87E-05 220.5984 0.22567 0.02621117 47.319716

0.6 120 10 29.1 33.2 302.1 306.2 0.71532 1.88E-05 218.6742 0.22477 0.02635377 47.387523

15 30.5 33.8 303.5 306.8 0.715 1.89E-05 217.4063 0.22417 0.02644878 47.432505

20 31.1 34.3 304.1 307.3 0.71487 1.89E-05 216.8666 0.22392 0.02648948 47.451728

0 31.1 34.8 304.1 307.8 0.71487 1.89E-05 216.8666 0.22392 0.02648948 47.451728

1.4 120 5 31.5 35.5 304.5 308.5 0.71478 1.89E-05 216.5079 0.22375 0.0265166 47.464526

10 32.3 35.2 305.3 308.2 0.7146 1.89E-05 215.7934 0.22341 0.02657084 47.490079
15 25.9 35.3 298.9 308.3 0.71606 1.87E-05 221.6171 0.22614 0.02613642 47.284036

20 25.8 34.7 298.8 307.7 0.71609 1.87E-05 221.7101 0.22618 0.02612963 47.280787

Q = 0.6 L/s
47.6

47.5
h (W/m^2.K)

47.4

47.3

47.2
0 5 10 15 20 25
Time (minute)

T Chamber at 80°C T Chamber at 110°C

Q = 1.4 L/s
47.6

47.5
h (W/m^2.K)

47.4

47.3

47.2
0 5 10 15 20 25
Time (minute)

T Chamber at 80°C T Chamber at 110°C

Nilai koefisien perpindahan kalor untuk tiap-tiap laju alir pada variasi suhu heater
hampir sama. Nilai koefisien ini akan naik seiring kenaikan laju air. Pada saat laju alir
fluida 0.6 L/s, hasil menunjukkan bahwa pada masing-masing suhu heater 80℃ dan
110℃, suhu chamber cenderung naik secara konstan. Sedangkan pada saat laju alir
fluida 1.4 L/s, kurva yang dihasilkan cenderung naik dari menit ke 0 hingga menit ke
10. Kemudian terjadi penurunan nilai dari menit ke 10 hingga 15. Hal ini disebabkan
karena peningkatan laju alir fluida akan menyebabkan pertikel mengalami fluidisasi
yang akan mempengaruhi transfer panas. Hal ini dapat terjadi karena adanya kenaikan
turbulensi pada udara. Akibatnya, peristiwa bubbling semakin terlihat. Peristiwa
bubbling yang mengalami kenaikan aktivitas akan membentuk gelembung yang
semakin besar pula dalam waktu singkat. Hal ini akan mempermudah terjadinya
transfer panas antara fluida (udara) dengan unggun sebab pergerakan medium
penghantar yang juga semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai