PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Kinetika reaksi menggambarkan suatu studi secara kuantitatif tentang
perubahan – perubahan kadar terhadap waktu oleh reaksi kimia. Kecepatan reaksi
ditentukan oleh kecepatan terbentuknya produk dan kecepatan pengurangan
reaktan. Tetapan kecepatan reaksi (k) adalah faktor pembanding yang
menunjukkan hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi reaktan. Pada
percobaan ini dilakukan sintesis kalsium asetat dari kalsit dan asam asetat.
Adapun reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3(S) + 2CH3COOH(aq) Ca(CH3COO)2(aq) + H2O(l) + CO2(g).....(4.1)
Adapun variabel – variabel yang mempengaruhi percobaan yaitu variabel tetap
dan variabel berubah. Variabel tetap terdiri dari konsentrasi asam asetat 0,5 M dan
kalsit yang berlebih 25% dari kebutuhan stoikiometrinya yaitu 15,625 gram.
Sedangkan variabel berubah yang digunakan yaitu waktu dan temperatur, untuk
waktu yang digunakan yaitu 0, 5, 10, 15, 25, 35, 45, dan 60 menit dan untuk
variasi temperatur yang digunakan yaitu 30 oC, 35 oC dan 40 oC.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat larutan asam asetat 0,5 M.
Selanjutnya asam asetat 0,5 M dimasukkan ke dalam gelas beker dan dilakukan
pengadukan menggunakan stirred hot plate dan diatur kecepatan pengadukan 400
rpm, pengadukan dapat memperbesar luas permukaan dan mempercepat
terjadinya tumbukan sehingga reaksi akan berlangsung lebih cepat. Pada
percobaan ini juga dilakukan pemanasan hingga suhu mencapai 30 oC. Hal ini
dilakukan karena dengan adanya pemanasan partikel-partikel akan bergerak lebih
cepat dan sering terjadi tumbukan antar partikel sehingga mempercepat laju
reaksinya, suhu tersebut dipertahankan selama 15 menit hingga suhu stabil.
Selanjutnya ditambahkan kalsit kedalam gelas beker sebanyak 15,625 gram sesuai
perhitungan stoikiometrinya yang berlebih 25%. Pada saat pencampuran pertama
kali sampel diambil sebanyak 5 ml untuk dititrasi, sampel ini digunakan sebagai
konsentrasi mula – mula pada waktu t = 0 menit.
Kemudian, sampel diambil sebanyak 5 ml pada menit ke-5 dan diencerkan
dengan aquadest hingga 50 ml. Selanjutnya, larutan yang telah diencerkan tadi
dipisahkan menjadi dua sampel dengan masing – masing sebanyak 20 ml.
Masing-masing sampel ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes dan dilakukan
titrasi dengan NaOH 0,1 M hingga sampel mengalami reaksi titik kesetimbangan
dengan adanya perubahan warna dari warna putih ke warna merah muda. Dan
catat banyaknya volume NaOH yang terpakai tiap sampel dan diambil volume
rata-rata. Sehingga dapat dihitung konsentrasi asam asetat sisa nya melalui rumus
pengenceran dengan volume asam asetat nya 20 ml. Percobaan dilakukan sesuai
dengan variasi yang telah ditentukan. Adapun hasil perhitungan konsentrasi asam
asetat setelah pengenceran dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Konsentrasi Asam Asetat Setelah Titrasi
No. Waktu (Menit) Konsentrasi Asam Asetat (M)
30 oC 35 oC 40 oC
CA CA CA
1. 0 0,115 0,105 0,0925
2. 5 0,105 0,095 0,0855
3. 10 0,09 0,0825 0,0775
4. 15 0,085 0,0725 0,065
5. 25 0,0775 0,065 0,0575
6. 35 0,065 0,06 0,05
7. 45 0,0575 0,05 0,0425
8 60 0,0525 0,0425 0,0325
Berdasarkan hasil percobaan pada Tabel 4.2, menunjukan bahwa hasil
yang dipeoleh sesuai dengan teori menurut Goldberg (2006) yaitu semakin lama
waktu pengadukannya maka semakin kecil nilai konsentrasi asam asetatnya.
Begitu juga ketika suhu dinaikan maka nilai konsentrasi asam asetat nya semakin
kecil. Hal ini dikarenakan dengan adanya pemanasan yang lebih besar maka akan
terjadi tumbukan partikel yang lebih kuat, sehingga mengakibatkan laju reaksi nya
berjalan semakin cepat. Peristiwa ini ditandai dengan semakin kecilnya
konsentrasi asam asetat dan semakin besarnya konsentrasi kalsit (produk).
4.2.1 Penentuan Orde Reaksi
Pada penentuan orde reaksi untuk percobaan ini dapat dilihat dari kurva
reaksi. Dari reaksi antara kalsit (CaCO3) dengan asam asetat (CH3COOH) pada
persamaan 4.1, jika CH3COOH (A) dan CaCO3 (B) maka persamaan kecepatan
reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
−d C A a b
=k C A C B......................................................................................(4.2)
dt
Karena CaCO3 kelarutan dalam air kecil, bisa dianggap konsentrasi C B tetap.
Untuk pembuatan kurva reaksi, maka harus menentukan orde reaksi yang akan
digunakan. Untuk penentuan orde reaksi, maka dibuat terlebih dahulu kurva
persamaan linear untuk orde 1 dan orde 2. Dari kurva persamaan linear pada orde
1 dan 2 didapatkan nilai R 2. Nilai R2 adalah nilai garis lurus yang menyatakan
tingkat ketelitian dari data yang diperoleh. Dengan begitu dibuat perbandingan
antara kurva persamaan linear pada orde 1 dan orde 2 untuk setiap suhu 30C,
35C dan 40C. Untuk kurva persamaan orde 1, maka dapat dibuat grafik antara
ln (CA) sebagai sumbu y dan waktu (t) sebagai sumbu x. Maka akan diperoleh
persamaan linear dan nilai R2. Berikut kurva reaksi pembanding untuk suhu 30C,
35C dan 40C.
waktu (menit) vs LN CA 30 oC
-2.1
0 10 20 30 40 50 60 70
-2.5
Ln CA -2.7
-2.9
-3.1
waktu (menit)
waktu (menit) vs LN CA 35 oC
-2.2
0 10 20 30 40 50 60 70
-2.6
Ln CA
-2.8
-3
-3.2
waktu (menit)
waktu (menit) vs LN CA 40 oC
-2.3
0 10 20 30 40 50 60 70
f(x) = − 0.0171753511164234 x − 2.40223830236762
-2.5 R² = 0.991298476815038
-2.7
Ln CA
-2.9
-3.1
-3.3
-3.5
waktu (menit)
8
6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu (menit)
15
1/CA
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu (menit)
30
f(x) = 0.320644944267515 x + 9.99484264802797
25 R² = 0.980974913149364
20
1/CA 15
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu (menit)
Pendekatan lain bisa digunakan jika bisa dicari persamaan pendekatan dari
data C A sebagai fungsi waktu. Hal ini bisa dilakukan dengan bantuan MS-Excel,
data yang diperoleh bisa dicari pendekatannya misalkan dengan fungsi
polinomial. Maka dipilih fungsi yang memberikan R 2 paling mendekati 1. Maka
laju reaksi pada suatu waktu bisa dicari dengan mendiferensiasi C A=f (t ) yang
−dC A
diperoleh. Sehingga bisa diperoleh nilai disetiap waktu, sehingga pada
dt
dC A
grafik merupakan hubungan antara −ln pada sumbu y dan ln C A pada sumbu
dt
x, nilai ∝ dan k 1 bisa dicari.
dC A
−ln =ln k 1+∝ ln C A
dt
Ln CA vs LN dCA/dt
7.5
7.3
7.1
6.9
6.7
f(x) = 0.243094788767222 x + 7.24897143025148
-dCA/dt
R² = 0.0226544591052463 6.5
6.3
6.1
5.9
5.7
5.5
-3.5 -3.4 -3.3 -3.2 -3.1 -3 -2.9 -2.8 -2.7 -2.6 -2.5 -2.4 -2.3
LN CA
Gambar 4.7 Kurva Hubungan antara Ln CA vs Ln dCA/dt
Dari ketiga model diatas, persamaan garis lurus yang memberikan fungsi R 2
yang paling mendekati 1 yaitu persamaan orde dua. Disini kami mendapatkan
persamaan kinetika reaksi dari orde dua. Hal itu karena fungsi R 2 pada orde dua
mendekati satu. Sehingga kita dapat menggunakan persamaan orde dua untuk
mencari nilai dari konstanta kecepatan reaksi. Dari grafik orde dua diperoleh nilai
k untuk berhagai suhu. Adapun persamaan orde dua dapat dituliskan sebagai
berikut.
