Anda di halaman 1dari 11

Fletchers’ Trolley (M2)

Jason Aditya Purnama


0221180000066/M2/9 Oktober 2018
Departemen Teknik Kimia
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

ABSTRAK
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu fisika merupakan ilmu yang mendasari segala peristiwa yang terjadi. Oleh
karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam keseharian manusia pasti menemui
penerapan ilmu fisika dalam segala bentuk dan aspek. Gerak merupakan salah satu prinsip
fisika dasar yang selalu dapat diamati dalam keseharian manusia. Setiap benda, bahkan
setiap manusia pasti mengalami gerak. Oleh karena itu, adalah penting mempelajari ilmu
fisika gerak.
Dalam ilmu fisika dasar, dipelajari beberapa jenis gerak. Salah satunya adalah gerak
lurus berubah beraturan. Untuk mempelajari jenis ini, dilakukan Percobaan Fletcher’s
Trolley yang melibatkan kecepatan, percepatan, jarak dan waktu. Khususnya, dalam
percobaan Fletchers Trolley ini terlibat percepatan konstan yang menjadi fokus utama
dalam gerak lurus berubah beraturan. Untuk dapat mengaplikasikan suatu teori dengan
baik, perlu pemahaman yang baik terhadap teori tersebut. Oleh karena itu, dilakukan
percobaan ini untuk memperdalam pemahaman akan hal tersebut.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang mendasari percobaan ini adalah bagaimana cara menghitung


gerak dengan percepatan uniform.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk menghitung gerak dengan percepatan
uniform.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Posisi dan Perpindahan

Setiap objek memiliki kedudukan atau posisi. Pada saat benda bergerak, tentunya
kedudukan akan berubah. Perubahan kedudukan inilah yang disebut perpindahan.
Perpindahan merupakan besaran vektor yang didefinisikan sebagai perubahan posisi dari
posisi x1 ke x2 (Walker, Halliday, & Resnick, 2010). Karena perpindahan merupakan Commented [J1]: Fundamentals of Physics 9th Edition,
besaran vektor, maka perpindahan memiliki nilai dan arah (Serway & Jewett, 2005). Jarak Jearl Walker (14)
dirumuskan sebagai berikut: Commented [J2]: Principles of Physics, John J Jewett (14)

Δx = x2 – x1

2.2 Kecepatan

Perubahan posisi dapat dihitung lajunya terhadap waktu. Besaran yang menyatakan
hal ini disebut kecepatan. Kecepatan didefinisikan sebagai perbandingan antara
perpindahan dengan lama waktu melakukan perpindahan (Abdullah, 2016). Sama seperti Commented [J3]: Fisika Dasar 1, Mikrajudin Abdullah
perpindahan, kecepatan juga merupakan besaran vektor yang memiliki arah dan nilai. (105)
Percepatan merupakan penurunan perpindahan terhadap satuan waktu. Selain itu,
kecepatan juga dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
V=Δr/Δt

2.3 Percepatan

Pada umumnya, kecepatan dapat berubah terhadap waktu. Laju perubahan kecepatan
ini disebut percepatan. Selain merupakan penurunan lebih lanjut dari perpindahan, Commented [J4]: Fisika Dasar, Peter Soedojo (2)
percepatan dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
A=Δv/Δt
(Soedojo, 2004)
2.4 Gerak Lurus Beraturan

Dalam Gerak Lurus Beraturan atau GLB, dipelajari pergerakan benda dalam suatu
garis lurus yang kecepatannya konstan.
(grafik kecepatan thd waktu)
Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa pada gerak lurus beraturan, suatu benda tidak
memiliki percepatan, sehingga jumlah jarak yang ditempuh suatu benda sama proporsional
dengan kecepatannya dibagi waktu tempuhnya.. Persamaan gerak lurus beraturan dapat
dituliskan sebagai berikut:
Δx=v . Δt Commented [J5]: Fisika: Mekanika dan Termodinamika
Untuk Sains dan Teknik, Tim Dosen Fisika, FIA-ITS (32)
(Tim Dosen Fisika, FIA-ITS, 2018)

2.5 Gerak Lurus Berubah Beraturan

Berbeda dengan gerak lurus beraturan, dalam gerak lurus berubah beraturan, suatu
benda bergerak dengan kecepatan yang berubah dalam laju yang konstan.
(grafik kecepatan thd waktu)
Laju perubahan kecepatan ini dinyatakan dalam besaran percepatan sebagaimana
dijelaskan pada persamaan () dan sifatnya konstan, sehingga pergerakan benda harus
memperhitungkan perubahan kecepatan yang berlangsung secara simultan dengan
geraknya benda tersebut, sehingga muncullah persamaan untuk menemukan perubahan
kecepatan sebagai berikut:
V=v0+a(t-t0) Commented [J6]: Fisika Dasar 1, Mikrajudin Abdullah
(126)
(Abdullah, 2016)
BAB III

METODOLOGI

3.1 Peralatan dan Bahan

Pada percobaan Fletcher’s Trolley ini dibutuhkan

3.2 Skema Alat

(Gambar skema)

3.3 Langkah Kerja

Pertama, susun rangkaian pertama dan tanyakan asisten sebelum menyambungkan


rangkaian ke tegangan PLN. Lalu, waktu tempuh dari A ke B diukur. Proses ini diulang 5
kali. Setelah itu, rangkaian kedua disusun dan tentukan jarak B ke C agar tetap dan atur
penyangga bandul agar waktu kereta menyentuh small contact plate beban telah disangga.
Waktu dari B ke C dicatat, lalu diulangi dengan jarak B ke C yang berbeda sebanyak 5 kali.
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

Untuk mencapai tujuan yang telah tertera sebelumnya, telah dilakukan percobaan
Fletchers Trolley yang diberi jarak 0,15, 0,20, dan 0,25 meter dari titik awal A ke titik B
dan jarak minimum 0,03 meter untuk jarak titik B ke titik C. Hasil pengamatan yang telah
didapat adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan dengan jarak AB 0,15 m

No. Xa-b Xb-c Xc-d Ta-b Tb-c Tc-d


1 0,226 1,07 0,23 1,82
2 0,232 1,15 0,42 1,94
3 0,15 0,03 0,235 1,03 0,25 1,96
4 0,22 1,12 0,24 1,99
5 0,225 1,17 0,23 2,01

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan dengan jarak AB 0,2 m


No. Xa-b Xb-c Xc-d Ta-b Tb-c Tc-d
1 0,28 1,32 0,23 2,2
2 0,225 1,52 0,21 1,77
3 0,2 0,03 0,272 1,4 0,19 2,01
4 0,342 1,3 0,24 1,92
5 0,25 1,71 0,19 2,04

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan dengan jarak AB 0,25 m


No. Xa-b Xb-c Xc-d Ta-b Tb-c Tc-d
1 0,318 1,61 0,26 1,91
2 0,302 1,48 0,22 2,07
3 0,25 0,03 0,32 1,49 0,25 2,02
4 0,317 1,64 0,23 2,04
5 0,338 1,4 0,31 2,1
Pada penghitungan ini, untuk jarak digunakan satuan meter dan sekon untuk satuan
waktu.

4.2 Analisis Penghitungan

Berikut adalah penghitungan kecepatan dan akselerasi kereta pada berbagai titik dari
data yang telah didapat. Berikut adalah contoh penghitungan dari data pengulangan kelima
pada percobaan dengan jarak AB 0,15 meter:
1. Mencari Aab
Xab = va.t + ½at2
0,15 = 0.t + ½.a.1,172
A = 0,15 / (½ .1,172)
A = 0,219 m/s2

2. Mencari Vb
Vb = Va + at
Vb = 0 + 0,219 . 1,17
Va = 0,25623 ≈ 0,256 m/s

3. Mencari Abc
Xbc = vb.t + 1/2 at2
0,03 = 0,256.0,23 + ½ a . 0,232
0,03 – 0,256 . 0,23 = ½ a . 0,232
(0,03 – 0,256 . 0,23)/1/2 . 0,232 = ½ a . 0,232
A = -1,09187 ≈ -1,092 m/s2

4. Mencari Vc
Vc = Vb + at
Vc = 0,256 + (-1,092).0,23

Vc = 0,00484 ≈ 0,005

5. Mencari Acd
S=Vo.t + ½ at2
0,225 = 0,005.2,01 + 2,02005 a
A = 0,225 – 0,005.2.01/2,02005
A = 0,106408 ≈ 0,106

Berdasarkan penghitungan diatas, beserta dengan data yang telah diperoleh,


maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Penghitungan dari Data Tabel (4.1)

No Aab Vb Abc Vc Acd


1 0,262 0,28 -1,301 -0,019 0,157
2 0,227 0,261 -0,903 -0,118 0,245
3 0,283 0,291 -1,368 -0,051 0,174
4 0,239 0,268 -1,192 -0,018 0,129
5 0,219 0,256 -1,092 0,005 0,106
Rata 2 0,246 0,271 -1,171 -0,04 0,162

Tabel 4.5 Hasil Penghitungan dari Data Tabel (4.2)

No Aab Vb Abc Vc Acd


1 0,23 0,304 -1,509 -0,043 0,155
2 0,173 0,263 -1,144 0,023 0,118
3 0,204 0,286 -1,348 0,03 0,105
4 0,237 0,308 -1,525 -0,058 0,246
5 0,137 0,234 -0,801 0,082 0,04
Rata 2 0,196 0,279 -1,265 0,007 0,133

Tabel 4.6 Hasil Penghitungan dari Data Tabel (4.3)

No Aab Vb Abc Vc Acd


1 0,193 0,311 -1,505 -0,08 0,258
2 0,228 0,337 -1,824 -0,064 0,203
3 0,225 0,335 -1,72 -0,095 0,251
4 0,186 0,305 -1,518 -0,044 0,195
5 0,255 0,357 -1,679 -0,163 0,309
Rata 0,217 0,329 -1,649 -0,089 0,243

