Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK (KI-3141)

DINAMIKA KIMIA
PERCOBAAN M3
LAJU INVERSI GULA

oleh:
Nama : Nadira Arista Viananda
NIM : 10517079
Kelompok :7
Tanggal Percobaan : 26 September 2019
Tanggal Pengumpulan: 3 Oktober 2019
Asisten : Christian Sandy Pangestu (10515087)

LABORATORIUM KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
PERCOBAAN M3
LAJU INVERSI GULA

I. Tujuan Percobaan
Menentukan tetapan laju reaksi orde pertama reaksi hidrolisis sukrosa dengan katalis ion
hidrogen.

II. Teori Dasar


Laju reaksi merupakan proses perubanhan konsentrasi pereaksi atau produk dalam
satuan waktu tertentu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
suatu reaktan atau bertambahnya konsentrasi produk dalam waktu tertentu. Besarnya laju
reaksi yang terjadi di dalam kinetika kimia laju reaksi dapat di nyatakan dalam persamaan
berikut (Sastrohamidjojo, 2001; Petrucci, 1993). Mekanisme reaksi merupakan tahapan
reaksi yang terjadi hingga terbentuk produk ( Oxtoby,dkk,2001). Dua konsep didalamnya
yaitu laju reaksi dan orde reaksi. Laju reaksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi sangat beragam, tergantung dari reaksi yang terjadi. Faktor-
faktor tersebut dapat mempengaruhi harga dari laju reaksi kimia yang berlangsung. Adapun
faktor-faktor tersebut, yaitu konsentrasi pelarut, temperatur, katalis, tekanan, luas
permukaan. (Petrucci, 1993)
Laju inversi gula adalah laju reaksi hidrolisa sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.
Inversi gula ini terjadi saat sukrosa dihidrolisis dengan bantuan asam
(Sastrohamidjojo,2001). Sukrosa atau yang lebih dikenal dengan gula tebu dapat
terhidrolisis dengan bantuan asam atau enzim menghasilkan fruktosa dan glukosa yang
sama banyaknya jumlahnya. Proses hidrolisis ini disebut inversi. Campuran fruktosa dan
glukosa yang sama banyak disebut gula inversi (Keenan,dkk,1996). Sukrosa merupakan
sebuah disakarida, yang terbentuk dari dua monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa.
Sukrosa dapat ditemukan dalam semua tanaman. Rumus kimianya adalah C12H22O11.
Dalam sukrosa, glukosa dan fruktosa terhubung oleh sebuah ikatan eter antara C1 pada unit
glukosa dan C2 pada unit fruktosa. Ikatan tersebut disebut dengan ikatan glikosidik. Dalam
strukturnya sukrosa tidak memiliki gugus pereduksi. Karena semua gugusnya telah
digunakan untuk berikatan. gula non-pereduksi.

III. Alat dan Bahan


A. Alat
 Polarimeter dan tabung polarimeter
 Stopwatch
 Gelas kimia
 Pipet volum 25 ml
 Botol semprot
B. Bahan
 Larutan gula 20%
 HCl 4 M

IV. Cara Kerja


Pola pengukuran dilakukan dengan metode Guggenheim dengan t = 60 menit,
tabung polarimeter dilepaskan dan kaca jendelanya kemudian dibersihkan dengan air
suling, tabung diisi dengan air suling, kaca jendela digeser pelan-pelan, penutup dipasang
rapat-rapat, pemutar bidang polarisasi diukur oleh air suling, anggap sebagai titik nol,
tabung dikosongkan dan usahakan agar kering, 20 gram gula dilarutkan ke dalam
erlenmeyer, larutan gula tersebut diambil 25 mL, larutan HCl ditambahkan 25 mL ke
erlenmeyer, pengukuran sudut polarimeter dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

V. Data Pengamatan
αair, A = 0,8
αair, B = 0

Tabel 1. Data pengamatan αterukur dan αterukur+Δt


Waktu A B
(menit) αterukur αterukur+Δt αterukur αterukur+Δt
5 3,9 177,8 3,7 178,2
10 2,5 177,7 2,55 178
15 1 177,6 1,35 178
20 0 177,6 0,6 177,95
25 179,5 177,6 179,6 177,95
30 178,9 177,6 179,3 177,95

VI. Pengolahan Data


1. Penentuan sudut pemutaran bidang polarisasipada waktu t: αt = αterukur – αair
2. Penentuan sudut pemutaran bidang polarisasipada waktu t: αt +Δt = (αterukur+Δt) – αair

Tabel 2. Data pengamatan αterukur dan αterukur+Δt data A dan B


Waktu (menit) αterukur A(0) αterukur+Δt A(0) αterukurB(0) αterukur+Δt B(0)
5 3,1 -3 3,7 -1,8
10 1,7 -3,1 2,55 -2
15 0,2 -3,2 1,35 -2
20 -0,8 -3,2 0,6 -2,05
25 -1,3 -3,2 -0,4 -2,05
30 -2,3 -3,2 -0,7 -2,05
3. Menentukan tetapan laju reaksi (k)
Data A
Tabel 3. Data pengamatan ln(αterukur (αterukur+Δt)) data A
Waktu
(menit) αterukur αterukur+Δt αterukur (αterukur+Δt) ln(αterukur (αterukur+Δt))
5 3,1 -3 6,1 1,808288771
10 1,7 -3,1 4,8 1,568615918
15 0,2 -3,2 3,4 1,223775432
20 -0,8 -3,2 2,4 0,875468737
25 -1,3 -3,2 1,9 0,641853886
30 -2,3 -3,2 0,9 -0,105360516

Dibuat grafik hubungan ln(αterukur (αterukur+Δt)) terhadap waktu sebagai berikut :


2.5

2
ln(αterukur (αterukur+Δt))

1.5
y = -0.0726x + 2.2718
1 R² = 0.9627

0.5

0
0 5 10 15 20 25 30 35
-0.5
t (menit)

Gambar 1. Grafik ln(αterukur (αterukur+Δt)) terhadap waktu

Pada grafik tersebut, diperoleh persamaan garis y = -0,0726x + 2,2718.


m = -k maka nilai k data A sama dengan 0,0726.

Data B
Tabel 4. Data pengamatan ln(αterukur (αterukur+Δt)) data B
Waktu
αterukur αterukur+Δt αterukur (αterukur+Δt) ln(αterukur (αterukur+Δt))
(menit)
5 3,7 -1,8 5,5 1,704748092
10 2,55 -2 4,55 1,515127233
15 1,35 -2 3,35 1,208960346
20 0,6 -2,05 2,65 0,97455964
25 -0,4 -2,05 1,65 0,500775288
30 -0,7 -2,05 1,35 0,300104592
Dibuat grafik hubungan ln(αterukur (αterukur+Δt)) terhadap waktu sebagai berikut :
2
1.8
1.6
ln(αterukur (αterukur+Δt)) 1.4
1.2
1 y = -0.0589x + 2.0641
R² = 0.9853
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t (menit)

Gambar 2. Grafik ln(αterukur (αterukur+Δt)) terhadap waktu

Pada grafik tersebut, diperoleh persamaan garis y = -0,0589x + 2,0641.


m = -k maka nilai k data B sama dengan 0,0589.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini pada data A diperoleh nilai tetapan laju reaksi sebesar
0,0726 menit-1, sedangkan pada data B diperoleh nilai tetapan laju reaksi sebesar 0,0589
menit-1.

IX. Daftar Pustaka


Atkins, P., De Paula, J., Physical Chemistry, 9th edition, W. H. Freeman and Company,
New York, 2010, p. 783-814.
Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G. H., Vogel’s Textbook of Quantitative Chemical
Analysis, 5th edition, Longman Group, United Kingdom, 1989, p. 10.
Kitchener, J. A., Textbook of Physical Chemistry, 8th edition, 1967.

X. Lampiran
Pertanyaan
1. Bagaimanakah mekanisme katalisis oleh ion H+ pada reaksi ini? Gambarkan
terjadinya protonasi dan pemecahan ikatan.
2. Berapa tetapan laju inverse yang diperoleh bila digunakan larutan asam yang
konsentrasinya dua kali lebih besar?
3. Terangkan dengan singkat istilah – istilah ini
a. Tentang penentuan orde reaksi
i. metode coba-coba
ii. metode isolasi
iii. metode kecepatan awal
b. Tabung katalisis asam – asam “specific hydrogen ion catalysis”

Jawab
1. Berikut mekanisme katalis oleh ion hidrogen

2. Bila digunakan larutan asam yang konsentrasinya 2 kali lebih besar, maka nilai tetapan
laju inversi tetap karena tidak bergantung konsentrasi asam.
3. a. Penentuan orde reaksi
- Metoda coba-coba merupakan penentuan orde reaksi dengan perhitungan dari
data konsentrasi dan laju reaksi suatu zat. Pada metoda ini dilakukan trial and
error dengan membandingkan data 1 dengan suatu data lainnya dan
diperkirakan berapa orde reaksi yang tepat untuk bisa menghasilkan
perbandingan laju dari kedua data yang sesuai.
- Metoda isolasi: orde reaksi A dilakukan dengan menggunakan data saat B tetap
sehingga dapat diketahui pengaruh A pada laju reaksi. Begitupun sebaliknya
untuk B.
- Metoda kecepatan awal: menggunakan persamaan log v = log k + n,log C.
Tangen dari awal reaksi sebagai laju awal. Dibuat kurva log v vs log C sehingga
dapat diperoleh orde reaksi dan tetapan laju.
b. Tabung katalisa asam-asam
- spesific hydrogen ion catalysis: menggunakan tabung berisi campuran zat
dengan asam spesifik yang digunakan dan dikocok-kocok atau dicampurkan
keduanya.

Anda mungkin juga menyukai