−d C A 2
=k 1 C A
dt
−d C A
2
=k 1 dt
CA
CA t
dCA
∫ CA
2
=¿∫ −k 1 dt ¿
C A0 0
1 1
− =k 1 t
CA C A0
1 1
= +k t
CA C A0 1
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa semakin tinggi suhu maka konstanta
kecepatan reaksi akan semakin tinggi dan juga karena semakin tinggi suhu maka
larutan akan semakin encer. Hal tersebut akan mempengaruhi besarnya konstanta
kecepatan reaksi. Pengaruh konstanta kecepatan reaksi terhadap energi aktivasi
dapat dilihat pada grafik berikut:
1/T vs ln k
-1
0.00318 0.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332
-1.1
-1.4
-1.5
-1.6
-1.7
-1.8
1/T
Dapus
Zumdahl, S. (2007). Chemistry (Edisi ke-7). Boston: Hougghton Mifflin
Company
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin tinggi suhu maka reaksi akan berlangsung cepat, sehingga
konstanta kecepatan laju reaksi semakin besar dan energi aktivasinya
semakin kecil dan sebaliknya.
2. Semakin lama waktu pemanasan larutan maka reaksi akan berlangsung
cepat dengan konstanta kecepatan reaksi semakin besar, sehingga energi
aktivasi semakin kecil dan sebaliknya.
5.2 Saran
1. Praktikan harus berhati-hati dalam melakukan titrasi sampai titik ekuivalen
tercapai.
2. Praktikan harus memakai perlengkapan praktikum dengan baik dan benar.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
v1 + v2
v rata−rata=
2
Pada temperatur 30 oC
T = 0 menit
v 1=2 ,2 ml
v 2=2 , 4 ml
2 ,2+2 , 4
v rata−rata=
2
4,6
¿
2
= 2,3 ml
b. t = 5 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 2,1 = M2 x 20
M2 = 0,0105 M
c. t = 10 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,8 = M2 x 20
M2 = 0,009 M
d. t = 15 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,7 = M2 x 20
M2 = 0,0085 M
e. t = 25 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,55 = M2 x 20
M2 = 0,00775 M
g. t = 45 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,15 = M2 x 20
M2 = 0,00575 M
h. t = 60 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,05 = M2 x 20
N2 = 0,00525 M
b. t = 5 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,9 = M2 x 20
M2 = 0,0095 M
c. t = 10 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,65 = M2 x 20
M2 = 0,00825 M
d. t = 15 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,45 = M2 x 20
M2 = 0,00725 M
e. t = 25 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,3 = M2 x 20
M2 = 0,0065 M
f. t = 35 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,2 = M2 x 20
M2 = 0,006
g. t = 45 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1 = M2 x 20
M2 = 0,005
h. t = 60 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 0,85 = M2 x 20
M2 = 0,00425 M
b. t = 5 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,7 = M2 x 20
M2 = 0,0085 M
c. t = 10 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,55 = M2 x 20
M2 = 0,00775
d. t = 15 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,3 = M2 x 20
M2 = 0,0065 M
e. t = 25 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1,15 = M2 x 20
M2 = 0,00575 M
f. t = 35 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 1 = M2 x 20
M2 = 0,005 M
g. t = 45 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 0,85 = M2 x 20
M2 = 0,00425 M
h. t = 60 menit
NaOH Campuran
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 0,65 = M2 x 20
M2 = 0,00325 M
Dengan menggunakan persamaan orde satu, kita dapat membuat grafik dengan
variasi suhu 30oC, 35oC dan 40oC yang bertujuan untuk memperoleh persamaan
garis lurus. Dari persamaan garis lurus yang didapat, selanjutnya digunakan untuk
menentukan nilai k dari gradien garis lurus tersebut.
waktu (menit) vs LN CA 30 oC
-2.1
0 10 20 30 40 50 60 70
-2.3 f(x) = − 0.0131312575422523 x − 2.22689592617189
R² = 0.968225731465589
-2.5
Ln CA
-2.7
-2.9
-3.1
waktu (menit)
waktu (menit) vs LN CA 35 oC
-2.2
0 10 20 30 40 50 60 70
-2.4 f(x) = − 0.0146136439747046 x − 2.32223758079427
R² = 0.972750499732073
-2.6
Ln CA
-2.8
-3
-3.2
waktu (menit)
Ln CA
-2.9
-3.1
-3.3
-3.5
waktu (menit)
8
6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu (menit)
15
1/CA
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu (menit)
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu (menit)
b. Suhu 35°C
y = 0,2272x + 9,6562
Maka: k = a
k = 0,2272
c. Suhu 40°C
y = 0,3206x + 9,9948
Maka: k = a
k = 0,3206
Energi Aktivasi
-1
0.00318 0.0032 0.00322 0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332
-1.1
-1.2 f(x) = − 5674.16639472597 x + 16.9736887369767
-1.3 R² = 0.990958363292577
ln k
-1.4
-1.5
-1.6
-1.7
-1.8
1/T
Ln A = c
Ln A = 16,974
A = exp 16,974
A = 23.535.018