4.3 Pembahasan

Dalam praktikum Fletcher’s Trolley yang telah dilakukan untuk menghitung gerak
dengan percepatan uniform, telah dilakukan pengamatan terhadap set alat fletchers trolley.
Diatasi alat tersebut, terdapat lintasan yang diberian kereta untuk digerakkan ke satu arah
dengan diberi beban yang disambungkan dengan tali. Pada alat ini juga terdapat dua
penanda yang disebut titik B dan C, dimana selain kedua titik tersebut terdapat titik A
sebagai titik awal dan titik D sebagai titik kereta berhenti. Setelah bergerak, jarak antar
setiap titik yang diamati diukur dan dicatat jarak tempuhnya.
Sebagai hasil pengolahan data pengamatan percobaan fletchers trolley, didapat hasil
bahwa pada percobaan dengan jarak AB 0,15 meter, didapat hasil rata – rata percepatan a
ke b 0,246 m/s2, kecepatan di titik b 0,271 m/s, percepatan dari b ke c -1,171 m/s2,
kecepatan di titik c -0,04 m/s dan percepatan dari c ke d 0,162 m/s2. Pada percobaan dengan
jarak A ke B 0,2 m, didapat hasil rata – rata percepatan a ke b 0,196 m/s2, kecepatan di
titik b 0,279 m/s, percepatan dari b ke c -1,265 m/s2, kecepatan di titik c 0,007 m/s dan
percepatan dari c ke d 0,133 m/s2. Pada percobaan dengan jarak A ke B 0,25 m, didapat
hasil rata – rata percepatan a ke b 0,217 m/s2, kecepatan di titik b 0,329 m/s, percepatan
dari b ke c -1,649 m/s2, kecepatan di titik c -0,089 m/s dan percepatan dari c ke d 0,243
m/s2.
Secara teoritis, pada saat bergerak dari titik A ke B kereta mengalami percepatan
karena terkena gaya dari beban, sehingga kecepatan awal yang nol menjadi suatu nilai
positif tertentu pada titik B. Lalu, dari titik B ke C kereta mengalami gerak lurus beraturan
untuk sejenak sehingga kecepatan di B dan kecepatan di C sama. Hal ini dikarenakan
percepatan benda sempat nol ketika jenis gerak yang dialami berubah, dari gerak lurus
beraturan dipercepat karena ada gaya dari beban menjadi gerak lurus berubah beraturan
diperlambat karena gaya sudah tidak bekerja lagi dan ada gaya gesek antara kereta dan
lintasan menyebabkan gaya yang menghambat gerakan sehingga kereta mengalami gerak
lurus berubah beraturan diperlambat. Akselerasi kereta yang awalnya positif berkurang
sehingga menjadi negatif, dan sesaat diantaranya percepatan menyentuh angka nol dimana
kereta mengalami gerak lurus beraturan. Pada saat bergerak dari titik C hingga berhenti di
titik D kereta mengalami gerak lurus berubah beraturan, dimana akselerasi benda negatif
hingga benda berhenti. Hal ini diakibatkan oleh adanya gaya gesek antara kereta dan
lintasan yang menghambat gerak benda. Namun, dapat dilihat pada data penghitungan yang
didapat, ada nilai - nilai kecepatan pada C yang negatif sehingga apabila dihitung
percepatannya dengan waktu yang ditempuh dan kecepatan akhir nol didapat nilai
percepatan yang positif karena kecepatan negatif berubah menjadi berhenti. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang ada, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada variabel – variabel
yang diabaikan pada teori yang sehingga tidak sesuai dengan kondisi nyatanya, maupun
terdapat kesalahan – kesalahan yang terjadi pada proses pengamatan.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan tidak sesuainya data adalah perbedaan
jarak yang ditempuh saat mengalami gerak lurus beraturan dan jarak real yang
direpresentasikan oleh jarak titik BC. Secara teoritis, jarak yang ditempuh dalam kondisi
seharusnya sangat pendek. Maka dari itu, dari hasil pengamatan didapat akselerasi pada
jarak BC yang tidak nol. Terdapat juga faktor kemungkinan gaya gesek yang tidak merata
antara kereta dan lintasannya yang tidak rata, sehingga gaya yang diterima tidak konstan.
Selain dari itu, terdapat juga kemungkinan kesalahan pada proses pengamatan, tepatnya
pada penghitungan waktu dengan stop clock. Utamanya, kesalahan ini rentan terjadi pada
jarak BC yang sangat pendek, sehingga sangat mungkin terjadi delay antara lewatnya
kereta di titik tersebut dengan dihentikannya stop clock.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan perngamatan dan penghitungan yang telah dilakukan, maka dapat


ditemukan jawaban dari tujuan percobaan, yaitu
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2016). Fisika Dasar 1. Bandung: ITB.


Serway, R. A., & Jewett, J. (2005). Principles Of Physics. Belmont: Brooks/Cole-
Thomson Learning.
Soedojo, P. (2004). Fisika Dasar. Yogyakarta: Andi.
Tim Dosen Fisika, FIA-ITS. (2018). Fisika: Mekanika dan Termodinamika Untuk
Sains dan Teknik (1st ed.). Surabaya: Departemen Fisika, FIA-ITS Surabaya.
Walker, J., Halliday, D., & Resnick, R. (2010). Fundamentals of Physics Extended,
9th Edition. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai